Anda di halaman 1dari 87

Kasus 5

Seorang lelaki mantan pengguna narkoba berumur 30 th terkena


HIV AIDS karena tertular lewat jarum suntik
Regimen Terapi
Setelah dinyatakan terinfeksi HIV
Pasien perlu dirujuk untuk menjalankan serangkaian layanan yang meliputi
penilaian:
Penentuan Stadium klinis
Penilaian Imunologi (Pemeriksaan CD4)
Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan Jumlah virus / viral load bila
tersedia dan pasien mampu

Darah lengkap Jumlah CD4


SGOT /SGPT Kreatinin Serum
Urinalisa HbsAg
Persyaratan lain sebelum memulai terapi
ARV
Untuk ODHA yang akan memulai terapi ARV dalam keadaan jumlah
CD4 di bawah 200 sel/mm3 berikan Kotrimoksasol (960 mg)
sebagai pencegahan IO 2 minggu sebelum terapi ARV
Tujuan :
Menyingkirkan
kemungkinan efek samping
Mengkaji kepatuhan pasien yang tumpang tindih
antara kotrimoksasol dan
obat ARV

Obat arv mempunyai efek samping yang sama dengan ES


kotrimoksasol
Pedoman Terapi ARV : Penentuan Stadium Klinis
Klinis 1 (tanpa gejala klinis) : CD4 350 sel/mm3
Klinis 2 (ODHA dengan gejala klinis) : CD4 350 sel/mm3
Klinis 3 dan Klinis 4 : berapapun jumlah sel CD4
Regimen Terapi : Lini Pertama
Dengan pertimbangan pasien merupakan ODHA yang belum pernah mendapat
terapi ARV (ARV naive).
Lini pertama harus berisi 2 NRTI + 1 NNRTI dengan pilihan

AZT + 3TC + NVP Zidovudine + Lamivudine + Nevirapine


AZT +3TC + EFV Zidovudine + Lamivudine + Efivarenz
TDF + 3TC (atau FTC) + NVP Tenofovir + Lamivudine/Emtricitabine +
Nevirapine
TDF + 3TC (atau FTC) + EFV Tenofovir + Lamivudine/Emtricitabine+ Efavirenz
Pemilihan AZT dan TDF
Bila BMI dan CD4 rendah anemia pada penggunaan AZT
TDF menyebabkan toksisitas ginjal (nefrotoksisitas 1-4%)

Pemilihan NVP dan EFV


NVP : perlu lead-in dosing , diberikan satu kali sehari selama 14 hari pertama lalu
lanjutkan dengan 2 kali sehari

EFV : digunakan sekali sehari, toleransi baik namun biaya mahal


Regimen Terapi : Lini Kedua
Dengan pertimbangan pasien merupakan ODHA yang belum
pernah mendapat terapi ARV (ARV naive).
Lini pertama harus berisi 2 NRTI + Boosted PI

Bila menggunakan AZT TDF + 3TC / FTC + Lopinavir/r


sebagai lini pertama
Bila menggunakan TDF AZT+ 3TC / FTC + Lopinavir/r
sebagai lini pertama
Boosted PI
Obat dari golongan Protease Inhibitor yang sudah ditambahi
boost dengan Ritonavir sehingga obat tersebut akan ditulis
dengan kode ../r
Penambahan boost untuk : Mengurangi dosis dari obat PI (tanpa
ritonavir dosis yang diperlukan menjadi tinggi sekali)
Yang diberikan kepada pasien sesuai
dengan Lini Pertama

Rejimen lini pertama bagi ODHA dewasa


2 NRTI + 1 NNRTI

ZDV + 3TC + NVP/EFV


Zidovudin Lamivudin Evafirenz

NRTI NRTI NNRTI


Farmakokinetik ARV
Absorpsi PO Hati obat Ginjal

Eliminasi
Absorpsi

Metabolisme
terhambat mudah Ekskresi
dan dieliminasi empedu
mengalami tubuh
metabolisme
lintas
pertama
F <<
MEKANISME KERJA NRTI
MEKANISME KERJA NRTI

NRTI diubah secara intraselular dalam 3


tahap penambahan 3 gugus fosfat
berkompetisi dengan natural
nukleotida menghambat RT
perubahan RNA menjadi DNA
terhambat.
Selain itu, NRTI juga menghentikan
pemanjangan DNA.
MEKANISME KERJA NRTI
Analog Nukleosida (NRTI)
Analog timin : zidovudin dan stavudin
Analog sitosin : lamivudin dan zalcitabin
Analog guanin : abacavir
Analog adenin : didanosin
Analog nukleotida analog adenosin
monofosfat : tenofovir
ZIDOVUDIN
Retrovir, Reviral
Bentuk sediaan : tablet 300 mg, kapsul 100 mg, sirup 10
mg/ml, suntikan IV 10 mg/ml
Dosis : 300 mg PO tiap 12 jam dengan atau tanpa
makan
Sediaan kombinasi Duviral : ZDV 300 mg/3TC 150
mg/tab
Dosis Duviral 1 tablet per oral tiap 12 jam
Pemberian bersama makanan mengurangi mual
ZIDOVUDIN
LAMIVUDIN
Hiviral
Bentuk sediaan tablet : 150
mg/300 mg (HIV)
Dosis :
150 mg per oral tiap 12 jam
300 mg per oral 1 x 1 hari
<50 kg : 2 mg/kg per oral
tiap 12 jam
Dengan / tanpa makanan
Obat sangat dapat ditoleransi, tapi
mudah terjadi resistensi
KOMBINASI Zidovudin dan Lamivudin
MEKANISME KERJA NNRTI

Tidak melalui tahapan fosforilasi


intraselular, tetapi berikatan langsung
dengan reseptor pada RT dan tidak
berkompetisi dengan nukleotida natural.
Aktivitas antiviral terhadap HIV-2 tidak kuat.
MEKANISME KERJA NNRTI
Analog NonNukleosida (NNRTI)

Nevirapin Efavirenz
EFAVIRENZ

Sustiva, Stocrin, Efavir


Bentuk sediaan kapsul : 50, 100, 200, 600 mg
Dosis : 600 mg per oral 1 x 1 hari
dengan/tanpa makanan
T = 40 55 jam ; CYP 3A induser
EFAVIRENZ
Monitoring Keberhasilan dan
Kegagalan Terapi
PARAMETER KEBERHASILAN TERAPI

Jumlah CD4 meningkat dan tidak menurun drastis kembali

Tidak terdeteksi adanya Viral Load

Tidak timbul gejala klinis lain

Tambahan: Monitoring Efek Samping dan Toksisitas Obat


serta Monitoring Kepatuhan
Pemantauan Pasien dalam Terapi
Antiretroviral

Pemantauan
Pemantauan Pemantauan
pemulihan
klinis laboratoris
jumlah sel CD4
PEMANTAUAN KLINIS DAN LABORATORIS
SELAMA TERAPI ARV LINI PERTAMA

Pasien yang belum memenuhi syarat terapi ARV

Perlu dimonitor perjalanan klinis penyakit dan jumlah CD4 setiap 6 bulan
sekali. Evaluasi klinis meliputi parameter seperti pada evaluasi awal
termasuk pemantauan berat badan dan munculnya tanda dan gejala
klinis perkembangan infeksi HIV. Parameter klinis dan jumlah CD4
tersebut menentukan saat pasien mulai memenuhi syarat untuk terapi
profilaksis kotrimoksazol dan atau terapi ARV. Penurunan jumlah CD4
setiap tahunnya adalah sekitar 50 sampai 100 sel/mm3. Evaluasi klinis
dan jumlah CD4 perlu dilakukan lebih ketat ketika mulai mendekati
ambang dan syarat untuk memulai terapi ARV.
Pemantauan Pasien dalam Terapi Antiretroviral

Pemantauan klinis

dilakukan pada minggu 2, 4, 8, 12 dan 24 minggu sejak memulai terapi ARV dan
kemudian setiap 6 bulan bila pasien telah mencapai keadaan stabil
Pada setiap kunjungan perlu dilakukan penilaian klinis termasuk tanda dan gejala efek
samping obat atau gagal terapi dan frekuensi infeksi (infeksi bakterial, kandidiasis dan
atau infeksi oportunirtik lainnya) ditambah konseling untuk membantu pasien
memahami terapi ARV dan dukungan kepatuhan
Pemeriksaan Laboratoris Keterangan
CD4 secara rutin setiap 6 bulan, atau lebih
sering bila ada indikasi klinis
Hemoglobin (Hb) Untuk pasien yang akan memulai
terapi AZT : sebelum dan minggu ke
4, 8 dan 12 sejak mulai terapi atau
ada gejala anemia
Fungsi Ginjal Terapi TDF
Kadar asam laktat NRTI (d4T atau ddl) jika
menunjukkan tanda dan gejala yang
mengarah pada asidosis laktat
Gula darah dan profil lipid Jika ada tanda dan gejala
Viral Load Untuk diagnosis gagal terapi
Seharusnya tidak terdeteksi setelah
6 bulan
Pemantauan pemulihan jumlah sel CD4

Pemberian terapi ARV akan meningkatkan jumlah CD4.


pasien dengan jumlah CD4 yang sangat rendah memerlukan waktu yang lebih lama
Jika CD4 <100 sel/mm3, atau kembali turun drastis dicurigai kegagalan terapi
Pasien stadium lanjut dan jumlah CD4 sangat rendah -> tidak meningkat meski ada
perbaikan klinis

Kematian dalam Terapi Antriretroviral

disebabkan karena penanganan infeksi oportunistik yang tidak adekuat, efek samping
ARV berat (Steven Johnson Syndrome), dan keadaan gagal fungsi hati stadium akhir
(ESLD - End Stage Liver Disease) pada kasus ko-infeksi HIV/HVB
Keterangan Tambahan

Lakukan tes kehamilan sebelum memberikan EFV pada


ODHA perempuan usia subur. Bila hasil tes positif dan
kehamilan pada trimester pertama maka jangan diberi EFV.
Bila hasil tes kehamilan positif pada perempuan yang
sudah terlanjur mendapatkan EFV maka segera ganti
dengan paduan yang tidak mengandung EFV
Pasien yang mendapat TDF, perlu pemeriksaan kreatinin
serum pada awal, dan setiap 3 bulan pada tahun pertama
kemudian jika stabil dapat dilakukan setiap 6 bulan
KRITERIA GAGAL TERAPI
Kriteria Klinis

Kriteria Imunologis

Kriteria Virologis
KEGAGALAN KLINIS
Dapat dijadikan dasar kegagalan terapi jika sarana prasarana
tidak menunjang dilakukannya pengecekan CD4+ dan VL.
Lebih ditujukan sebagai metode waspada kegagalan terapi.
SYARAT
Pasien telah mendapatkan terapi ARV selama 6 bulan

Kepatuhan pasien <95% tapi >80%

Evaluasi adanya IO yang menyebabkan menurunnya konsentrasi IO


dalam darah

Penurunan HB >1g/dL
SYARAT
Timbulnya PPE dan Prurigo kembali

Beberapa penyakit yang termasuk dalam stadium klinis 3 (TB paru,


infeksi bakteri berat) dapat merupakan petunjuk kegagalan terapi.

Perlu dilihat kemungkinan penyebab lain timbulnya keadaan klinis


tersebut, misal IRIS.
KEGAGALAN IMUNOLOGIS
DEFINISI : gagal mencapai dan
mempertahankan jumlah CD4
yang adekuat, walaupun telah
terjadi penurunan/
penekanan jumlah virus.
SYARAT
Penurunan CD4 kembali seperti awal sebelum
pengobatan, atau

Penurunan CD4 sebesar 50% dari nilai tertinggi yang


pernah dicapai, atau

Jumlah CD4 tetap <100 sel/mm3 setelah 1 tahun


pengobatan dengan ARV
KEGAGALAN VIROLOGIS
viral load tetap > 5.000
copies/ml
mengkonfirmasi gagal
Jika, setelah 6 bulan terapi
terapi ARV, dan
pemeriksaan VL diulang
4-8 minggu kemudian viral load menjadi
terdeteksi lagi setelah
sebelumnya tidak
terdeteksi
TERAPI LINI KEDUA

2 NRTI + boosted-PI

TDF + 3TC + LPV/r


Tenofovir Lamivudin Lopinavir/ritonavir
PERHATIAN/PEMANTAUAN

Penggunaan TDF : perlu Penggunaan PI :


pemeriksaan kreatinin meningkatan kolesterol
serum pada awal, dan dan trigliserid,
setiap 6 bulan dilakukan emantauan
kemudian. setiap 6 bulan.
TENOFOVIR (analog nukleotida adenosin monofosfat
Ricovir, Viread
Bentuk sediaan : tablet 300 mg
Dosis : 300 mg PO tiap 24 jam dengan atau tanpa
makan
Tersedia bentuk kombinasi dengan Emricitabine
(Truvada) : 300 mg TDF + 200 mg Emricitabine, sekali
sehari
TENOFOVIR
LOPINAVIR/ritonavir (Protease Inhibitor)
Aluvia
Bentuk sediaan : tablet salut selaput 100mg/25mg
Dosis : 1 tablet tiap 12 jam dengan atau tanpa makan
MEKANISME PROTEASE INHIBITOR
Berikatan dengan enzim protease yang mencegah
pembentukan protein virus.
Protease inhibitor dapat menghambat produksi
virus penginfeksi pada sel yang terinfeksi secara
akut dan kronis, tidak seperti inhibitor reverse
transcriptase yang hanya memblok replikasi virus
pada sel yang terinfeksi secara akut.
MEKANISME PROTEASE INHIBITOR
Masalah Terkait Obat
Zidovudine
Efek Samping
Umum Serius
- GIT : meningkatkan kadar lipase
- GIT : kehilangan nafsu dan amilase
makan, mual, dan muntah - Metabolik endokrin : laktat
- Neurologi : sakit kepala asidosis
- Pernapasan : batuk - Hematologi : anemia,
neutropenia, trombositopenia
- Lain : demam, malaise
- Hepatik : hepatomegali
Interaksi Obat
Nama Obat Efek
Pirazinamid, Stavudin Menurunkan efikasi obat disamping
Clarithromycin, Tipranavir, Nelvinavir, Menurunkan konsentrasi zidovudine
Probenecid
Fluconazole, Rifampin, Kotrimoksazol, Meningkatkan konsentrasi zidovudin
Fenitoin
Ribavirin, Doxorubicin, Rifabutin Menurunkan efikasi zidovudin
Vinblastin, Flucytosine, Vinblastin, Menyebabkan neutropenia
Acetaminophen
Metadon, Indometacin Meningkatkan toksisitas zidovudin
Acyclovir Meningkatkan fatigue

KI : Hipersensitif terhadapa zidovudin


Lamivudine
Efek Samping
Umum Serius
Metabolik endokrin : laktat
GIT : diare, mual asidosis, maldistribusi
Neurologi : sakit kepala lemak
Pernapasan : batuk GIT : pankreatitis
Lain : demam, malaise Hepatik : hepatomegali,
reaktivasi virus hepatitis B
Interaksi Obat
Nama obat Efek
Dasabuvir Meningkatkan konsentrasi plasma
substrat BCRP
Kotrimoksazol Meningkatkan konsentrasi plasma
lamivudin

KI : Hipersensitif terhadap lamivudin, menyusui


Efavirenz
Efek Samping
Umum Serius
GIT : diare, mual, muntah
Dermatologi : pruritus, ruam Dermatologi : sindrom
Metabolik endokrin : meningkatkan steven-johnson
kolestrol dan trigliserida Hepatik : kerusakan hati
Hepatik : meningkatkankan Psikis : bunuh diri, depresi
konsentrasi AST dan ALT
Neurologi : pusing, sakit kepala,
insomnia
Lain : nyeri, kelelahan
Interaksi Obat
Nama obat Efek
Grazoprevir, elbasvir, voriconazole, Menurunkan konsentrasi plasma obat
simvastatin, pravastatin,, atrovastatin,, disamping
metadon, indinavir, amprenavir,
lopinavir

Nevirapin Menurunkan konsentrasi plasma


efavirenz
Klaritromisin Meningkatkan risiko ruam kulit
Efavirenz, Grape fruit juice Meningkatkan efavirenz

KI : Hipersensitif terhadap efavirenz, menyusui


Nevirapin

Efek Samping
Umum Serius
Dermatologi : sindrom steven
Dermatologi : ruam johnson
Metabolic endokrin : Hematologi : neutropenia,
lipodistrofi granulositopeniic disoreder
GIT : diare, mual
Imunologi : reaksi alegri,
Neurologi : sakit kepala
reaksi hipersensitivitas
Lain : fatigue
Muskoloskeletal :
rhabdomyolysis
Interaksi Obat
Nama obat Efek
Flukonazol Meningkatkan konsentrasi nevirapin

Ketokonazol, Vorikonazol, Amprenavir, Menurunkan kosentrasi obat disamping


Darunavir, Lopinavir, metadon

Rifampin Menurunkan konsentrasi nevirapin

Warfarin Mengubah konsentrasi plasma warfarin

KI : Hipersensitif teradap nevirapin, menyusui, gangguan


fungsi hati yang berat
Tenofovir
Efek Samping
Sangat Umum

pusing, diare, muntah, mual, ruam kulit, astenia

Umum

peningkatan transaminase, sakit kepala, nyeri dada, distensi pada bagian abdomen, perut kembung

Tidak Umum

Hipokalemia, pankreatitis, rabdomiolisis, lemas otot, peningkatan kreatinin

Jarang

asidosis laktat, steatosis hepatik, hepatitis, angioedema, osteomalasia, miopati, gagal ginjal akut,
gagal ginjal, nekrosis tubular akut, renal proksimal tubulopati, diabetes insipidus nefrogenik.
Interaksi obat
Nama Obat Efek
Atazanavir Menurunkan konsentrasi atazanavir

Lopinavir Meningkatkan konsentrai tenovofir dalam


plasma

Didanosin Meningkatkan toksisitas

KI : Hipersensitif terhadap tenofovir


Ritonavir
Efek Samping
Umum Serius
Dermatologi : sindrom steven
Kardiovaskuler : edema johnson
Dermatologi : flushing, pruritus, rash Metabolik endokrin : DM,
GIT: sakit perut, diare , mual, hiperglikemia, lipodistrofi,
muntah meningkatnya kolestrol dan TG
Muskoloskeletal : arthalgia GIT : pankreatitis
Neurologi : asthenia, pusing, Hematologi : hemorrhage.
neuropati perifer Neutropenia
Pernapasan : sakit tenggorokan, Hepatik: meningkatnya ALT dan
batuk AST, hepatitis, hepatotoxic
Interaksi Obat
Nama Obat Efek
Sildenafil Meningkatkan efek samping sildenafil
Kolkisin, karbamazepin Meningkatkan konsentrasi oabt disamping

Pimozide, astemizole, cisapride Meningkatkan kardiotoksisitas


Derivat ergot Meningkat risiko ergotism (mual, muntah)

Voriconazole, Fenobarbital, Fenitoin Menurunkan kosentrasi obat disamping


amiodarone Meningkatkan toksisitas amiodarone
Simvastatin, lovastatin Meningkatkan miopati dan rabdomiolisis

Rifampin Menurunkan konsentrasi ritonavir

KI : Hipersensitif teradap nevirapin, menyusui,


Penanganan Masalah Terkait
Obat
Tata laksana Efek Samping
Derajat 1 Derajat 2 Derajat 3 Derajat 4

Reaksi ringan Reaksi sedang, Reaksi berat Reaksi mengancam


Tidak perlu beberapa reaksi Ganti obat yang jiwa,
penggantian terapi (lipodistrofi, neuropati dicurigai tanpa Hentikan penggunaan
perifer) memerlukan mengentikan ARV, beri terapi
penggantian obat. pemberian ARV secara suportif dan
Untuk reaksi lain, keseluruhan simtomatis, berikan
pertimbangkan untuk lagi ARV dengan
tetap melanjutkan paduan yang sudah
pengobatan; jikatidak dimodifikasi setelah
ada perubahan ODHA stabil
dengan terapi
simtomatis,
pertimbangkanuntuk
mengganti 1 jenis obat
ARV
Penanganan terhadap ES/Toksisitas
Obat Efek Faktor Resiko Penanganan
samping/Toksisitas
Zidovudin Anemia atau neutropenia anemia atau TDF
berat, miopati, lipoatrofi atau neutropenia sebelum
Lipodistrofi mulai terapi
Jumlah CD4 200
sel/mm3 (dewasa)
Intoleransi saluran TDF
cerna berat

Asidosis laktat atau IMT > 25 atau BB > TDF


hepatomegali dengan 75 kg (dewasa)
steatosis Penggunaan NRTI
yang lama
Obat Efek Faktor Penanganan
samping/Toksisitas Resiko
Lamivudin Asidosis laktat dengan Hentikan semua ARV;
steatosis hepatitis (jarang) gejala dapat berlanjut atau
lebih buruk setelah
penghentian terapi ARV.
Berikan terapi penunjang.

Pankreatitis (jarang) Jika mungkin pantau


amilase dan lipase
pankreas serum. Semua terapi
ARV harus dihentikan sampai
gejala teratasi. Mulai kembali
terapi ARV dengan NsRTI yang
lain, lebih disukai
yang tidak menyebabkan
toksisitas pada pankreas (mis.
AZT, ABC)
Obat Efek Faktor Resiko Penanganan
samping/Toksisitas
Efavirens Toksisitas susunan Sudah ada gangguan NVP
saraf pusat persisten mental atau depresi Jika ODHA tidak
(seperti mimpi sebelumnya dapat
buruk, depresi, Penggunaan siang mentoleransi
kebingungan, hari NNRTI lain,
halusinasi, psikosis) gunakan LPV
Hepatotoksisitas Sudah ada penyakit
hati sebelumnya
Koinfeksi HBV dan
HCV

Kejang Riwayat kejang


Hipersensitivitas
obat Ginekomastia
pada pria
Obat Efek Faktor Resiko Penanganan
samping/Toksisitas
Nevirapin Hepatotoksisitas Sudah ada penyakit liver EFV
sebelumnya, Koinfeksi HBV Jika ODHA tidak
dan HCV, penggunaan dapat
bersama obat hepatotoksik mentoleransi
lain NNRTI lain,
CD4 >400 sel/mm3 pada gunakan LPV
pria
Hipersensitivitas
obat

Ritonavir Mengubah Pengaturan makanan


metabolisme lemak
Hepatitis Jika mungkin pantau
transaminase serum,
bilirubin. Semua ARV
harus dihentikan
Obat Efek Faktor Resiko Penanganan
samping/Toksisitas
Tenofovi Disfungsi tubulus renalis Sudah ada penyakit ginjal ABC atau ddI
Sindrom Fanconi sebelumnya, Usia lanjut
r IMT < 18,5 atau BB < 50 kg
DM tak terkontrol
Hipertensi tak terkontrol
Penggunaan bersama
obat nefrotoksik lain
atau boosted PI

Menurunnya densitas mineral Riwayat osteomalasia dan


tulang fraktur patologis, faktor resiko
osteoporosis atau bone-loss
lainnya
Asidosis laktat atau Penggunaan NRTI yang lama
hepatomegali dengan steatosis Obesitas
Eksaserbasi hepatitis B Jika TDF dihentikan karena Gunakan
(hepatic flares) toksisitas lainnya pada alternatif obat
koinfeksi hepatitis B hepatitis lainnya
Efek Samping Umum yang Perlu Pemutusan Obat

Obat Penyebab Efek Samping Tanda/Gejala Klinis Tata Laksana


NVP, lebih jarang Hepatitis akut Jaundice, pembesaran hati, gejala Jika mungkin pantau transaminase
pada AZT gastrointestinal, capai, tidak nafsu makan; serum, bilirubin.
Semua ARV harus dihentikan sampai
gejala teratasi.
NVP harus dihentikan.
Jarang pada 3TC Pankreatitis Mual, muntah dan sakit perut Jika mungkin pantau amilase dan lipase
akut pankreas serum.
Semua terapi ARV harus dihentikan
sampai gejala teratasi Mulai kembali
terapi ARV dengan NsRTI yang lain, lebih
disukai yang tidak menyebabkan
toksisitas pada pankreas (mis. Zidovudin
dan abacavir)
Efek Samping Umum yang Perlu Pemutusan Obat
(Contd)
Obat Efek Samping Tanda/Gejala Klinis Tata Laksana
Penyebab
Semua NRTI Asidosis laktat Lelah dan lemah menyeluruh, gejala GIT, Hentikan semua ARV
hepatomegali, anoreksia, turun berat Ganti dengan obat-obat baru, termasuk
badan, gejala pernafasan kombinasi Protease inhibitor dengan
suatu NNRTI dan kemungkinan salah
satu abacavir/tenofovir (TDF)
NVP Reaksi Gejala sistematik seperti demam, mialga, Hentikan semua ARV sampai gejala
hipersensitif nyeri sendi, hepatitis, eosinofilia dengan teratasi.
atau tanpa ruam. Bila gejala hilang, segera mulai kembali
dengan obat lain berdasarkan protease
inhibitor/NRTI
Efek Samping Umum yang Perlu Pemutusan Obat
(Contd)
Obat Penyebab Efek Samping Tanda/Gejala Klinis Tata Laksana
NVP Ruam hebat/ Ruam biasanya timbul dalam 2-4 minggu Hentikan semua ARV sampai gejala
sindroma pertama pengobatan. teratasi.
Stevens- Ruam biasanya eritematus, makulopapula, Hentikan NVP yang menimbulkan ruam
Johnson bersatu paling banyak ditubuh dan lengan, dengan gejala sistematik (seperti
mungkin gatal dan dapat terjadi dengan demam, ruam yang hebat dengan lesi
atau tanpa demam. Sindrom Stevens- pada mukosa atau gatal-gatal, atau
Johnson atau nekrotik epidermal toksik SSJ/TEN) Setelah teratasi, ganti obat
(SSJ/NET) terjadi pada +0,3% orang terapi ARV dengan jenis ARV lainnya
terinfeksi yang menerima NVP. (mis. 3 NsRTI atau 2 NsRTI dan PI).
Jika ruam tidak begitu hebat tanpa
gejala mukosa atau sistematik, ganti
NNRTI (misal NVP ganti dengan EFV)
dapat dipertimbangkan setelah ruam
teratasi.
Konseling untuk ODHA
Hal-hal yang Perlu Dipahami ODHA
Pengurangan risiko penularan (seperti seks yang aman, atau jika disuntik)

Pentingnya memberitahukan perihal penyakitnya terhadap pasangan, keluarga, dan teman

Ketersediaan pengobatan, kesiapan pasien, dampak jangka panjang, dan kepatuhan

Kemungkinan terjadinya infeksi oportunistik

Masalah mengenai imunisasi dan pekerjaan

Eramova, I., Matic, S., & Munz, M. (2007). HIV/AIDS treatment and care (hal. 10-11). Copenhagen: Regional Office for Europe, World Health Organization.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada orang Dewasa dan Remaja (pp. 23-25). Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Meningkatkan Kepatuhan
Mendorong keterlibatan
Memberikan informasi yang kelompok dukungan sebaya
Membina hubungan saling
benar dan mengutamakan dan membantu
percaya dengan pasien
manfaat postif dari ARV menemukan seseorang
sebagai pendukung berobat

Paduan obat ARV harus


Mengembangkan rencana Penyelesaian masalah
disederhanakan untuk
terapi secara individual kepatuhan yang tidak
mengurangi jumlah pil yang
yang sesuai dengan gaya optimum adalah tergantung
harus diminum dan
hidup pasien dari faktor penyebabnya.
frekuensinya
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada orang Dewasa dan Remaja (pp. 23-25). Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Efek Samping/Toksisitas
ES atau toksisitas alasan medis untuk mengganti
(substitusi) dan/atau menghentikan pengobatan ARV.
Pasien, bahkan kadang menghentikan sendiri terapinya
karena adanya efek samping.
AZT dapat menyebabkan anemia dan intoleransi
gastrointestinal.
Sindrom Pulih Imun (SPI) / Immune
Reconstitution Syndrome (IRIS)
Sindrom Pulih Imun perburukan kondisi klinis sebagai
akibat respons inflamasi berlebihan pada saat pemulihan
respons imun setelah pemberian terapi antiretroviral.
Sindrom pulih imun mempunyai manifestasi dalam bentuk
penyakit infeksi maupun non infeksi.
Manifestasi tersering pada umumnya adalah berupa
inflamasi dari penyakit infeksi.
Pemantauan Klinis
Frekuensi Pemantauan klinis tergantung dari respon terapi ARV.
Sebagai batasan minimal, Pemantauan klinis perlu dilakukan
pada minggu 2, 4, 8, 12 dan 24 minggu sejak memulai terapi ARV
dan kemudian setiap 6 bulan bila pasien telah mencapai keadaan
stabil.
Pada setiap kunjungan perlu dilakukan penilaian klinis termasuk
tanda dan gejala efek samping obat atau gagal terapi dan
frekuensi infeksi (infeksi bakterial, kandidiasis dan atau infeksi
oportunirtik lainnya) ditambah konseling untuk membantu
pasien memahami terapi ARV dan dukungan kepatuhan.
Pemantauan Laboratoris
Direkomendasikan untuk melakukan pemantauan CD4 secara
rutin setiap 6 bulan, atau lebih sering bila ada indikasi klinis.
Untuk pasien yang akan memulai terapi dengan AZT maka perlu
dilakukan pengukuran kadar Hemoglobin (Hb) sebelum memulai
terapi dan pada minggu ke 4, 8 dan 12 sejak mulai terapi atau
ada indikasi tanda dan gejala anemia .
Penggunaan NVP untuk wanita dengan CD4 antara 250 350
sel/mm3 maka perlu dilakuan pemantauan enzim transaminase
pada minggu 2, 4, 8 dan 12 sejak memulai terapi ARV, dilanjutkan
dengan pemantauan berdasar gejala klinis NVP lebih sering
menyebabkan reaksi hipersensitivitas pada wanita dengan
jumlah CD4 >250 sel/mm3.
Tahapan Konseling

Konseling Pra Konsumsi ARV


1. Perkenalan untuk memberi keyakinan pada pasien bahwa
pasien berkomunikasi dengan orang yang tepat.

Perkenalkan nama, profesi, dan berjabat tangan dengan pasien.

Apoteker menanyakan identitas pasien (nama, BB, umur, jenis obat yang sedang diminum, nama
pendamping minum obat, hubungan dengan pasien.

Informasi dicatat dalam kartu konseling.

Pedoman Pelayanan Kefarmasian Untuk Orang Dengan Hiv/Aids (ODHA)


Tahapan Konseling

2. Menggali pengetahuan pasien mengenai HIV/AIDS,


tujuannya adalah untuk mempermudah pemberian
informasi kepada pasien.
Apakah dokter atau perawat sudah memberikan informasi mengenai penyakit yang
diderita, cara penularan dan cara pengobatannya? Bila belum, maka Apoteker wajib
menjelaskan kepada pasien.

Apa yang sudah dikatakan dokter atau perawat mengenai obat ART? Ulangi informasi
yang sudah diberikan oleh dokter untuk memperjelas pengetahuan pasien.

Pedoman Pelayanan Kefarmasian Untuk Orang Dengan Hiv/Aids (ODHA)


Tahapan Konseling

3. Memberi penjelasan tentang obat agar pasien benar-


benar memahami informasi obat ART.
Tujuan pengobatan, tekankan kalimat bahwa Obat ART hanya berfungsi dalam hal menekan virus, bukan
untuk menyembuhkan penyakit.

Jelaskan bahwa obat ART harus diminum seumur hidup, pada waktu dan cara meminum obat yang sesuai
dengan resep yang diberikan oleh dokter.

Berikan tehnik agar pasien minum obat tepat waktu.

Jelaskan efek samping dari masing-masing obat dan bagaimana cara menanggulanginya.

Jelaskan cara penyimpanan obat yang benar dan beritahukan cara memperoleh obat untuk konsumsi
selanjutnya.
Tahapan Konseling

4. Verifikasi akhir dengan tujuan untuk mengecek pemahama


pasien mengenai ART dengan cara meminta pasien untuk
mengulangi informasi yang sudah disampaikan.
5. Memberi kesempatan kepada pasien untuk bertanya.
6. Memberi pengetahuan tentang makanan apa saja yang
baik untuk dikonsumsi atau dihindari.
7. Mengakhiri konseling dengan memberikan obat dan
meminta pasien untuk menandatangani lembar pemberian
obat dan mengingatkan pasien kapan harus kembali
mengambil obat.

Pedoman Pelayanan Kefarmasian Untuk Orang Dengan Hiv/Aids (ODHA)


Tahapan Konseling

Konseling Pasien yang sudah meminum ART


1. Menyapa pasien dan mempersilakan pasien untuk duduk
serta meminta kartu register nasional dan resep yang
diberikan dokter.
2. Membuka dokumen pasien dan mencocokkan antara
nama dan nomor register nasional.
3. Memberikan pertanyaan pada pasien mengenai:
Rejimen obat tetap
Apakah ada keluhan yang dialami selama minum obat?
Berapa jumlah obat yang masih tersisa?
Apakah selama ini obat diminum teratur dan tepat waktu?
Apakah masih meminum obat lain selain ART?
Pedoman Pelayanan Kefarmasian Untuk Orang Dengan Hiv/Aids (ODHA)
Tahapan Konseling

Rejimen obat yang berbeda dengan sebelumnya


Apa keluhan yang dialami selama minum obat?
Menanyakan pada pasien apakah pasien mengetahui alasan
penggantian obat.
Menanyakan informasi terkait alergi, nilai SGOT, SGPT, Hb yang
dapat menunjang penggantian rejimen obat.
Apakah dokter sudah menjelaskan cara meminum obat?
Apakah dokter sudah menjelaskan kemungkinan efek samping
yang akan timbul?

Pedoman Pelayanan Kefarmasian Untuk Orang Dengan Hiv/Aids (ODHA)


Tahapan Konseling

4. Memberikan penjelasan terkait rejimen obat tetap dan rejimen obat ganti.
Rejimen obat tetap Berikan informasi tentang perlunya minum obat
secara teratur dan tepat waktu, makanan yang baik dikonsumsi dan
dihindari, serta mengingatkan pasien agar melakukan kontorl ke dokter.
Rejimen obat ganti informasi yang harus diberikan adalah
- Cara dan waktu untuk meminum obat yang benar.
- Menjelaskan tentang kemungkinan efek samping yang akan terjadi
dan cara penanggulangannya.
- Mengingatkan kembali tentang konsumsi makanan dan minuman
yang dianjurkan dan dihindari.
5. Memberi kesempatan pasien untuk bertanya.
6. Mengakhiri konseling dengan memberikan obat dan mengingatkan kapan
pasien harus melakukan kontrol dan mengambil obat kembali.
Faktor yang harus diperhatikan dalam
Konseling

Buat jadwal medikasi. Gunakan kalender


atau buku harian untuk membanrtu Bagi obat dalam jumlah harian atau
penggunaan medikasi sesuai aturan, mingguan. Dapat dimasukkan dalam
kapan diminum, cara meminum obat, wadah dan diberi label.
buat ceklis apabila obat sudah diminum.

Informasikan bahwa minum obat pada


Rencanakan kapan membeli obat lagi
jam yang sama setiap hari, seperti
sehingga persediaan tidak sampai kosong
sesudah makan atau pada saat pulang
dan dosis terlewati.
kerja (sesuaikan dengan petunjuk).

Pedoman Pelayanan Kefarmasian Untuk Orang Dengan Hiv/Aids (ODHA)


Faktor yang harus diperhatikan dalam
Konseling

Jika bepergian, pasien harus membawa obat


Minum obat dijadikan prioritas setiap hari.
dan cadangannya (apabila terjadi kehilangan).

Pasien harus benar-benar mengetahui informasi terkait obat yang


dikonsumsi; bahwa meraka mengambil medikasi yang cocok untuk
penyakitnya, cara konsumsi yang benar, jumlah dan dosis yang benar serta
waktu yang benar dalam meminum obat.

Pedoman Pelayanan Kefarmasian Untuk Orang Dengan Hiv/Aids (ODHA)


Tambahan dan Feedback
Pengeckan HIV/AIDS dilakukan pada kelompok yang rentan
yaitu: penderita TB, kelompok berisiko, ibu hamil
Kegagalan terapi dapat dilihat pada tanda-tanda klinisnya
yaitu munculnya infeksi oportunistik. Infeksi oportunistk
yang tidak ditangani secara adekuat (ex: penyakit liver)
berpotensi menyebabkan kematian
Jumlah viral load dapat dijadikan sebagai parameter
perubahan pengobatan dari lini I ke lini II

Anda mungkin juga menyukai