Anda di halaman 1dari 19

Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

&
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)

Kelompok 1:
Dina Anggraini 1220532025
Hadli Lidya Rikayana 1320532007

Dasar Hukum

UU Nomor 8 Tahun 1983


Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
DAN
Pajak Penjualan atas
Barang Mewah (PPnBM)

UU Nomor 11 Tahun 1994

UU Nomor 18 Tahun 2000

UU Nomor 42 Tahun 2009

Istilah-istilah dalam
PPN & PPnBM

Daerah Pabean
Impor
Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud
Ekspor Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud
Ekspor Jasa Kena Pajak
Menghasilkan
Pajak Masukan
Pajak Keluaran
Masa Pajak

Pajak Pertambahan Nilai (PPN)


Defenisi :
Menurut UU Nomor 42 tahun 2009
Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak yang
dikenakan atas penyerahan barang/jasa kena pajak
di daerah pabean yang dilakukan oleh pabrikan,
penyalur utama atau agen utama, importer,
pemegang hak paten/merek dagang dari
barang/jasa kena pajak tersebut.
Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak yang
dikenakan atas konsumsi barang atau jasa di dalam
daerah pabean oleh orang pribadi atau oleh badan.

Ciri Khas PPN (Menurut Undang-Undang PPN No.42 Tahun 2009)


1. Pengenaan PPN dilaksanakan Berdasarkan Sistem Faktur
2. Setiap terjadinya Penyerahan BKP/JKP, wajib dibuatkan Faktur Pajak. Faktur Pajak
merupakan bukti pungutan PPN dimana Faktur Pajak bagi Penjual merupakan bukti
Pajak Keluaran dan Faktur Pajak bagi Pembeli merupakan bukti Pajak Masukan.
Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau Penyerahan Jasa Kena Pajak.
Secara umum Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terdiri dari dua komponen yaitu:
Pajak Masukan
Pajak Keluaran
Atau dapat disimpulkan atau diambil secara garis besar nya bahwa Pajak Masukan
adalah PPN yang dibayar ketika PKP membeli, memperoleh, atau membuat
produknya, sedangkan Pajak Keluaran adalah PPN yang dipungut ketika PKP menjual
produknya.

Karakteristik PPN di
Indonesia
1. Pajak Pertambahan Nilai merupakan Pajak
Tidak Langsung.
2. Pajak Pertambahan Nilai merupakan Pajak
Objektif
3. Multistage Levy Tax
4. PPN terutang untuk dibayar ke kas Negara
dihitung menggunakan indirect substraction
method/credit method/invoice method.
5. Pajak atas Konsumsi Umum Dalam Negeri
6. Pajak Pertambahan Nilai bersifat Netral
7. Tidak Menimbulkan Dampak Pajak Berganda

Pengenaan PPN
PPN dikenakan dengan syarat :
1. Syarat Subyek pajak : Pengusaha Kena
Pajak
2. Syarat Obyek Pajak :
a. Barang kena Pajak(BKP)/Jasa kena Pajak (JKP)
b. Adanya aktivitas Penyerahan Barang Kena
Pajak

Barang Kena Pajak (BKP)


Barang adalah barang berwujud, yang menurut sifat atau
hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang
tidak bergerak, dan barang tidak berwujud, sedangkan
Barang Kena Pajak adalah barang yang dikenai pajak
berdasarkan Undang-undang ini
Penyerahan Barang Kena Pajak adalah setiap kegiatan
penyerahan Barang Kena Pajak.

Yang termasuk penyerahan


Barang Kena Pajak adalah
penyerahan hak atas Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian;
pengalihan Barang Kena Pajak oleh karena suatu perjanjian sewa beli
dan/atau perjanjian sewa guna usaha (leasing);
penyerahan Barang Kena Pajak kepada pedagang perantara atau melalui
juru lelang;
pemakaian sendiri dan/atau pemberian cuma-cuma atas Barang Kena Pajak;
Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan
semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat
pembubaran perusahaan;
penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau sebaliknya
dan/atau penyerahan Barang Kena Pajak antar cabang;
penyerahan Barang Kena Pajak secara konsinyasi; dan
penyerahan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak dalam rangka
perjanjian pembiayaan yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah, yang
penyerahannya dianggap langsung dari Pengusaha Kena Pajak kepada pihak
yang membutuhkan Barang Kena Pajak.

Yang tidak termasuk dalam pengertian penyerahan


Barang Kena Pajak adalah:
penyerahan Barang Kena Pajak kepada makelar sebagaimana dimaksud
dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang;
penyerahan Barang Kena Pajak untuk jaminan utang-piutang;
Penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
huruf f dalam hal Pengusaha Kena Pajak melakukan pemusatan tempat
pajak terutang;
pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka penggabungan, peleburan,
pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan usaha dengan syarat pihak
yang melakukan pengalihan dan yang menerima pengalihan adalah
Pengusaha Kena Pajak; dan
Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan,
dan yang Pajak Masukan atas perolehannya tidak dapat dikreditkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c.

Jenis barang yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai adalah barang
tertentudalam kelompok barang sebagai berikut:

barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang


diambil langsung dari sumbernya;
barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh
rakyat banyak;
makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran,
rumah makan, warung, dan sejenisnya, meliputi
makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat
maupun tidak, termasuk makanan dan minuman yang
diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering; dan
uang, emas batangan, dan surat berharga.

Jasa Kena Pajak


Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan yang berdasarkan suatu
perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu
barang, fasilitas, kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai,
termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang
karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas
petunjuk dari pemesan, sedangkan Jasa Kena Pajak adalah
jasayang dikenai pajak berdasarkan Undang-undang ini dan
Penyerahan Jasa Kena Pajak adalah setiap kegiatan pemberian
Jasa Kena Pajak.
Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean adalah
setiap kegiatan pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah
Pabean di dalam Daerah Pabean.

Jenis jasa yang tidak dikenai Pajak


Pertambahan Nilaiadalah jasa tertentu dalam
kelompok jasa sebagai berikut:

jasa pelayanan kesehatan medik;


jasa pelayanan sosial;
jasa pengiriman surat dengan perangko;
jasa keuangan;
jasa asuransi;
jasa keagamaan;
jasa pendidikan;
jasa kesenian dan hiburan;
jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan;
jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri yang
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri;
jasa tenaga kerja;
jasa perhotelan;
jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara
umum;
Jasa penyediaan tempat parkir;
Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam;
Jasa pengiriman uang dengan wesel pos; dan
Jasa boga atau katering

Objek Pajak
Pertambahan Nilai

penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha;
Syarat-Syaratnya:
a. Barang Berwujud yang diserahkan merupakan BKP
B. Barang Tidak Berwujud yang diserahkan merupakan BKP Tidak Berwujud
c. Penyerahan dilakukan didalam daerah Pabean
d. Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya.
impor Barang Kena Pajak;
penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha;
Syarat-Syaratnya :
a. Jasa yang diserahkan merupakan JKP
b. Penyerahan dilakukan di dalam daerah Pabean
c. Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannnya.
pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean;
pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;
ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak;
ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak; dan
ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.

Pengertian PPnBM
PPnBM merupakan jenis pajak yang merupakan satu paket dalam
Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai. Namun demikian,
mekanisme pengenaan PPnBM ini sedikit berbeda dengan PPN.
Berdasarkan Pasal 5 Ayat (1) Undang-undang PPN, Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah dikenakan terhadap :
penyerahan Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah yang
dilakukan oleh Pengusaha yang menghasilkan Barang Kena Pajak
Yang Tergolong Mewah di dalam Daerah Pabean dalam kegiatan
usaha atau pekerjaannya;
Impor Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah.
Dengan demikian, PPnBM hanya dikenakan pada saat penyerahan
BKP Mewah oleh pabrikan (pengusaha yang menghasilkan) dan
pada saat impor BKP Mewah. PPnBM tidak dikenakan lagi pada
rantai penjualan setelah itu.

Dasar Pertimbangan Pengenaan


PPnBM
perlu keseimbangan pembebanan pajak antara
konsumen yang berpenghasilan rendah dengan
konsumen yang berpenghasilan tinggi;
perlu adanya pengendalian pola konsumsi atas
Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah;
perlu adanya perlindungan terhadap produsen
kecil atau tradisional;
perlu untuk mengamankan penerimaan negara;

Batasan suatu barang termasuk BKP


yang tergolong mewah
1. bahwa barang tersebut bukan merupakan barang
kebutuhan pokok; atau
2. barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat
tertentu; atau
3. pada umumnya barang tersebut dikonsumsi oleh
masyarakat berpenghasilan tinggi; atau
4. barang tersebut dikonsumsi untuk menunjukkan
status; atau
5. apabila dikonsumsi dapat merusak kesehatan dan
moral masyarakat, serta mengganggu ketertiban
masyarakat, seperti minuman beralkohol.

Dasar pengenaan pajak

Harga jual
Penggantian
Nilai impor
Nilai ekspor
Nilai lain yang diatur dengan
peraturan menteri keuangan

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai