Anda di halaman 1dari 22

PANCASILA SEBAGAI

FILSAFAT

OLEH
IRWAN JASA TARIGAN, S.H.,M.H.
JULIANDI, S.H.,M.H.

PENGERTIAN FILSAFAT

Istilah filsafat secara etimologis merupakan


padanan kata falsafah (Arab) dan philosophy
(Inggris) yang berasal dari bahasa Yunani
(philosophia).

Kata
philosophia
merupakan
kata
majemuk yang tersusun dari kata philos
atau philein yang berarti kekasih, sahabat,
mencintai dan kata sophia yang berarti
kebijaksanaan,
hikmat,
kearifan,
pengetahuan.

ADA DUA PENGERTIAN PEMAKAIAN FILSAFAT :

Filsafat sebagai Proses atau sebagai produk.


Filsafat sebagai ilmu atau metode dan filsafat
sebagai pandangan hidup
Filsafat dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti
praktis.

Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti


produk, sebagai pandangan hidup, dan dalam arti
praktis.
Bagi bangsa Indonesia, filsafat Pancasila mempunyai
fungsi dan peranan sebagai pedoman dan pegangan
dalam sikap, tingkahlaku dan perbuatan dalam
kehidupan
sehari-hari,
dalam
bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara

PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT

Filsafat Pancasila refleksi kritis dan rasional


tentang Pancasila sebagai dasar negara dan
kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk
mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang
mendasar dan menyeluruh.
Pancasila dikatakan sebagai filsafat, karena
Pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang
mendalam yang dilakukan oleh the founding
father kita, yang dituangkan dalam suatu sistem
(Ruslan Abdul Gani).
Filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan
pengertian ilmiah yaitu tentang hakikat dari
Pancasila (Notonagoro).

PANCASILA SEBAGAI SUATU


SISTEM FILSAFAT

Sila-sila dalam Pancasila merupakan kesatuan


organis yang saling berkaitan, berhubungan dan
saling mengkualifikasi

Pemikiran dasar yag terkandung dalam Pancasila


yaitu pemikiran tentang manusia yang berhubungan
dengan Tuhan, dengan diri sendiri, dengan sesama,
dengan masyarakat bangsa yang nilai-nilai itu
dimiliki oleh bangsa Indonesia

SUSUNAN PANCASILA SEBAGAI


SISTEM YANG UTUH :

Sila 1, meliputi, mendasari, dan menjiwai sila


2, 3, 4, 5,
Sila 2, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, dan
mendasari dan menjiwai sila 3, 4, 5
Sila 3, diliputi, didasari, dijiwai sila 2, dan
mendasari dan menjiwai sila 4, 5
Sila 4, diliputi, didasari, dijiwai sila 3, dan
mendasari dan menjiwai sila 5
Sila 5, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, 3, 4

INTI SILA-SILA PANCASILA


MELIPUTI :
Tuhan, sebagai kausa prima
Manusia, makhluk individu dan makhluk
sosial
Rakyat, sebagai unsur mutlak negara, harus
bekerjasama dan bergotong royong
Adil, yaitu memberi keadilan kepada diri
sendiri dan orang lain yang menjadi haknya

1. LANDASAN ONTOLOGIS PANCASILA

Secara ontologis, penyelidikan Pancasila


sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya
untuk mengetahui hakikat dasar dari sila-sila
Pancasila.
Pancasila terdiri atas lima sila dimana setiap
sila bukanlah merupakan asas yang berdiri
sendiri-sendiri, malainkan memiliki satu
kesatuan dasar ontologis.
Dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya
adalah manusia. Subyek pendukung pokok
dari sila-sila Pancasila adalah manusia.

HAKIKAT MANUSIA SEBAGAI


ONTOLOGIS PANCASILA :

Yang Berketuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang


adil dan beradab, yang berpersatuan, yang berkerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan serta yang berkeadilan sosial pada hakikatnya adalah
manusia.
Manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila secara
ontologis memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan
kodrat, raga dan jiwa, jasmani dan rohani. Sifat kodrat manusia
adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial serta sebagai
makhluk pribadi dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Maka
secara hirarkis sila pertama mendasari dan menjiwai sila-sila
Pancasila lainnya. (lihat Notonagoro, 1975: 53).

Yang
Berketuhanan
Yang
Maha
Esa,
yang
berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang
berpersatuan, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat
kebijaksanaan
dalam
permusyawaratan/
perwakilan serta yang berkeadilan sosial pada
hakikatnya adalah manusia.
Manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila
secara ontologis memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu
terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa, jasmani dan
rohani. Sifat kodrat manusia adalah sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial serta sebagai makhluk
pribadi dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Maka
secara hirarkis sila pertama mendasari dan menjiwai
sila-sila Pancasila lainnya. (lihat Notonagoro, 1975: 53).

2. LANDASAN EPISTEMOLOGIS
PANCASILA
Sumber pengetahuan Pancasila adalah nilainilai yang ada ada bangsa Indonesia sendiri.
Sebagai suatu sistem pengetahuan, Pancasila
memiliki susunan yang bersifat formal logis,
baik dalam susunan Pancasila maupun arti
dari setiap sila.
Susunan sila bersifat hierarkis piramidal,
dimana sila pertama menjiwai 4 sila
berikutnya, dst.

SUSUNAN ISI ARTI


PANCASILA
Umum universal merupakan pangkal tolak
pelaksanaan bidang kenegaraan dan tertib
hukum Indonesia dan realisasi praktis berbagai
bidang kehidupan konkrit
Umum
kolektif merupakan pedoman
kolektif negara dan bangsa Indonesia dalam
tertib hukum Indonesia
Khusus dan konkrit merupakan panduan
realisasi praktis dalam berbagai bidang
kehidupan yang bersifat khusus, konkrit dan
dinamis.

Sesuai sila pertama, epistemologi Pancasila


mengakui kebenaran wahyu yang bersifat
mutlak sebagai tingkat kebenaran yang paling
tinggi
Kebenaran
dan
pengetahuan
manusia
merupakan sintesa antara potensi-potensi
kejiwaan manusia
untuk mendapatkan
kebenaran yang lebih tinggi
Dalam sila ketiga, keempat dan kelima
epistemolgi Pancasila mengakui kebenaran
konsensus (manusia sebagai mahkhluk idividu
dan mahkluk sosial)

3. LANDASAN AKSIOLOGIS
PANCASILA
(NILAI-NILAI DALAM PANCASILA)
3 tingkatan nilai dalam filsafat Pancasila :
1. Nilai Dasar : asas yang diterima sebagai dalil yang
bersifat mutlak, benar dan tidak perlu dipertentangkan
yaitu nilai ketuhanan, kemanusiaan, kerakyatan dan
keadilan
2. Nilai instrumental : nilai yang berbentuk norma sosial
dan norma hukum yang selanjutnya akan terkristalisasi
dalam pertauran dan mekanisme lembaga-lembaga
negara
3. Nilai
Praktis : nilai yang dilaksanakan dalam
kenyataan yang merupakan batu ujian apakah nilai
dasar dan instrumental tersebut berlaku di masyarakat.
Catatan :
nilai etik dan nilai moral merupakan nilai yang mendasari nilai dasar
dan nilai instrumental

Secara aksiologis, bangsa Indonesia merupakan


pendukung nilai-nilai Indonesia, yaitu bangsa
yang
berketuhanan,
berkemanusiaan,
berpersatuan, berkerakyatan, dan berkeadilan
sosial.
Pengakuan, penerimaan dan penghargaan atas
nilai-nilai Pancasila akan nampak dalam sikap,
tingkah laku, dan perbuatan bangsa Indonesia
sehingga mencerminkan sifat khas sebagai
manusia Indonesia.

IMPLIKASI
FILSAFAT
PANCASILA
DALAM
PENDIDIKAN

PENDIDIKA
N
Pendidikan

adalah usaha sadar terencana


untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi
dirinya
untuk
memiliki
kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan
darinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

FILSAFAT PANCASILA DAN


PENDIDIKAN
Hakikat

Pancasila
sebagai
paradigma
kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara mengandung konsekuensi
dalam segala aspek bidang nasional harus
berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila

Filsafat

Pancasila yang memandang hakikat


manusia
sebagai
monopluralis
akan
tercermin dalam pelaksanaan kegiatan
pendidikan yang subyeknya adalah juga
manusia

UNSUR-UNSUR MANUSIA
MONOPLURALIS
Kodrat

manusia terdiri atas jiwa dan raga


Kodrat makhluk individu dan makhluk sosial
Kodrat sebagai makhluk pribadi dan makhluk
Tuhan Yang Maha Esa
Pendidikan harus meliputi aspek jiwa (akal,
rasa, kehendak), aspek raga (jasmani), aspek
individu, aspek mahluk sosial, aspek pribadi dan
juga aspek kehidupan ketuhanannya.

IMPLIKASI DALAM
PENDIDIKAN
harus meliputi pengembangan
seluruh aspek jiwa (rohani) manusia
mencakup akal, rasa, dan kehendak, serta
aspek raga (jasmani) , aspek individu, aspek
mahluk sosial, aspek pribadi dan aspek
kehidupan ketuhanannya. Contoh :

Pendidikan

Pemelajaran

Teknologi Informasi adalah bagian


dari pengembangan akal dan kreatifitas manusia
Pemelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan
upaya penguasaan kompetensi terkait dengan
aspek manusia sebagai mahluk sosial
Pemelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan
realisasi dari penguasaan kompetensi terkait
dengan aspek ketuhanan

Pengembangan seluruh aspek manusia harus berlandaskan


nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila sebagai
suatu sistem. Contoh :
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
pendidikan adalah dalam rangka mengolah kekayaan alam yang
disediakakn Tuhan Yang maha Esa (sila ke-1), tujuan
esensialnya adalah untuk kesejahteraan umat manusia,
pengembangan iptek haruslah hasil budaya manusia yang
beradab dan bermoral (sila ke-2), pengembangan iptek sejak dini
diarahkan dapat mengembangkan rasa nasionalisme (sila ke-3),
siswa sebagai ilmuwan perlu diberikan kebebasan mengem
angkan iptek sekaligus menghargai kebebasan orang lan (silake4), pengembangan iptek harus menjaga keseimbangan
kehidupan dirinya sendiri, dengan orang lain, dirinya dengan
Tuhannya, dirinya dengan masyarakat, dan alam sekitar (sila
ke-5).

KESIMPULAN
Aplikasi
falsafah
Pancasila
yang
terjabarkan dalam sila-sila Pancasila
secara tepat dan integratif di dalam dunia
pendidikan perlu terus dijaga dan
dikembangkan agar arah dan pelaksanaan
pendidikan
mampu
mengembangkan
kompetensi
manusia
secara
utuh
berlandaskan nilai-nilai yang berasal dari
akar budaya bangsa Indonesia sendiri.

Anda mungkin juga menyukai