RABISO®
Strain SN01-23
KELOMPOK 4
Kepada YTH.
Kepala Badan Pengawas Obat
dan Makanan Republik Indonesia
Jl. Percetakan Negara 23
JAKARTA
SURAT PENGANTAR
Jakarta, 12-03-2015
No : 08/R/TML/XII/15
Lampiran : 1 Berkas Dokumen Registrasi Obat
Hal : Penyerahan berkas registrasi
Kepada
KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
Jl. Percetakan Negara No. 23
Jakarta Pusat
Dengan hormat,
Bersama surat ini kami bermaksud untuk memberikan berkas registrasi produk biologi
kami (terlampir) sebagai berikut :
Hormat kami,
PT. Vaksindo Bandung - Indonesia
Characterisation -
S4 Kontrol terhadap Zat Aktif
Control of Drug substance II, C.S4, 44
S5 Baku Pembanding
Reference Standards or Materials II, C.S5, 52
S6 Sistem Kemasan
Container Closure System -
S7 Stabilitas
Stability -
P. Obat
Drug Product II, C.P, 52
P1 Deskripsi dan Komposisi
Description and Composition II, C.P1, 52
P2 Pengembangan Farmasetika
Pharmaceutical Development II, C.P2, 53
P3 Proses Produksi
Manufacture II, C.P3, 54
P4 Kontrol terhadap Zat Tambahan
Control of Excipients II, C.P4, 55
P5 Kontrol terhadap Obat
Control of Finished Product II, C.P5, 61
P6 Baku Pembanding
Reference Standards or Materials -
P7 Sistem Kemasan
Container Closure System -
P8 Stabilitas
Stability II, C.P8, 60
P9 Bukti Ekivalensi
Product Interchangeability, Equivalence
Evidence -
DOKUMEN RAHASIA
Confidential FORMULIR REGISTRASI OBAT DAN PRODUK BIOLOGI
No Pendaftaran APPLICATION FORM FOR DRUG AND BIOLOGICAL PRODUCT
Application Number
Alamat Pendaftar
Applicant’s Address
Jl. Cibaligo No. 76, Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barta
Nama Produsen*
PT. Vaksindo Bandung - Indonesia
Manufacturer’s Name*
Alamat Produsen
Produsen’s Address
Jl. Cibaligo No. 76, Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barta
B. URAIAN PRODUK
Details Of Product
Nama Obat
Rabiso®
Product Name
Kelas Terapi
Therapetic Class
Indikasi Imunisasi aktif untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh virus rabies. Vaksin ini
Indication diindikasikan pada pre-exposure immunization dan post-exposure immunization
Lisensi Kontrak
Underlicense Contract manufacturing
Kemasan Vial 1 ml
Packaging
C. FORMULA
Formulation Details
1. Zat Aktif
Drug Subtances
Catatan : Lampiran halaman tambahan jika ada permintaan. Zat aktif dituliskan sesuai nama generis
INN
Note : Attach additional pages as required. Name of Drug substance/s should be written
according to INN names
Satuan Dosis
Unit Dose : Tiap tube 10 gram
2. Zat Tambahan
Excipients
Catatan : Lampiran halaman tambahan jika ada permintaan. Zat aktif dituliskan sesuai nama generis
INN
Note : Attach additional pages as required.
Name of Drug substance/s should be written according to INN names
CAS NO. Nama Jumlah Satuan Fungsi
CAS NO. Name Quantity Unit Type
D. DOKUMEN TEKNIS
TECHNICAL DOCUMENT
Jumlah Jumlah Halaman Jumlah salinan
Volume Number of pages Number of copies
Number of
Volumes
Dokumen Administrasi dan Informasi
Produk
Administration Data dan Product
BAGIAN I
Information I 23 halaman 1 rangkap
Part I
1. Ijin Industri
2. Sertifikat CPOB
3. rancangan penandaan
BAGIAN
Dokumen Non-klinik
III - - -
Nonclinical Document
Part III
BAGIAN
Dokumen Klinik
IV - - -
Clinical Document
Part IV
C Jenis sediaan
2 Urutan jenis sediaan
M Nama inisial produk
1 Urutan nama produk
01 Jumlah batch
I Bulan produksi
13 Tahun produksi
R Bulan kadaluarsa
16 Tahun kadaluarsa
F. INFORMASI HPR
Ya Tidak Jumlah
Biaya
Yes
X No Amount
Registrasi Rp 30.000.000-,
Fee
G. INFORMASI HARGA
PERNYATAAN PENDAFTAR
APPLICANT DECLARATION
Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa semua informasi dalam
dokumen registrasi untuk pemasaran atau perbaikan berkala dari :
I the undersigned certify that all the information in the accompanying documentation
concerning an application for a marketing authorization for or periodic review of:
Nama Obat
Product name : Rabiso®
Nama Zat Aktif
Generic name (s) : Virus rabies strain SN01-23
Bentuk Sediaan
Dosage form : Vial 1 ml
Pendaftar
Applicant company : PT. Vaksindo Bandung - Indonesia
adalah terkini dan benar. Saya juga menyatakan bahwa saya mempunyai penjelasan dan
saya menjamin kebenarannya.
Is correct and true, and reflects the total current information available. I further certify
that I have exemined the following statement and I attest to their accuracy.
2. Formula tiap bentuk sediaan sama dengan formula induk dan catatan bets.
The formulation per dosage form correlates with the master formula and with the
batch manufacturing record form.
3. Prosedur pembuatan benar-benar sesuai dengan formula induk dan catatan bets.
The manufacturing procedure is exactly as specified in the master formula and batch
manufacturing record form.
4. Seluruh bets zat aktif dan zat tambahan diperoleh dari sumber yang terdaftar.
All batch of active pharmaceutical ingredient(s) and excipient(s) are obtained from the
source (s) specified in the accompanying documentation
5. Tiap bets zat aktif dan zat tambahan diuji sesuai spesifikasi dalam dokumen dan
6. Tiap bets kemasan diuji sesuai spesifikasi dalam dokumen dan mengikuti semua
spesifikasi sebelum obat disetujui.
Each batch of the container/closure system is tested or certified against the
specifications in the accompanying documentation and complies fully with those
specifications before it is released for manufacturing purposes.
7. Tiap bets obat juga diuji sesuai spesifikasi dalam dokumen dan mengikuti semua
spesifikasi sebelum obat disetujui dan dipasarkan.
Each batch of the finished product is tested or certified (in an accompanying
certificate of analysis for that batch) against the specifications in the accompanying
documentation and complies fully with those specifications before it is released for
manufacturing purposes
8. Personal yang menyetujui obat yang akan dipasarkan adalah yang berkompeten sesuai
dengan pedoman CPOB.
The person releasing the product for sale is an authorized person as defined by
national guidelines concerning good manufacturing practice.
9. Prosedur pembuatan formula untuk pengawasan obat harus tervalidasi. Metoda analisa
tervalidasi akurasi, presisi, spesifitas dan linieritas sesuai pedoman CPOB.
The procedures for control of the finished product have been validated for this
formulation. The assay method has been validated for accuracy, precision, specificity
and linearity in compliance with national guidelines.
10. Pemegang ijin edar memiliki prosedur tetap untuk penanganan penarikan kembali
obat.
The market authorization holder has a standard operating procedure for handling
batch recalls of its products.
Nama
Name (print or type) : Dra. Zeta Tamimi, Apt
Jabatan
Position in company : QC Manager
Nomor telepon
Telephone number : 021-668812
Fax number : 021-778881 Ext.678
Alamat email
E-mail address : zetamimi@vaksindoindonesia.com
Tanda Tangan
Signature :
Tanggal
Date : 12 03 2015
Membaca:
1. Surat permohonan perusahaan No. PO/DIR/I/15/2013 Tanggal 20 Juni 2013
hal Permohonan Izin Industri Farmasi dengan kelengkapan dokumen per
tanggal 20 Juni 2013
2. Rekomendasi dari Badan POM Nomor 4789/AUDIT/CPOB/2013 Tanggal 18
Juli 2013 hasil Audit Pemenuhan Persyaratan CPOB
3. Rekomendasi Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Nomor
5986/DINKES/IZIN/2013 Tanggal 16 Juli 2013 hal Pemenuhan Persyaratan
Administratif
11. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif
atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada
Departemen Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4975).
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Kesatu : Keputusan menteri kesehatan tentang industri farmasi PT Vaksindo
Bandung - Indonesia
Ketiga : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan catatan
bahwa akan diadakan peninjauan atau perubahan sebagaimana mestinya
apabila terdapat kekurangan atau kekeliruan dalam penetapan ini.
Ditetapkan di : Jakarta
DIREKTUR JENDERAL
BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
The National Agency for Drug and Food Control of the Republic of Indonesia
Sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia (Badan POM RI) No. HK. 00.05.3.0027 tanggal 2 Januari tahun 2007 tentang
Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik, dan No. HK.03.1.23.09.10.9030
tanggal 22 September 2010 tentang Perubahan atas Keputusan Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan No. HK.00.05.3.0027 tahun 2006 tentang Penerapan Pedoman Cara
Pembuatan Obat yang Baik tahun 2006, Kepala Badan POM RI dengan ini memberikan:
By virtue of the Decree of the Head of The National Agency for Drug and Food Control
of the Republic of Indonesia (NADFC) No.HK.00.05.3.0027 dated January 2, 2007 on
the implementation of Good Manufacturing Practice, and No. HK.03.1.23.09.10.9030
dated September 22, 2010 on the Changes of the Decree of the Head of the National
Agency for Drug and Food Control No. HK.00.05.3.0027 year 2006 on the
Implementation of Good Manufacturing Practice year 2006, hereby the Head of NADFC
confers:
SERTIFIKAT
A Certificate
on
Date of License
Sertifikat ini akan dibatalkan apabila terjadi perubahan yang mengakibatkan tidak
dipenuhi persyaratan Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik berdasarkan
Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. HK.00.05.3.0027 tanggal 2
Januari tahun 2007 dan No. HK.03.1.23.09.10.9030 tanggal 22 September 2010.
REPUBLIK INDONESIA
Product Information
Informasi Obat
1.1. Brosur
1.2. Ringkasan Karakteristik Obat
BROSUR
Rabiso®
Vaksin Rabies
1 dos @10vial @10 diluen ; 1 vial : 1 ml PT. Vaksindo
Bandung - Indonesia
Suspensi Kering Injeksi
Intramuscular
Indikasi Imunisasi aktif untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh virus
rabies. Vaksin ini diindikasikan pada pre-exposure immunization dan
post-exposure immunization.
Cara kerja Vaksin rabies bekerja dengan cara mempromosi imunitas dengan
menginduksi respon imun aktif, menghasil antibodi protektif pada virus
rabies.
Cara Pemakaian dan dosis
Pre-exposure diberikan 2 dosis vaksin rabies 1 mL secara
intramuscular, menggunakan jarum dan syringe yang steril. Satu injeksi
per hari pada hari ke-0 dan 7. Pada orang dewasa dan remaja, vaksin
diberikan pada otot deltoid. Pada bayi dan anak, anterolateral aspek
lebih dianjurkan, tergantung pada umur dan massa tubuh.
Profilaksis Post-Exposure
Pasien diberikan 2 dosis intramuscular (1 ml), satu dosis langsung
setelah paparan (hari ke-0) dan pada hari ke 3, 7, 14 dan 28. Pada orang
dewasa dan remaja, vaksin diberikan pada otot deltoid. Pada bayi dan
Indikasi Imunisasi aktif untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh virus
rabies. Vaksin ini diindikasikan pada pre-exposure immunization dan
post-exposure immunization.
Cara kerja Vaksin rabies bekerja dengan cara mempromosi imunitas dengan
menginduksi respon imun aktif, menghasil antibodi protektif pada virus
rabies.
Cara Pemakaian dan dosis
Pre-exposure diberikan 2 dosis vaksin rabies 1 mL secara
intramuscular, menggunakan jarum dan syringe yang steril. Satu injeksi
per hari pada hari ke-0 dan 7. Pada orang dewasa dan remaja, vaksin
diberikan pada otot deltoid. Pada bayi dan anak, anterolateral aspek
lebih dianjurkan, tergantung pada umur dan massa tubuh.
Profilaksis Post-Exposure
Pasien diberikan 2 dosis intramuscular (1 ml), satu dosis langsung
setelah paparan (hari ke-0) dan pada hari ke 3, 7, 14 dan 28. Pada orang
dewasa dan remaja, vaksin diberikan pada otot deltoid. Pada bayi dan
anak, anterolateral aspek lebih dianjurkan, tergantung pada umur dan
massa tubuh.
Efek samping Kelainan sistem imun : pruritus, oedema, reaksi anafilaksis, serum
sickness type reaction (alergi terhadap beta-propiolakton); kelainan
system syaraf : paraesthesia, neuropati; kelainan umum dan kondisi
situs administrasi : asthenia. Erythema, swelling atau itching, nausea,
abdominal pain, sakit otot, dan pusing. Lymphadenopathy, Paresthesia,
neuropathy, convulsion, encephalitis, wheezing, dyspnea.
ETIKET
DOKUMEN MUTU :
S Zat Aktif
S.1 Informasi Umum
1.1 Deskripsi
1.2 Struktur
1.3 Sifat umum
S.2 Proses Produksi
2.1 Produsen
2.2 Deskripsi Proses Produksi dan Pengawasan Proses
2.3 Pengawasan Bahan
2.4 Pengawasan Tahapan Kritis dan Pertengahan
2.5 Validasi dan/atau Evaluasi Proses
2.6 Pengembangan Proses Produksi
S.3 Karakterisasi
3.1 Penjelasan Struktur dan Karakteristik Lainnya
3.2 Cemaran
S.4 Kontrol terhadap Zat Aktif
4.1 Spesifikasi
4.2 Prosedur Analisis
4.3 Validasi Prosedur Analisis
4.4 Analisis Bets
4.5 Alasan Pemilihan Spesifikasi
S.5 Baku Pembanding
S.6 Sistem Kemasan
S.7 Stabilitas
P. OBAT
P.1 Deskripsi dan Komposisi
1.1 Deskripsi
1.2 Komposisi
P.2 Pengembangan Farmasetika
2.1 Informasi Studi Pengembangan
2.2 Komponen Obat
2.3 Produk Akhir
2.4 Pengembangan Proses Produksi
2.5 Sistem Kemasan
2.6 Sifat Mikrobiologi
2.7 Kesesuaian
P.3 Proses Produksi
3.1 Formula Bets
3.2 Proses Produksi dan Pengawasan Proses
3.3 Pengawasan Tahapan Kritis dan Pertengahan
3.4 Validasi dan/atau Evaluasi Proses
P.4 Kontrol terhadap Zat Tambahan
4.1 Spesifikasi
Dokumen Mutu
Body of Data
Dokumen Mutu
S. ZAT AKTIF
S1. INFORMASI UMUM
1.1 Tata Nama
Virus Rabies: Strain SN01-23 (virus rabies berasal dari Sumatra Utara, Indonesia)
Klasifikasi
- Order : Mononegavirales
- Famili : Rhabdoviridae
- Genom : Lyssavirus
- Spesies : Rhabdovirus (Virus rabies)
1.2 Struktur
Virus rabies dan dan jenis virus lainnya terdiri dari dua komponen dasar, yaitu sebuah inti
dari asam nukleat yang disebut genom dan yang mengelilingi protein yang disebut kapsid.
Rhabdovirus merupakan partikel berbentuk batang atau peluru beridameter 75 nm x
panjang 180 nm. Partikel dikelilingi oleh selubung selaput dengan duri yang menonjol
yang panjangnya 10 nm, dan terdiri dari glikoprotein tunggal. Genom beruntai tunggal,
RNA negative-sense (12 kb; BM 4,6 x 10 pangkat 6) yang berbentuk linear dan tidak
bersegmen. Sebuah virus rabies yang lengkap diluar inang (virion) mengandung
polimerase RNA. Komposisi dari virus rabies ini adalah RNA sebanyak 4%, protein
(67%), lipid (26%), dan karbohidrat (3%). Rhabdovirus melakukan replikasi dalam
sitoplasma dan virion bertunas dari selaput plasma.
1.3 Sifat
Sifat virus rabies meliputi sifat fisik dan sifat kimia, sebagai berikut:
a. Sifat fisik
- Pemanasan pada suhu 60 derajat selama 5 menit akan mematikan virus
- Virus akan mati bila terkena sinar ultraviolet
- Cepat mati bila berada diluar jaringan hidup
- Pada suhu -4 derajat celcius virus dapat bertahan hidup sampai berbulan-bulan
b. Sifat kimia
- Dapat diinaktifkan dengan Beta-propilakton, phenol, halidol azirin, zat pelarut
lemak.
- Tahan hidup beberapa minggu di dalam gliserin pada suhu kamar
- Virus rabies bila disimpan di dalam larutan gliserin pekat pada suhu kamar, dapat
bertahan berminggu-minggu
- Pada gliserin 10% virus akan cepat mati
- Cepat mati dengan zat-zat pelarut lemak, seperti air sabun, detergent, kloroform,
eter.
1.4 Tipe Virus Rabies
- Tipe 1 : Strain Challenge virus standard sebagai prototipe
- Tipe 2 : Strain lagos sebagai prototipe
- Tipe 3 : Strain Mokola sebagai prototype
- Tipe 4 : Strain Duvenhage
- Tipe 5 : European bat lyssavirus
- Tipe 6 : Australian bat lyssavirus
S3. KARAKTERISASI
3 S3. KARAKTERISASI
3.1 Karakteristik Lain
No. Nama Bahan Persyaratan Produsen
1 Virus Rabies Strain SN01-23 Mengandung 106-107 PFU LD50
3.2 Pengotoran
No. Nama Bahan Persyaratan Produsen
1 Virus Rabies Strain SN01-23 Tidak boleh mengandung mikroba, seperti
bakteri, fungi, khamir, virus, dan plasma
b. RT-PCR
Proses RT-PCR ini dilakukan dengan menggunakan SuperScript III One-Step RT-
PCR with Platinum Taq [Invitrogen].
1. Ke dalam tabung mikro 0,5 ml masukkan :
20 μl ddH2O bebas nuclease
1 μl sampel dengan konsentrasi 300 ng/μl
2 μl SuperScript III Platinum Taq Mix
Penyiapan RT-PCR dilakkan didalam Biosafety Cabinet
2. Kondisi RT-PCR yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Sintesis cDNA : 55oC selama 30 menit
b. Predenaturasi : 94oC selama 2 menit
c. Amplifikasi (40x) : Tahap denaturasi : 94oC selama 15 detik
Tahap annealing : 60oC selama 30 detik
Tahap pemanjangan : 68oC selama 1 menit
d. Pemanjangan akhir : 68oC selama 5 menit
cDNA dipurifikasi dengan penambahan 1 µL E.coli RNase H dan inkubasi pada
suhu 37oC selama 20 menit
c. Amplifikasi
Amplifikasi dilakukan dengan menggunakan prosedur One Step RT-PCR.
1. Ke dalam tabung 200 μl dicampurkan reagen PCR mix yang terdiri dari:
5 μl One Step Buffer
1 μl dNTP
1 μl Genomic sense primer
1 μl Antigenomic sense primer
1 μl One Step Enzyme
11 μl RNAse Free Water
2. Campuran divortex beberapa detik, kemudian ditambahkan 5 μl template RNA.
3. Tabung dimasukkan ke dalam mesin thermal cycler, dengan kondisi sebagai
berikut:
a. Predenaturasi : 95oC selama 5 menit
Kemudian 40 siklus, dimana masing-masing siklus terdiri dari:
b. Denaturasi : 95oC selama 30 detik
2. Titrasi Virus
Buat pengenceran virus dengan kelipatan 10 kali dari 10-1 hingga 10-5. Setiap 0,03 ml
masing-masing pengenceran disuntikkan secara intraserebral pada 5 ekor mencit umur
3-4 minggu. Pengamatan mencit dilakukan selama 2 hingga 4 minggu. Titer virus
dihitung dalam dosis infektif 50% per 0,03 ml dari jumlah mencit yang mati atau
menunjukkan gejala rabies
P. VAKSIN
1.2 KOMPOSISI
Formula tiap ml mengandung:
Virus Rabies (Strain SN01-23) ≥ 2.5 IU/ml
Human Albumin 100 mg
Neomycin sulfat 150 µg
Fenol merah 20 µg
Diluent
Sterile water for injection
c. Fenol merah
Fenol merah berfungsi sebagai PH indikator, yaitu memberikan warna pada
sediaan dan memberikan indikasi bahwa sediaan dalam stabilitas yang baik.
Dipilih Fenol merah karena memiliki rentang PH 6.8 – 7.5. fenol merah yang
digunakan pada vaksin ini adalah 20 mg.
Perhitungan Bahan
Jumlah produk dalam satu batch produksi= 10.000 vial dengan volume 1 mL
Jumlah bulk yang diproduksi = 10.000 x 1 mL = 10 L
Penyusutan volume saat produksi = 1/25
Volume produksi total = 10 L x 25
= 250 L
2. Dibenihkan sel dalam labu kultur dan ditambahkan medium kultur. Medium kultur
yang digunakan yaitu standar Eagle’s basal medium (EBM), yang dibuat dari 2,5 mg
natrium bikarbonat ditambahkan dengan 5 mg neomisin sulfat/L dan 10% serum
janin sapi. Sebelum medium digunakan harus dialiri CO2 terlebih dahulu.
3. Diinkubasi pada suhu 370C selama 3-4 hari sampai terbentuk lapisan monolayer yang
sempurna. Sel-sel harus berada pada PDL ke 28.4. Sampel dipindahkan untuk
pengujian kontaminasi bakteri.
4. Sel dibersihkan dengan phosphate buffered saline (PBS).
5. Sel ditripsinisasi dan ditanam kembali ke dalam dua labu kultur yang baru dengan
jumlah yang sama.
6. Diinkubasi pada suhu 370C selama 3-4 hari dalam medium kultur (sama seperti pada
tahap nomor 2).
7. Bagian supernatan yang mengandung serum janin sapi dibuang kemudian sel
dibersihkan sebanyak 3 kali menggunakan medium bebas protein, seperti EBM
untuk menghilangkan protein janin sapi yang masih tersisa.
8. Medium kultur diganti dengan medium pembiakan virus yang mengandung EBM.
Medium kultur terdiri dari 4 g NaHCO3, 5 mg neomisin sulfat/L, dan 0,3% human
albumin. Sebelum digunakan, medium dialiri dengan CO2.
9. Diinkubasi pada suhu 350C selama 3-4 hari kontaminasi bakteri.
10. Kultur bagian supernatan dipanen sebanyak 3 kali dengan interval 3-4 hari.
11. Hasil panen difiltrasi dengan segera menggunakan 0,45 mikron sebelum memasuki
tahap konsentrasi.
d. Tahap Konsentrasi
Pada tahap konsentrasi, volume hasil panen berkurang menjadi 1/25.
e. Proses Inaktivasi
1. Inaktivasi dilakukan terhadap produk viral yang telah dipekarkan tersebut. Proses
inaktivasi dilakukan kurang dari 72 jam setelah filtrasi.
2. Larutan β-Propiolakton (PBL) dalam air dingin ditambahkan ke dalam suspensi viral
sedikit demi sedikit, diaduk dengan konstan.
3. Setelah 8 jam penambahan PBL, suspensi dimasukkan ke dalam labu yang baru.
4. Setelah 234 jam (9 hari 18 jam), pada suhu 40C suspensi viral dipanaskan hingga suhu
370C, temperatur suspensi dijaga selama 2 jam.
Lakukan inokulasi (pada sel segar yang telah ditripsinisasi (PDL ke-27 dalam suspensi) + benih virus
(memasukkan kelipatan 1 LD50/25-50 sel))
Inkubasi pada 370C 3-4 hari sampai terbentuk lapisan monolayer sempurna, Sel harus berada pada PDL ke 28.4
Tripsinisasi sel, tanam kembali ke dalam 2 labu kultur baru dengan jumlah sama
Bersihkan sel (3x) dengan medium bebas protein (EBM) untuk menghilangkan sisa protein janin
sapi
Ganti medium kultur dengan medium pembiakan virus yang mengandung EBM
kurang dari 72
Setelah 8 jam, masukkan suspensi ke dalam labu yang baru
jam setelah
filtrasi
Setelah 234 jam (9 hari18 jam),panaskan suspensi viral (40C) hingga 370C, jaga temperatur selama 2 jam
Masukkan 1 ml suspensi vaksin setara 2,5 IU ke dalam vial, tutup dan segel, kemudian diliopilisasi
Kultur sel
Tidak adanya cemaran
Minimal 10% suspensi sel pada 26 PDL yang tidak diinfeksi virus diamati selama 2 minggu
untuk membuktikan tidak adanya perubahan sitopatologi. Pada pengamatan terkahir kultur sel
harus diperiksa terhadap bukti adanya agen pencemar. Jika ada bukti adanya agen pencemar
maka kultur sel tidak bias digunakan untuk produksi vaksin
Uji lain
Sterilitas terhadap bakteri dan fungi
Minimal 10 mL sampel diinokulasikan dalam bejana uji yang berisi media cairan tioglikolat.
Media dan inokulum dicampur merata kemudian diinkubasi pada suhu 30-35 0C selama 14
hari. Amati pada hari ke 3, 4, 5, 7 dan hari terakhir. Hasil pengamatan dicatat.
Jika inokulum membuat kekeruhan pada media, maka inokulasikan 1 mL bagian media yang
keruh pada hari ke 3, 4 atau ke 5 ke dalam bejana tambahan yang berisi media cairan
tioglikolat. Bejana uji tambahan diuji selama 14 hari dan amati pada hari ke 3, 4, 5, 7 dan
hari terakhir. Hasil pengamatan dicatat. Baik hasil uji dari bejana utama dan bejana tambahan
dicatat.
Komposisi Media CairanTioglikolat
1-cystine 0.5 gm.
Sodium chloride 2.5 gm.
Dextrose (C6H12O6·H2)O) 5.5 gm.
Granular agar (less than 15% moisture by weight) 0.75 gm.
Yeast extract (water-soluble) 5.0 gm.
Pancreatic digest of casein 15.0 gm.
Purified water 1,000.0 ml.
Sodium thioglycollate (or thioglycolic acid—0.3 ml) 0.5 gm.
Resazurin (0.10% solution, freshly prepared)1.0 ml.
pH setelah sterilisasi 7.1±0.2.
Haemadsorbing virus
Cell control diinkubasi dengan sel darah merah dari guinea pig dalam media yang sama
dengan media produksi vaksin. Inkubasi selama 30 menit pada suhu 0-40C, kemudian
dilanjutkan inkubasi pada 20-25 0C selama 30 menit. Amati sampel dibawah mikroskop
cahaya, adanya pelekatan sel darah merah dari guinea pig pada sel sampel menunjukan
adanya Haemadsorbing virus
Uji Bulk
Uji keberadaan virus hidup
±25 mL bulk vaccine diinokulasikan dalam kultur human diploid cell, yang diamati selama 21
hari. Pada hari ke 14 dan 21, bagian supernatan dibuang dan inokulasikan intracerebrally ke
dalam kelompok yang terdiri 20 tikus dewasa, diamati selama 21 hari. Tes ini berhasil jika
tidak ada tikus yang menunjukkan tanda-tanda rabies.
1. Setiap lot dari media agar & broth harus bebas dari antibiotik, kecuali penisilin,
dan setiap lot media harus diperiksa kemampuan mendeteksi pertumbuhan
mycoplasma. Untuk mengetahui kemampuan tersebut, gunakan kultur Mycoplasma
seperti pada (3)(a) sebagai kontrol positif.
2. a. Inokulasi tidak lebih dari 0,2 mL sampel (misal, sampel dari konsentrat hasil
panen) dengan jumlah yang sama di atas permukaan 2 atau lebih agar plates
formulasi media 1.
b. Inokulasi tidak lebih dari 10 mL sampel dari konsentrat hasil panen ke dalam labu yang
berisi 50 mL media broth yang diinkubasi pada suhu 36±10C.
c. Uji 0,2 mL broth culture pada hari ke 3,7, dan 14 inkubasi dengan subkultur ke 2 atau lebih
(formulasi media yang digunakan sama seperti pada poin a).
d. Inkubasi 2 isolation plate awal dan 2 masing-masing dari tiga lempeng subkultur dalam 5-
10% CO2 dalam nitrogen dan/atau atmosfir hidrogen yang mengandung kurang dari 0,5%
oksigen selama periode pengujian inkubasi.
e. Inkubasi semua kultur agar plate tidak kurang dari 14 hari pada 36±10C dan amati
pertumbuhan mycoplasma secara mikroskopis dengan perbesaran 100 kali atau lebih besar
3. a. Dalam setiap tes digunakan minimal 2 spesies Mycoplasma atau strain sebagai
kontrol positif, salah satunya merupakan fermentor dekstrosa (yaitu, M.
pneumoniae galur FH atau setara spesies atau strain) dan satu lagi merupakan
hydrolyzer arginin (yaitu, M. Orale regangan CH19299 atau spesies setara atau
strain). Kontrol positif seharusnya tidak lebih dari 15 bagian dari isolasi dan harus
digunakan dalam inokulum standar 100 unit pembentuk koloni (CFU) atau 100 unit
berubah warna (CCU) atau kurang.
b. Medium agar yang tidak diinokulasi sebagai kontrol negatif
4. Hasil yang didapatkan diinterpretasikan dengan spesifikasi rinci.
kontaminan mikoplasma. Substrat sel indikator setara mungkin dapat diterima jika
data menunjukkan sensitivitas sama untuk mendeteksi kontaminan mikoplasma.
2. (i) Inokulasi tidak kurang dari 1 mL sampel uji (misal : sampel produk panen
konsentrat) ke dalam 2 atau lebih kultur pertumbuhan indicator cell di cover slips
pada piring atau wadah yang setara.
(ii) Inkubasi kultur sel selama 3-5 hari pada 36 ± 1°C dalam 5% atmosfer CO2. Periksa kultur
sel untuk keberadaan mycoplasma dengan mikroskop epifluorescence menggunakan DNA-
binding fluorochrome, seperti bisbenzimidazole atau bercak yang setara.
3. (i) Dalam setiap tes dua spesies atau strain Mycoplasma yang sudah diketahui
digunakan sebagai kontrol positif (yaitu, M. hyorhinis ketegangan DBS 1050, M.
Orale regangan CH19299, atau spesies yang setara dan strain), dengan
menggunakan inokulum dari 100 CFU atau 100 CCU atau kurang.
(ii) Indicator cell yang tidak terinfeksi digunakan sebagai kontrol negatif.
4. Interpretasikan hasil prosedur sesuai dengan spesifikasi rinci.
Interpretasi Hasil
1. Untuk prosedur media agar dan broth, bandingkan penampilan media yang
diinokulasi dengan produk terhadap kontrol positif dan negatif.
2. Untuk prosedur kultur sel indikator, gunakan perbesaran 600 kali atau lebih,
bandingkan penampilan mikroskopis dari kultur yang diinokulasi dengan produk
terhadap kontrol sel positif dan negatif.
2. Fenol Merah
Pemerian : Serbuk
Memenuhi identifikasi spektrum infra merah
Koefisien ekstinsi : - λ = 555 - 561 nm, koefisien ekstinsi ≥ 55000
- λ = 357 - 363 nm, koefisien ekstinsi ≥ 7000
- λ = 288 - 294 nm, koefisien ekstinsi ≥ 10000
Warna Larutan : pH = 6,8 (Kuning)
pH = 7.0 (Orange)
pH = 8.2 (Merah)
Larutan berupa larutan jernih
1 mL + 25 mL NaCl
0,9%
2 mL ditambahkan 98 mL media 39
Masukkan 9,0 mL inokula ke dalam setiap tabung yang telah diisi dengan 1 ml
dosis/pengencer
Antibiotik :
Larutan Neomisin (dalam dapar 3 pH
8 0,1 M)
100 µg/mL
+ Dapar 2 pH 8
0,1 M
10,0 µg/mL
46,875
Cara
37.5
(FI 30ed. IV)
24 19,2
0,64 0,8 1 1,25
1,56S1 S2 S3 S4 S5
A. Penyiapan Inokula
1. Inokulasikan biakan segar mikroorganisme dari agar miring ke permukaan 250 mL
media 1 dalam sebuah botol Roux. Sebarkan secara merata di atas agar media
dengan bantuan butiran kaca steril. Inkubasikan selama 24 jam pada suhu 36 –
37,50C.
2. Pada akhir periode inkubasi, buat suspensi persediaan dengan mengumpulkan
biakan permukaan ke dalam 50 mL larutan natrium klorida 0,9 steril.
3. Encerkan 1 ml suspensi persediaan dengan menambahkan 25 mL larutan natrium
klorida 0,9% steril dan ukur transmitansnya pada 530 nm (T=25% atau A=0,602).
4. Buat inokula dengan menambahkan 2 mL suspensi persediaan dengan 98 mL
agar media 39 yang telah dicairkan dan didinginkan pada suhu 45-500C, putar
hingga diperoleh suspensi homogen.
C. Pengujian
Tambahkan 1 ml dosis pada masing-masing 3 tabung reaksi yang telah disiapkan dan
tempatkan 3 replikat tabung dengan posisi secara acak pada rak tabung. Secara
bersamaan, letakkan 1 tabung atau 2 tabung kontrol yang berisi 1 mL pengencer pada
setiap rak, tetapi tanpa antibiotik. Setelah semua pengisian larutan selesai tambahkan 9,0
mL inokula ke dalam setiap tabung pada rak. Dan setelah pengisian lengkap, rak segera
ditempatkan dalam inkubator atau tangas air dengan suhu yang dipertahankan 36-37,5°C
selama 2 sampai 4 jam. Setelah inkubasi tambahkan 0,5 mL larutan formaldehida encer
ke dalam setiap tabung pada satu rak dalam waktu yang bersamaan, dan ukur
transmitans atau serapan pada 530 nm.
Pada penetapan satu aras dosis dengan kurva baku, buat pengenceran hingga lima aras
dosis larutan baku (S1 sampai S5) dan satu aras dosis larutan uji (U3) dari setiap
persediaan sampai dengan 20 sediaan uji yang sama dengan S3 baku. Buat juga 1 S 3 lain
sebagai uji pertumbuhan. Tambahkan 1 mL masing-masing larutan uji pada 3 tabung
dan 1 mL pengencer bebas-antibiotik pada 6 tabung kontrol pada satu rak. Tambahkan
9,0 mL inokula, inkubasikan, tambahkan 0,5 mL larutan formaldehida encer dan
lanjutkan dengan penetapan seperti diatas. Tetapkan masa inkubasi yang pasti dengan
mengamati pertumbuhan pada kadar rujukan (dosis tengah) pengenceran baku (S3).
inkubasi selama 30 menit pada suhu 20-25oC. Hentikan reaksi dan lakukan pembacaan
dengan spektrofotometer pada 450 nm.
Delapan ekor mencit berat 17-20 gram disuntikkan 0.5 ml vaksin secara intra peritoneal
(IP) dan diamati selama 7 hari. Seluruh mencit harus tetap hidup sampai masa akhir
observasi.
7. Uji Kemurnian
Dengan pewarnaan Giemsa (1:2) selama 10 menit, sediaan vaksin yang diuji harus hanya
menunjukkan adanya jasad renik yang sama dengan jasad renik yang dipakai produksi.
8. Uji Sterilitas
Sampel vaksin diinokulasikan dalam media sesuai SOP pabrik. Seluruh sampel harus
bebas dari bakteri aerob/anaerob serta jamur.
Sampel Vaksin diinokulasikan dalam 4 tabung media Thio Glycolate Broth (TGC) dan
disimpan dalam ruang 22˚C (dua tabung) serta ruang 37˚C (dua tabung). disetiap ruang
disertakan 2 tabung lain tanpa diinokulasi sebagai kontrol. Tabung-tabung tersebut
disimpan selama 14 hari untuk diamati adanya pertumbuhan bakteri maupun jamur.
9. Uji Penetapan pH
Uji penetapan pH dilakukan dengan menggunakan pH meter yang dilengkapi elektrode
calomel. Vaksin memenuhi syarat jika pH berkisar antara 7.0 sampai 7.2.
10. Uji Keamanan
Sepuluh mencit diinokulasikan 0.03 mL vaksin secara intracerebral dan 10 mencit yang
sedang menyusui diinokulasikan 0.01 ml rute yang sama. Semua hewan harus tidak boleh
menunjukkan adanya gejala rabies dan gejala penyakit SSP lainnya selama kurun waktu
14 hari.
11. Uji Kebocoran
Pada pembuatan kecil-kecilan hal ini dapat dilakukan dengan mata tetapi untuk produksi
skala besar hal ini tidak mungkin dikerjakan.Wadah-wadah takaran tunggal yang masih
panas setelah selesai disterilkan dimasukkan kedalam larutan biru metilen 0,1%. Jika ada
wadah-wadah yang bocor maka larutan biru metilen akan dimasukkan kedalamnya karena
perbedaan tekanan di luar dan di dalam wadah tersebut. Cara ini tidak dapat dilakukan
untuk larutan-larutan yang sudah berwarna. Wadah-wadah takaran tunggal disterilkan
terbalik, jika ada kebocoran maka larutan ini akan keluar dari dalam wadah. Wadah-
wadah yang tidak dapat disterilkan, kebocorannya harus diperiksa dengan memasukkan
wadah-wadah tersebut ke dalam eksikator yang divakumkan. Jika ada kebocoran akan
diserap keluar.
Penetapan Potensi :
1. Potensi vaksin rabies tidak lebih dari 2,5 unit per dosis, dan batas kesalahan fidusial
tidak kurang dari 25% dan tidak lebih dari 400%.
2. Lakukan penetapan potensi dengan membandingkan dosis sediaan uji dan sediaan
baku yang memberikan perlindungan sam untuk mencit terhadap efek virus rabies
dosis tertentu yang diberikan secara intraserebral.
a. Hewan Uji :
Sebagian hewan uji, gunakan mencit sehat dari asal yang sama, umur kurang
lebih 4 minggu, dan bobot badan 11-15 gram.
Kelompokkan menjadi 6 kelompok masing-masing terdiri dari 10 ekor (untuk
penetapan potensi) dan 4 kelompok masing-masing terdiri dari 10 ekor (untuk
penetapan titer virus tantang), dari jenis kelamin yang sama atau jenis kelamin
berbeda, yang dibagi merata di antara kelompok.
Selama pengujian, hitung mencit yang mati atau menunjukkangejala rabies
(paralisis atau konvulsi) antara hari ke-5 dan ke-14 setelah penyuntikan virus.
Mencit yang mati sebelum hari ke-5 tidak dihitung.
b. Suspensi Virus Tantang :
Biakan galur Canine Street Virus (CSV) dari virus rabies terolah dalam otak
mencit.
Virus dipanen dan dibuat sedemikian rupa sehingga diperoleh suspensi virus
yang jernih, kemudian simpan dalam jumlah sedikit pada suhu dibawah -60˚C.
Encerkan suspensi segera sebelum digunakan dengan cairan yang sesuai hingga
diperoleh suspensi virus tantang yang diperkirakan mengandung antara 5 dan 50
dosis infektif 50% per 0,03 mL berdasarkan hasil titrasi pendahuluan. tetapkan
titer suspensi virus tantang bersamaan dengan penetapan potensi vaksin.
c. Penetapan Suspensi Virus Tantang :
Buat 3 seri pengenceran suspensi virus tantang. Alokasikan suspensi virus
tantang dan tiga pengencerannya pada masing-masing kelompok mencit yang
terdiri dari 10 ekor.
Suntikan secara Intraserebral 0,03 mL suspensi virus tantang dan tiap
encerannya pada setiap mencit dalam masing-masing kelompok yang
dialokasikan.
Amati mencit selama 14 hari
Hitung titer suspensi virus tantang dalam dosis infektif 50% (ID50) per 0,03 mL
dengan metode statistik baku dari jumlah mencit yang mati atau menunjukkan
gejala rabies (paralisis atau konvulsi).
d. Prosedur Uji Potensi :
Rekonstitusi sediaan baku dan sediaan uji vaksin yang akan ditetapkan
potensinya.
Buat 3 seri pengenceran berkelipatan lima sediaan baku dan 3 sediaan baku dan
sediaan uji dibuat sedemikian rupa sehingga pencemaran terendah melindungi
lebih dari 50% mencit yang telah di tantang dan pengenceran tertinggi
melindungi kurang dari 50% mencit Yng telah disuntik dengan cairan tantang.
Alokasikan tiap enceran sediaan baku dan sediaan uji pada masing-masing
kelompok mencit yang terdiri dari 16 ekor. suntikkan secara Intraperitoneal (IP)
0,5 mL tiap enceran pada mencit dalam masing-masing kelompok yang
dialokasikan.
Setelah 7 hari, buat 3 pengenceran yang sama untuk sediaan baku dan sediaan
uji, kemudian ulangi penyuntikan.
Tujuh hari kemudian, suntikkan secara intraserebral 0,03 mL suspensi virus
tantang pada setiap mencit yang telah divaksinasi.
Amati mencit selama 14 hari.
Hitung potensi sediaan uji dengan menggunakan cara statistik baku dari jumlah
mencit yang bertahan terhadap virus tantang.
Uji tidak absah, kecuali jika dosis sediaan uji maupun sedian baku yang dapat
melindungi 50% hewan uji terletak diantara dosis terrendah dan tertinggi yang
diberikan pada mencit, kurva dosis respon menunjukkan kemiringan yang
bermakna dengan derivasi yang tidak bermakna terhadap kesejajaran atau
linearitas dan titer suspensi virus tantang antara 5 dan 50 ID50.
yang tidak luntur atau jelas terbaca, expire date (tanggal kadaluarsa), dan nomor
batch yang jelas terbaca.
3. Uji ketebalan menggunakan alat Millitest Mahr.
Karton diukur tebalnya dengan suatu alat penggaris Millitest Mahr yang telah
dikalibrasi di Badan Administrasi.
4. Uji grammatur bahan kemas dengan alat neraca Karl Schroder
Pada uji ini bahan kemas dibuat menjadi bulatan-bulatan berdiameter 35 mm
dalam satuan g/m2, kemudian ditimbang dengan alat neraca Karl Schroder.
5. Uji kekuatan tinta cetakan pada bahan kemas seperti leaflet dengan alat Rub Proof
Test Karl Schroder KG.
P8. STABILITAS
Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk untuk bertahan dalam batas
spesifikasi yang diterapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan untuk menjamin
identitas, kekuatan, kualitas dan kemurnian produk. Tujuan uji stabilitas adalah memberikan
bukti bagaimana kualitas bahan obat atau produk obat berubah seiring dengan waktu oleh
pengaruh temperatur, kelembaban, dan cahaya, serta untuk menentukan periode uji ulang
untuk bahan obat atau masa guna prouk obat dan kondisi penyimpanan yang dianjurkan.
Uji stabilitas pada sediaan biologi khususnya vaksin sedikit berbeda dari uji sediaan
tablet dan lainnya. Stabilitas vaksin ditentukan secara real time oleh kestabilan potensi vaksin
selama disimpan dalam suhu yang disarankan (2-8oC) dengan metode NIH. Uji stabilitas
dipercepat hanya dilakukan untuk mengetahui shelf-life atau untuk perilisan produk saja
bukan untuk menentukan masa kadaluarsa. Sediaan vaksin rabies diuji stabilitas dipercepat
dengan cara vaksin disimpan pada suhu 37oC selama 28 hari. Uji stabilitas real time vaksin
disimpan dalam suhu 4oC dan diuji potensinya setelah 3 bulan, 6, bulan, 9 bulan, 12 bulan, 18
bulan dan berikutnya tiap 6 bulan. Jumlah sampel yang diperiksa adalah 3 batch.
Certificate of Analysis
Product Name : Rabies Virus Strain SN01-23
REF Number : 40039-V08B-5; 40039-V08B-25; 40039-V08B-50; 40039-V08B-250
Lot Number : LSL07AP2703
Manufacture Date : 2014-04-27
Quantity
Purity
SDS-PAGE & Quantitative Densitometry ≥85.0% 91.10%
Pass
Other Properties
pH 7.4 ± 0.5 Pass
Endotoxin ≤ 1 EU/µg Pass
If you have any questions about this Certificate of Analysis, please contact Technical Services at 1−800−955−6288 (US and Canada) or by
email at techsupport@lifetech.com.
Life Technologies
5791 Van Allen Way
Carlsbad, CA 92008, USA
www.lifetechnologies.com
Contact us at: cofarequests@lifetech.com
FORM-COA-001-04
COA Part No. LSL07AP2703_40039-V08B
Sino Biological Inc. • Suite B-310 (also Suite B-209, B-203) • 14 Zhong He Street • 100176 BDA • Beijing • China
Certificate of Analysis
Product Name : Rabies Virus Strain SN01-23
REF Number : 40039-V08B-5; 40039-V08B-25; 40039-V08B-50; 40039-V08B-250
Lot Number : LSL07AP2703
Manufacture Date : 2013-04-27
If you have any questions about this Certificate of Analysis, please contact Technical Services at 1−800−955−6288 (US and Canada)
or by email at techsupport@lifetech.com.
Life Technologies
5791 Van Allen Way
Carlsbad, CA 92008,
USA
www.lifetechnologies.
com
Contact us at: cofarequests@lifetech.com
FORM-COA-001-04
COA Part No. LSL07AP2703_40039-V08B
Sino Biological Inc. • Suite B-310 (also Suite B-209, B-203) • 14 Zhong He Street • 100176 BDA • Beijing • China
SERTIFIKAT ANALISIS
No.18/III/QC/2015