Anda di halaman 1dari 46

AKUNTANSI PAJAK

MATERI 3

Prodi S1 Akuntansi FEUG


- wwa

10/24/16

PPh Pasal 24

PPh Pasal 24 pada dasarnya merupakan kredit pajak atas penghasilan dari
luar negeri.
Apabila ada Wajib Pajak Dalam Negeri yang memperoleh penghasilan dari
luar negeri dan telah dipotong pajaknya di luar negeri, maka pajak tersebut
dapat menjadi pengurang PPh Pasal 29 sebagaimana diatur dalam Pasal 28
UU PPh.
Yang menjadi catatan penting dalam PPh Pasal 24 adalah tidak semua pajak
yang telah dipotong di luar negeri bisa menjadi kredit pajak di dalam negeri.
Hal ini diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan no 164/KMK.03/2002 yang
menyatakan bahwajumlah kredit pajak paling tinggi sama dengan jumlah
yang dibayar atau terutang di luar negeri, tetapi tidak boleh melebihi
jumlah tertentuyang dihitung menurut perhitungan antara penghasilan
dari luar negeri terhadap Penghasilan Kena Pajak dikalikan dengan
pajak yang terutang atas Penghasilan Kena Pajak.
Dalam hal jumlah pajak yang dibayar di luar negeri melebihi jumlah kredit
pajak yang diperkenankan, maka kelebihan tersebut tidak dapat
diperhitungkan dengan PPh terutang tahun berikutnya, tidak boleh
dibebankan sebagai biaya atau pengurang penghasilan, dan tidak dapat
dimintakan restitusi.
3

Penentuan Nilai Dikreditkan


Penentuan nilai batas maksimum kredit pajak dapat dilakukan tanpa harus
melakukan penghitungan menyeluruh berdasarkan decision rule sebagai
berikut:
Penghasila
n _ Negara
X
a. Jika tarif acuan pengenaan
pajak
di_luar
negeri
dalam
negeri,
xBeban
_ Pajak>_ Sesuai
_ Pasal
_ 17
PKP

maka besaran Nilai Pajak Dikreditkan

b. Jika tarif acuan pengenaan pajak di luar negeri < dalam negeri,
Nilai Pajak Dikreditkan = Beban Pajak yang Telah Dipotong di Luar
Negeri

Pencatatan Transaksi PPh 24


Saat menerima penghasilan dari LN, pendapatan akan
diakui sebesar seluruh pendapatan.
Pajak yang telah dibayar dianggap sebagai pajak
dibayar di muka.
Saat akhir tahun, pajak yang telah dibayarkan akan
dibebankan, walaupun yang boleh dikreditkan mungkin
lebih kecil dari jumlah yang dibayarkan.

Ilustrasi
Penghasilan WP Badan

PT. Aceh Darussalam memperoleh penghasilan netto selama


tahun 2013 dari dalam dan luar negeri sebagai berikut:
Penghasilan DN
Rp 3.000.000.000,00
Penghasilan LN
Rp 1.500.000.000,00
Jika diketahui bahwa tarif pajak di luar negeri adalah sebesar
20%, maka berapakah nilai batas maksimum kredit pajak dan
nilai yang dikreditkan? Bagaimana penjurnalan dilakukan saat
penerimaan penghasilan dari luar negeri dan saat penghitungan
pajak penghasilan akhir tahun?

Ilustrasi
Jawaban :
Penghasilan LN
Rp 1.500.000.000,00
Penghasilan DN
Rp 3.000.000.000,00
Total penghasilan netto
Rp 4.500.000.000,00
Beban PPh badan= 25% x 4.500.000.000
= Rp 1.125.000.000,00
Batas maksimum kredit pajak =

1.500.000.000
x1.125.000.000
4.500.000.000

= Rp 375.000.000,00
Beban pajak dibayarkan di LN = 20% x 1.500.000.000
= Rp 300.000.000,00
Nilai pajak dikreditkan

= Rp 300.000.000,00

Ilustrasi
Jawaban :
Jurnal saat penerimaan penghasilan luar negeri
Kas
1.200.000.000
Pajak dibayar di muka PPh 24
300.000.000
Pendapatan jasa/ dividen/ bunga
1.500.000.000
Jurnal saat penghitungan PPh akhir tahun
Beban pajak
1.125.000.000
Utang pajak
825.000.000
Pajak dibayar di muka PPh 24
300.000.000

Ilustrasi
Penghasilan WP OP
Informasi terkait penghasilan yang terdapat pada ilustrasi sebelumnya
dipergunakan kembali, kecuali atas perubahan bahwa subjek pajak yang kini
dilibatkan adalah Tuan Iskandar Muda, seorang lajang yang tinggal bersama
seorang anak berusia setara SD. Atas kedudukan Tuan Iskandar Muda
sebagai WP orang pribadi, berapakah nilai batas maksimum kredit pajak dan
nilai yang dikreditkan?

Ilustrasi
Jawaban :
Total penghasilan netto
Rp 4.500.000.000,00
PTKP (TK/ 1)
Rp 26.325.000,00
PKP
Rp 4.473.675.000,00
Beban PPh OP
= 5% x Rp 50.000.000,00
Rp
2.500.000,00
10% x Rp 200.000.000,00
Rp 30.000.000,00
25% x Rp 250.000.0000,00
Rp 62.500.000,00
30% x Rp 3.973.675.000,00
Rp 1.192.102.500,00
Rp 1.287.102.500,00

10

Ilustrasi
Jawaban :
Batas maksimum kredit pajak=

1.500.000.000
x1.287.102.500
4.473.675.000

= Rp 431.558.786,00
Beban pajak dibayarkan di LN
= 20% x 1.500.000.000
= Rp 300.000.000,00
Nilai pajak dikreditkan

= Rp 300.000.000,00

11

Ilustrasi
Penghasilan Beberapa Negara

Selama tahun, 2013 PT. Inderapura memperoleh penghasilan


netto dari dalam negeri sebesar Rp 700.000.000,00, dari negara
Australia sebesar Rp 2.750.000.000,00 (bertarif pajak 30%), dan
dari negara Ukraina sebesar Rp 250.000.000,00 (bertarif pajak
20%). Berapakah nilai batas maksimum kredit pajak dan nilai
yang dikreditkan? Bagaimana penjurnalan dilakukan saat
penerimaan penghasilan dari luar negeri dan saat penghitungan
pajak penghasilan akhir tahun?

12

Ilustrasi
Jawaban :
Penghasilan DN
Rp 700.000.000,00
Penghasilan Australia
Rp 2.750.000.000,00
Penghasilan Ukraina
Rp 250.000.000,00
Total penghasilan netto
Rp 3.700.000.000,00
Beban PPh badan = 25% x 3.700.000.000
= Rp 925.000.000,00
2.750.000.000
.000
Batas maksimum kredit pajakAustralia = 3.700.000.000=x925
Rp.000
687.500.000,00
Batas maksimum kredit pajakUkraina = 250.000.000 =x925
Rp.000.62.500.000,00
000
3.700.000.000
Beban pajak dibayarkan di Australia = 30% x 2.750.000.000 = Rp 825.000.000,00
Beban pajak dibayarkan di Ukraina
= 20% x 250.000.000 = Rp 50.000.000,00
Nilai pajak dikreditkan = 687.500.000,00 + 50.000.000
= Rp 737.500.000,00
13

Ilustrasi

Jawaban
:
Jurnal saat penerimaan penghasilan dari Australia
Kas
1.925.000.000
Pajak dibayar di muka PPh 24
825.000.000
Pendapatan jasa/ dividen/ bunga
2.750.000.000
Jurnal saat penerimaan penghasilan dari Ukraina
Kas
200.000.000
Pajak dibayar di muka PPh 24
50.000.000
Pendapatan jasa/ dividen/ bunga
250.000.000

14

Ilustrasi

Jawaban
:
Jurnal saat penghitungan PPh akhir tahun
Beban pajak
925.000.000
Utang pajak
187.500.000
Pajak dibayar di muka PPh 24
737.500.000
Beban pajak
137.500.000
Pajak dibayar di muka PPh 24
137.500.000
{Untuk membebankan pajak di Australia yang tidak boleh dikreditkan}

15

PPh Pasal 25

AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN-PPh PASAL 25


Besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang
harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan
adalah sebesar Pajak Penghasilan yang terutang menurut
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak
yang lalu dikurangi dengan:
Pajak Penghasilan yang dipotong sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 dan Pasal 23 serta Pajak Penghasilan
yang dipungut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22;
dan
Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar
negeri yang boleh dikreditkan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 24,
dibagi 12 (dua belas) atau banyaknya bulan dalam bagian
tahun pajak.
Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh
Wajib Pajak untuk bulan-bulan sebelum Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan disampaikan sebelum batas
waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan sama dengan besarnya angsuran pajak untuk
bulan terakhir tahun pajak yang lalu.

AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN-PPh PASAL 25


Tuan Andi, WP OP, memiliki data Pajak Penghasilan yang terutang
berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Tahun
Pajak 2009 sbb:
Pajak Penghasilan Terutang
Rp 50.000.000
Dikurangi:
Pajak Penghasilan yang dipotong pemberi Kerja (Pasal 21)
Rp15.000.000
Pajak Penghasilan yang dipungut oleh pihak lain (Pasal 22)
Rp10.000.000
Pajak Penghasilan yang dipotong oleh pihak lain (Pasal 23)
Rp
2.500.000
Kredit Pajak Penghasilan luar negeri (Pasal 24)
Rp 7.500.000 (+)
Jumlah kredit pajak
Rp35.000.000 (-)
Selisih (PPh y m h dibayar)
Rp15.000.000
Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri setiap bulan
untuk tahun 2010 adalah sebesar Rp1.250.000 (Rp15.000.000 dibagi
12).
1)Jurnal pada saat penyetoran PPh Pasal 25 setiap bulan:
PPh Pasal 25-dibayar dimuka
Rp 1.250.000
Kas / bank
Rp 1.250.000
2) Jurnal pada saat mengkreditkan PPh Pasal 25 di akhir tahun:

PPh Pasal 26

PPh Pasal 26 merupakan pajak yang dipotong atas penghasilan


yang dibayarkan kepada Wajib Pajak Luar Negeri.
PPh Pasal 26 merupakan kebalikan dari PPh Pasal 24.
Berdasarkan Pasal 26 UU PPh, atas penghasilan tersebut di bawah
ini yang dibayarkan kepada subjek pajak luar negeri dipotong
pajak dengan tarif 20%:
a. deviden
b. bunga, termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan
dengan jaminan pengembalian utang
c. royalti, sewa, dan imbalan lain sehubungan dengan
penggunaan harta
d. imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan
e. hadiah dan penghargaan dengan nama dan dalam bentuk
apapun
f. pensiun dan pembayaran berkala lainnya
20

Contoh:
PT Roda Tiga menggunakan jasa konsultasi dari
Australia. Jumlah yang harus dibayarkan
berdasarkan kontrak adalah sebesar
Rp600.000.000,Atas transaksi ini PT Roda Tiga harus memungut
sendiri PPN atas pemanfaatan Jasa Kena Pajak
(JKP) dari luar daerah pabean sebesar 10% x
Rp600.000.000,- = Rp60.000.000,- dan memotong
PPh Pasal 26 atas pembayaran ke Australia
sebesar 20% x Rp600.000.000,- = Rp120.000.000,21

22

Akuntansi PPN

AKUNTANSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)

1)
Pencatatan
akuntansi
diperhatikan adalah:

yang

harus

Akun Pajak Masukan (Value Added Tax In /


VAT-in)
Untuk mencatat besarnya PPN terutang yang
dibayar atau dipungut atas terjadinya transaksi
pembelian BKP dan JKP.
Akun Pajak Keluaran
Untuk mencatat besarnya PPN terutang yang
wajib dipungut atas penyerahan BKP dan JKP
kepada pihak lain.

2)Beberapa
kemungkinan
transaksi
perolehan dan penyerahan BKP/JKP antara
lain perolehan secara tunai dan secara
kredit,
terdapat
diskon
atau
tidak,
terjadinya retur barang atau tidak, terjadi

Ilustrasi Akuntansi Pajak untuk PPN


PT ABC, telah PKP, melakukan penjualan barang secara tunai,
diskon 10%, kepada PT XYZ dengan harga jual sebesar Rp 100
juta.
Harga jual Rp 100.000.000
Potongan tunai Rp 10.000.000
Jumlah Pembayaran Rp 90.000.000
PPN (10%) Rp
9.000.000
Potongan harga yang tercantum dalam FP dapat mengurangi
dasar pengenaan PPN. Ayat jurnal terkait:
Bagi PT ABC selaku penjual:
Kas Rp 99.000.000
Potongan Penjualan
10.000.000
Penjualan 100.000.000
PPN Keluaran
9.000.000
Bagi PT XYZ selaku pembeli:
Pembelian-net
Rp 90.000.000
PPN Masukan
9.000.000
KasRp 99.000.000

Ilustrasi Akuntansi Pajak untuk PPN

Masih melanjutkan kasus sebelumnya, jika PT ABC juga melakukan


pembelian barang secara tunai kepada PT FGH dengan harga jual
sebesar Rp 88 juta termasuk PPN, maka jurnal terkait:
Bagi PT ABC selaku pembeli:
Pembelian-net
Rp 80.000.000
PPN Masukan
8.000.000
KasRp 88.000.000
Jika pajak keluaran dan pajak masukan PT ABC pada dilaporkan
pada SPT Masa PPN yang sama, maka pencatatan akuntansi untuk
menunjukkan selisih kurang atau lebih bayar PPN sebagai berikut:
PPN Keluaran Rp 9.000.000
PPN Masukan Rp 8.000.000
PPN Terutang Rp 1.000.000
Selanjutnya, penyetoran PPN terutang ke kas negara:
PPN terutang
Rp 1.000.000
Kas / Bank Rp 1.000.000

Sewa Guna Usaha (Leasing)


( 1169/KMK.01/1991 Jo SE10/PJ.42/1994 )

Sewa Guna Usaha (Leasing)


Adalah kegiatan pembiayaan dalam
bentuk penyediaan barang modal baik
secara SGU dengan hak opsi maupun
tanpa hak opsi untuk digunakan oleh
Lessee selama jangka waktu tertentu
berdasarkan
pembayaran
secara
berkala.

Unsur SGU (Leasing)


Unsur-unsur SGU

Lessor

Badan

Lessee

Badan/OP

Barang Modal

AT Berwujud

Perjanjian SGU

Dgn syarat tertentu

Perjanjian SGU
Minimal
harus
memuat

1. Jenis transaksi SGU;


2. Identitas masing-masing pihak;
3. Nama, jenis, tipe dan lokasi penggunaan barang;
4. Harga perolehan, nilai pembayaran, pembayaran SGU,
angsuran pokok, imbalan jasa, nilai sisa,
simpanan jaminan, dan ketentuan asuransi atas brg modal;
5. Masa SGU;
6. Ketentuan masa SGU yg dipercepat dan kerugian yg harus
ditanggung Lessee atas risiko brg modal;
7. Opsi bagi Lessee (utk finance lease);
8. Tanggungjawab atas brg modal.

Jenis
SGU dengan Hak Opsi
(Finance/Capital lease)
SGU tanpa Hak Opsi (Operating
Lease)

Kreteria SGU dg Hak Opsi (Finance


Lease)
1.Jumlah pembayaran selama masa SGU I
+ nilai sisa brg, harus dpt menutup cost
brg + profit Lessor;
2.Masa SGU minimal :
- 2 th utk brg modal Gol. I
- 3 th utk brg modal Gol. II & III
- 7 th utk brg modal Gol. Bangunan;
3.Perjanjian memuat hak opsi bagi Lessee.

Kreteria SGU tanpa Hak Opsi


Operating Lease
1.Jumlah pembayaran selama masa
SGU I tidak dpt menutup cost brg +
profit Lessor;
2.Perjanjian tidak memuat hak opsi bagi
Lessee.

Perlakuan Operating Lease


(Lessor)
Sama dengan perlakuan menurut
akuntansi komersial :
Seluruh pembayaran yang
diterima/diperoleh oleh lessor merupakan
penghasilan (obyek PPh).
Lessor berhak menyusutkan aktiva yang
disewa guna usahakan (penyusutan sesuai
ketentuan fiskal)
Lessor wajib mengenakan PPN atas jasa
sewa tersebut.

Perlakuan Operating Lease (Lessee)


Sama dengan perlakuan menurut
akuntansi komersial ;
Jumlah sewa yang dibayar atau terutang
pada tahun yang bersangkutan
merupakan biaya yang dapat
dikurangkan (deductible expense).
Lessee tidak berhak menyusutkan aktiva
yang disewanya.
Lessee wajib memotong PPh Pasal 23
atas sewa.

Perlakuan Finance Lease


(Lessor)
Penghasilan lessor (obyek PPh) adalah imbalan jasa
SGU (pendapatan bunga), yaitu dihitung dari seluruh
pembayaran SGU dikurangi angsuran pokok.
Lessor tidak diperbolehkan menyusutkan aktiva
yang disewa guna usahakan.
Lessor dapat membentuk dana cadangan piutang
tak tertagih yang dapat dibiayakan maksimum =
2,5% x saldo rata-rata piutang SGU.
Angsuran PPh Pasal 25 dihitung berdasarkan
Laporan Keuangan Triwulanan yang disetahunkan.
Pembayaran SGU tidak dikenakan PPN.

Perlakuan Finance Lease


(Lessee)
Lessee tidak boleh menyusutkan aktiva
tetap yang leasingnya.
Angsuran SGU yang dibayar atau
terutang kepada lessor (angsuran pokok
maupun bunga) diakui sebagai biaya
(deductible expense)

Perlakuan Finance Lease


(Lessee)
Dalam Rekonsiliasi Fiskal lessee harus
melakukan Koreksi Fiskal atas Laporan
Keuangannya sbb:
Melakukan koreksi biaya penyusutan, yaitu
tidak membebankan biaya penyusutan atas
aktiva tetap SGU.
(koreksi +/+)
Melakukan koreksi biaya angsuran SGU, yaitu
dengan memasukkan angsuran pokok SGU
sebagai biaya (pengurang penghasilan bruto).
(koreksi -/-)
Biaya bunga tetap dapat diakui sebagai biaya
(sama antara akuntansi komersial dengan

Kasus
Tanggal 1 Januari 2007 CV LESSEE mendapat
sebuah truk dengan memperoleh pembiayaan
financial lease dari sebuah perusahaan leasing PT
LESSOR. Dalam kontrak dimuat ketentuan
sebagai berikut :
Nilai kontrak sebesar Rp 179.436.728
Masa leasing selama 4 tahun, yaitu sejak 1 Januari 2007
Pembayaran lease adalah Rp 50.000.000 pertahun, yg
harus dimulai 1 Januari 2007 (pada awal masa lease)

Keterangan tambahan
Masa manfaat ekonomis truk 8 tahun
Tingkat bunga 20%

Tabel

Journal - Lesee

Journal

Koreksi Fiskal

Koreksi Fiskal

Accounting for Operating LeasesLessee


Lessor: PT.XYZ, Lesse: PT.ABC
HP Barang modal selain kendaraan = Rp 200.000.000
Jangka waktu operating lease = 20 bulan
Pembayaran per bulan = Rp 8.000.000
PT.XYZ:
Tagihan setiap bulan
= Rp 8.000.000
PPN (PM- utk lesse)
= Rp 800.000
PT ABC
= Rp 8.800.000
Memotong PPh Pasal 23 ( 2% x 8.000.000)= Rp 160.000
Dibayar ke Lessor
= Rp 8.640.000
Jurnal PT ABC:
Beban Sewa
PPN-Masukan
Kas
Hutang PPh Pasal 23

8.000.000
800.000
8.640.000
160.000
45

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai