Politik Dinasti, Akuntabilitas, Dan Kinerja
Politik Dinasti, Akuntabilitas, Dan Kinerja
(132010300051)
(132010300070)
(132010300079)
(132010300081)
(132010300111)
(132010300112)
Agency Theory
Masalah keagenan akan muncul karena
setiap individu diasumsikan mempunyai
preferensi untuk memaksimalkan kepentingan
pribadi yang kemungkinan besar berlawanan
dengan kepentingan individu lain (Jensen dan
Meckling, 1976). Untuk meminimalisasi
masalah keagenan yang muncul akibat
perbedaan kepentingan ini maka dibuatlah
kontrak antara prinsipal dan agen.
Hal
yang
sama
terjadi
dalam
pemerintahan, yaitu kontrak antara agen
(pemerintah) dengan prinsipal (rakyat).
Mekanisme pemilihan menunjukan bahwa
terdapat pelimpahan wewenang dari rakyat
kepada kepala daerah. Proses ini menunjukan
adanya hubungan keagenan antara rakyat dan
kepala daerah, kepala daerah berperan sebagai
agen dan rakyat merupakan prinsipal dalam
rerangka hubungan keagenan.
Kinerja
Sistem Pengendalian
Intern
Salah satu wujud pelaksanaan tata kelola
pemerintahan yang baik (good public governance)
adalah dengan penerapan sistem pengendalian intern
di lingkungan pemerintah. Peraturan Pemerintah
Nomor 60 Tahun 2008 mengatur tentang Sistem
Pengenalian Intern Pemerintah mendefinisikan Sistem
Pengendalian Intern sebagai proses yang integral
pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara
terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai
untuk memberikan keyakinan memadai atas
tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang
efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan,
pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan.
Telaah Terdahulu
Barro (1973) dan Ferejohn (1986) menyatakan bahwa demokrasi
mendorong akuntabilitas dengan menyediakan kompetisi politik, dan
membantu pemerintahan untuk menjadi lebih efisien dengan
mengurangi masalah moral hazard serta mengurangi fenomena
adverse selection (Rogoff, 1990). ). Desentralisasi kekuasaan dan
keuangan diharapkan memberikan dampak negatif terhadap praktik
korupsi, serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Pellegrini dan
Gerlagh, 2008; Akai et al., 2007; Dincer et al., 2010). Politik patrimonial
mengakibatkan terjadinya praktik politik dinasti. Nama keluarga
dianggap memberikan keuntungan pemilu atas pesaing non-dinasti
(Rossi, 2009).
Asako et al. (2010) menyatakan bahwa dinasti politik berpotensi
menghambat pembangunan ekonomi dan melemahkan daya saing
pemilu. . Keberadaan dinasti politik juga mempersulit munculnya calon
alternatif bagi rakyat karena politisi dinasti memiliki kesempatan yang
lebih baik untuk memenangkan pemilihan umum sehingga kepala
daerah yang terpilih berkualitas rendah (Querrubin, 2010).
Kerangka Berpikir
Rumusan
Masalah