Anda di halaman 1dari 74

Ruang Lingkup

Ginekologi
Disusun Oleh :
1.
2.
3.
4.

annisa
nyoman
meta
yuli

(08.156.02.11.0)
(08.156.02.11.0)
(08.156.02.11.0)
(08.156.02.11.0)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Melakukan pemeriksaan kesehatan
seksual secara khusus sangat penting.
Perawatan reproduksi dan seksual
untuk wanita dikenal dengan sebutan
ginekologi. Dokter ahlinya disebut
dokter spesialis obstetri dan ginekologi
(DSOG). Pemeriksaan ginekologi secara
rutin akan bermanfaat untuk wanita
yang akan melakukan pemeriksaan.

Sebaiknya ditunggu sampai ia tidak sedang


menstruasi,
jangan
melakukan
douching
sedikitnya 24 jam sebelum pemeriksaan karena
cairan douching akan menutupi kondisi vagina
yang sebenarnya. Hal lain yang secara umum
dapat membantu perawatan organ reproduksi
adalah menjalani gaya hidup yang sehat, seperti
berolahraga secara teratur, memilih menu
makanan yang sehat dengan gizi seimbang, tidak
merokok, dan tidak mengkonsumsi minuman
beralkohol, dan tentu saja menjaga perilaku
seksual yang bertanggung jawab. Sayangnya,
tidak ada semacam dokter spesialis obstetri dan
ginekologi untuk pria. Akan tetapi, kita bisa
memeriksakan diri ke dokter umum

Sebaiknya datangi dokter langganan


kita setahun sekali untuk pemeriksaan
menyeluruh, termasuk pemeriksaan organ
reproduksi. Apabila dalam pemeriksaan itu
terdapat suatu ketidaknormalan disekitar
alat kelamin kita, dokter umum akan
merujuk kita ke dokter spesialis urologi
atau ke klinik kesehatan seksual untuk
penanganan ginekologi dapat dilakukan
sesuai dengan penyakit ginekologi. Oleh
karena itu, dilakukan pemeriksaan sedini
mungkin
agar
dapat
dilakukan
penanganan yang tepat.

1.2. Tujuan
Penulisan
Tujuan Umum
Agar kita mengetahui lebih dalam lagi tentang
pemeriksaan dan penanganan ginekologi

Tujuan Khusus
-

Mendeteksi secara dini dan kondisi lain


sebelum menimbulkan dampak yang lebih
berbahaya.
Dapat mencegah berbagai penyakit dan
keluhan yang berhubungan dengan organ
reproduksi.
Dapat mengetahui penanganan penyakit
Ginekologi.

1.3. Metode
Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini kami
menggunakan sistem bedah buku dan
berbagai sumber yang kami dapat dari
internet

1.4. Sistematika
Penulisan

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Pemeriksaan Ginekologik
Dalam anamnesis penderita perlu
diberi kesempatan untuk mengutarakan
keluhan-keluhan secara spontan, baru
kemudian
ditanyakan
gejala-gejala
tertentu
yang
menuju
ke
arah
kemungkinan
diagnosis.
Penyakitpenyakit
ginekologik
untuk
bagian
terbesar berkisar antara 3 gejala pokok,
yaitu (1) perdarahan, (2) rasa nyeri, dan
(3) pembengkakan.

1. Anamnesis
Riwayat Penyakit Umum
Riwayat Obstetrik
Riwayat Ginekologik
Riwayat Haid
Keluhan Sekarang
o

Perdarahan
Perdarahan sewaktu atau setelah koitus dapat
merupakan himen robek disertai perdarahan dari arteri
kecil pada koitus pertama, atau pada perlukaan forniks
posterior.
Yang terjadi, maka kemungkinan keganasan senantiasa
harus dipikirkan dan disingkirkan.

Fluor Albus (Leukorea)


Fluor albus (keputihan) cukup mengganggu
penderita, baik fisik maupun mental. Sifat dan
banyaknya keputihan dapat memberi petunjuk
ke arah etiologinya.
Secara
fisiologik
keluarnya
getah
yang
berlebihan dari vulva (biasanya lendir) dapat
dijumpai pada (1) waktu ovulasi, (2) waktu
menjelang dan setelah haid, (3) rangsangan
seksual, dan (4) dalam kehamilan. Merasa
terganggu dirinya, berganti celana beberapa
kali sehari, lebih-lebih dihadapi itu disertai rasa
gatal atau nyeri, maka pasti yang dihadapi itu
suatu keadaan patologik, yang memerlukan
pemeriksaan dan penanganan yang seksama.

Rasa Nyeri
Rasa nyeri di perut, panggul, pinggang, atau alat
kelamin luar dapat merupakan gejala dari
beberapa kelainan ginekologik.
Dismenorea yang dapat dirasakan di perut
bawah atau di pinggang, dapat bersifat seperti
mulas-mulas, seperti ngilu, atau seperti ditusuktusuk.
Dispareunia, rasa nyeri waktu bersanggama,
dapat disebabkan oleh kelainan organik atau
oleh faktor psikologik. Karena itu, perlu dicari
sebab-sebab organik, seperti introitus vagina
atau vagina terlampau sempit, peradangan atau
perlukaan, dan kelainan yang letaknya lebih
dalam, misalnya adneksitis, parametritis, atau
endometriosis.

Nyeri perut sering menyertai kelainan


ginekologik, yang dapat disebabkan oleh
kelainan letak uterus, neoplasma, dan
terutama peradangan.
Nukleopulposus. Persalinan dengan
foorseps
dalam
letak
litotomia
dan
persalinan lama dalam kala dua sering
mengakibatkan nyeri pinggang yang di
sebabkan keletihan otot-otot iliosakral dan
lumbosakral.

Miksi
Keluhan dari saluran kencing sering menyertai
kelainan ginekologik. Disuria. Penderita urethritis
dan sistitis merasa nyeri waktu kencing atau
sesudah kencing. Retensio urine dijumpai pada
kehamilan 16 minggu yang mengisi rongga
panggul. Kesukaran miksi dapat pula terjadi
setelah persalinan, baik persalinan yang spontan
maupun yang dengan tindakan, dan setelah
operasi vaginal, perineal dan rektal.
Sistokel yang besar dengan atau tanpa prolapsus
uteri disertai kesulitan miksi. Kadang-kadang
penderita harus menekan keras waktu kencing,
sehingga sistokelnya lebih menonjol, atau bahkan
tonjolan sistokel perlu didorong ke dalam lebih
dahulu sebelum penderita dapat kencing.

2.2. Pemeriksaan Umum, Payudara


dan Perut
Pemeriksaan

Umum
Pemeriksaan Payudara
Pemeriksaan Perut
Inspeksi

Gambar : Pembesaran perut kedepan dengan


batas-batas jelas pada kehamilan
lanjut atau kistoma ovarii permaga.
(A) Dilihat dari samping, (B) dilihat

Palpasi

Gambar (A) Pembesaran perut ke samping (perut katak)


pada asites atau pada tumor ovarium dengan cairan bebas
dalam rongga perut (B) Pembesaran perut pada wanita
gemuk dengan dinding perut tebal dan kendor
Gambar : Penentuan batas-batas tumor, ke atas terhadap
pusat dan prosessus sifoideus, ke samping terhadap spina
iliaka anterior superior

Perkusi
Auskultasi

Pemeriksaan Ginekologik
Ginekologi dikenal pula istilah status
ginekologik, yaitu catatan-catatan dari
hasil pemeriksaan yang diperoleh dengan
cara khusus (pemeriksaan ginekologik).

Letak Penderita
Untuk
pemeriksaan
dikenal tiga jenis letak.

ginekologik

Letak

Litotomi
Penderita berbaring diatas sambil lipat lututnya
diletakkan pada penyangga dan tungkainya dalam
fleksi santai, sehingga penderita berbaring dalam posisi
mengangkang. Dengan demikian, dengan penerangan
yang memadai (sebaiknya dengan lampu sorot), vulva,
anus dan sekitarnya tampak jelas pemeriksaan
bimanual dapat dilakukan sebaik-baiknya.
Pemeriksaan bimanual dapat dilakukan juga tanpa
meja ginekologik. Penderita berbaring telentang di
tempat tidur biasa, sambil kedua tungkai ditekuk dilipat
lutut dan agak mengangkang. Pemeriksa berdiri di
sebelah kanan penderita, sambil dua jari tangan
dimasukkan ke dalam vagina, dan tangan kiri
diletakkan di perut. Dengan cara demikian, inspeksi
vulva, anus dan sekitarnya tidak seberapa mudah.

Gambar : Pelbagai letak penderita untuk


pemeriksaan ginekologik

Letak

Litotomi
Penderita berbaring diatas sambil lipat lututnya
diletakkan pada penyangga dan tungkainya dalam
fleksi santai, sehingga penderita berbaring dalam posisi
mengangkang. Dengan demikian, dengan penerangan
yang memadai (sebaiknya dengan lampu sorot), vulva,
anus dan sekitarnya tampak jelas pemeriksaan
bimanual dapat dilakukan sebaik-baiknya.
Pemeriksaan bimanual dapat dilakukan juga tanpa
meja ginekologik. Penderita berbaring telentang di
tempat tidur biasa, sambil kedua tungkai ditekuk dilipat
lutut dan agak mengangkang. Pemeriksa berdiri di
sebelah kanan penderita, sambil dua jari tangan
dimasukkan ke dalam vagina, dan tangan kiri
diletakkan di perut. Dengan cara demikian, inspeksi
vulva, anus dan sekitarnya tidak seberapa mudah.

Letak

Miring
Penderita diletakkan di pinggir tempat tidur miring ke
sebelah kiri, sambil paha dan lututnya ditekuk dan
ekdua tungkai sejajar (gambar 4A). posisi demikian
hanya baik untuk pemeriksaan in spekulo (gambar 4C).

Letak Sims
Letak hanya tungkai kiri hampir lurus,
tungkai kanan ditekuk ke arah perut, dan
lututnya diletakkan pada alas (tempat tidur),
sehingga
panggul
(garis
birokhanter)
membuat sudut miring dengan alas, lengan
kiri di belakang badan dan bahu sejajar
dengan alas (gambar 4B). dengan demikian,

Spekulum cocor-bebek, pemeriksaan in


spekulo dapat diletakkan lebih mudah dan
lebih teliti, terutama pemeriksaan

Alat-alat dan Perlengkapan


Untuk pemeriksaan ginekologik, diperlukan
alat-alat dan perlengkapan sebagai berikut :
(1)Sarung tangan
(2)Spekulum sims dan spekulum cocor
bebek
(3)Cunam
kapas
(korentang)
untuk
membersihkan
vagina dan porsio uteri
(4)Kateter nelaton dan kateter logam
(5)Kapas sublimat atau kapas lisol
(6)Kaca benda untuk pemeriksaan gonorea
dan
sitologi vaginal
(7) Spatel Ayre dan etil alkohol

(9)

(10)
(11)
(12)
(13)

Botol kecil berisi larutan garam


fisiologik
untuk
pemeriksaan
sediaan segar pada persangkaan
trikomoniasis dan kandidiasis
Cunam
porsio
(tenaculum,
kogeltang)
Sonde uterus
Cunam biopsi dan
mikrokuret

2.3. Inpeksi
Diperhatikan dulu genitalia externa
ialah pertumbuhan rambut pada
mons pubis, besarnya clitoris dan
labia minora.
Selanjutnya
labia
minora
dibeberkan oleh ibu jari dan jari
telunjuk dan diperhatikan introitus
apakah pasien masih virgo atau ibu
yang telah beranak.
Selaput lendir vulva ditilik dan
dilihat apakah ada haemorrhoid
pada anus.

Pemeriksaan dengan spekulum


Biasanya
dipergunakan
dua
buah
spekulum, yang satu pada dinding belakang
vagina dan yang lainnya pada dinding
depan

Gambar 3 dan 3a
Macam-macam spekulum

Gambar 3a

Gambar 4
Cara memasang
Sambil membeberkan labiaspekulum
minora maka

spekulum dimasukkan dari samping dan


kemudian
diputar
45O
ke
bawah,
selanjutnya spekulum depan dipasang.
Spekulum belakang ditekan ke bawah oleh
pemeriksa sedangkan spekulum depan

Setelah dinding vagina diteliti, diperhatikan


keadaan portio : bentuknya, apakah ada
sekret yang keluar dari canalis cervicalis,
apakah ada erasio, polip, ulkus atau tumor

Pemeriksa Sekret
Pada flour dibius
etiologinya
dengan
mikroskopis dari sekret.

perlu diketahui
pemeriksaan

Untuk
tujuan
ini
dengan
mempergunakan pinset, spatel atau ose
dicabut sekret yang diletakkan pada gelas
obyek dan kemudian ditutup dengan gelas
penutup. Preparat ini diperiksa selekas

Pada sekret ini dapat dilihat :


b. Doderlein sebagai batang kecil panjang
Trichomonas yang berbentuk sebagai bola lampu
3-4x besarnya lekosit. Pada ujung bola dapat
dilihat dua buah cambuk
Kuman-kuman
lain
seperti
staphylococus,
leptothrix yang berupa benang atau candida
albicans yang terlihat sebagai pseudomycelium
Pengambilan
sekret
untuk
pemeriksaan
bakteriologis
Terutama
untuk Go perlu pemeriksaan sekret
yang diambil dengan lidiwatten atau dengan ose
dari canalis cervicalis dan urethra.
Sekret yang diperoleh diletakkan pada gelas
obyek kemudian dipanasi dan diwarnai secara
Gram.
Go didiagnosa dengan adanya diplococcus yang

Gb. 5
Pengambilan sekret dari
urethra (1) dan Canalis
servikalis
(2) untuk pemeriksaan GO

Prepare
untuk
cyiodiagnosfik
(Pspankolaou):
Biasanya diambil hapusan dari permukaan
portio, canalls cervicalis dan fornix
posterior.

Setelah dipasang spekulum maka dengan


spatel kayu diambil bahan dari fornix posterior
yang dihapuskan pada gelas obyek, kemudian
dengan
ujung
spatel
satunya
dikorek
permukaan portio dan bahan ini diletakkan di
samping bahan pertama dan akhirnya dengan
lidiwatten diambil bahan dari canalis cervicalis
yang menjadi preparat ketiga pada satu gelas
obyek. Preparat ini difiksasi dalam alkohoiaether selama 20 menit atau lebih.

Kolposkopi:
Dengan kolposkop keadaan portio dapat
diperiksa dengan lebih teliti terutama pada
pemeriksaan carcinoma dan untuk melakukan

Percobaan Jod (Schiller lest):


Epitel gepeng berlapis banyak yang
normal, mengandung glikogen, yang
berwarna coklat tua kalau terkena Jodium.
Dengan depper yang dibdsahi dengan
larutan Jod 3% cervix diulas maka epitel
gepeng yang normal berwarna coklat tua
dan epitel ycng tidak mengandung
glikogen tidak berwarna ortau berwarna
coklat muda (seperti pada ca). Maka Shiller
test ini berguna juga untuk biopsi terarah.

2.4. Palpasi

Dilakukan dengan pemeriksaan bimanual


Dua jari dari satu tangan dimasukkan
kedalam vagina dan tangan lainnya
diletakkan pada perut bagian bawah
diatas symphysis
Dengan perasaan kedua tangan ini kita
usahakan
untuk
mendapat
kesan
mengenai ukuran, letak dan kemungkinan
pergerakan dari genitalia interna
Portio diraba
bagian bentuk dan
konsistensinya
Jari dalam fornix posterior mengangkat
uterus sedangkan lengan yang diluar
menekan dinding perut ke dalam dan
sekarang diusahakan supaya meraba

Ukuran dan bentuk uterus


Ukuran tergantung pada paritas dan
umur pasien, tetapi secara pukul rata
ukuran uterus yang normal ialah
sebesar telur bebek
Bentuk uterus, seperti bola lampu yang
gepeng dalam darah muka belakang,
sedang permukaannya licin.
Konsistensi rahim
Konsistensi rahim yang tidak hamil ialah
padat kenyal seperti konsistensi biceps
sewaktu berkontraksi.
Pada kehamilan konsistensinya menjadi
lunak.

Letak Rahim
Letak uterus yang dianggap normal ialah
dalam antefleksi. Dengan kedua jari dalam
fornix posterior uterus dalam antefleksi
jelas teraba, sebaliknya uterus dalam
retrofleksi hanya teraba portionya saja.
Pada antefleksi corpus uteri dapat teraba
sedagkan pada retrofleksi tidak teraba apaapa. Selanjutnya jari yang berada didalam
dipindahkan lagi ke dalam fornix posterior
dan diusahakan mencari corpus uteri.
Kemungkinan pergerakan
Dicoba mengangkat uterus dengan jari
yang berada didalam, dan kemudian
menekannya ke bawah dengan tangan

Diperhatikan apakah pergerakan-pergerakan


ini menimbulkan perasaan nyeri. Dicoba pula
apakah cervix dapat digerakkan ke kiri dan
ke kanan. Kemungkinan pergerakan ini
sangat
tergantung
pada
kekenyalan
(elastisitas) parametrium.

Gb. 6
Pemeriksaan bimanual

2.5.

Pemeriksaan
Pemeriksaan
Bimanual genitalia interna dilakukan

dengan kedua tangan (bimanual) dan jari


atau satu jari dimasukkan kedalam
vagina, atau satu jari kedalam rektum
sedang tangan lain (biasanya empat jari)
diletakkan di dinding perut.

Gambar : (A) Porsio pada


nullipara, (B) Porsio pada
multipara, (C) Bekas
robekan lebar dari serviks,
(D) Bekas robekan bilateral
(porsio terbelan melintang,
ada bibir depan dan bibir
belakang porsio), (E) Erosio
porsionis, (F) Karsinoma
porsionis

Sebelum tangan kanan dimasukkan, vulva


dibersihkan dengan kapas sublimat atau
kapas detol. Waktu tangan kanan akan
dimasukkan ke dalam vagina, jari telunjuk
dan jari tengah diluruskan kedepan, ibu jari
lurus ke atas, dan dua jarinya lainnya dalam
fleksi. Vulva dibuka dengan dua jari tangan
kiri. Mula-mula jari tengah dimasukkan ke
dalam introitus vagina, lalu kommisura
posterior ditekan ke belakang supaya
introitus menjadi lebih lebar. Baru kemudian
jari telunjuk dimasukkan juga.

Perabaan Vulva dan Perineum


Pemeriksaan dapat dimulai dengan perabaan
gandula Bartholini dengan jari-jari dari luar,
yang kemudian diteruskan dengan perabaan
antara dua jari di dalam vagina dan ibu jari di
luar. Dicari apakah ada Bartholinitis, abses,
atau kista. Dalam keadaan normal kelenjar
Bartholin tidak dapat diraba.
Apabila ada urethritis gonoroe, maka nanah
tampak lebih jelas keluar dari orifisium
urethra eksternum jika dinding belakang
urethra diurut dari dalam ke luar dengan jarijari yang berada didalam vagina. Glandula
paraurethralis perlu pula diperhatikan.
Selanjutnya, diperiksa keadaan perineum,

Perabaan vagina dan dasar panggul


Himen yang masih utuh atau kaku (himen
rigidus) merupakan kontraindikasi bagi
pemeriksaan dalam pervaginam. Apabila
tidak demikian halnya, sebaiknya dua jari
dimasukkan ke dalam vagina.
Pada pemeriksaan vagina tidak boleh
dilupakan
perabaan
kavum
Douglasi
dengan menempatkan ujung jari di forniks
posterior. Penonjolan forniks posterior dapat
disebabkan
oleh : feses/skibala di dalam
a) Terkumpulnya
rektosigmoid
b) korpus uterus dalam retrofleksi
c) abses di kavum Douglasi

2.6.

Gambar : Palpasi untuk menentukan ante dan


refroflexi uterus

Penilaian
Adnexa
dan
Parametrium
Adnexa
diperiksa dengan menggerakkan
jari yang berada didalam ke dalam
fornix lateral dan tangan luarpun agak
pindah ke samping ialah ke samping
uterus.

Sekaligus diperiksa keadan parametrium.


Kalau ovarium tertekan maka pasien
mengalami perasaan nyeri seperti yang
dialami pula kalau testisnya tertekan.
Gambar : Palpsi
Adnexa
Gambar : Perabaan
parametrium dan
adneksum kanan. (A)
Posisi uterus ditentukan
lebih dahulu, baru
kemudian parametriun
dan adneksum kanan
diraba (B) Dilihat dari
luar, (C) Kedua jari
dalam vagina dalam
posisi sedikit supinasi

Gambar : Perabaan
parametrium dan adneksum
kiri. (A) Posisi uterus
ditentukan lebih dahulu, baru
kemudian parametriun dan
adneksum kiri diraba (B)
Dilihat dari luar, (C) Kedua
jari dalam vagina dalam
posisi sedikit supinasi

Gambar : Posisi dan besarnya


uterus ditentukan lebih dahulu
sebelum perabaan tumor di
samping uterus (B) Perabaan
tumor disamping uterus

2.7. Parametrium
Penebalan parametrium sampai ke
tulang panggul yang disertai rasa
nyeri merupakan gejala parametritis.

2.8. Tuba dan Ovarium (Adneksum)


Karena tuba dan ovarium letaknya
sangat berdekatan, dan dengan
perabaan tidak dapat dibedakan
apakah suatu proses berasal dari
tuba atau dari ovarium, maka lazim
digunakan
istilah
kelaman
adneksum.

Gambar :
Pemeriksaan rektoabdoinal dengan jari
telunjuk di dalam
rektum

2.9.

Pemeriksaan
Dilakukan
Rectal pada anak dan virgo karena
hymen masih utuh. Satu jari salah satu
tangan masuk ke dalam rectum setelah
dibasahi
dengan
bahan
pelumas
(vaselin/glycerin, dan lain-lain)
Tangan
luar
diletakkan
di
atas
symphysis. .

Pemeriksaan
Karena vagina ke arah atas terbatas
Rectovaginal
sedangkan rectum tidak, maka pemeriksaan
rectovaginal berguna untuk memeriksa
proses-proses dibelakang dan kiri kanan dari
uterus (parametrium), seperti infiltrat dan
tumor. Jari telunjuk dimasukkan ke dalam
vagina sedangkan jari tengah ke dalam
rectum.
Keadaan-keadaan
seperti
endometriose rectrocerval dan keadaan
parametria lebih jelas terasa. Tangan yang
berada di luar mendekatkan apa yang
hendak diperiksa pada tanan yang berada di
dalam.

Gambar : Pemeriksaan Rectovaginal

Gambar : Pemeriksaan
Rectovaginal untuk
menentukan keadaan
parametrium

Laporan hasil pemeriksaan ginekologis misalnya


sebagai berikut :
-

Vulva vagina tidak ada kelainan


Dalam vagina terdapat sekret putih
Permukan portio lebih merah sekitar orifisium uteri
externum
Kolposkopis ada ektropion dari endotel cervix
Ostium uteri internum tertutup

2.10. Pemeriksaan Rectal

Apusan Vagina
Naik turunnya kadar hormon ovarium
mempengaruhi semua epitel vagina, maka
dengan
cytodiagnostik
dapat
diketahui
tentang keadaan hormonal wanita.
Pada sediaan hapus yang diambil dari vagina
ditentukan
:
1.
Index karyopykonotis,
ialah persentase selsel dengan inti yang pyknotis terhadap selsel epitel gepeng lainnya.
2. Index
esosinophil : perbadingan sel-sel
eosinophil dari lapisan permukaan terhadap
sel-sel basophil
3. Index maturasi atau penilaian secara
Schmitt:
Pada penentuan index maturasi ditentukan
perbandingan antara sel parabasal, sel
intermediate dan sel superficial. Misal :

Pada penilaian secara Schmitt dibuat klasifikasi


1 sampai 4. Pada golongan 1 ditemukan hanya
sel parabasal dan pada golongan 4 hnya sel
superficil luar.
Secara normal index karyopyknotis dan index
eosinohpil meninggi pada saat ovulasi.
Cytodiagnostik
untuk
penilaian
hormonal
dilakukan pada pubertas praecox, gangguan
pertumbuhan genitalia gangguan siklus, tumortumor fungsionil, dan lain-lain. Sekret cervix
- Spinnbarkeit Test
Dibawah pengaruh oestrogen lendir cervix
menjadi sangat viceus (liat) sehingga
dengan pincet dapat ditarik menjadi
benang sepanjang 6-8 cm.

Gambar : Spinnbarkeit
Test Dengan Pincet
Lendir Cervix Dapat
Ditarik

- FernTest
Setetes lendir cervix yang dikeringkan pada
gelas obyek memperlihatkan gambaran
kristal yang berbentuk daun paku. Pada
fase luteal gambaran ini berkurang sekali,
juga pada kehamilan.

Ferm test, tampak gambaran kristal


yang berbentuk daun pau

Fase Percobaan
Dengan
mikrokuret
dapat
diambil
endometrium tanpa dilatasi atau narcose
untuk diperiksa secara PA.

Gambar : Kuretase dari corpus uteri

Kurva suhu basal


Dengan kurva suhu basal dapat ditentukan :
- Apakah Siklus Ovulatoar
- Pada hari keberapa terjadi ovulasi
- Hari-hari mana yang subur dan tidak
subur
- Apakah terjadi kehamilan, dan lain-lain.

Gambr :
Kurve suhu
basal normal

- Oestrogen : ditentukan dari urine 24 jam.


Nilai yang normal dari urine 24 jam ialah
sebagai berikut
Postmenstrual
minimum

Ovulasi
maksimum

Oestradi
ol

0,7 Ug

7,9 (2,8-21,8)

Luteal
maksimum
5,0 (2,1-10,6)

Oestron

2,8 Ug (0,2-7,2)

20,1 (14,8-27,4)

11,3 (5,1-25,0)

Oestriol

4,7 Ug (1,9-11,4)

30,9 (8,1-119,0)

21,1 (5,0-89,0)

- Progesteron : diperiksa dari urine 24 jam


Nilai normal
* Fase folikuler 1,1 mg (0,8-1,5 mg)
* Fase luteal 2-5 mg
- C-17 Kelosteroid :
Ditentukan dari urine 24 jam. Nilai normal +
10,4g
- 17 hydroxysteroid
Nilai normal 3-13 mg dalam urine 24 jam
- Hormon gonadotropin
Ditentukan dari urine 24 jam
Dipergunakan tikus dan dilihat pengaruh
pada pertumbuhan uterus tikur.
Nilai normal : 4-20 S.HMG
Pada saat ovulasi : 13-40 S.HMG

Tes
Kehamilan
Kurve
suhu basal : perpanjangan fase
sekresi melebihi 15-16 hari adalah tanda
kemunginan kehamilan. Kalau seorang
wanita terlambat datang haid 3 hari dengan
suhu basal lebih dari 37OC, maka sangat
mencurigakan akan kehamilan.
Percobaan biologis : Aschein-Zondek, Galli
Mainini
Reaksi immunologis : pregnosticon test
2.11. Pemeriksaan Pada Gangguan Pertumbuhan
Kelamin

Pemeriksaan Chromosom :
1. Penentuan jenis inti (Barr body)
Biasanya diambil hapusan selaput lendir
pipi.

2.12. Pemeriksaan
Pada
Pemeriksaan
Kemandulan

suhu basal untuk


menentukan saat
kesuburan yang
optimal.
Kuretase
percobaon
premenstruil
atau
hari
pertoma
menstruasi.
Analisa sperma

Gambar : Bermacam cara biopsi servix

Sims huhner test (post coital test)


Kurzrock jailer test sebaiknya dilakukan
"gekreuzte invasionstest
Pertubasi (rubin test, insuflasi)
Hysterosalpingografi:
hysterosalpingografi
dapat juga mem-bantu diagnostik pada
abourtus habitualis, kemungkinan myoma
submucosa atau polip, synechi dan kelainan
bentuk rahim.
2.13.
Pemeriksaan
Kelainan
Laparoskopi: dilakukan pada infertilitas
Intraabnormal
yang terapi resistent, kelainan endokrin
yang tidak jelas, persangkaan tbc dari
genitalia, endometriosis, kehamilan tuba
yang utuh maupun yang terganggu kalau
diagnosanya meragukan, keluhan perut

Kuldoskopi: indikasi seperti di atas, topi


tidak boleh dilakukan pada retroflexio uteri
fixata, tumor-tumor dalam cavum douglasi
atau inieksi akut genitalia interna.
Douglaspunksi: untuk diagnostik darah,
nanah ataupun cairan dapal dilakukan
punksi melalui cavum douglasi
Kolpotomi: untuk melihat alat-alat dalam
panggul kecil.
Laparatomi (diagnosis).

2.14.
Pemeriksaan
Masih adaLain
beberapa cara
Khusus

Gambar : Laparoskopi dan


kuldoskopi

Gambar : Douglas punksi

khusus
lain
yang
jarang
dilakukan
dalam
pekerjaan
sehari-hari
dan
mempunyai
indikasi sangat terbatas.
Untuk keperluan diaghostik
sterilitas/infertilitas,
pemeriksaan
ginekologik
biasanya masih perlu dilengkapi
dengan
pemeriksaanpemeriksaan
khusus
lain,
seperti
anahsis-sperma,
pertubasi,
percobaan pakis
(varentest,
Fern
test,
arborization test), percobaan
pemelaran/tarikan lendir serviks

percobaan pasca-koitus Sims-Huhner, percobaan


Miller-Kur-zrok, pengukuran suhu basal, histerosalpingografi., laparoskopi, kuldoskopi, dan lain
sebagainva.
Pemeriksaan endoktrin dilakukan
dalam laboratorium khusus misalnya untuk
penentuan fungsi hipofisis (FSH. prolaktin LH,
ACTH), ovanum (estrogen dan progesteron),
kelenjar gondok, dan kelenjar adrenal.

Gambar : (A) Busi (dilator) Hegar


dalam pelbagai ukuran (B) Batang
laminaria untuk dilatasi serviks
perlahan-lahan (16-20 jam) (C)
Cytobrush)

Dalam
menghadapi
interseksualitas.
dilakukan pemeriksaan kromatin: seks kromatin
dan. penghitungan kromosom.
Pemeriksaan dengan sinar Roentgen, selain
untuk
keperluan
diagnostik
infertilitas,
diperlukan pula dalam mencari kelainan bawaan
pada genitalia interna kista dermoid yang
mengandung tulang/gigi lesi pada tulang
panggul dan tulang punggung sebagai akibat
metastasis tumpor ganas; juga untuk mencari
kelainan pada alat saluran kencingi, seperti batu
buli-buli, batu ureter, batu ginjal, dan untuk
mengetahui
fungsi
ginjal,
serta
deteksi
hidronefrosis/ hidroureter.
Ultrasonografi
untuk
diagnosis
mola
hidatidosa, kematian hasil konsepsi dan
kehamilan kembar; untuk mencari detik jantung

Gambar :
Kudosentesis dengan
jarun dan semprit

Kuldosentesis atau pungsi Douglas diperlukan untuk


memastikan terkumpulnya darah dalam rongga
peritoneum (nematokel retrouterina) dan sekaligus
untuk membedakannya dari abses Douglas. Apabila
fungsi menghasilkan darah tua, segera diiakukan
operasi. Akan tetapi, apabila nanah yang dikeluarkan,
ini berarti abses Douglas dan tindakan diteruskan
dengan kolpotomia posterior dan pemasangan pipa
karet untuk penyaluran

Cara kuldosentesis: Penderita dalam letak litotomi;


spekulum Sims dipasang dan disesuaikan, sehingga
porsio tampak jelas. Porsio dan vagina, terutarna
forniks posterior, tampak jelas. Porsio dan vagina,
terutama vorniks posterior, dibersihkan dengan
tinctura jodii 5%.Lalu bibir belakang porsio dijepit
dengan cunam porsio, dan spekulum Sims depan
disingkirkan.Sekarang vorniks posterior yang menonjol
tampak jelas, lalu ditusuk di garis median dengan
jarum yang panjang dan cukup besar.Biasanya darah
a. Sonografi
transvaginal
atau
nanah mengalir
keluar dari lubang jarum.
Sonografi transvaginal semula dipakai untuk
memantau pertumbuhan folikel serta pengambilan
ovum pada pasien infertilitas dan merupakan
pelengkap bagi sonograti abdominal. Seperti
pemeriksaan bimanual, sonografi transvaginal
dapat
menilai
bentuk,
ukuran
dan
letak
organ/massa, akan tetapi tidak dapat menilai
mobilitas organ massa tersebut.

Persiapan pemeriksaan
Pada pemeriksaan sonografi transvaginal
pasien tidak harus mengosongkan kandung
kemihnya lebih dahulu.
Pasien dibaringkan dalam posisi anti
Trendelenburg. Sebelum transduser dimasukkan
ke dalam vagina", pelu dipasang koridom" pada
transduser yang sebelumnya telah
dilumuri
engan gel. Resolusi gambar lebih baik, karena
frekuensi yang digunakan lebih tinggi dan hal ini
dimungkinkan karena letak organ tidak terlalu
jauh.
Bidang pemeriksaan
Pada
sonografi
abdominal
dikenal
pemeriksaan secara sagittal dan transversal.
Pada gambar sonografi abdominal transducer
tampak di bagian atas layar monitor

Indikasi sonografi transvaginal


Sonografi transvaginal sangat membantu
pada pemeriksaan pasien yang gemuk, karena
pemeriksaan bimanual lebih sulit, misalnya
untuk menentukan besarnya massa di dalam
rongga pelvis
Gambar : Mola hidatidosa
Indikasi lainnya adalah untuk mengetahui
apakah AKDR ada didalam uterus atau tidak,
misalnya bila pada pemeriksaan benang, AKDR
tidak tampak dan pada pemeriksaan dengan
sonde diragukan adanya AKDR. Sebelum
dilakukan pemeriksaan foto abdomen polos atau
histerogram, maka tepat bila diperiksa dengan
sonografi transvaginal. AKDR yang terletak
didalam kavum uteri akan tampak jelas.

Anda mungkin juga menyukai