Anda di halaman 1dari 18

Pembangunan

Pertanian Kakao
PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KAKAO
( Theobroma cacao L. ) BERKELANJUTAN MENUJU
MASYARAKAT DESA YANG LEBIH BERDAYA

Cakupan
1. Pendahuluan Materi
2. Pengertian Agroindustri dan
Agroindustri yang
Berkelanjutan
3. Agroindustri dalam
Pembangunan Masyarakat Desa
4. Agroindustri Kakao dan
Peranannya dalam Pertanian di
Pedesaan
5. Rancangan Kakao
Berkelanjutan di Indonesia
6. Pengolahan Biji Kakao
7. Analisis Daya Saing Kakao

Pendahuluan
Kakao merupakan salah satu komoditas
perkebunan yang peranannya cukup
penting bagi perekonomian nasional,
khususnya sebagai :
penyedia lapangan kerja
sumber pendapatan dan devisa negara
mendorong pengembangan wilayah
dan pengembangan agroindustri

Pada tahun 2002, perkebunan kakao telah menyediakan lapangan


kerja dan sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu kepala
keluarga petani yang sebagian besar berada di Kawasan Timur
Indonesia (KTI) serta memberikan sumbangan devisa terbesar ke
tiga sub sektor perkebunan setelah karet dan kelapa sawit
dengan nilai sebesar US $ 701 juta.

Perkebunan kakao di Indonesia


mengalami perkembangan pesat
dalam kurun waktu 20 tahun terakhir
areal perkebunan kakao Indonesia
tercatat seluas 914.051 ha.
Perkebunan kakao tersebut sebagian
besar (87,4%) dikelola oleh rakyat
dan selebihnya 6,0% perkebunan
besar negara serta 6,7% perkebunan
besar swasta.
Indonesia termasuk negara
pengekspor penting dalam
perdagangan biji kakao. Sedangkan
untuk produk olahan kakao, ekspor
Indonesia belum menunjukkan
perkembangan yang berarti.

Tantangan dalam pengembangan kakao antara lain :


Belum berkembangnya Industri hilir kakao di dalam negeri,
kakao diekspor dalam bentuk primer sehingga proses nilai
tambah tidak terjadi di dalam negeri.
Berbagai kelembagaan petani yang ada belum mandiri dan
berfungsi secara optimal, sehingga belum mampu
memanfaatkan peluang usaha yang ada.
Belum diterapkannya SNI dan sistem jaminan mutu secara
optimal.
Pasca panen dan pengolahan kakao masih bersifat tradisional
yaitu dengan pengeringan biasa (dryer), sedangkan
pengolahan terpadu (industri hilir) mengolah biji kakao
menjadi bubuk / pasta belum ada dan sangat terbuka adanya
peluang investasi industri hilirnya.

Untuk pengembangan dan


peningkatan daya saing produk kakao,
pemerintah telah mengeluarkan
serangkaian kebijakan produksi dan
perdagangan produk olahan kakao.
Pengembangan daya saing diperlukan
untuk meningkatkan kemampuan
penetrasi kakao dan produk kakao
Indonesia di pasar ekspor, baik dalam
kaitan pendalaman maupun perluasan
pasar. Peningkatan daya saing dapat
dilakukan dengan melakukan efisiensi
biaya produksi dan pemasaran,
peningkatan mutu dan konsistensi
standar mutu

Pengertian Agroindustri dan


Agroindustri yang Berkelanjutan
Soekartiwi (2005 : 9) mengemukakan bahwa pengertian
agroindustri adalah bagian dari enam subsistem
agribisnis yang disepakati selama ini yaitu subsistem
penyediaan sarana produksi dan peralatan, usaha tani,
pengolahan hasil (agroindustri), pemasaran, sarana dan
pembinaan. Jadi, agroindustri merupakan bagian dari
agribisnis dan dianggap sebagai leading sector dari
agribisnis.
Agroindustri dapat diartikan dua hal. Pertama,
agroindustri adalah industri yang bahan baku utamanya
adalah produk pertanian. Kedua, agroindustri adalah suatu
tahapan pembangunan sebagai kelanjutan dari
pembangunan pertanian.

Agroindustri yang berkelanjutan (sustainable


agroindustrial ) adalah agroindustri yang mendasarkan
diri pada konsep keberlanjutan, dimana agroindustri
yang dimaksudkan dibangun dan dikembangkan
dengan memerhatikan aspek-aspek manajemen dan
konservasi sumber daya alam.
Ciri dari agroindustri yang berkelanjutan antara lain :
a. Produktivitas dan keuntungan dapat dipertahankan
atau ditingkatkan dalam waktu yang relatif lama
b.Sumber daya alam khususnya sumber daya pertanian
yang menghasilkan bahan baku agroindustri dapat
dipelihara dengan baik dan bahkan terus ditingkatkan
c.Dampak negatif dari adanya pemanfaatan sumber
daya alam dan adanya agroindustri dapat
diminimalkan.

Agroindustri dalam
Dampak
positif yang benar-benar
diharapkan dari
Pembangunan
Masyarakat
perkembangan dari perkembangan industrialisasi di
Desa
pedesaan :
terciptanya

peningkatan kesempatan kerja bagi


tenaga yang potensial atau produktif.
mengubah mata pencaharian masyarakat sebagai
petani yang tradisional menjadi tenaga yang
profesional di bidang industri.
terjadi peningkatan pendapatan masyarakat.
potensi sumber daya alam lokal juga terdapat potensi
sumber daya manusia yang dapat dimanfaatkan
sebagai tenaga yang produktif dalam sektor industri
mikro atau skala kecil, kerajinan, maupun bidang jasa.

Agroindustri Kakao dan


Budidaya
kakao meliputi
sistem : Pertanian di
Peranannya
dalam
Sistem usaha tani meliputi habitat tanaman, pohon
Pedesaan
pelindung, pemeliharaan tanaman, perbanyakan tanaman,

replanting dan rehabilitasi, gulma, hama, dan penyakit.


Sistem panen dan pasca panen kakao komponennya
adalah perkembangan tanaman, panen kakao, fermentasi,
pengeringan, penyimpanan, dan mikroorganisme dalam
prosesing.
Sistem mutu dan pengawasan mutu terdapat komponen
yaitu aroma, standar mutu kakao internasional, sistem
pengawasan mutu, purity, dan karakter fisik.

Biji kakao Indonesia memiliki keunggulan melting point Cocoa


Butter yang tinggi, serta tidak mengandung pestisida dibanding
biji kakao dari Ghana maupun Pantai Gading

Tabel 1. perbandingan pengusahaan kakao Indonesia dengan Afrika dan Amerika Latin
Skala

INDONESIA

AMERIKA LATIN &


AFRIKA

Mikro

1.Upah tenaga kerja


lebih murah
2.Harga pokok produk
lebih murah karena
upah, bahan bakar, dan
unsur biaya produksi
lainnya lebih murah.

1.Upah tenaga kerja


lebih mahal
2.Harga pokok produk
lebih mahal karena
upah, bahan bakar, dan
unsur biaya produksi
lainnya lebih mahal

Makro

1.Gejolak iklim tidak


besar
2.Infrastruktur dari
daerah produsen ke
pelabuhan ekspor lebih
bagus
3.Memiliki sumber
devisa nonmigas
sehingga prasarana
yang disediakan
pemerintah cukup

1. Gejolak iklim besar


2.Infrastruktur dari
daerah produksi ke
pelabuhan ekspor
kurang memadai
3.Sumber devisa
nonmigas kurang
mendukung sehingga
prasarana yang
disediakan pemerintah
kurang memadai

Kebijaksanaan pengembangan Kakao


dilakukan melalui peranan yang dapat
diberikannya yaitu :
Komoditas

kakao merupakan komoditas yang harga


persatuan bobotnya relatif mahal
Kakao dapat ditanam sebagai campuran di bawah
tanaman lainnya.
penyerapan tenaga kerja persatuan nilai yang
diinvestasikan cukup tinggi
usaha tani kakao yang ditanam secara lebih rapat,
apalagi dengan tanaman pelindung, maka
penanaman kakao mempunyai peranan juga di
dalam pelestarian lingkungan.

Rancangan Kakao
Berkelanjutan di Indonesia
Pada tanggal 9-11 Juli 2012 bertempat di Bogor, Direktorat
Mutu dan Standardisasi Dirjen Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Pertanian memfasilitasi rancangan penyusunan
kebijakan Indonesia Sustainable Cocoa/ISCocoa atau kebijakan
di bidang kakao berkelanjutan Indonesia.

Rancangan regulasi bidang kakao berkelanjutan ini telah


sampai pada tahap kedua dan pembahasan ditekankan
pada empat hal yaitu :
Prinsip dan kriteria (standar) Sistem Kakao Indonesia
Berkelanjutan ISCocoa
Konsep sistem Sertifikasi Kakao Indonesia Berkelanjutan
Pembinaan dan pengawasan
Kelembagaan ISCocoa

Pengolahan Kakao menjadi Pasta,


Lemak, dan Bubuk Cokelat
Untuk meningkatkan nilai tambah produk kakao Indonesia
semestinya para pelaku usaha kakao akan mengekspor hasil
produknya bukan saja biji kakao tetapi juga :
Biji kakao yang sudah difermentasi
Biji buah kakao/coklat yang telah difermentasi dijadikan serbuk yang
disebut sebagai coklat bubuk
Pasta cokelat atau cocoa mass atau cocoa paste dibuat dari biji
kakao kering
Lemak cokelat atau cocoa fat atau cocoa butter

Analisis Daya Saing Biji Coklat


Indonesia dalam Perdagangan

Kakao sebagai komoditi unggulan perkebunan,


Internasional

sumber devisa negara dan lapangan kerja,


mendorong pertumbuhan agroindustri.
Produksi kakao kering Indonesia sebanyak 800.000
ton setahun. Adapun Pantai Gading masih
bertahan di urutan pertama dengan produksi 1,1
juta hingga 1,2 juta ton.
Dengan situasi politik Pantai Gading sekarang
kurang kondusif, maka pemilik industri kakao dunia
mulai melirik negara lain, termasuk Indonesia.

Kakao Indonesia dari segi kualitas, tidak kalah


dengan kakao dunia dimana bila dilakukan
fermentasi dengan baik dapat mencapai cita rasa
setara dengan kakao yang berasal dari Ghana,
dan kakao Indonesia mempunyai kelebihan yaitu
tidak mudah meleleh sehingga cocok bila dipakai
untuk blending.

Sejalan dengan keunggulan tersebut, peluang


pasar kakao Indonesia cukup terbuka baik ekspor
maupun kebutuhan dalam negeri. Dengan kata
lain, potensi untuk menggunakan industri kakao
sebagai salah satu pendorong pertumbuhan dan
distribusi pendapatan cukup terbuka.

TERIMA KASIH
Salam dari :
Muhammad Abdu Harahap ( 140304110 )
M.Fahrian Syawindra ( 140304117 )
Kartika Napitupulu ( 140304116 )
Monica Meilani T. ( 140304124 )
Andini Sulvyah R. ( 140304129 )

Anda mungkin juga menyukai