Anda di halaman 1dari 39

PRESENTASI KASUS

ANASTESI UMUM PADA


TOTALTIROIDEKTOMI
By
MARDONI EFRIJON

Kelenjar
Tiroid
Organ endokrin yang terletak di leher manusia
Salah satu kelenjar terbesar, normalnya

memiliki berat 15-20 gr


Fungsinya : mengeluarkan hormon tiroid
mensekresikan tiga macam hormon :
Tiroksin (T4), Triodotironin (T3), Kalsitonin.
Penangananya dengan pembedahan,
salah satunya dengan total tyroidektomi

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny. H.P
No. RM : 154927
Umur
: 49 tahun
Alamat :
Perum prima yuda, kabil no 12, Nongsa
Agama : Kristen
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Menikah
Suku Bangsa : Batak
Tanggal Masuk : 5 Oktober 2016

ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Benjolan dileher sejak 12 tahun yang lalu
Keluhan tambahan : Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien masuk RSUD Embung Fatimah Kota
Batam di rawat di Ruang Bedah Flamboyan
pada tanggal 15 Oktober 2016 dengan
keluhan benjolan di leher sejak 12 tahun
sebelum masuk rumah sakit. Benjolan tidak
disertai nyeri. Demam disangkal. Pasien
datang untuk persiapan operasi.

Riwayat penyakit dahulu :


1. Riwayat alergi obat disangkal
2. Riwayat penyakit asma disangkal
3. Riwayat penyakit darah tinggi disangkal
4. Riwayat penyakit diabetes disangkal
5. Riwayat penyakit jantung disangkal
6. Riwayat operasi sebelumnya disangkal

PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis
Keadaan umum : sedang
Kesadaran
: compos mentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah
: 130/90 mmhg
Nadi
: 86 x/mnt
Suhu
:36,7
Pernafasan
: 20 x/mnt

Pemeriksaan kepala
Kepala : mesochepal,
Mata

: konjungtiva anemis -/-, pupil isokor,


sclera ikterik -/ Telinga : discharge -/ Hidung : discharge -/-, deviasi septum (-)
Mulut
: bibir tidak kering dan tidak sianosis

Pemeriksaan leher
Leher

: terdapat benjolan di kanan dan kiri

Pemeriksaan dada
Thoraks

: bentuk dan gerak simetris


Pulmo : suara dasar vesikuler, ronkhi (-/-),
wheezing (-/-)
Cor : S1>S2, regular, murmur (-), gallop (-)

Pemeriksaan Abdomen
Abdomen : datar, supel, jejas (-), nyeri tekan
(-),
bising usus (+) normal, hepar tidak
teraba, lien tidak teraba, ginjal tidak
teraba

Status Lokalis
Regio Colli
Inspeksi : Terdapat benjolan di leher sisi
kanan dan sisi kiri, benjolan terlihat ikut
bergerak saat menelan. Warna benjolan
sama dengan warna kulit sekitarnya.
Venektasi (-)
Palpasi : Teraba benjolan di leher sisi kanan
dan kiri, keras, immobile (terfiksir), tidak
nyeri jika ditekan, ikut bergerak ketika
menelan. Dengan ukuran 8 cm x 6 cm.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
HEMATOLOGI

HASIL

SATUAN

NILAI RUJUKAN

hemoglobin

11,5

Gr/dl

11-16,5

Leukosit

7.700

/ul

3500-10.000

Hematokrit

34

35-60

Eritrosit

4,2

Juta/ul

3,8-5,8

Trombosit

314

Ribu/ul

150-500

MCV

81

fl

80,0-97,0

MCH

27

pg

26,5-33,5

MCHC

34

g/dl

31,5-35,0

Masa

perdarahan 200

Menit

1-6

BT
Masa

pembekuan 900

Menit

6-11

CT
Golongan darah

O RH +

KIMIA DARAH
SGOT

32

U/I

P:<40 W:<32

SGPT

22

U/I

P:<41 W:<33

Ueum

25

Mg/dl

10-50

Creatinin

0,5

Mg/dl

P:0,7-1,2 W:0,5-1

GDS

82

Mg/dl

<200

Albumin

4,3

g/dl

3,4-4,8

Natrium (Na+)

138

Mmol/L

136-145

Kalium(Ka+)

3,9

Mmol/L

3,5-5,1

Klorida (Cl-)

98

Mmol/L

98-107

<0,06

Uul/l

Eutyroid 0,25-5

ELEKTROLIT

PROFIL TYROID
TSH

Hyperthyroid <0,15
T3

0,99

Nmol

Hypotyroid >7
0,92-2,33

FT4

11,29

Pmol/l

10,6-19,4

Patologi Anatomi : FNAB (tanggal : 20 Juli

2016)
Makroskopis : Benjolan leher depan
diameter 8 cm kistik
Mikroskopis : Sediaan sitologi tumor leher
depan mengandung kelompokkan sel asini
folikel tersebar dan membentuk struktur
folikel
Kesimpulan : lebih kearah adenomatous
a/r Tyroid dextra et sinistra

PraAnestesi

Diagnosis

: SNNT (Struma Nodular Non Toksik)


Jenis Pembedahan : Total Tyroidektomi
Riwayat Operasi : GCS : 15
TD
: 130/90 mmHg
BB
: 54 kg
Hasil Laboratorium : Terlampir
ASA : II
Puasa : 8 jam prabedah
Jenis Anestesi : General Anestesi dengan ETT no
6,5

LAPORAN ANESTESI PASIEN


Jenis Anestesi
Premedikasi

10 mg
Induksi

: General Anestesi
: Ondeansetron 4mg, Dexametason

: fentanyl 150g, midazolam 5 mg


: Propofol 100 mg
Relaksan
: Ecron 5mg
Teknik Anestesi : semi closed
Obat Anestesi : Induksi
Intubasi ET No.6,5
Maintenance
: inhalasi sevofluren
Respirasi
: control
Posisi
: terlentang
Cairan
: RL

Laporan durante operasi

Mulai anestesi : 12.00 WIB


Mulai operasi : 12.15 WIB
Selesai operasi : 15.30 WIB
Berat Badan : 54 Kg
Lama Operasi : 3 jam
Pasien puasa : 8 jam
Cairan yang masuk : RL 6 kolf

Pemantauan TTV Selama Operasi


JAM

TINDAKAN

TD

HR

RR/SPO2

12.00

RL 500 ml (I)

140/90 mmhg

90x/menit

19/100%

12.15

120/80 mmhg

70x/menit

18/100%

12.30

100/60 mmhg

60x/menit

18/100%

98/65 mmhg

64x/menit

18/100%

100/65 mmhg

60x/menit

18/100%

102/62 mmhg

61x/menit

18/100%

100/58 mmhg

68x/menit

18/100%

108/62 mmhg

68x/menit

18/100%

106/60 mmhg

68x/menit

18/100%

12.45

RL 500 ml (II)

13.00
13.15

RL 500 ml (III)

13.30
13.45

RL 500 ml (IV)

14.00
14.15

Ecron 2 mg

101/62 mmhg

68x/menit

18/100%

14.30

RL 500 ml (V)

100/58 mmhg

60x/menit

18/100%

14.45

106/60 mmhg

58x/menit

18/100%

15.00

98/59 mmhg

60x/menit

18/100%

104/60 mmhg

63x/menit

18/100%

10/58 mmhg

60x/menit

18/100%

15.15
15.30

RL 500 ml (VI)

ANALISIS

Terapi cairan yang diberikan :


Maintanance (4,2,1)
10 x 4 : 40
10 x 2 : 20
34 x 1 : 34
Kebutan maintananc 94 cc/jam
Pengganti puasa 8 jam
Lama puasa x maintenance
8 x 94 = 752 cc/Jam
IWL ( jenis op x BB)
10 x 54 = 540 cc/jam

Jam I : Maintanance + puasa + IWL

94 + 752 + 540 = 1010 cc


Jam II
: Maintanance + puasa + IWL
94 + 1/4 752 + 540 = 820 cc
Jam III
: Maintanance + puasa + IWL
94 + 1/4 752 + 540 = 820 cc
Jam IV
: Maintanance + IWL
94 + 540 = 634 cc
Jumlah kebutuhan Cairan yang dibutuhkan
adalah: 2.967 cc

Instruksi post operasi observasi :

-Kesadaran
-Tanda Vital
-Keseimbangan cairan

PEMBAHASAN
Dari hasil pemeriksaan preoperatif, agar dapat

menentukan status pasien adalah ASA II dengan


interpretasi bahwa pasien kemungkinan memiliki
penyakit sistemik ringan atau sedang. Selain itu,
kita juga memberikan edukasi kepada pasien
untuk puasa 8 jam sebelum operasi.
Keadaan pre-operative
Pasien datang dengan kesadaran compos mentis
dan telah mengalami program puasa selama 8
jam. Tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 86
x/menit. Hb : 11,5 gr/ dl.

Durante Operative
Sebelum dilakukan tindakan pembedahan

pada pasien ini diputuskan untuk dilakukan


general anestesi dengan tekhnik semi
closed dan memakai fasilitas intubasi
dengan menggunakan ET nomor 6,5.

Tekhnik general anestesi ini perlu di perhatikan

terhadap pengawasan jalan nafas, terutama pada


pasien dengan operasi goiter.
Kedalaman pembiusan harus cukup kuat sebelum
dilakukan manipulasi seperti pemakaian
laringoskop untuk intubasi guna menghindari
gejolak hemodinamik.
Pemeliharaan dapat digunakan agen inhalasi
seperti Isofluran, desfluran Sevofluran dan lain-lain.
N2O dapat digunakan sebagai analgetik selain
dengan opioid.
Perhatian terhadap ablasi kornea atau ulserasi pada
pasien dengan eksoftalmus dengan pemberian
salep mata.

Untuk induksi diberikan Fentanyl dan propofol.


Propofol adalah obat anestesi intravena yang

bekerja cepat dengan karakter recovery anestesi


yang cepat tanpa rasa pusing dan mual-mual yang
bekerja cepat yang efek kerjanya dicapai dalam
waktu 30 detik.
Setelah pasien masuk dalam stadium anestesi
disusul dengan pemberian Ecron 5 mg IV (dosis 0,6
mg/kgBB) sebagai muscle relaxan untuk
memudahkan intubasi endotrakeal.
Ercon merupakan pelumpuh otot non depolarisasi
dengan onset cepat, durasi sedang, pemulihan
cepat, akumulasi minimal, serta tendensi histamin
release yang rendah

Setelah itu pasien diberi O2 murni selama 1

menit, setelah terjadi relaksasi kemudian dilakukan


intubasi dengan pipa endotrakeal nomor 6,5.
Balon pipa endotrakeal dikembangkan. Kemudian
diyakinkan bahwa pipa endotrakeal ada dalam
trakea dan tidak masuk ke dalam salah satu
bronkus atau esophagus dengan mendengarkan
suara paru-paru dengan stetoskop. Gerakan
dinding dada harus simetris pada setiap inspirasi
buatan.
Kemudian orofaringeal tube dimasukkan mulut
agar lidah tidak jatuh ke belakang, lalu difiksasi
dan dihubungkan dengan mesin anestesi.

Untuk pemeliharaan anestesi diberikan

dengan cara inhalasi. Zat anestesi yang


digunakan adalah N2O 2 liter/menit, O2 2
liter/menit, sevoflurane.
N2O merupakan zat anestesi yang lemah
tapi mempunyai efek analgetik yang kuat.
Pemberian N2O biasanya bersamaan
dengan O2 dengan tujuan untuk mencegah
terjadinya hipoksia.

Selain itu juga dikombinasikan

dengan isoflurane.
Isoflurane merupakan eter
berhalogen, berbau tajam, dan tidak
mudah terbakar.
Keuntungan penggunaan isoflurane
adalah irama jantung stabil, dan tidak
terangsang oleh adrenalin serta
induksi, dan masa pulih anestesinya
cepat.

Selama tindakan anestesi

berlangsung, tekanan darah dan nadi


senantiasa dikontrol tiap 15 menit.
Tekanan darah sistolik berkisar antara
108 70 mmHg. Tekanan diastolik
berkisar antara 80 40 mmHg. Di
lihat dari tekanan darah yang turun,
maka di berikan efedrin 1 cc.

Untuk mencegah perdarahan yang

banyak, maka pada kasus ini di


berikan asam traneksamat dan
vitamin K,Infus RL diberikan pada
pasien sebagai cairan rumatan.
Ondansetron juga di berikan untuk
mengurangi mual.

Untuk mengatasi atau mengurangi nyeri

pasca operasi diberikan ketorolac dengan


dosis 30 mg/ml.
Ketorolac tromethamine merupakan
senyawa anti inflamasi non steroid bekerja
pada jalur siklo oksigenase, menghambat
biosintesis prostaglandin dengan aktifitas
analgetik yang kuat secara perifer maupun
sentral, disamping itu memiliki efek anti
inflamasi dan anti piretik.
Ketorolac memiliki efek analgetik yang
setara dengan morfin atau pethidine
namun efeknya lebih lambat.

Untuk mengganti kehilangan cairan

tubuh diberikan cairan RL setelah


selesai operasi,
Post Tiroidektomi total, pasien
dibawa ke ICU dan diberikan O2
secara inhalasi 2 lt/mnt untuk
mencegah hipoksia akibat N2O.

TERIMA KASIH

Biosintesis, sekresi & transport


hormon tiroid
Sintesis dan sekresi hormon tiroid dipacu oleh TSH
TSH berikatan dengan membran reseptor pada sel folikel
Kompleks hormon-reseptor mengaktivkan adenilat siklase

dalam sitoplasma
Sel folikel membentuk pseudopodia pada ujung apikal
dimulai biosintesis hormon tiroid
Setelah disekresikan, hormon tiroid dibawa dalam aliran
darah dalam kondisi berikatan dengan protein plasma
thyroxine binding globulin (TBG), thyroxine-binding
prealbumin (TBPA) dan serum albumin
T4 berikatan dengan semuanya sedangkan T3 hanya
terikat oleh TBG dan albumin

Tahapan biosintesis hormon tiroid


Transport aktif Iodida
Iodinasi residu tyrosyl dalam tiroglobulin
Penggabungan subunit teriodinasi untuk
membentuk triiodotironin (T3) dan tiroksin (T4)
Pelepasan hormon aktif T3 dan T4 dari molekul
tiroglobulin melalui hidrolisis protein
T3 dan T4 disekresikan melalui eksositosis

Fungsi kelenjar Tiroid


Mengatur laju metabolism tubuh
Pertumbuhan saraf dan tulang.
Mempertahankan sekresi GH dan gonadotropin.
Menambah kekuatan kontraksi otot dan menambah irama

jantung.
Merangsang pembentukan sel darah merah.
Mempengaruhi kekuatan dan ritme pernapasan sebagai
kompensasi tubuh terhadap kebutuhan oksigen akibat
metabolisme.
Bereaksi sebagai antagonis insulin Tirokalsitonin mempunyai
jaringan sasaran tulang dengan fungsi utama menurunkan
kadar kalsium serum dengan menghambat reabsorpsi kalsium
ditulang.

Pemeriksaan fungsi tiroid


Pemeriksaan basal metabolic rate (BMR)
Pemeriksaan T3 dan T4
Pemeriksaan kadar TSH
Pemeriksaan antibodi untuk penyakit-penyakit autoimun.
Pemeriksaan patologik pada bahan berasal dari biopsy jarum.
Kelainan Kelenjar Tiroid
Hipertiroidisme/ Goutertokisika/ Tirotoksika/ Penyakit Grave
Hipotiroidisme
Kretinisme

Jenis Pembedahan Tiroid


Biopsi insisi
Biopsi eksisi
Tiroidektomi subtotal
Hemitiroidektomi (istmolobektomi)
Tiroidektomi total
Tiroidektomi radikal

Komplikasi pada tiroidektomi


Perdarahan
terbukanya vena besar
Trauma nervus laringeus rekurens
Sepsis yang meluas ke mediastinum
Hipotiroidisme pasca bedah
Hipokalsemi
Metastasis kanker yang sudah mencapai organorgan lain

Anda mungkin juga menyukai