Anda di halaman 1dari 17

Asuhan Keperawatan Bahari Dengan

Emfisema Mediastinal

BY KELOMPOK 6

Definisi
Emphysema (emfisema) adalah penyakit paru kronis yang dicirikan oleh
kerusakan pada jaringan paru, sehingga paru kehilangan keelastisannya. Gejala
utamanya adalah penyempitan (obstruksi) saluran napas, karena kantung udara di
paru menggelembung secara berlebihan dan mengalami kerusakan yang luas.
Definisi emfisema menurut beberapa ahli :
Emfisema merupakan keadaan dimana alveoli menjadi kaku mengembang dan
terus menerus terisi udara walaupun setelah ekspirasi.(Kus Irianto.2004.216).
Emfisema merupakan morfologik didefisiensi sebagai pembesaran abnormal
ruang-ruang udara distal dari bronkiolus terminal dengan desruksi dindingnya.
(Robbins.1994.253).
Emfisema adalah penyakit obtruktif kronik akibat kurangnya elastisitas paru dan
luas permukaan alveoli.(Corwin.2000.435).

Etiologi
1.
2.
3.
4.
5.

Merokok
Polusi
Infeksi
Faktor genetik
Obstruksi jalan napas

Klasifikasi emfisema
Secara morfologis terdapat 2 tipe utama emfisema:
1. Sentrilobuler (CLE)
Terjadi distensi & kerusakan bronkiolus. Lubang-lubang terbentuk pada
dinding bronkiolus, lubang tersebut menjadi membesar dan saling
bertemu & cenderung untuk membentuk satu ruang sejalan dengan
meluasnya dinding. Penyakit cendurung menjadi tidak beraturan yg
menyebar diseluruh paru tetapi lebih hebat pd bagian atas.
2. Panlobuler
Terjadi pembesaran dan kerusakan yg lebih beraturan dr alveoli dalam
asinus pulmonary. PLE biasanya lebih difus & lebih hebat dp paru
bagian bawah.

Patofisiologi
Emfisema merupakan kelainan di mana terjadi kerusakan pada dinding alveolus
yang akan menyebabkan overdistensi permanen ruang udara. Perjalanan udara
akan tergangu akibat dari perubahan ini. Kerja nafas meningkat dikarenakan
terjadinya kekurangan fungsi jaringan paru-paru untuk melakukan pertukaran O2
dan CO2. Kesulitan selama ekspirasi pada emfisema merupakan akibat dari
adanya destruksi dinding (septum) di antara alveoli, jalan nafas kolaps sebagian,
dan kehilangan elastisitas untuk mengerut atau recoil. Pada saat alveoli dan
septum kolaps, udara akan tertahan di antara ruang alveolus yang disebut blebs
dan di antara parenkim paru-paru yang disebut bullae. Proses ini akan
menyebabkan peningkatan ventilatory pada dead space atau area yang tidak
mengalami pertukaran gas atau darah. Emfisema juga menyebabkan destruksi
kapiler paru-paru, selanjutnya terjadi penurunan perfusi O2 dan penurunan
ventilasi. Emfisema masih dianggap normal jika sesuai dengan usia, tetapi jika
hal ini timbul pada pasien yang berusia muda biasanya berhubungan dengan
bronkhitis dan merokok.

Manifestasi klinis
1. Pada awal gejalanya serupa dengan bronkhitis Kronis
2. Napas terengah-engah disertai dengan suara seperti peluit
3. Dada berbentuk seperti tong, otot leher tampak menonjol, penderita sampai membungkuk
4. Bibir tampak kebiruan
5. Berat badan menurun akibat nafsu makan menurun
6. Batuk menahun.
Gejala Emfisema ringan semakin bertambah buruk selama penyakit terus berlangsung. Gejala-gejala
emfisema antara lain:
1. Sesak napas
2. Mengi.
3. Sesak dada
4. Mengurangi kapasitas untuk kegiatan fisik
5. Batuk ringan atau batuk kronis mungkin. Anda menghasilkan lendir atau dahak ketika batuk keras.
6. Kehilangan nafsu makan dan berat badan.
7. kelelahan

Pemeriksaan Penunjang

Penatalaksanaan Medis Dan Keperawatan


Tujuan utama pengobatan adalah untuk memperbaiki kualitas
hidup, untuk memperlambat kemajuan proses penyakit, dan
untuk mengatasi obstruksi jalan nafas untuk menghilangkan
hipoksia.
1. Bronkodilator
2. Terapi aerosol
3. Pengobatan Infeksi
4. Kortikosteroid
5. Oksigenasi

ASUHAN KEPERAWATAN EMFISEMA MEDIASTINAL


I.
PENGKAJIAN
a. Identitas Pasien
Nama, umur, jenis kelamin, dll
b. Riwayat Kesehatan
c. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual

Diagnosa Keperawatan
1.

Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret


dan bronkokonstriksi
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kurangnya suplai
oksigen
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake makanan
4.
Intoleran Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
5. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan inadekuat
pertahanan primer dan sekunder, penyakit kronis.
6. Koping individu inefektif berhubungan dengan kurang sosialisasi,
ansietas

III.
a.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Pola napas tidak efektif penumpukan sekret dan bronkokonstrik


Intervensi
1) Membandingkan status sekarang dengan status sebelumnya untuk mendapatkan perubahan dalam status
pernapasan.
Rasional : Untuk mengetahui perkembangan kondisi pasien
2) Mengajarkan teknik yang benar untuk menggunakan obat dan peralatan (misalnya menarik nafas,
nebulizer, aliran maksimum).
Rasional : Agar keluarga dan pasien mengetahui cara menggunakan peralatan dan obat dengan benar.
3) Memantau kecepatan, irama, kedalaman, dan upaya untuk bernapas.
Rasional : Untuk mengetahui apakah px masih mengalami kesulitan bernafas
4) Mengamati gerakan dada, termasuk simetri, penggunaan dari otot bantu pernapasan, dan penarikan otot
supraclavikular dan intercostals.
Rasional : Untuk mengetahui perkembangan penyakit px
5) Memberikan cairan hangat untuk minum, dengan tepat.
Rasional : Untuk mengurangi gejala batuk
6) Catat adanya pergerakan dada, lihat pergerakan dada yang asimetris, menggunakan otot bantu dan
retraksi otot supraklavikular serta intercosta
Rasional : Ketidaksimetrisan pada dada dan penggunaan otot bantu pernapasan pada pasien
mengindikasikan adanya gangguan pernapasan
7) Monitor kemampuan pasien untuk batuk efektif
Rasional : Batuk efektif dapat membantu mengeluarkan dahak bila ada

Next
b.

Gangguan pertukaran gas berhubungan kurangnya suplai oksigen


Intervensi
1) Kaji frequensi kedalaman pernafasan catat penggunaan otot bantu nafas, nafas bibir.
Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distres pernafasan dan/atau kronisnya proses penyakit.
2) Kaji/awasi secara rutin warna kulit dan membran mokusa.
Rasional : Sianosis mungkin perifer atau sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia.
3) Tinggikan kepala bantu klien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernafas, dorong nafas dalam
perlahan atau nafas bibir sesuai kebutuhan individu.
Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan nafas untuk
menurunkan kolaps jalan nafas dan kerja nafas.
4)
Auskultasi bunyi nafas, catat area penurunan aliran udara atau bunyi abnormal.
Rasional : Bunyi nafas mungkin redup karena penurunan aliran udara. Adanya mengindikasi spasme
bronkus/tertahannya sekret.
5) Awasi tingkat kesadaran/status mental.
Rasional : Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum pada hipoksia. GDA memburuk disertai
bingung/samnolen menunjukkan disfungsi serebral yang berhubungan dengan hipoksemia.
6) Palpasi fremitus.
Rasional : Penurunan getaran fibrasi diduga adanya pengumpulan cairan atau udara terjebak.

Next
c.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan
Intervensi :
1) Kaji kebiasaan diet, masukan makanan, catat derajat kesulitan makan. Evaluasi berat badan.
Rasional :Pasien distres pernafasan akut sering anoreksia karena dispneu, produksi sputum dan obat, selain itu
banyak klien PPOM mempunyai kebiasaan makan buruk. Orang yang mengalami emfisema sering kurus dengan
perototan kurang.
2) Auskultasi bunyi bising usus.
Rasional : Penurunan/hipoaktif bising usus menunjukkan mobilitas gaster dan konstipasi (komplikasi umum) yang
berhubungan dengan pilihan makan yang buruk, penurunan aktivitas dan hipoksemia.
3) Berikan perawatan oral sering, buang sekret.
Rasional :Rasa tak enak bau dan penampilan adalah pencegah utama terhadap nafsu makan dan dapat membuat
mual dan muntah dengan peningkatan kesulitan nafas.
4) Dorong periode istirahat selama 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan makanan posisi kecil tapi
sering.
Rasional : Membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan dan memberikan kesempatan untuk meningkatan
masukan kalori total.
5) Hindari makanan yang sangat panas atau sangat dingin.
Rasional : Suhu ekstrim dapat mencetuskan/meningkatkan spasme batuk.

Next
d.

Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan inadekuat pertahanan primer dan sekunder, penyakit kronis.
Intervensi
1) Awasi secara ketat suhu tubuh pasien.
Rasional : Demam dapat terjadi karena adanya infeksi.
2) Kaji pentingnya latihan nafas, batuk efektif, perubahan posisi sering dan masukan cairan adekuat.
Rasional : Aktivitas diatas dapat meningkatkan mobilitas dan pengeluaran sekret untuk menurunkan resiko
terjadinya infeksi paru.
3) Observasi warna, karakter, bau sputum.
Rasional : Sekret berbau, kuning dan kehijauan menunjukkan adanya infeksi paru.
4) Dorong keseimbangan antara aktivitas dan istirahat.
Rasional : Menurunkan konsumsi/kebutuhan keseimbangan oksigen dan memperbaiki pertahanan klien
terhadap infeksi meningkatkan penyembuhan.
5) Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat.
Rasional : Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhadap infeksi.
6) Dapatkan spesimen sputum dengan batuk atau penghisapan untuk pewarnaan kuman, gram, kultur
sensitivitas.
Rasional : Dilakukan untuk mengidentifikasi organisme penyebab dan kerentanan terhadap berbagai anti
mikrobial.

Next
e.

Intoleransi aktivitas kelemahan fisik


Intervensi
1) Jelaskan aktivitas dan faktor yang meningkatkan kebutuhan oksigen : merokok, suhu
yang ekstrim, stres.
Rasional :Merokok suhu ekstrim, dan stress menyebabkan vasokontriksi yang meningkatkan
beban kerja jantung dan kebutuhan oksigen.
2) Secara bertahap tingkatkan aktivitas harian sesuai peningkatan toleransi klien.
Rasional : Mempertahankan pernafasan lambat sedang dari latihan yang diawasi
memperbaiki kekuatan otot asesori dan fungsi pernafasan.
3) Pertahankan terapi oksigen tambahan, sesuai kebutuhan.
Rasional : Oksigen tambahan meningkatkan kadar oksigen yang bersirkulasi dan
memperbaiki toleransi aktivitas.
4) Berikan dukungan emosional dan semangat.
Rasional : Rasa takut terhadap kesulitan bernafas dapat menghambat peningkatan aktivitas.

Next
f. Koping Individu Inefektif berhubungan dengan kurang sosialisasi, ansietas

Intervensi :
1) Kaji kefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku, mis., kemampanmenyatakan
perasaan dan perhatian keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan.
Rasional : mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang, mengtasi hipertensi
kronik, dan mengintregrasikan terapi yang diharuskan ke dalam kehidupan sehari-hari
2) Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas/tujuan hidup. Tanyakan seperti apakah yang anda
lakukan merupakan apa yang anda inginkan?
Rasional : foks perhatian pasien pada realitas situasi yang ada relative terhadap pandangan
pasien tentang apa yang diinginkan. Etika kerja keras, kebutuhan untuk control dan focus keluarga dapat
mengarah pada kurang perhatian pada kebutuhan-kebutuhan personal.
3) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mulai merncanakan perubahan hidup yang perlu. Bantu
untuk menyesuaikan, ketimbang membatalkan tujuan diri/keluarga.
Rasional : perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistic untuk menghindari rasa tidak menentu dan
tidak berdaya

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai