Anda di halaman 1dari 36

OM

SWASTYASTU

SEMOGA PIKIRAN
YANG BAIK DATANG
DARI SEGALA PENJURU

HUKUM PIDANA PERBANDINGAN


SINTURI
PENDAHULUAN

Oleh
I GLN. Arimbawa

HPP
HPP

(Hukum
(Hukum Pidana
Pidana Perbandingan)
Perbandingan)

PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

HUKUM PIDANA
PERBANDINGAN
PENDAHULUAN

UMUM
SEBAGAI AKIBAT DARI
PERKEMBANGAN TEKNOLOGI
Dunia ini semakin sempit,
Jarak-jarak semakin dekat,
Hubungan komunikasi semakin
cepat,
Sehingga tidak satu pun negara di
dunia dapat mengucilkan diri atau
dikucilkan dari pergaulan dunia.

Selanjutannya
masyarakat bangsa atau negara yang satu
cenderung memperbandingkan dirinya
terhadap yang lain, sebagai perwujudan
dari nalurinya untuk menyatakan
kelebihanya

Untuk memelihara keseimbangan, maupun


dalam arti memelihara saling pengertian atau
saling menghormati.

Selain itu,dengan cara atau usaha


memperbandingkan sesuatu itu diharapkan
dapat meningkatkan diri sendiri dengan
mengambil nilai-nilai yang maju dan
mengemuka dari dunia luar tanpa
menghancurkan kepribadian sendiri.

Dalam ilmu hukum pidana lazim dikenal


tiga sistem hukum pidana di dunia yang
paling mengemuka, yaitu
1. Sistem Eropa Kontinental,
2. Sistem Anglo Saxon dan
3. Sistem negara-negara Sosialis.

Ciri-ciri yang paling mengemuka dari sistem


hukum pidana tersebut antara lain :

1 Mengenai pengkodifikasiannya,
kendati dalam perkembangannya sukar untuk
menentukan mana yang lebih terkodifikasikan.
Pada umumnya dikatakan bahwa sistem
kontinental adalah lebih terkodifikasi karena
undang-undangnya diatur dalam satu Kitab.

Contohnya KUHP Belanda (yang semula


berasal dari Code Penal Perancis), terdapat
dalam satu Kitab yang terdiri dari tiga buku.
Hal yang sama kita saksikan juga di
Indonesia.

Dalam perkembangannya ternyata


perundangan Hukum pidana atau
perundangan yang di dalamnnya terdapat
materi hukum pidana, semakin lama semakin
menumpuk juga.

Di Indonesia misalnya dapat dikatakan bahwa


materi hukum pidana di luar KUHP justru lebih
banyak diatur. Perhatikanlah Hukum Pidana
Khusus yang telah kita bicarakan pada
semester sebelumnya
Di negeri Inggris (negara Anglo-saxon),
sumber utama hukum pidana adalah
- yurisprudensi (Common law)
- Undang-undang (statute, act) atau
perundangan (delegated legislation

Sumber-sumber ini berkembang terus


dan bertambah tahun demi tahun,
sehingga untuk mempelajarinnya harus
mengumpulkan dulu jurisprudensi dan
perundangan yang bersangkutan

Usaha untuk mengkodifikasikannya baru


bagian demi bagian yang sudah tercapai,
seperti misalnya; undang-undang tentang
kejahatan terhadap orang (Offences against
the Person Act 1861), kejahatan seksual
(Sexual offences 1956), Pencurian (Theft Act
1968) dan lain sebagainya.

Namun untuk mengkodifikasikan keseluruhan


dan mengunifikasikannya belum berhasil
(L.B. Curzon, Criminal Law 1977

Di Soviet Rusia pada dasarnya dianut


sistem kodifikasi,
Namun apabila dikaitkan dengan konsep
kejahatan/tindak pidana yang diatur
dalam pasal 7 dari Fundamental of
Criminal legislation for the U.S.S.R. dan
the Union republik yang mengatakan
bahwa kejahatan adalah tindakan atau
kelalaian yang membahayakan
masyarakat,

Dalam penerapannya dapat berkembang


pengaturan-pengaturan atau
jurisprudensi-jurisprudensi tentang
tindakan apa saja yang merupakan
kejahatan

Hal ini akan juga sekaligus


menggoyahkan asas kepastian hukum.

2 MENGENAI KEPASTIAN HUKUM.


Dengan telah tertulisnya semua
ketentuan tentang hukum pidana,
dikatakan bahwa dalam sistem ini
terjamin kepastian hukum.
Kepastian hukum yang terkandung di sini
adalah yang bersifat formal.

Perundangan selalu ketinggalan oleh


perkembangan peradaban atau
kesadaran hukum.
Karenanya di negara-negara Eropa
Kontinental yang menganut sistem ini
pun, sudah semakin berkembang
kepastian hukum yang bersifat material.

Bandingkanlah dengan ajaran dari Paul


Van Scholten yang mengutarakan:Het
open sisteem van het recht yang pada
garis besarnya mengakui adanya
kesadaran hukum yang berkembang baik
di kalangan penegak hukum maupun
dalam masyarakat

Common law merupakan salah satu


sumber hukum di Inggris dan ditambah
lagi dengan sistem juri yang dianut
dalam pelaksanaan peradilan

di sana mudah difahami betapa


besarnya penghargaan sistem ini kepada
perkembangan kesadaran hukum
masyarakat.

Karenanya dalam sistem seperti ini dapat


disimpulkan bahwa kepastian hukum
secara material yang lebih menonjol.
Namun dalam perkembangan hukum di
negara ini, telah menjurus ke arah
peraturan tertulis alias perundangan.

3 MENGENAI CARA MELAKSANAKAN


PERADILAN.
Negara Inggris memakai sistem juri.
Artinya dalam suatu persidangan
perkara pidana, para jurilah yang
menentukan apakah terdakwa
(tertuduh) bersalah (guilty) atau tidak
bersalah (not guilty) setelah
pemeriksaan sidang dinyatakan cukup
(selesai)

Jika juri menentukan bersalah, barulah


hakim berperan menentukan
berat/ringannya atau jenis pidananya.

Dalam hal juri menentukan tidak


bersalah, maka hakim harus
membebaskan terdakwa (tertuduh).

Di negara-negara Eropa Kontinental dan


juga di Uni Soviet tidak menganut sistem
juri, melainkan hakim atau para hakim
yang mengadili perkara tersebutlah yang
menentukan terdakwa bersalah atau
tidak, dan sekaligus menjatuhkan
putusannya berupa pemidanaan atau
pembebasan

Indonesia sebagai bekas jajahan dari


salah satu negara Eropa kontinental di
mana Kitab Undang-undang hukum
pidananya sampai kini masih merupakan
warisan dari penjajahan tersebut,
kendati di sana-sini sudah ditambalsulam, tentu dapat di golongkan termasuk
dalam sistem Eropa kontinental

Namun sebagai negara merdeka yang


mempunyai kepribadian sendiri dalam
rangka mewujudkan (membuat) Kitab
Undang-undang Hukum Pidana atau
perundangan di bidang hukum pidana
tentu harus memilih atau menciptakan
yang paling sesuai dengan dirinya.

Untuk mendapat hasil yang sebaikbaiknya perlu persiapan yang matang


baik mengenai para cendikiawan di
bidang hukum pada umumnya, hukum
pidana khususnya, maupun penyiapan
materi hukum yang menyeluruh dan
pengetahuan tentang perkembangan
kesadaran hukum masyarakat serta
politik hukum pemerintah.

2. MAKSUD DAN TUJUAN.


Setelah selesai mempelajari asas-asas hukum
pidana da materi hukum pidana lainnya maka
untuk memperluas cakrawala di bidang hukum
pidana dan untuk mengembangkan diri dalam
pergaulan internasional khususnya di bidang
hukum pidana perlu mempelajari dan
mengetahui perkembangan hukum pidana di
luar Indonesia

Kesemuanya ini pertama-tama di tujukan


untuk mempermantap diri dalam
penugasan meladeni masyarakat yang
gandrung mohon keadilan serta
menjauhkan diri dari kepicikan.

Tujuan lainya ialah untuk mempertebal


keyakinan kepada hukum Indonesia yang
bersumber kepada Pancasila dan
mempertebal imunitas terhadap bahaya
komunisme yang selalu mengancam.

Sebagai tujuan ketiga ialah, dalam rangka


menyongsong pembaharuan hukum
pidana dan menjadikannya sebagai
Hukum Pidana Indonesia yang bersumber
kepada hukum yang berlaku dan
berkembang dalam masyarakat
Indonesia, sangat perlu mengetahui
hukum pidana di sekitaar kita sekedar
sebagai bahan perbandingan.

3. RUANG LINGKUP.
Ruang lingkup yang terutama dalam
pembahasan ini ialah: hukum pidana di negara
Asia tenggara (South East Asian Nations)
ditambah dengan dua negara Sosialis.
Setelah mengutarakan pelbagai perbandingan
dan manfaatnya, barulah diutarakan
perbandingan hukum pidana Negara Pancasila
Indonesia berturut-turut dengan negara
Philipina, Korea, Rusia, Malaysia dan RRC.

4.METODE PENDEKATAN.
Dalam rangka mengadakan perbandingan
ini, terlebih dahulu harus benar-benar
memahami dasar, cara berpikir dan
bekerja serta tujuan bangsa Indonesia,
khususnya di bidang hukum

Setelah itu barulah mempelajari


Undang-undang hukum pidana dari
negara-negara luar yang dijadikan objek,
secara garis besarnya saja.

Karenanya apabila apabila hendak


memperdalam lagi, harus lebih banyak
lagi membaca buku kepustakaan.
Bahkan apabila hendak memperdalam
lagi, haruslah mengadakan penelitian
dan pengamatan mengenai penerapan
hukum pidana tersebut dan penerimaan
atau penjunjungan dari rakyat yang
bersangkutan.

OM, SANTIH, SANTIH, SANTIH, OM

Anda mungkin juga menyukai