Anda di halaman 1dari 24

Penggunaan Obat di Rumah

Sakit dan Penerapan Sistem


Pelayanan Satu Pintu
FG 5
Citra Dara M.
(1306480465)
Delvika Yessi Chumala (1306377032)
Dwi Utaminingsih (1306405433)
Hilda N. Aziza
(1306396920)
Ignatia N. Wulandari(1306377386)
Kalonica Kusumawardani (1306397021)
Khairinisa Lestari
()
Luthfi Tsara (1306377594)
Marwan F. Arsyad (1306480300)
Nurul Aisyah ()
Rd. Rr. Altrista Y. K. (1306397160)
Satya Muslimah (1306377171)

Outline

Penerapan Sistem Pelayanan Satu


Pintu

Dasar Hukum

1. PMK

No. 58 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di


Rumah
Sakit,
penyelenggaraan
pelayanan
kefarmasian di Rumah Sakit dilaksanakan di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit melalui sistem satu pintu.
2. Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 Pasal 15 ayat 3
tentang Rumah Sakit menyatakan bahwa Pengelolaan
alat kesehatan, sediaan farmasi, dan bahan medis habis
pakai di rumah sakit harus dilakukan oleh Instalasi
Farmasi sistem satu pintu

Dwi Utaminingsih 1306405433, Ignatia Wulandari


1306377386,

Pengertian Sistem Pelayanan Satu


Pintu
Sistem

satu pintu atau one gate policy yang dimaksud


adalah satu kebijakan kefarmasian, satu pengawasan
operasional, serta satu sistem informasi termasuk
pembuatan
formularium,
pengadaan,
dan
pendistribusian sediaan farmasi, alkes, dan bahan medis
habis pakai yang bertujuan untuk mengutamakan
kepentingan pasien melalui Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
Dengan demikian semua sediaan farmasi, alkes, dan bahan
medis habis pakai yang beredar di rumah sakit merupakan
tanggung jawab Instalasi Farmasi Rumah Sakit, sehingga
tidak ada pengelolaan yang dilaksanakan selain oleh
Instalasi Farmasi Rumah Sakit.

Dwi Utaminingsih 1306405433, Ignatia Wulandari

Sistem Pelayanan Farmasi Satu Pintu


Instalasi farmasi bertanggung jawab atas semua obat yang beredar di rumah

sakit
Commitment building: memberikan pelayanan yang terbaik untuk pasien,
pelayanan bebas kesalahan (zero defect), pelayanan bebas copy resep
Membangun kekuatan internal rumah sakit terhadap pesaing farmasi dari
luar
Memberikan kesejahteraan internal melalui jasa pelayanan farmasi dan
keuntungan apotek
Penerapan sistem formularium,distribusi obat serta skrining resep oleh
farmasis

Ignatia Wulandari 1306377386,

Tujuan Dibentuknya Sistem Pelayanan Farmasi


Satu Pintu
1. Optimalisasi cakupan pelayanan obat gawat darurat, resep

rawat jalan umum, rawat jalan Askes, rawat inap umum/Askes,


obat operasi dan pelayanan obat masyarakat miskin.
2. Meminimalisasi pemberian obat yang tidak tepat waktu, dan
meminimalisasi medication error.
3. Pasien safety
4. Peningkatan pelayanan asuhan kefarmasian.
5. Optimalisasi pendapatan farmasi sehingga pendapatan RS dan
kesejahteraanpegawai RS meningkat.
6. Sebagai salah satu sarana memperbaiki citra RS

Manfaat
Adanya bentuk

pengawasan dan pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi,


Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
Standarisasi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
digunakan di Rumah Sakit
Adanya penjaminan mutu Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai
Memungkinkan adanya pengendalian harga Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai
Memudahkan dalam hal pemantauan terapi Obat
Penurunan risiko kesalahan terkait penggunaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (keselamatan pasien)
Kemudahan akses data Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang akurat
Peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit dan citra Rumah Sakit
Peningkatan pendapatan Rumah Sakit dan peningkatan kesejahteraan pegawai.

Dwi Utaminingsih 1306405433, Ignatia Wulandari

REFERENSI
Depkes, 2004, KepMenKes RI No. 1197 Tentang Standar

Pelayanan Farmasi Di Rumah Sakit.


Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58
Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit.

Pemberian Obat pada Pasien dan


Monitoring Obat

Rasionalisasi penggunaan obat

Kalonica Kusumawardhani 1306397021,

Monitoring obat

Kalonica Kusumawardhani 1306397021,

Peran apoteker dalam keselamatan pengobatan


(medication safety pharmacist)

Kalonica Kusumawardhani 1306397021,

Berpartisipasi
dalam komite
keselamatan
pasien RS

Sebagai langkah strategis


dalam pembuatan kebijakan
dan monitoring

Terlibat dalam
Review SOP yang diterapkan
pengembanga
Pemantauan keberhasilan
n dan
peraturan mengenai
pengkajian
keamanan pengobatan
kebijakan
Monitor
Monitor tenaga medis yang
kepatuhan
bertanggungjawab dalam
terhadap
keselamatan pasien
standar yang
ada
Kalonica Kusumawardhani 1306397021,

Pelayanan dan Penyimpanan Obat


Khusus (produk Nutrisi, Produk
Radioaktif, Obat Sampel, Produk steril)

Delvika yessi 1306377032


Hilda nur aziza 1306396920
R.R Altrista yusrina 1306397160

Perbekalan Farmasi yang Dibawa


Penderita
Tidak
Disetujui dokter
yang merawat
penderita
tersebut di
rumah sakit

memengaruhi
keamanan dan
efektivitas obat
yang diberikan
dokter di rumah
sakit

Obat tidak dapat


diperoleh IFRS

Delvika Yessi Chumala (1306377032)

Direktorat Jenderal Binakefarmasian dan


Alat Kesehatan Kementrian Kesehatan RI
dan Japan
International
Cooperation
Agency.
2010.
Pedoman
Pengolaan

Prinsip Penyimpanan
Penyimpanan merupakan tanggung jawab apoteker pada pengelolaan sediaan
farmasi dengan sistem satu pintu.
Penyimpanan merupakan kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara
menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai aman
dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat.
Metode penyimpanan obat dapat disusun berdasarkan kelas terapi, secara
alfabetis sehingga sistematis dengan menerapkan prinsip First Expired First Out
(FEFO) dan First In First Out (FIFO) dan disertai sistem informasi untuk menjamin
ketersediaan perbekalan farmasi.

Hilda Nur Aziza 1306396920

Standar Prosedur Operasional Penyimpanan Produk


Nutrisi :

Produk nutrisi merupakan nutrisi parenteral yang sudah melalui


proses pencampuran atau pengemasan ulang oleh apoteker.
Produk nutrisi harus disimpan sesuai kondisi yang tepat agar
menjaga mutu produk, menjamin sterilitas dan stabilitas
produk.

Hilda Nur Aziza 1306396920

Prosedur :
Hasil pencampuran atau hasil produk nutrisi yang telah

disiapkan, disimpan dalam wadah asli/kemasan primer


sediaan nutrisi dan diberi label (terlampir)
Simpan wadah khusus nutrisi di dalam lemari pendingin
pada suhu 2 - 8C.
Simpan selama 1 x 24 jam.
Apabila tidak digunakan lebih dan 1 x 24 jam, sediaan tidak
dapat digunakan dan harus dimusnahkan.
Hilda Nur Aziza 1306396920

Penyimpanan Sediaan Narkotika dan Psikotropika

Menurut
permenkes
yang
telah
disebutkan
sebelumnya, Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus
memiliki
tempat
penyimpanan
narkotika
dan
psikotropika berupa lemari khusus yang berada dalam
pengawasan apoteker. Lemari khusus yang dimaksud
harus memenuhi syarat sebagai berikut:
terbuat dari bahan
yang kuat

tidak mudah
dipindahkan dan
mempunyai 2 (dua)
buah kunci yang
berbeda

diletakkan di tempat
yang aman dan tidak
terlihat oleh umum

kunci lemari khusus


dikuasai oleh apoteker
penanggung jawab
atau apoteker yang
ditunjuk dan pegawai
lain yang dikuasakan.

Rd. Roro Altrista ( 1306397160

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor
3
Tahun
2015
Tentang
Peredaran,
Penyimpanan,
Pemusnahan,
dan
Pelaporan

Penanganan Bahan Sitostatik dan


Bahan Berbahaya Lain
Bahan sitostatika adalah zat/obat yang merusak dan
membunuh sel normal dan sel kanker,serta digunakan untuk
menghambat pertumbuhan tumor malignan. Penggunaan obat
sitostatik membutuhkan penanganan khusus untuk menjamin
keamanan, keselamatan penderita, perawat, profesional
kesehatan, dan orang lain yang tidak menderita sakit. Tujuan
penanganan
bahan
sitostatik/berbahaya
adalah
untuk
menjamin penanganannya yang tepat dan aman di rumah sakit

Rd. Roro Altrista ( 1306397160

Direktorat Jenderal Binkefarmasian dan


Alat Kesehatan Kementrian Kesehatan RI
dan Japan
International Cooperation
Agency.
2010.
Pedoman
Pengolaan

Standar kerja yang harus dipersiapkan


meliputi
1. Teknik khusus penanganan sitostatika

2. Perlengkapan pelindung (baju, topi, masker,


sarung tangan)
3. Pelatihan petugas
4. Penandaan, pengemasan, tranportasi
5. Penanganan tumpahan obat sitostatika
6. Penanganan limbah.

Rd. Roro Altrista ( 1306397160

Pengelolaan Sediaan Radiofarmasi


Keterlibaan IFRS dalam
penanganan sediaan
radiofarmasi adalah pada saat
pemesanan dan penerimaan
sediaan tersebut. Setelah
sediaan tiba di IFRS, maka
sediaan tersebut langsung
dikelola oleh bagian radio
nuklir di masing-masing rumah
sakit.

Delvika Yessi Chumala (1306377032)

Hal yang penting untuk


diperhatikan IFRS berkaitan
dengan sediaan radiofarmasi
adalah mengetahui jumlah
seidaan yang dipesan,
digunakan dan sisa stok.

Direktorat Jenderal Binakefarmasian dan


Alat Kesehatan Kementrian Kesehatan RI
dan Japan
International Cooperation
Agency.
2010.
Pedoman
Pengolaan

Persediaan Perbekalan Farmasi


untuk Keadaan Darurat
Perbekalan farmasi harus selalu tersedia.
Tidak boleh ada perbekalan farmasi yang
kosong.

Perbekalan farmasi harus dicek setiap kali


ada perubahan penanggung jawab ruangan,
misal ada alih jaga dari petugas siang ke
malam dan sebaliknya.
Perbekalan farmasi yang kosong harus
segera diajukan permintannya kepada IFRS

Persediaan untuk masing-masing item


perbekalan farmasi ditetapkan oleh KFT.

Delvika Yessi Chumala (1306377032)

Direktorat Jenderal Binakefarmasian dan


Alat Kesehatan Kementrian Kesehatan RI
dan Japan
International Cooperation
Agency.
2010.
Pedoman
Pengolaan

Anda mungkin juga menyukai