Anda di halaman 1dari 36

Asuhan Keperawatan

Anak dengan Hirschprung


Anita Apriliawati, Ns., Sp. Kep.An

Anatomi Sistem
Pencernaan

Definition
Hirschsprung's

disease is a condition that affects the


large intestine (colon or large bowel) and causes
problems with passing stool.

It's

present when a baby is born (congenital) and


results from missing nerve cells in the muscles of a
portion of the baby's colon.

Penyakit

Hirschprung ditimbulkan karena kegagalan


migrasi kranio-kaudal dari cikal bakal sel ganglion
sepanjang usus pada minggu ke 5 sampai minggu ke
12., yang mengakibatkan terdapatnya segmen
aganglionik

Children

with Hirschsprung's disease can be


constipated or have problems absorbing nutrients
from food.

In

severe cases of Hirschsprung's disease, a


newborn child experiences an obstructed colon
and is unable to have a bowel movement.

In

mild cases, doctors may not detect the disease


until later in a child's life.

Penyakit

Hirschsprung 5 kali lebih sering


ditemukan pada bayi laki-laki. Penyakit ini kadang
disertai dengan kelainan bawaan lainnya,
misalnya sindroma Down.

Sign & Symptoms


Pada bayi yang baru lahir :
segera setelah lahir, bayi tidak
dapat mengeluarkan mekonium
tidak dapat buang air besar
dalam waktu 24-48 jam setelah
lahir
perut menggembung
muntah
malabsorbsi.

Sign & Symptoms


Pada anak :
Failure to thrive (gagal tumbuh)
Nafsu makan tidak ada
(anoreksia)
Kolon yang teraba

Barium enema: The contrast material outlines a bowel


segment without ganglions (arrows), above which prestenotic
dilatation is visible.

Pemeriksaan Penunjang

Barium enema : pemeriksaan ini dapat ditemukan daerah transisi,


gambaran kontraks usus tidak teratur, enterokoltis pada segmen yang
melebar, retensi barium setelah 24-48 jam

Foto polos abdomen : memperlihatkan usus melebar / gambaan obstruksi


usus rendah.

Manometri anorektal : mendeteksi reflek relaksasi dari internal spingter


setelah distensi lumen rektal

Biopsi isap : Mengambil mukosa & submukosa dengan alat penghisap


untuk mencari sel ganglion

Biopsi otot rektum : Pengambilan lapisan otot rectum

Colok anus : Jari akan merasakan jepitan dan pada waktu ditarik akan
diikuti dengan keluarnya udara dan mekonium atau tinja akan
menyemprot

Klasifikasi
1. Hirschsprung segmen pendek
Segmen aganglionisis mulai dari
anus sampai sigmoid.
2. Segmen panjang
Kelainan dapat melebihi sigmoid,
bahkan dapat mengenai seluruh
kolon atau usus halus.

Penatalaksanaan
1.Konservatif
Pada neonates dilakukan pemasangan sonde
lambung serta pipa rectal untuk mengeluarkan
mekonium dan udara
2.Tindakan bedah sementara
Kolostomi pada neonatus
3.Tindakan bedah definitif
Mereksesi bagian usus yang aganglionosis dan
membuat anastomosis

Komplikasi
1.Obstruksi usus
2.Konstipasi
3.Ketidakseimbangan elektrolit
4.Enterocolitis
5.Striktur anal dan inkontinensia
(post operasi)

Tindakan Pembedahan
Kolostomi

(sementara) >6 bulan pembedahan ke 2

Prosedur

Duhamels Retro Rectal Pull Through :Penarikan


kolon normal ke arah bawah dan
menganastomosiskannya ke belakang usus aganglionik,
membuat dinding ganda.

Prosedur

Swensons Retro Sigmoidectomy : end to end,


memotong aganglionik

Prosedur

Soaves Endo Rectal Pull Thrrough : Membiarkan


dinding otot dari segmen rektum tetap utuh kemudian
kolon yang bersaraf normal ditarik sampai ke anus
tempat dilakukannya anastomosis antara kolon normal &
jaringan otot kolon rektosigmoid yang tersisa

Soaves Endo Rectal Pull


Thrrough

Duhamels Retro Rectal Pull


Through

Daiganosa keperawatan (pra


bedah)
Perubahan

nutrisi : kurang dari kebutuhan


tubuh b.d intake tidak adekuat

Konstipasi

b.d ketidakmampuan kolon


mengevakuasi feses

Risiko

devisit volume cairan b.d intake


tidak adekuat

Cemas

orang tua b.d kurang pengetahuan


ttg penyakit dan terapi

Diagnosa Keperawatan (pasca


bedah)
Nyeri

b.d insisi pembedahan

Risiko

infeksi b.d kontaminasi


feses, kurang pengetahuan
keluarga dalam merawat klien

Kerusakan

integritas kulit
berhubungan dengan terpajan
dari feses sekunder akibat
kolostomi atau ileostomi

Perawatan Kolostomi
1. Siapkan alat untuk pelaksanaan kolostomi
2. Cuci tanggan
3. Jelaskan pada anak dan orang tua prosedur yg
akan digunakan
4. Lapaskan kantung kolostomi dan lakukan
pembersihan daerah kolostomi
5. Periksa adanya kemerahan dan iritasi
6. Pasang kantung kolostomi di daerah stoma
7. Tutup dan lakukan fiksasi dengan plester
8. Cuci tangan

Atresia Ani/
Anus Imperforata /
Anorectal Malformation

ANITA APRILIAWATI
2011

Definisi

Atresia Ani mrp s/ kelainan malformasi kongenital dimn tdk


lengkapnya perkembngan embrionik pd anus / tertutupnya
anus scr abnormal / tdk adanya lubang tetap pd anus
(Alimun,AH,2006)

Atresia Ani adl ketdksempurnaan perkembangan embrionik pd


distal usus shg mengakibatkan tertutupnya anus scr abnormal.
Atresia ani mrp kelaianan bawaan yg mengakibatkan
malformasi kongenital shg rektum tdk mempunyii lubang keluar.
(Suriadi,Yuliani R.,2006)

Epidemiologi

Insiden Atresia Ani terjadi pd 1: 5000 kelahiran


hidup.
20-75% bayi menderita Anus Inperforata jg
menderita anomali lain, dg malformasi saluran
genitourinaria (20-54 % ) & fiistula trakeoesofagus
10% bayi.
Adanya kelainan
penyebab kematian.

yg

berhub.biasanya

sbg

Faktor Kongenital

Tdk diketahui

Ujung ekor berkembang


menjadi kloaka (bakal
genitourinari & struktur
anorectal)

Gangguan berhentinya perkembangan


embrionik di daerah usus,rektum
bag,distal serta traktus urogenitalis
(pada saat janina4-6 minggu)

Migrasi & perkembangan kolon,saluran


urin & genetalia tdk sempurna (pd saat
janin 7-10 minggu)

Feses/mekonium
keluar melalui
vagina/uretra
Perempuan: melalui
vagina (retrovaginal)
Laki-laki: melalui uretra
(rectouretral)

Terdapat fistula

ATRESIA ANI

Mekonium tidak
keluar pada waktu
24-48 jam setelah
lahir

Tidak Terdapat
fistula

Tipe Atresia Ani

Letak Tinggi
Rectum berakhir di
atas
m.puborectalis, tdk
ada spingter
internal. Biasanya
dihubungkan dgn
fistula genitourinary
(lubang anus
terpisah dg ujung
rectum yg buntu)

Intermediet
Rectum di
bawah
m.puborectalis,
lekukan anus
dan spingter
eksternal ada di
posisi normal.
Biasanya ada
fistula

KOLOSTOMI

Letak Rendah
Posisi rectum
normal, ada spingter
eksternal & internal
yg berkembang baik,
dg fungsi normal &
tdk ada hubungan dg
saluran genitoury
(saluran anus/rectum
bag,bwah
mengalami stenosis)

Tanda Gejala

24-28 jam

Perut menggembung
Distensi abdomen

Tidak bisa BAB (tidak bisa


mengeluarkan mekonium setelah
lahir) / keluar seperti pita

Muntah

Risiko kekurangan volume


cairan kurang dari kebutuhan
tubuh

Perubahan nutrisi kurang


dari kebutuhan tubuh

Pemeriksaan Lab. &


Diagnostik
PF rectum (colok dubur) :
Untuk memeriksa kepatenan
rektal.
Melakukan
pemasukan
thermometer mel anus ,apakah
terdapat anus imperforata atau
tidak

Sinar X terhadap abdomen: Untuk


menentukan kejelasan ke seluruhan
bowel dan jarak pemanjangan kantung
rectum dari spingter.

Ultrasound terhadap
abdomen : Untuk melihat
fungsi organ internal
terutama dalam sistem
pencernaan dan untuk
mengetahui jarak
pemanjangan kantung
rectum dari spingternya.
Rontgenogram abdomen &
pelvis: digunakan untuk
mengkonfirmasi adanya fistula
yang berhubungan dgn
traktus urinarius.

KOLOSTOMI
Setelah anak berusia 6
bulan sampai 2 tahun/ BB =
10kg.
Dilakukan pulltrough
sacroperineal &
abdominoperineal serta
PSARP (posterior sagital
anorectoplasti)

KOLOSTOMI

Gangguan integritas kulit

DK : Gangguan integritas kulit b.d terpajan dari feses sekunder akibat kol
ostomi
Tujuan : Tidak terjadi gangguan integritas kulit.
KH : kulit sekitar tempat kolostomi tetap utuh,
penyembuhan luka tepat waktu, bebas
dari kemerahan & iritasi.
Intervensi :
1. Gunakan kantong ostomi berukuran pas dengan barier kulit yang efektif (misalnya,
Ansietas
Ansietas keluarga
keluarga (orang
(orang tua)
tua)
Hollihesive,
Stomahesive
atau Comfed).
2. Ganti kantong ostomi kapan pun kantong bocor atau diduga bocor. Periksa kantong setiap 2
jam.
3. Kosongkan kantong ostomi kapan pun kantong penuh, misalnya saat seperempat atau
sepertiga bagian.
4. Ganti kantong ostomi sekurang-kurangnya sekali setiap 24 jam sampai area periostoma
sembuh.
5. Apabila ada kerusakan kulit terjadi lakukan terapi untuk luka sesuai indikasi.

KOLOSTOMI

Ansietas keluarga
(orang tua)

DK : Ansietas keluarga (orang tua) b.d kurangnypengetahuan tentang penyakit


dan terapi yang diprogramkan
Tujuan : Kecemasan keluarga (orang tua) dapat berkurang.
KH : Keluarga dapat mengungkapkan pemahaman tentang penyakit dan terapi
yang diprogramkan.
Ansietas
Ansietas keluarga
keluarga
(orang tua)
tua)
Intervensi
: (orang
1. Jelaskan dengan istilah yang dimengerti oleh orang tua tentang anatomi dan
fisiologi saluran pencernaan normal serta sifat penyakit anak. Gunakan media dan
gambar agar lebih mudah dipahami.
2. Beri jadwal pemeriksaan diagnostik pada orang tua.
3. Beri informasi pada orang tua tentang pembedahan kolostomi. Gunakan alat
Bantu visual mengenai kolostomi.
4. Jelaskan kepada orang tua aktivitas yang diharapkan dan peristiwa selama
periode pasca-operasi. Missal, kebutuhan intravena, pemeriksaan lab,
penggantian balutan. Gunakan contoh alat.

KOLOSTOMI

Risiko tinggi
infeksi

DK : Risiko tinggi infeksi b.d prosedur pembedahan


Tujuan :
1. pasien menunjukkan tanda-tanda penyembuhan luka tanpa bukti infeksi luka
2. pasien tidak menunjukkan bukti-bukti komplikasi
KH :
1. Pasien tidak menunjukkan bukti-bukti infeksi luka
2. Pasien tidak menunjukkan bukti-bukti komplikasi
Intervensi
:
Ansietas
Ansietas keluarga
keluarga (orang
(orang tua)
tua)
1. Gunakan teknik mencuci tangan yang tepat dengan kewaspadaan universal
lain, terutama bila terdapat drainase luka.
2. Pantau suhu tubuh secara teratur.
3. Lakukan perawatan luka dengan hati-hati untuk meminimalkan resiko infeksi
4. Jaga agar luka bersih dan balutan utuh
5. Pasang balutan yang meningkatkan kelembaban penyembuhan luka
(mis,balutan hidrokoloid)
6. Ganti balutan bila diindikasikan, jika kotor, buang balutan yang kotor dengan
hati-hati
7. Lakukan perawatan luka khusus sesuai dengan ketentuan
8. Bersihkan dengan preparat yang ditentukan

KOLOSTOMI

Gangguan rasa nyaman:


nyeri

DK : Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d pembedahan


Tujuan : Anak tidak mengalami nyeri atau penurunan nyeri sampai
tingkat yg dpt diterima anak KH : Anak beristirahat tenang &
menunjukkan bukti-bukti nyeri yg minimal
atau tidak ada
Intervensi :
Ansietas
(orang
tua)
Ansietas keluarga
keluarga
(orangyg
tua) nyaman
1. Berikan
posisi
2. Jangan menunggu sampai anak mengalami nyeri hebat untuk
intervensi mencegah terjadinya nyeri.
3. Hindari mempalpasi area operasi kecuali jika diperlukan.
4. Pastikan kateter anak dipasang dengan benar, serta bebas dari
simpul.
5. Lakukan aktivitas dan prosedur keperawatan (mis:mengganti balutan,
napas dalam, ambulansi) setelah analgesia
6. Berikan analgesik sesuai ketentuan untuk nyeri
7. Gunakan distraksi (aktivitas bermain)

KOLOSTOMI

Gangguan citra
tubuh

DK : Gangguan citra tubuh b.d prosedur kolostomi

Tujuan : Anak akan mengalami peningka


tan konsep diri.
KH : dpt mengekspresikan tindakan kolostomi
sesuai dg usia & melakukan perawatan
diri.
Intervensi:
1. Tingkatkan
&(orang
motivasi
pelaksanaan aktivitas perawatan diri spt hygiene harian,
Ansietas
tua)
Ansietas keluarga
keluarga
(orang
tua)
berdandan, pemberian makan & berbusana.
2. Anjurkan anak untuk mengekspresikan perasaannya tentang kolostomi.
3. Pastikan pesepsi anak ttg citra tbhnya sendiri.Diskusikan pandangan anak thdp
citra diri & efek yg ditimbulkan dr kondisi.
4. Bantu anak melihat adanya perubahan citra tbh & persepsi anak thdp
peubahan tsb.
5. Dengarkan dg aktif masalah & ketakutan anak.. Diskusikan cara agar anak dpt
berespon lebih adaptatif di masa dpn.
6. Dorong mengungkapkan perasaan, menerima apa yg dikatakannya.Beri umpan
balik positif thdp perilaku mandiri.

Risiko kekurangan volume cairan kurang


dari kebutuhan tubuh
DK : Risiko kekurangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh b.d
penurunan asupan, mual dan muntah
Tujuan : Klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan
KH:
- Output urin 1-2 ml/kg/jam
- Turgor
kulit
baik
Ansietas
keluarga
(orang
Ansietas
keluarga
(orang tua)
tua)
- Membrane mukosa lembab
Intervensi :
1. Timbang berat badan anak setiap hari, pantau masukan dan
pengeluaran cairan.
2. Berikan cairan intravena, sesuai program.
3. Pantau tanda-tanda vital.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan


tubuh
DK : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bd menurunnya
asupan , mual & muntah
Tujuan. : Kebutuhan nurtisi tubuh tercukupi.
KH : Menunjukkan peningkatan BB, nilai laboratorium normal, bebas
tanda malnutrisi.
Intervensi :
Ansietas
Ansietas keluarga
keluarga (orang
(orang tua)
tua)
1. Pantau Input/ Output makanan / cairan.
2. Kaji kesukaan makanan anak.
3. Beri makan sedikit tapi sering.
4. Pantau BB secara periodik.
5. Libatkan orang tua, mis. membawa makanan dari rumah, membujuk
anak u/ makan.
6. Beri perawatan mulut sebelum makan.
7. Berikan isirahat yg adekuat.
8. Pemberian nutrisi secara parenteral, u/mempertahankan keb. kalori
sesuai program diet.

Anda mungkin juga menyukai