Anda di halaman 1dari 144

Case

t
Repor
n
Sessio

TB Paru Dalam Pengobatan +


DM Tipe II Terkontrol
Overweight + Gastroenteritis
Tanpa Dehidrasi

TUBERKULOSI
S PARU

DEFINISI
Infeksi paru yang disebabkan kuman
Mycobacterium tuberculosis. (pdt)

Patogenesa Tuberkulosis Paru


(Tuberkulosis Primer)
Kuman Mati/Keluar
dari trakeobronkial

Neutrofil

Makrofa
g
Menetap di jaringan
paru

Sembuh tanpa
menimbulkan cacat
Sembuh dengan
meninggalkan garis fibrotic
& kalsifikasi di hilus
10% nya dapat reaktivitas
lagi
Menyebar Limfogen,
Hematogen, Bronkogen

Berbentuk Sarang Pneumonia


kecil
(Focus Gohn)
Peradangan saluran getah
bening menuju
hilus( Limfangitis Lokal
Perbesaran Kelenjar getah
bening di hilus ( Limfadenitis
Regional)

Tuberkulosis Pasca/Post
Primer
Setelah periode laten, setelah infeksi
primer
Reaktivasi
Reinfeksi
Dapat terdapat di luar paru
Kerusakan paru yang luar dengan
kavitas, BTA+, pada lobus atas, umunya
tdk ada limfadenopati intratoraks.

Patogenesa Tuberkulosis
Paru
(Tuberkulosis Sekunder/Pasca
Berbentuk
Primer)
sarang
3-10 minggu
Kuman
Tuberk
dormant

Pneumonia
kecil focus
gohn

el
Menginfasi daerah
parenkim paru

TUBERKULOSIS PASCAPRIMER

Perjalanan infeksi
tuberkulosis

KLASIFIKASI
TUBERKULOSIS

Definisi Kasus
Ditentukan oleh 4 determinan yaitu:
Lokasi penyakit (pulmoner/ extra
pulmoner)
Hasil hapusan dahak
Riwayat pengobatan sebelumnya
Beratnya penyakit

Gejala klinik

Pemeriksaan Laboratorium
A. Pemrk. Bakteriologis
Bahan: sputum bilasan bronkus,
jaringan paru, cairan pleura, dll
a.Mikroskop pewarnaan:
Ziehl-Nielsen, Kinyoun Gabbet,
auramin-rhodamin
3 sputum (sewaktu,pagi,sewaktu)
b.Kultur: Lowenstein-Jensen, Ogawa
Middle Brook, BACTEC
c.Serologi: ELISA, mycodot, PAP
test
Dot-EIA TB
d.Polymerase Chain Reaction:
amplifikasi DNA atau RNA

B. Pemrk. Darah:
LED, kadar limfosit
C. Pemrk Histopatologi Jaringan
Dx pasti infeksi TB: granuloma
denganpengejuan
D. Uji tuberkulin
Sangat berarti untuk mendeteksi
TB didaerah prevalensi TB
rendah
Positif: di atas 10mm
Negatif :-peny. Berat: TB milier
-morbili, rubella
-malnutrisi
-pemakaian
imunosupresif
-keganasan
-radiasi

Foto thorax

PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
TB PARU
1.

Kelainan terutama pada lapangan atas paru


atau lobus bawah apical (B6).

2. Bayangan bercak-bercak atau noduler.


3. Adanya kavitas (caverne).
4. Adanya kalsifikasi.
5. Kelainan bilateral di lapangan atas.
6. Kelainan menetap setelah beberapa minggu.
7. Bayangan milier.
8. Bayangan fibrosis.

KAVERNE

TB.MILIER PADA ANAK

TUBERKULOMA

Derajat kelainan paru sec radiologis


ATS
( American Thoracic
Society)

Minimal

Cavitas (-)
Infiltrat tipis setinggi kondro sternal junction
iga 2

Moderate

Cavitas (+) diameter < 4 cm


Infiltrat tipis satu paru
Infiltrat tebal satu lobus

Severe

Kelainan lebih berat dari moderate

Bila seseorang telah didiagnosa sebagai TB


paru, pengobatan tergantung kepada:
Hasil pemeriksaan BTA
Luasnya kelainan secara radiologis
Riwayat pengobatan sebelumnya

Berdasarkan faktor-faktor di atas


WHO merekomendasikan
2 kategori pengobatan

PENGOBATAN TB
Pengobatan tb memerlukan waktu lama
karena sulit untuk membunuh kuman
semi dorman.
Terdapat 3 aktifitas anti TB, yaitu:
Obat bakterisidal : INH, rifampisin,
pirazinamid
OAT dgn kemampuan sterilisasi:
rifampisin, PZA
OAT dgn kemampuan mencegah
resistensi: rifampisin dan INH

PENGOBATAN

KATEGORI I
Kasus baru TB paru BTA (+)
Kasus baru TB paru BTA (-) tapi kelainan
radiologisnya moderatatau severe.
Kasus baru dengan kerusakan yang berat
pada TB ekstra pulmoner

FASE AWAL

2 RHZE

FASE LANJUTAN
(PILIH SALAH SATU)
4 R3H3
4 RH
6 HE

KATEGORI II
TB paru BTA (+) dengan riwayat
pengobatan sebelumnya :
Kambuh

FASE AWAL
2 RHZES + 1 RHZE

FASE LANJUTAN
(PILIH SALAH SATU)
5 R3H3E3
5 RHE

WHO dan IUATLD merekomendasikan


pemakaian OAT KDT 4 obat sejak
tahun 1994 dengan syarat
bioavailabilitas rifampisin setelah
dikombinasikan dengan OAT lain
tidak berkurang.
Dosis
paduan tahap
OATintensif
KDT tiap
kategori
Berat
badan
Tahap lanjutan 3x
hari selama 56 hari
seminggu selama 16
1;2(RHZE)4(RH)3
RHZE(150/75/400/27 minggu
5

RH(150/150

30 37 kg

2 tablet 4 KDT

2 tablet 2KDT

38 54 kg

3 tablet 4 KDT

3 tablet 2KDT

55 70 kg

4 tablet 4 KDT

4 tablet 2KDT

> 71 kg

5 tablet 4 KDT

5 tablet 2KDT

Dosis paduan OAT KDT kategori 2;


2 (RHZS)S / RHZE / 5 ( HR )3 E3
Tahap intensif tiap
hari
RHZE(150/75/400/2
75+S
Selama 58 hari
Berat
badan

Tahap
lanjutan 3x
seminggu
RH(150/15
0) + E400
Selama 28
hari

Selama 2 minggu

30 37
kg

2tab 4KDT+500 mg

2 tablet 4
KDT

2 tablet 4 KDT+ 2
E

38 54kg

3tab 4KDT+750mg

3 tablet 4
KDT

3 tablet 4 KDT+ 3E

55 70
kg

4tab 4KDT+1000 mg

4 tablet 4
KDT

4tablet 4 KDT+ 4E

Resistensi Obat

Mono-resistance
Poly-resistance
Multidrug-resistance (MDR)
Extensive drug- resistance (XDR)
Totally drug-resistance (TDR)

Beberapa penyebab terjadinya


resitensi terhadap obat
tuberkulosis

Pemakaian obat tunggal


Penggunaan paduan
obat yang tidak adekuat
Pemberian obat yang
tidak teratur
Pengobatan yang tidak
berhasil
Penyediaan obat yang
tidak reguler
Pengetahuan pasien
kurang tentang
penyakit TB

Penggunaan obat
kombinasi yang
pencampurannya
tidak dilakukan secara
baik, sehingga
mengganggu
bioavailabiliti obat
Pemakaian obat
antituberkulosis cukup
lama, sehingga
kadang menimbulkan
kebosanan

Klasifikasi OAT untuk


MDR

43

DEFINISI

44

Peran insulin dalam transport


glukosa
Insulin

45

KLASIFIKASI
Klasifikasi DM berdasarkan American Diabetic
Association 2012 (ADA 2012):

46

Gejala klinis Diabetes


Melitus

47

Diagnosis Diabetes Melitus

48

Langkah diagnostik Diabetes Melitus

49

50

Epidemiologi

51

Etiologi

52

Patogenesis Diabetes melitus tipe 2


Hiperglikemi
a post
prandial

Hiperglikemi
a puasa

Dislipidemia

Disfungsi sel
endotel

Komplikasi akut dan


kronik Diabetes

53

Gejala klinis

54

Diagnosis kerja DMT2

55

Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan ureum, kreatinin,
elektrolit, fungsi hati, profil lipid,
Insulin puasa, C peptida dan HOMAIR
2. Pemeriksaan reduksi, protein dan
keton urin
3. Pemeriksaan EKG
Rontgen
Pemeriksaan
ini bertujuan
4.
foto
Thorak menjelaskan
adanya resistensi inulin dengan peningkatan
5. Pemeriksaan
oftalmologi
untuk
HOMA-IR dan insulin
pusa
melihat
Tujuan lain:
mencari
komplikasi DM
tanda
retinopati
diabetik

56

Diagnosis pasti DMT2

57

58

Pilar penatalaksanaan DM :

Diet penderita Diabetes


Jumlah kalori: pria
: 30 kal/kgBB Ideal
wanita : 25 kal/kgBB ideal
BB Ideal: 90% x (TB dalam cm-100) x 1 kg
Jumlah kalori ditambah sebanyak:
10% saat istirahat
20% aktivitas ringan
30% aktivitas sedang
20-30% badan kurus
Sampai 50% aktivitas berat-sangat berat
Dikurangi pada keadaan berikut sebanyak:
5% pada umur 40-59 tahun
10% pada umur 60-69 tahun
20% lebih dari 70 tahun
20-30% berat badan lebih

60

Diet penderita diabetes


Makan berat dibagi 3 porsi: pagi 20%,
siang 30% dan sore 20%
Makan ringan dibagi 2-3 porsi (10-20%)
diantara makan berat
Komposisi makan:
Karbohidrat 45-65% dari total kalori
Lemak 20-25% dari total kalori
Protein 10-20% dari total kalori
Natrium < 1 sendok the per hari
Serat 25 gram/hari
61

Latihan jasmani

62

Terapi farmakologi

63

Obat Hipoglikemik Oral


Pemicu sekresi insulin sulfonil urea
dan glinid
Penambah sensitivitas terhadap insulin
metformin dan tiazolidindion
Penghambat glukoneogenesis
metformin
Penghambat absorpsi glukosa
penghambat glukosidase alfa

Pemicu insulin (insulin


secretagog)

65

Peningkat sensitivitas
terhadap insulin

66

Penghambat
glukoneogenesis

67

Penghambat Glukosidase
Alfa (Acarbose)

68

DPP-IV Inhibitor

69

Cara pemberian Obat


antidiabetik oral (OHO)
OHO mulai dosis kecil dan ditingkatkan
bertahap sesuai respons kadar glukosa darah,
dapat diberikan sampai dosis optimal
Sulfonilurea: 15 30 menit sebelum makan
Repaglinid, nateglinid: sesaat sebelum makan
Metformin : sebelum /pada saat / sesudah
makan
Penghambat glukosidase (Acarbose): bersama
makan suapan pertama
Tiazolidindion: tidak bergantung makan
DPP-IV inhibitor dapat diberikan bersama
makan dan atau sebelum makan.
71

INSULIN
Penurunan indikasi
berat badan yang
cepat
insulin:

Hiperglikemia berat yang disertai ketosis


Ketoasidosis diabetik
Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
Hiperglikemia dengan asidosis laktat
Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA,
stroke)
Kehamilan dengan DM/DM gestasional yang
tidak terkendali dengan perencanaan makan
Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
72

Jenis dan lama kerja insulin

73

EFEK SAMPING INSULIN

78

Algoritma pengelolaan DM tanpa


dekompensasi

79

Kontrol/pemantauan pasien

80

Target pengendalian penderita


diabetes

81

Definisi : adalah suatu penyakit saluran pencernaan


yang ditandai dengan muntah dan diare.
Etiologi : Bakteri, amuba, virus, jamur, toksin,
parasit, makanan.
Yang paling sering pada orang dewasa di negara
berkembang :
Vibrio Kolera

Kolera

Amuba

Disentri amuba

Shigella

Disentri basiler

KOLERA.
Definisi : penyakit diare akut yang dalam beberapa
jam dapat mengakibatkan dehidrasi dan
kematian.
Etiologi : Vibrio kolera
Pathogenesis :
- V.kolera tertelan dlm jumlah besar.
- Sebagian mati di lambung
- Yg hidup berkembang di usus halus sampai kolon.
- Menghasilkan toksin (Cholera Toxin / CT)
- CT merusak mukosa usus
#Inhibisi Na
Akumulasi NaCl di lumen
#Ekskresi Cl
Cairan menumpuk di lumen
Diare cair (watery)
DEHIDRASI

Tanda & Gejala :


Masa inkubasi : 24 -48 jam.
- Diare cair dan banyak(bisa > 250 ml / kgBB).
- Warna tinja spt cucian beras
- Tanpa rasa sakit dan demam.
- Muntah.
- Haus, lemah
- Kramp otot ok kekurangan elektrolit.
- Kesadaran menurun ok hiponatremia & dehidrasi.
- Pernafasan Kussmaul ok asidosis metabolik ok
kekurangan bikarbonat.
- Hipotensi postural, nadi lemah,
- Turgor jelek, oliguria
- Woman washer hand/washer woman.
- Dehidrasi --- syok hipovolemik --- kematian.

Laboratorium:
- Hematokrit
- Lekositosis.
- Ureum & Creatinin
- pH ok bikarbonat
Deteksi kuman :
- Mikroskop lapangan gelap.
- Kultur tinja.
Penatalaksanaan :
- Kausal : # Tetrasiklin 4 x 500 mg selama 3 hari.
# Doksisiklin 300 mg SD.
# Ampisilin, Quinolon.

Penatalaksanaan Dehidrasi.
1. Menetukan tingkat dehidrasi.
#Cara Goldberger :
~Dehidrasi ringan : kehilangan < 2 % x BB.
Gejala : Haus.
~Dehidrasi sedang :kehilangan cairan 6 % xBB
Haus + mulut kering + oliguri.
~Dehidrasi berat : kehilangan cairan 7-14%xBB
Mata cekung,woman wosher hands
Dehidrasi ringan : Oralit / LGG
Dosis : 1 bks/1gelas(200cc)
tiap 1 x diare / muntah.
Dehidrasi sedang / berat : Infus Ringer Laktat.

#Cara Daldiyono:
Gejala Klinis:
Muntah
Vox Cholerae (serak)
Kesadaran apatis
Kesadaran somnolen - koma
TDS < 90 mmHg
Nadi > 120 x / menit
Nafas Kussmaul
Turgor kurang
Facies cholerica
Ekstremitas dingin
Washer hand
Sianosis
Umur > 50 th
Umur > 60 th

Skor:
1
2
1
2
2
1
1
1
2
1
1
2
-1
-2

Kebutuhan cairan: Skor x 10%x BB(kg) x 1 liter


15

Kecepatan pemberian infus :


1 jam I : 1/2 bagian
1 jam II : 2/3 dari sisa I
1 jam III : 1/3 dari sisa I
Misal:
Kebutuhan 3 liter.
Jam I : 1 liter
Jam II : 1 liter
Jam III: liter
Komplikasi :
- Nekrosis Tubular Akut
- Gagal Ginjal Akut
- Asidosis Metabolik

Disentri Amuba
Def. Adalah infeksi pada kolon disebabkan oleh
Entamuba histolitika.
Entamuba histolitika.
Motil, pseudopodia, oval, fagositosis.
Lingk. Hidup : anaerob atau kadar O2 5%.
Bentuk : tropoziod dan kista.
Tropozoid : bentuk minuta & magna.
Minuta : non patogenik, memakan bakteri&cairan usus
Magna :
Patogenik, memakan eritrosit/hematofagous
Bisa menginfasi sampai submukosa, membentuk
koloni >> tjd ulkus pada dinding usus.

Kista:
- bulat/agak oval
- inti 1 - 4 buah.
- infektif.
Patogenesa :
Kista tertelan ->>pecah/menetas di usus halus
-->>amuba berinti 4 keluar dari kista ->>tjd
pembelahan sitoplasmik ->>terbentuk 8 tropoz.
Tropoziod menginvasi kolon ->>tjd fokus lesi
->>beberapa fukus bergabung mjd ulkus
(berbentuk spt. botol) ->> ulkus makin dalam
->> mencapai p. darah ->>vaskulitis ->>trombus
->> nekrosis ->> perdarahan.

Tanda & Gejala Klinis :


Asimtomatis : E.histolitika hidup scr komensal.
Ringan :
Abd. discomfort, freq. BAB bertambah, lemah,
diare dan obstipasi silih berganti, kalau kronis BB
menurun, gejala menghilang ->>bbrp bulan
muncul lagi.
Berat :
Diare lendir dan darah, tenesmus, kolik, muntah,
kram otot perut, BB menurun, demam,
lemah, nyeri tekan perut kanan bawah/seluruh
abdomen, hiperperistaltik.

Laboratorium:
- Tinja mikroskopis:
- Dgn eosin 1% + brilliant crystal blue 0,2%
- Diperiksa < 30 menit stlh pengambilan.
- Jangan kena air ok merusak tropozoit.
- Terdapat tropozoit.
Tanda: bergerak, tdp pseudopodi jernih,
plasma mengandung eritrosit.
- Kultur tinja : Medium : Diamonds, Lock Egg Serum
- Serologis : ELISA, Complement fixation,PCR.

Diagnosa Banding :
- Tuberkulosis intestinalis.
- Ca kolon.
- Inflammatory bowel disease.
- Disentri basiler.
- Demam tifoid.
- Brusellosis.
Pengobatan:
Asimtomatik : Diloksanid furoat 3 x 500 mg : 10 hari
Paromomycin 3 x 500 mg : 10 hr
Simtomatik : Metronidazole 3 x 750 mg : 10 hari
bersama dengan diloksanid furoat atau

Komplikasi :
Intestinal :
1. Perdarahan massif.
2. Perforasi usus.
3. Apendisitis amuba.
4. Ameboma (penebalan dinding usus,
mirip Ca)
5. Striktur kolon.
Ekstraintestinal:
1. Amebiasis hati ( Abses hati amuba)
2. Amebiasis pleuropulmonal
(empiema, abses, fistula
hepatopleural)
3. Amebiasis perikardial.
4. Amebiasis serebral. 5. Amebiasis

DISENTRI BASILER
Nama lain Sigellosis.
Etiologi : Shigella sonnei (paling sering)
Shigella flexneri
Shigella dysentriae (jarang, berat).
Gejala klinik :
Diare mula-mula cair, kemudian bercampur
darah dan lendir.
Tenesmus.
Demam, menggigil, sakit kepala, anoreksia,
lemah.
Dehidrasi

Laboratorium :
Tinja : - mengandung banyak lekosit & eritrosit.
- Kultur : Shigella (+) : 5 %
Pengobatan:
Rehidrasi.
Antibiotika :
Kotrimoksazol 2 x 960 mg
Siprofloksasin 2 x 500-750 mg

LAPORAN
KASUS

IDENTITAS PASIEN

ANAMNESIS

Riwayat Penyakit
Sekarang

Demam dirasakan sejak 3 hari yang


lalu. Demam awalnya dirasakan 7 hari
yang lalu. Demam datang mendadak
dan terus menerus. Demam kadang di
ikuti dengan menggigil namun tidak
berkeringat.
Selain itu pasien juga mengeluhkan
seluruh badan terasa gatal dan
memerah sejak 7 hari yang lalu dan
badan terasa lemah semenjak 3 hari
yang lalu.

Pasien tidak ada mengeluhkan nyeri dada dan


sesak. Dada berdebar dan rasa terbakar pun
tidak ada dirasakan oleh pasien
Namun pasien ada mengalami batuk tidak
berdahak sejak 4 bulan yang lalu yang belum
hilang. Batuk tidak bercampur darah .
Nyeri kepala dirasakan sejak 7 hari yang lalu,
dan bertambah berat sejak 3 hari yang lalu.
Nyeri kepala ini kepala dirasakan pada bagian
depan kepala menjalar sampai kepundak.
Nyeri berkurang jika pasien istirahat, namun
pasien tidak bisa untuk tidur

Pasien juga mengalami mual dan muntah.


Dalam 1 hari pasien muntah sebanyak > 10
kali dan dalam 1 kali muntah sebanyak
gelas aqua kecil. Dan yang di muntahkan
hanya air saja, tidak ada makanan tidak ada
darah dan tidak bewarna hitam. Hal ini di
rasakan pasien sejak 1 minggu yang lalu.
Dan nafsu makan pasien juga berkurang
namun pasien tidak ada mengeluhkan nyeri
dalam menelan
Berat badan pasien menurun drastis sejak 1
bulan yang lalu, dari 80 kg menjadi 75 kg
Pasien juga mengeluhkan nyeri perut di kanan
atas. Nyeri tidak ada menjalar sampai kebahu

BAB pasien normal, konsistensi masih


padat , tidak berlendir, tidak berdarah,
BAK pasien normal, dimana pasien puas
saat BAK, tidak nyeri, bewarna seperti
kuning biasa, tidak bercapur darah,
tidak berlendir dan tidak bercampur
pasir. Untuk BAK yang sering pada
malam hari tidak ada dirasakan pasien.

Riwayat Penyakit Dahulu


1. Pasien adanya riwayat DM sejak tahun 2009 . Pasien
rutin control kepoli untuk DM dan mendapatkan obat sutik
berupa novorapid yang biasanya di gunakan pasien
sebelum makan.
2. Pasien pernah di rawat di RSUD solok pada bulan April
tahun 2016 di bangsal paru dengan gejala batuk lama.
3. Adanya riwayat penyakit pembengkakan jantung pada
bulan april 2016
4. Adanya riwayat penyakit tekanan darah tinggi yang
diketahui pada akhir bulan April tahun 2016, namun tidak
terkontrol

Adanya riwayat minum obat OAT


yang sudah 3 bulan namun terputus
baru 3 hari yang lalu karena pasien
mengalami gatal gatal di seluruh
badannya
Riwayat alergi obat obatan disangkal
Riwayat penyakit rematik disangkal
Riwayat penyakit Asma disangkal

Riwayat Penyakit
Keluarga

Riwayat
Psikososial
1. Pasien seorang istri yang memiliki 1 orang suami dan 1
orang anak yang berusia 17 tahun. BB anak yang
dilahirkan pasein tersebut seberat 4,2 kg.
2. Pasien juga seorang penjual gorengan. Pasien sering
bagun jam 3 pagi untuk masak. Pasien biasanya masak
kadang menggunakan kompor dan menggunakan kayu
bakar.
3. Dirumah untuk membasmi nyamuk pasien biasanya
menggunakan obat bakar nyamuk
4. Pasien tidak merokok, tidak minum alkohol, tidak
narkoba, tidak menggunakan jarum suntik bergantian

Pemeriksaan Fisik

Status Generalis
Kulit
Kepala
Rambut
dan
Wajah
Mata
kanan
Telinga
Hidung

: tampak hiperemis, kering, dan


adanya skuama, ikterik(-)
: Normocephale
: Pirang ke coklatan, ada uban
mudah rontok
: edema (+)
:KonjungtivaAnemis (+),
Sklera Ikterik (-), edem di mata
: dalam batas normal
: Dalam batas normal

Mulut
: Tampak kering dan
bewarna
kehitaman
Gusi Perdarahan (-)
Leher : JVP 5+ 2 cmH2O, tidak ada
pembesaran (KGB) submandibula ,
sepanjang submandibula sepanjang
M.sternocleidomastoideus,Supra /
Infraclavikula kiri dan kanan.

Inspeksi
: Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi
: Iktus kordis teraba 5 jari di
linea mid clavicularis sinistra RIC V
Perkusi
Batas jantung kiri : 5 jari Linea mid clavikula sinistra
RIC V
Batas jantung kanan
: Linea sternalis dekstra RIC
IV
Batas jantung atas : Linea parasternalis sinistra RIC II
Auskultasi
: irama murni , BJ1-BJ2 regular,
bising jantung(-)

Ekstremitas superior
Inspeksi
: edema (+), Sianosis (-), kontraktur
jari (-), heperemis(+), skuama (+)
Palpasi
: Perabaan hangat
Tes sensibilitas
: sensibilitas halus (+), sensibilitas
kasar (+)
Refleks
fisiologis
Kanan
kiri
Refleksbiseps

Reflekstriseps

Refleksbrachioradia
lis

Refleks
patologis
Refleks Hoffman-Tremor

Kanan

Kiri

Ekstremitas inferior
Inspeksi

: edema (-), sianosis (-), hiperemis(+),


skuama(+)
Palpasi
: perabaan hangat
Palpasia. Dorsalis pedis, tibialis
posterior, a poplitea kuat angkat
Tes sensibilitas: sensibilitas halus (+), sensibilitas
kasar (+)

Refleks
fisiologis

Kanan

Kiri

Refleks Patella

RefleksCremaster

Tidak

Tidak

dilakukan

dilakukan

Reflkes Achilles
Reflekrefleks
patologis

Kanan

Kiri

Refleks Babinski

Refleks Gordon

Refleks oppeinheim

Refleks chaddoks

III. Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan darah rutin tanggal 11 September 2016
Parameters

Hasil

Nilai Rujukan

Hgb

9,9 g/dL

11,5.0-16,5.0 g/dL

Hematokrit

29,3%

37.0-45.0 %

WBC

9.01 103/uL

4.0-5.0 103/uL

PLT

264.103/uL

150-400. 103/uL

Pemeriksaan Faal Ginjal

Parameters

Hasil

Nilai Rujukan

Ureum

45,2 mg/dl

20-50 mg/dl

Creatinin

1,69 mg/dl

0,5-1.5 mg/dl

Metabolisme Karbohidrat

Parameters

Hasil

Nilai
Rujukan

Ad random

278 mg%

<200 mg%

Pemeriksaan EKG tanggal 6 juli 2016

Pemeriksaan EKG tanggal 6


juli 2016
1. Frekuensi
2. Axis :
L1 = -1 + 10 1 = + 8
L2 = -2 +7-1 = +4
L3 = -2 + 1+0 = -1
Kesimpulan axis sumbu normal
horizonta
Segmen ST : Iso elektrik

3. LVH = S(V1) + R(V5)


18+ 13 = 31 (Tidak ada LVH)
4. RVH =

Kesan :
Normal EKG

Diagnosis Banding:
1. TB Usus
2. Bronkopneumoni
3. Durg Induced
Hepatitis
3. Abses paru
4. Kanker paru

PROGNOSIS


VIII.
Follow up

Hari/tanggal Subjective Objective


Selasa /

-Demam

13-9-2016

Assasement Plan

KU: sedang

TB paru dalam

Diet DM 1900 kkal

dengan

Kes: CMC

pengobatan +

- IVFD Nacl 0,9 % 6

menggigil

TD: 100/70

DM Tipe II

-Gatal

seluruh

tubuh
-Batuk

Kering

(+)

N: 78
RR: 20
T: 39

Jam/ kolf
-aff Ciprofloxaxin

Terkontrol

-Cefriaxon 2 gr 1x 1

Overwieght

(IV)
-Paracetamol 3 x 500
mg (po)
-Ambroxol 3x1

-Muntah(+)

tab(po)

-nafsu

-CTM 3x1

makan

turun
-

tidak

tidur

- Levemir 1x 14 unit
-Novorapid 3x16

bisa

unit
- Obat Tb lanjut

Hari/tanggal Subjective Objective

Assasement Plan

KU: sedang

TB paru dalam

Diet DM 1900 kkal

Kes: CMC

pengobatan +

- IVFD Nacl 0,9 % 6

tubuh

TD: 120/60

DM Tipe II

-Batuk Kering (+)

N: 86

Terkontrol

(IV)

BAB encer > 10x

RR: 21

Overwieght

-Paracetamol 3 x 500

T: 39,1

+Gastroenteritis

Rabu /

-Demam

14-9-2016

menggigil
-Gatal

dengan
seluruh

warna cokla pekat


encer sejak Dalam
1

kali

sebanyak

gelas aqua kecil.


BAB
ampas,

akut tanpa

BaB

tidak

ada
tidak

Jam/ kolf
-Cefriaxon 2 gr 1x 1

mg (po)
-Ambroxol 3x1
tab(po)

Skor

dehidrasi

- New diatab 2-1-1

doldyono =

DD/ TB usus

(po)
-CTM 3x1
- Levemir 1x 14 unit

berlendir, dan tidak

-Novorapid 3x16

bewarna hitam

unit

-Muntah(+) 1x isi

- Obat Tb lanjut

air

Anjuran

-nafsu makan turun

-Cek feses BTA

- tidak bisa tidur

-Cek rontgen
abdomen

Hari/tanggal Subjective Objective


Kamis /
15-9-2016

Demam dengan
menggigil
-Gatal seluruh
tubuh

KU: sedang

TB paru dalam

Kes: CMC

pengobatan +

TD: 120/60

DM Tipe II

-Batuk Kering

N: 86

(+)

RR: 21

BAB encer > 6x

T: 39,1

dalam satu hari


ini
-Muntah(+) 4x
isi air
-nafsu makan
turun
- tidak bisa tidur

Assasement Plan

Terkontrol
Overwieght
+Gastroenteritis
akut tanpa
dehidrasi
DD/ TB usus

Diet DM 1900 kkal


IVFD Nacl 0,9 % 6 Jam/
kolf
-Cefriaxon 2 gr 1x 1
(IV)
-Paracetamol 3 x 500 mg
(po)
-Ambroxol 3x1 tab(po)
- New diatab 2-1-1 (po)
-CTM 3x1
- Levemir 1x 14 unit
-Novorapid 3x16 unit
- Obat Tb lanjut
Anjuran
-Cek feses BTA
-Cek rontgen abdomen

LAMPIRAN
Rontgen Thorak tanggal 29 Februari 2016 di RSUD Solok

Hasil:
1. COR CTR 50 %
2. Aorta Elongasi dan mediastinum
superior tampak melebar
3. Tampak kesuraman di lapangan atas
tengah paru kiri
4. Hemidifragma dan sinus costofrenicus
kanan-kiri suram, Super posisi mamae
Kesan :
Penumonia, kemungkinan masa
belum dapat disingkirkan.

Rontgen Thorak PA, tanggal 24 Maret 2016 di


RSUP M.Djamil Padang

Hasil :
Trakea di tengah
Jantung tidak tampak membesar
Tampak aorta elongasi dan klasifikasi
Ke dua hilus tidak melebar atau menebal
Tampak fibrosis dan infiltrat di lapangan paru
kiri
Kedua difragma licin, kedua sudut costofrenicus
lancip
Tulang intak, tidak tampak destruksi
Kesimpulan:
TB paru
Aorta elongasi dan Klasifikasi

Pemeriksaan CT Scan Thoraks tanpa


kontras IV pada tanggal 28 Maret 2016

Hasil :
Terdapat Infiltrat di segmen 1 dan 2 paru kiri
Tak tampak penebalan atau efusi pleura
Tak tampak masa didinding mediastinum
Cor normal. Tak tampak efusi perikardial
Trakeobronkial terbuka, tidak tampak penyempitan
Tidak tampak pembesaran KGB regional
Hepar, gaster dan lien yang tervisualisasi tidak
tampak kelainan
Tidak tampak pembesaran kelenjar suprenal
Kesimpulan
Aneurisma Aorta Desenden
TB Paru
Saran : CT Angiografi

Kesimpulan

Telah dilaporkan seorang perempuan


usia 44 tahun masuk bangsal penyakit
dalam wanita di Rumah sakit Umum
Daerah Solok dengan diagnose TB paru
dalam pengobatan + DM Tipe II
Terkontrol Overwieght + Gastroenteritis
akut. Diagnosa ditegakkan berdasarkan
anamnesa, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan dan penunjang.

Dari anamnesa di dapatkan pasien dalam keluhan


pasien demam terus meningkat dirasakan sejak 1
minggu yang lalu dengan batuk kering yang
belum berhenti, dan pasien kulit kemerahan dan
gatal. Pada pemeriksaaan didapatkan suhu awal
masuk 37,8 dan suhu selama di RS 39,1, kulit
alami hiperemis pada kulit dan skuama, pada
pemeriksaan paru didaptkan Bunyi pernapasan :
bronkovesikuler,Ronki kering kasar (+) di
lapangan paru atas di RIC 3 dan 4 dextra dan
sinistra, Wheezing (-)

. Pasien juga dalam pengobatan mengkonsumsi


obat TB selama 3 bulatan, dan putus obat baru 1
minggu, maka diagnosa pasien TB dalam
keluahan dan mengalami efek samping obat
obat TB. Untuk pengobatan TB, berupa obat TB
tetap di lanjutkan dan untuk menatasi efek
samping obat TB pasien di berikan CTM 3x1.
Untuk diagnosa DM Tpe II terkontrol overwieght
didapatkan bdari pasien yang masih
mengkonsumsi obat DM dan mendapatka obat
suntik berupa novorapid yang digunakan tiap
sebelum makan dan selalu menggunkannya.

Pemeriksaan didapatkan gula darah ad


random pasien sebesar 278. Untuk
Overwieght didapatkan dari IMT pasien .
Pasien dikategorikan Obesitas II. Untuk
diagnose gastroenteritis akut tanpa dehidrasi
dari pasien yang masih alami mual,muntah
lebih dari 10 kali dan BAB encer yang lebih
dari juga lebih dari 10 kali dalam satu hari.
Namun Untuk Gastroenteritis pada pasien
kasus TB paru kemungkinan adanya TB usus.
Maka dianjurkan pada pasien untuk dilakukan
pemerksaan BTA Feses
.

Untuk mengatasi diagnose pasien, maka di


berikan pengobatan Diet DM 1900 kkal, IVFD
Nacl 0,9 % 6 Jam/ kolf, Ciprofloxaxin infuse 2
x200mg, Cefriaxon 2 gr 1x 1 (IV) ,
Paracetamol 3 x 500 mg (po), Ambroxol 3x1
tab(po), CTM 3x1(po), New diatab 2-1-1 (po),
Levemir 1x 14 unit, Novorapid 3x16 unit,Obat
Tb lanjut

Untuk memastikan diagnose penyakit pasien


maka disarankan untuk melakukan
pemeriksaan penujang berupa BTA feses, faal
hepar, urinalisa dan dilakukan USG abdomen,
Peristeneoskopi. biopsi paru

Prognosa
Quo ad vitam
: dubia ad
malam
Quo ad sanationam : dubia ad
malam
Quo ad fungtionam : dubia ad
malam

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab I1
    Bab I1
    Dokumen82 halaman
    Bab I1
    retnowidi41
    Belum ada peringkat
  • Sindrom Pernapasan Akut Parah
    Sindrom Pernapasan Akut Parah
    Dokumen11 halaman
    Sindrom Pernapasan Akut Parah
    retnowidi41
    Belum ada peringkat
  • Bab I1
    Bab I1
    Dokumen82 halaman
    Bab I1
    retnowidi41
    Belum ada peringkat
  • Case Puskesmas
    Case Puskesmas
    Dokumen22 halaman
    Case Puskesmas
    retnowidi41
    Belum ada peringkat
  • TB Paru
    TB Paru
    Dokumen144 halaman
    TB Paru
    retnowidi41
    Belum ada peringkat
  • Bab I1
    Bab I1
    Dokumen82 halaman
    Bab I1
    retnowidi41
    Belum ada peringkat
  • Case Psikosomatik Puskes
    Case Psikosomatik Puskes
    Dokumen19 halaman
    Case Psikosomatik Puskes
    retnowidi41
    Belum ada peringkat
  • Referat Ventilator
    Referat Ventilator
    Dokumen27 halaman
    Referat Ventilator
    retnowidi41
    Belum ada peringkat
  • Bab I1
    Bab I1
    Dokumen82 halaman
    Bab I1
    retnowidi41
    Belum ada peringkat
  • Infeksi Saluran Kemih
    Infeksi Saluran Kemih
    Dokumen8 halaman
    Infeksi Saluran Kemih
    apisardi24
    Belum ada peringkat
  • Vasku Ler
    Vasku Ler
    Dokumen25 halaman
    Vasku Ler
    retnowidi41
    Belum ada peringkat
  • Alur Code Blue
    Alur Code Blue
    Dokumen1 halaman
    Alur Code Blue
    retnowidi41
    Belum ada peringkat
  • Hematuria Pada Karsinoma Buli
    Hematuria Pada Karsinoma Buli
    Dokumen8 halaman
    Hematuria Pada Karsinoma Buli
    Ahmad Yasin
    Belum ada peringkat
  • P 3a Osteoartritis
    P 3a Osteoartritis
    Dokumen21 halaman
    P 3a Osteoartritis
    retnowidi41
    Belum ada peringkat
  • BAB Epistaksis
    BAB Epistaksis
    Dokumen20 halaman
    BAB Epistaksis
    Anonymous mi1Pdhs0Tc
    Belum ada peringkat
  • Text Book Reading
    Text Book Reading
    Dokumen25 halaman
    Text Book Reading
    fahrunidianiramani
    Belum ada peringkat
  • Referat Obgyn
    Referat Obgyn
    Dokumen28 halaman
    Referat Obgyn
    retnowidi41
    Belum ada peringkat
  • Ca Paru Baruu
    Ca Paru Baruu
    Dokumen19 halaman
    Ca Paru Baruu
    Ayu Winarseh Sangg Pemimppii
    100% (2)
  • Onkologi Paru
    Onkologi Paru
    Dokumen75 halaman
    Onkologi Paru
    retnowidi41
    Belum ada peringkat
  • Spo Code Blue Baru
    Spo Code Blue Baru
    Dokumen1 halaman
    Spo Code Blue Baru
    retnowidi41
    Belum ada peringkat
  • PANDUAN Code Blue Pokja IV
    PANDUAN Code Blue Pokja IV
    Dokumen15 halaman
    PANDUAN Code Blue Pokja IV
    retnowidi41
    88% (8)
  • Alur Code Blue
    Alur Code Blue
    Dokumen1 halaman
    Alur Code Blue
    retnowidi41
    Belum ada peringkat
  • PNEUMOTORAKS
    PNEUMOTORAKS
    Dokumen25 halaman
    PNEUMOTORAKS
    HeruDesauzaFaria
    Belum ada peringkat
  • Algoritma Code Blue
    Algoritma Code Blue
    Dokumen1 halaman
    Algoritma Code Blue
    retnowidi41
    Belum ada peringkat
  • TB2012
    TB2012
    Dokumen116 halaman
    TB2012
    Anastasya
    Belum ada peringkat
  • GENETIKA Populasi
    GENETIKA Populasi
    Dokumen45 halaman
    GENETIKA Populasi
    retnowidi41
    Belum ada peringkat
  • Onkologi Paru
    Onkologi Paru
    Dokumen75 halaman
    Onkologi Paru
    retnowidi41
    Belum ada peringkat
  • PPOK
    PPOK
    Dokumen14 halaman
    PPOK
    retnowidi41
    Belum ada peringkat
  • GENETIKA Populasi
    GENETIKA Populasi
    Dokumen45 halaman
    GENETIKA Populasi
    retnowidi41
    Belum ada peringkat