Anda di halaman 1dari 61

NANOTEKNNOLOG

I DALAM SEDIAAN
HERBAL

Nurul Eka Putri


Elizabeth Greffiana
Baginda Sati Desti
Rachmadyah Widya
Ayu Larasati Tryas
Yanuari

DEFINISI
NANOTEKNOLOGI
Nanoteknologi adalah manipulasi materi pada
skala atomik dan skala molekular. Diameter
atom berkisar antara 62 pikometer (atom Helium)
sampai 520 pikometer (atom Cesium).
Penerapannya dalam sediaan farmasi berkaitan
dengan peningkatan bioavailabilitas dari zat
aktif dengan efek berkhasiat maupun
peningkatan dalam bentuk dan penampilannya
dengan pengecilan ukuran
Yang akan dibahas salah satu contoh
nanoteknologi diantaranya nanoemulsi, liposom,
fitosom, dan proteome.

NANOEMULSI

NANOEMULSI
Nanoemulsi adalah suatu sistem
dispersi minyak dalam air (m/a) atau
air dalam minyak (a/m) dengan ukuran
globul sekitar 1-100 nm yang dibentuk
melalui pemecahan globul.
Nanoemulsi dapat dibentuk dengan
cara menyampurkan fase minyak yang
tidak bercampur dengan fase air
kemudian diberikan tekanan atau
pergeseran yang tinggi.

NANOEMULSI HERBAL
Pada sediaan nanoemulsi sediaan herbal,
yang digunakan sebagai zat aktif adalah
bahan herbal yang sudah diekstraksi karena
akan memudahkan pembuatan emulsinya.
Biasanya digunakan ekstrak yang sudah
dipekatkan. Ketika sudah diekstraksi kadar
zat berkhasiatnya juga lebih tinggi.
Nanoemulsi herbal banyak digunakan untuk
topikal.

KEUNTUNGAN
1. Ukuran globul yang kecil menurunkan gaya
gravitasi sehingga tidak terjadi creaming atau
sedimentasi pada saat penyimpanan.
2. Ukuran globul yang kecil juga menghindari
terjadi flokulasi.
3. Nanoemulsi cocok untuk pemberiaan melalui
kulit karena mempercepat penetrasi.
4. Bentuk sediaan yang transparan dan tidak
lengket, memberikan nilai estetika dan
kenyamanan penggunaan.
5. Nanoemulsi dapat digunakan sebagai

KERUGIAN
1. Pembuatan nanoemulsi memperlukan
teknik spesial seperti homogenizer
bertekanan tinggi secepat ultrasonik.
2. Nanoemulsi memerlukan biaya produksi
yang mahal karena perlu agen
pengemulsi dengan kosentrasi tinggi.

METODE PEMBUATAN
NANOEMULSI
1. HIGH PRESSURE
HOMOGENIZATION
Homogenizer bertekanan tinggi untuk menghasilkan
nanoemulsi dengan ukuran partikel yang benar-benar
kecil (hingga 1 nm).
Gaya yang bekerja dapat diatur hingga menghasilkan
nanoemulsi dengan ukuran droplet dan indeks
polidipersitas yang diinginkan.
Pembuatannya lebih baik dengan menggunakan fase
terdisper dalam volume besar, baru setelah emulsi
terbentuk diencerkan. namun, jika perbandingan
volumenya terlalu besar daptmenyebabkan koalesens
selama proses emulsifikasi, tapi, surfaktan dapat
ditambahkan lebih banyak.

2.
MICROFLUIDI
ZATION

Merupakan suatu metode pencampuran dengan


menggunakan alat microfluidizer.Alat ini menggunakan
pompa tekanan tinggi (500-20000 psi), yang
mendorong produk melalui interaction chamber yang
terdiri dari microchannel
fase minyak dan air, dicampur dan diproses menjadi
emulsi kasar lalu dilewatkan ke microfluidizer yang
lalu diproses menjadi nanoemulsi. Pelewatan nya ke
kanal tersebut dapat dilakukan berulang hingga
diperoleh ukuran yang diinginkan.
Emulsi tersebut lalu disaring dengan penyaring
menggunakan nitrogen untuk menghilangkan partikel
yang berukuran besar, sehingga dihasilkan nanoemulsi
dengan ukuran yang seragam

3. PHASE INVERSION
TEMPERATURE
TECHNIQUE (PIT)

Menunjukkan hubungan antara ukuran droplet


minimum dan solubilisasi fase minyak dalam
mikroemulsi.
Pada metode ini, air,minyak, surfaktan, dicampur
semua pada suhu ruang menghasilkan
makroemulsi m/a dengan minyak berlebih,
dan monolayer surfaktan bermuatan positif.
Ketika dipanaskan, surfaktan polietoksinya
menjadi lipofil dan mensolubilisasi fase
minyak , sehingga emulsi m/a menjadi emulsi
a/m, dengan monolayernya bermuatan negatif.

4. SOLVENT
DISPLACEMENT
METHOD
pembuatan nanoemulsi secara spontan,
Metode ini, fase minyak dilarutkan dalam
pelarut organik yang dapat bercampur
dengan air( aseton, etanol). Fase organik lalu
dituang ke fase air yang sudah mengandung
surfaktan untuk membuat nanoemulsi terbentuk
secara spontan melalui difusi cepat pelarut
organik.
Pelarut organik dihilangkan dari nanoemulsi
dengan cara yang sesuai, seperti penguapan
vakumi banyak digunakan

5. PHASE INVERSION
COMPOSITION METHOD
Dapat dilakukan pada suhu ruang dan
tidak menggunakan pelarut organik.
Nanoemulsi yang stabil secara kinetik
dengan ukuran droplet kecil dapat
dihasilkan dengan penambahan air ke
larutan surfaktan dalam minyak,
dengan pengadukan pada suhu tetap.

EVALUASI SEDIAN
NANOEMULSI
1.Ukuran droplet dan distribusi ukuran,
bisa dilakukan dengan menggunakan
particle size analyzer, laser light
scattering
2.Studi mikroskopik; Sediaan dilihat
sebelum dan setelah disonikasi, pada
awal sonikasi dropletnya kan terlihat,
sedangkan setelah sonikasi tidak.
3.Potensial zeta (Zetasizer Nano Series)
4.pH

6. Kestabilan fisik dan kimia


a. Sentrifugasi : dilakukan pada 3500 rpm
selama 30 menit, lalu dilihat apakah ada
pemisahan
b. Heating and cooling cycle : Sediaan disimpan
pada suhu 4C dan 45 C, masing-masing
selama 48 jam, diulang hingga 6 siklus.
Sediaan yang stabil dilanjutkan dengan Freeze
thaw cycle test
c. Freeze-thaw cycle test : Sediaan disimpan
pada suhu 21C dan 25C, diulang hingga 3
siklus. Pada uji kestabilan, dilihat pakah ada
pemisahan, creaming, dan flokulasi
7. Uji aktivitas (misal uji antioksidan, uji aktivitas
antibakteri)

HAL-HAL YANG HARUS


DIPERHATIKAN SELAMA
PEMBUATAN NANOEMULSI
1. Surfaktan
Membantu menurunkan ketegangan
permukaan antara minyak dan air. Surfaktan
non ionik memiliki tegangan permukaan yang
lebih rendah dari surfaktan polimer seperti
poli vinil alcohol (PVP).
2. Alat yang digunakan
Kecepatan ultrasonicator, microfluidiser, dan
homogenizer,mempengaruhi ukuran dan
stabilitas, reologi, dan warna dari emulsi.

3. Suhu
Dapat mempengaruhi nilai HLB dari
system. surfaktan polyethoxylated, untuk
memodifikasi mereka affinitas untuk air
dan minyak sebagai fungsi suhu. Telah
diamati bahwa surfaktan polyethoxylated
cenderung menjadi lipofilik pada
pemanasan karena dehydrasi
polioksietilena.
4. Pembentukan ukuran tetesan mikron

CONTOH SEDIAAN
NANOEMULSI

Elizabeth Greffiana
C. 1206260330

PENGEMBANGAN
NANOEMULSI DARI EKSTRAK
CABANG PHYLLANTUS
EMBLICA. L
Emblica (Phyllanthus emblica L.) adalah tanaman yang
tersebar luas di daerah tropis dan subtropis di asia bagian
selatan Asia.
Tanaman ini berpotensi sebagai antioksidan, menghambat
sintesis melanin, anti inflamasi, antimikroba dan astringen.
Untuk potensi penghantaran secara topikal, dilakukan
formulasi nanoemulsi yang berisi fenol dari ekstrak cabang
Phyllantus emblica L.

KANDUNGAN KIMIA
Tanin
Catechin
Epicatechin gallate (ECG)
Epigallocatechin (EGC)
Epigallocatechin gallate (EGCG)
Gallocatechin (EC

PERSIAPAN EKSTRAK
CABANG P. EMBILICA
Cabang Phyllanthus emblica dikeringkan pada 50C dan dijadikan
serbuk.
Lalu dilakukan ekstraksi dengan menggunakan etanol 50% pada
rasio 1:5 g/mL selama 5 hari dalam tangki maserasi dan disaring
melalui kertas Whatman.
Fitrat dipekatkan menggunakan rotary evaporator pada 45C, dan
kemudian dikeringbekuan dalam lyophilizer.
Fase minyak Isopropil miristat (0.6% w/v) dan polyoxyethylene 20
stearil ester (0.35%) dilelehkan pada suhu 70C dengan
pengadukan 500 rpm selama 5 menit.

PERSIAPAN EKSTRAK
CABANG P. EMBILICA
Fase air dipanaskan pada 75C sebelum ditambahkan pada
fase minyak.
Campuran diemulsifikasi dengan high speed homogenizer
pada 4500 rpm selama 5 menit sehingga dihasilkan pre
emulsi.
Kemudian dilakukan high pressure homogenizer pada pre
emulsi selama 5 siklus dengan tekanan 10000psi.
Setelah

high

pressure

didinginkan pada suhu ruang.

homogenization,

nanoemulsi

UJI KESTABILAN
NANOEMULSI
Uji kestabilan dari nanoemulsi dilakukan selama 90 hari pada
suhu 4C dan 30C. Dilakukan pengukuran terhadap ukuran
partikel, zeta potensial, entrapment efficiency dan drug loading.
Konsentrasi optimal EPE pada formulasi yang menghasilkan
ukuran partikel yang kecil, entrapment efficiency yang tinggi
dan stabilitas yang baik diperoleh pada F2 yaitu dengan
konsentrasi 0.15%.
Semakin bertambahnya konsentrasi ekstrak akan membuat
ukuran partikel semakin besar dan tidak stabil.

HASIL PENGAMATAN

HASIL PENGAMATAN

HASIL PENGAMATAN

APLIKASI LIPOSOM
DALAM SEDIAAN
HERBAL

Baginda Sati
Pituanan

PENDAHULUAN

APLIKASI LIPOSOM PADA


OBAT HERBAL

THE ADVANTAGES OF USING LIPOSOME


(1)
Liposome memiliki sifat-sifat yang menguntungkan bagi obat-obat
herbal:

Ampifilisitas

Biokompatibilitas

Biodegradabilitas

Peningkatan efikasi terapi

Keamanan

Peningkatan bioavailabilitas

Lepas lambat

Penghantaran obat tertarget

THE ADVANTAGES OF USING LIPOSOME


(2)
Meningkatkan
kelarutan bahan

Meningkatkan
bioavailabili-tas
bahan

Meningkatkan
uptake selular

Mengubah
farmakokinetik
dan
biodistribusinya

Meningkatkan
stabilitas

Meningkatkan
aktivitas
terapeutik

Penghantaran
tertarget

Kadar obat
dapat
dipertahankan
lebih lama

Meningkatkan
keamanan

Liposomal herbal formulation .


Formulations

Active

Quercetin liposomes

Quercetin

ingredients

Applications of liposome
formulations

Biological activity Method of


preparation

Reduced dose, enhance


penetration in blood brain

Antioxidant
Anticancer

barrier
Uposomes
Silymarin
encapsulated silymarin

Improve bioavailability

Reverse
evaporation

Route of
administration

Reference

60%

Intrana sal

(18]

6922
0.6%

Buccal

(16]

Entrapment
efficiency

technique
Hepatoprotective

Reverse
evaporation
technique

Antiviral

Film method and


sonication

60-74%

In vitro

(191

Increase efficiency

Anticancer

Film -ultrasound
method

62.30%

In vitro

(201

Paclitaxel

High entrapment effidency


and PH sensitive

Anticancer

Thin film
hydration method

94%

ln vitro

(211

Curcumin liposome

Curcumin

Long-circulating with high


entrapment efficiency

Anticancer

Ethanol injection
method

8827
2.16%

In vitro

(22]

Garlicin liposome

Garlicin

Increase efficiency

Lungs

Reverse-phase

90.77%

Uposoma artemisia
arborescens

Artemisia
arborescens

Targeting of essential oils to


cells.enhance penetration

essential oil

into, cytoplasmatic barrier

Ampelopsin liposome

Ampelopsin

Paclitaxelliposome

(23]

evaporation
method
Aavonoids liposomes

Quercetin

Binding offlavonoids with Hb Hemoglobin

Solvent

and rutin

is enhanced

evaporation

Usnea acid liposome with Usnea acid

lncrase solubility and

Anti mycobacterial Hydration of a thin 99.5%

In vitro

(24]

In vitro

(25]

1. SILYMARIN (1)
Basic

Liposom (Lesitin
kacang kedelai)

Di pencernaan
absorpsi buruk (20-

Pemberian melalui buccal

50%) Parenteral lebih disukai

bioavailabilitas obat meningkat

drpd oral

2. SILYBIN (2)

Sistem liposom : metode injeksi etanol

Studi : Aktivitas hepatoprotektifnya terhadap karbon


tetraklorida pada mencit yang mengalami penyakit
hati.

Hasil : Masa lipid kolesterol dengan rasio 10:2


memiliki penjerapan maksimum 87,2% (1,77).

Efek Hepato-Proteksi
Basic

Liposom

33,08%

55,6%

3. QUERCETIN

Sistem Liposom : Liposom multilamelar dengan


fosfatidiletanolamin, kolesterol, disetil fosfat dan
quercetin dengan rasio kemolaran 7:1:1:1.

Studi : Proteksi maksimal terhadap hepatoselular dan


metamorfosis lemak, nekrosis, hiperplasia sel Kupffer,
fibrosis dan deposisi dari isi kolagen.

Hasil : Kadar alkalin fosfatase


o

81836,60 (U/l) 307,7814,43 (U/l)

Kadar serum aspartat transaminase


o

89,716,42 (U/l) 49,142,21 (U/l)

4. KURKUMIN (SOU ET AL.)


Sistem liposom :
fosfolipid yang terbuat dari 1,2-dimyristoylsn-glycero-3- phosphocholine; 1,5dihexadecyl ester; 1,2-distearoyl-snglycero-3- phosphoethanolamine-N[monomethoxy poly(ethylene glycol) (5000)]
pada rasio molaritas 10:1:0.06.

5. KATEKIN TEH (FANG ET AL.)

Sistem Liposom : anionic surfactant deoxycholic


acid dan dicetyl phosphate dalam 15% etanol.

Studi : Permeasi katekin

Hasil : Permeasi katekin menunjukkan hasil yang


baik ketika dienkapsulasi dalam liposom

6. KATEKIN (2)

Sistem Liposom : Calcium Pectinate Gel Beads

Studi : Katekin dibuat menjadi sediaan gel lepas


lambat

DAFTAR PUSTAKA

Ajazuddin, S. (2010). Applications of novel drug delivery


system for herbal formulations. Fitoterapia 81, 680-689.

Kashaw, V., kumar Nema, A., & Agarwal, A. (2011).


Hepatoprotective Prospective Of Herbal Drugs and Their
Vesicular CarriersA Review. International Journal of
Research in Pharmaceutical and Biomedical Sciences Vol.
2, 360-374.

Thapa, R., Khan, G., & Thapa, P. (2013). Herbal


Medicine Incorporated Nanoparticles: Advancements
in Herbal Treatment. Asian Journal of Biomedical
and Pharmaceutical Sciences; 3(24), 7-14.

APLIKASI FITOSOM
DALAM SEDIAAN
HERBAL

Desti Rachmadyah
Nanda S.
1106002223

FITOSOM
Fitosom : suatu sediaan yang terdiri dari bahan alam
sebagai zat aktif dan fosfolipid, di mana zat aktif
dikelilingi dan berikatan dengan fosfolipid.
Teknologi Phytosome : teknologi pembentukan
kompleks antara senyawa-senyawa di dalam ekstrak
dengan fosfolipid.
Molekul hidrofilik senyawa menjadi hidrofobik
mempermudah proses penembusan lapisan membran
bagian luar dari sel-sel dalam saluran pencernaan,
sehingga dapat mudah masuk ke peredaran darah.
Kompleks zat aktif dan fosfolipid ini dapat
diformulasikan dalam beberapa berbagai bentuk
farmasetik seperti larutan, emulsi, sirup, suspensi,

TUJUAN PEMBUATAN
Tujuan : meningkatkan bioavailabilitas zat
berkhasiat.
Kebanyakan ekstrak bahan alam bersifat
hidrofil, sehingga sulit untuk menembus
membran kulit/sistem pencernaan yang bersifat
non-polar dan menyebabkan absorpsi yang
buruk.
Sediaan fitosom : zat aktif terbungkus oleh
fosfolipid mudah untuk menembus membran
kulit/sistem pencernaan dan diharapkan
menghasilkan absorpsi yang baik.

FITOSOM
Fosfolipid yang umum digunakan : fosfatidilkolin yang larut
dalam fasa air dan lemak dan absorbsinya sangat baik bila
diberikan secara oral.
Analisis kimia menunjukkan bahwa unit phytosome biasanya
terdiri dari satu molekul senyawa dalam herbal berikatan
dengan setidaknya satu senyawa fosfatidilkolin.
Ikatan kedua molekul ini sangat larut dalam lemak sehingga
mudah menembus lapisan membran bagian luar sel-sel
saluran pencernaan sehingga dapat masuk ke dalam
peredaran darah.
Dalam beberapa penelitian telah terbukti bahwa dengan
menggunakan teknologi phytosome, produk dapat diabsorpsi
dengan lebih baik dan mempunyai efikasi yang lebih tinggi.

METODE PEMBUATAN
1. Fosfolipid dilarutkan dalam pelarut organik yang telah
mengandung zat aktif.
2. Larutan yang terbentuk kemudian dikeringkan dan
dimasukkan dalam lapis tipis lalu di hidrasi. Suspensi
fitosom
yang
terbentuk
dapat
digunakan
untuk
pembuatan bentuk sediaan yang lain.
3. Fosfolipid yang digunakan dapat diperoleh dari bahan
alam maupun sintesis seperti lesitin kedelai, bovine atau
swine
brain
atau
dermis,
phosphatidylcoline,
phosphatidylethanolamine,
atau
phosphatydilserine
dimana gugus asil-nya sama atau berbeda dan pada
umumnya derivat dari asam palmitat, stearat, aleat, dan
linoleat.

GINGKO BILOBA
PHYTOSOME
Ditemukan meningkatkan superoksida
dismutase, katalase, glutation peroksidase dan
kegiatan glutathione reduktase di semua
daerah otak, dibandingkan dengan mereka
yang dirawat hanya dengan natrium nitrit.
Ginkgo biloba phytosomes diberikan kepada
tikus Wistar pada 50 mg/kg dan 100 mg/kg
selama 7 dan 14 hari.
Hipoksia kimia diinduksi oleh administrasi
natrium nitrit (75 mg/kg) 1 jam setelah terakhir
administrasi pengobatan. Tiga puluh menit
setelah natrium nitritadministrasi, hewanhewan itu dibunuh dan korteks serebral,

CONTOH PRODUK
Ginkgoselect Phytosome :
mengandung ekstrak daun Ginkgo
biloba L.; ekstrak mengandung 24%
ginkgoflavonglucosides, 6%
ginkgolides and bilobalide dan 5
ppm ginkgoic acids.
Khasiat utama : pengobatan
insufisiensi serebral dan gangguan
pembuluh darah perifer.
Untuk menguji efektivitas
Ginkgoselect Phytosome dengan
ekstrak Ginkgo biloba L. dilakukan
beberapa uji farmakokinetik.

PERBEDAAN LIPOSOM
DAN FITOSOM

PERBEDAAN LIPOSOM
DAN FITOSOM

Perbedaa
n

Liposom

Fitosom

Zat aktif

Pada bagian dalam yang


hidrofilik.

Pada bagian kepala hidrofil.

Cara
pembuata
n

1. Melarutkan zat aktif obat


yang larut air dengan air.
Senyawa fosfolipid seperti
fosfatidilkolin dilarutkan
dalam pelarut organik
2. Campuran larutan organik
dipekatkan, ditambahkan
campuran larutan air.
3. Campuran larutan air dan
lemak dihidrasi dan
diagitasi hingga
membentuk multilamelar
vesikel besar, yang

1. Ekstrak herbal dilarutkan


dalam pelarut aprotik
(metilen klorida atau
diklorometan, dioxan, dan
etil asetat) bersamaan
dengan senyawa
fosfolipidnya
2. Dilakukan solubilisasi dan
pemekatan larutan.
3. Kompleks yang terbentuk
memiliki sifat lipofilik dan
larut dalam pelarut polar
dan aprotik, dimana kalau

APLIKASI
PROTEOMIK
DALAM SEDIAAN

APLIKASI PROTEOMIK
PADA SEDIAAN HERBAL

Kuantifikasi RNA yang dikenal dengan RT-PCR


yang hanya bisa menganalisa ekspresi gen
dengan jumlah yang terbatas dalam satu
waktukemudian adanya pengembangan
DNA microarray yang dapat digunakan
untuk mendeteksi perubahan pada ekspresi
gen yang nantinya dapat digunakan untuk
deteksi ekspresi gen yang berbeda yang

SOYBEAN
Kacang Kedelai mengandung isofalvon yang
biasanya muncul sebagai -glikosida (genistin, daidzin,
glycitin) atau asetil--glukosida dan malonil-glukosida

Studi nutrigenomik banyaknya


kasus CVD (Cardio Vascular Diseases)
Studi nutrigenomik
transkriptomik digunakan untuk
pemberian pemahaman secara
mekanisme molekuler kenapa
digunakan studi nutrigenomik?
untuk menganalisa profil ekspresi sel
endothelial gen-gen yang memiliki
peran penting pada arterosklerosis

PROTEOMIK
Efek dari zat fitokimia dalam transkriptome harus
dilengkapi dengan analisis kuantitatif dari beberapa
protein yang relevan.
Untuk analisis proteomic, protein diekstraksi dari sel
atau jaringan lalu dipisahkan dengan gel elektroforasi
dua dimensi poliakrilamida.
Titik yang ada dapat digunakan untuk
mengidentifikasi perbedaan kandungan protein pada
sampel
Untuk mengidentifikasi protein yang dapat diproteksi
melawan arterosklerosis, digunakan sel yang diberi
konsentrasi patofisiologi yang sesuai yaitu proarterosklerosis penekan homosistein

Analisis proteomic juga diarahkan dengan


membandingkan efek dari isofalvon yang
terisolasi dengan ekstrak kedelai yang lebih
lengkap dengan induksi stressor (proarterosklerosis penekan homosistein)
Membandingkan ektrak kedelai dengan
campuran genistein dan daidzein

Ekstrak mencegah perubahan pada sel endothelial


setelah paparan homosistein sebanyak 10 protein,
sedangkan, campuran mencegah 13 protein. Uji ini
membuktikan ekstrak kedelai yang mengandung
isoflavon dan isoflavon yang diisolasi memiliki efek yang
mirip dalam menginhibisi sel endothelial yang sudah
diinduksi homosistein, dan mempunyai efek yang besar
pada kandungan dengan jenis protein yang berbedabeda.

DAFTAR PUSTAKA
C.

Rungsiri

Chaitanya,

S.

Bungorn.

2013.

Development of a nanoemulsion of Phyllanthus


emblica L. branch extract. Drug Dev Ind Pharm,
Early

Online:

Doi:10.3109/03639045.2013.838580

110.

DAFTAR PUSTAKA
Collins English Dictionary Complete and Unabridged HarperCollins
Publishers, 2003, 24 November 2013, 16:25 WIB
http://www.swansonvitamins.com/swanson-ultra-turmeric-phytosomemeriva-500-mg-60-capsdikutip tanggal 24 November 2013, 19:55 WIB

Cho, W. C.-S. (2007). Application of proteomics in Chinese medicine


research. The American journal of Chinese medicine, 35(6), 91122.
Ishtiaq Ch, M. (2013). Role of Proteomics in Plant Taxonomy: Drug
Quality Control for Pharmaceutical Industries, Res. J. Biotech Vol. 8 (4)
April (2013)

Anda mungkin juga menyukai