Anda di halaman 1dari 30

Upacara Adat Jawa

Jenis Jenis Upacara Adat Jawa

1. Lamaran

Melamar artinya meminang, karena pada zaman dulu di antara pria dan wanita yang akan
menikah kadang-kadang masih belum saling mengenal, jadi hal ini orang tualah yang
mencarikan jodoh dengan cara menanyakan kepada seseorang apakah puterinya sudah atau
belum mempunyai calon suami. Dari sini bisa dirembug hari baik untuk menerima lamaran atas
persetujuan bersama. Melamar juga memiliki arti seperti berikut tahapan pertama yang harus
dilalui dalam suatu pernikahan yang umumnya dilakukan oleh kaum pria untuk menyampaikan
niat dan kesungguhannya untuk menikah serta meminta restu dan persetujuan dari orang tua
wanita yang akan dinikahi.

Pada hari yang telah ditetapkan, datanglah utusan dari calon besan yaitu orang tua
calon pengantin pria dengan membawa oleh-oleh. Pada zaman dulu yang lazim disebut
Jodang ( tempat makanan dan lain sebagainya ) yang dipikul oleh empat orang pria.
Makanan tersebut biasanya terbuat dari beras ketan antara lain : Jadah, wajik,
rengginan dan sebagainya.

Achmad Hanif A | 9-7


Menurut naluri makanan tersebut mengandung makna sebagaimana sifat dari bahan
baku ketan yang banyak glutennya sehingga lengket dan diharapkan kelak kedua
pengantin dan antar besan tetap lengket (pliket,Jawa).
Setelah lamaran diterima kemudian kedua belah pihak merundingkan hari baik untuk
melaksanakan upacara peningsetan. Banyak keluarga Jawa masih melestarikan sistem
pemilihan hari pasaran pancawara dalam menentukan hari baik untuk upacara
peningsetan dan hari ijab pernikahan.

Peningsetan Kata peningsetan adalah dari kata dasar singset (Jawa) yang berarti ikat,
peningsetan jadi berarti pengikat.

Peningsetan adalah suatu upacara penyerahan sesuatu sebagai pengikat dari orang tua pihak
pengantin pria kepada pihak calon pengantin putri.

Menurut tradisi peningset terdiri dari : Kain batik, bahan kebaya, semekan, perhiasan emas,
uang yang lazim disebut tukon (imbalan) disesuaikan kemampuan ekonominya, jodang yang
berisi: jadah, wajik, rengginan, gula, teh, pisang raja satu tangkep, lauk pauk dan satu jenjang
kelapa yang dipikul tersendiri, satu jodoh ayam hidup. Untuk menyambut kedatangan ini
diiringi dengan gending Nala Ganjur .

Biasanya penentuan hari baik pernikahan ditentukan bersama antara kedua pihak setelah
upacara peningsetan. Melamar dibagi dalam 3 kategori lamaran yaiutu :

a. Lamaran Informal

Dalam hal ini calon mempelai pria datang ke rumah orang tua calon mempelai wanita sendiri
dan menyatakan keseriusan, kesiapan ( ekonomi ), niat dan tekad yang tulus untuk menikahi
calon mempelai wanita dengan kesungguhan cinta dan agama. Disini Calon mempelai Pria
kemudian membicarakan dan meminta konfirmasi waktu (jam, hari dan tanggal) kepada orang
tua calon mempelai wanita untuk melaksanakan Lamaran Semi Formal selanjutnya.

Achmad Hanif A | 9-7


b. Lamaran Semi Formal ( Tembungan )

Menggelar acara ini Calon mempelai Pria datang ( sesuai konfirmasi waktu yang telah
ditentukan sebelumnya ) dengan didampingi oleh kedua orang tua, kerabat dan saudara-
saudara ( dalam hal ini, bisa hanya saudara / kakak laki laki/ orang yang dituakan dalam adat
jika kedua orang tua sudah meninggal). Kemudian Orangtua dari Calon mempelai Pria
menanyakan apakah putri tersebut ( Calon Mempelai Wanita) belum mempunyai/ tidak
mempunyai suami untuk dijadikan istri dan menantunya kepada Orangtua Calon mempelai
Wanita. Setelah mendapat jawaban dari Orang tua Calon mempelai wanita bahwa Putri
tersebut belum/tidak mempunyai suami kemudian ditentukan waktu ( jam, hari dan tanggal )
Pernikahan. Biasanya Waktu pernikahan ( Hari Pernikahan ) dihitung dan ditentukan
selanjutnya, supaya tidak terjadi salah paham antara kedua belah pihak. Adapula, penentuan
Hari Pernikahan digelar lagiAcara Balasan Lamaran yaitu Orangtua mempelai Wanita datang
bersilaturahmi ke rumah Orangtua Pria bersama kerabat dan saudara-saudaranya untuk
memberitahukan jawaban dan tanggal pernikahan. Dalam menggelar acara - acara tersebut
biasanya ada perjamuan makan ( kalo jaman dulu tidak ada makan besar , hanya makanan kecil
sebagai camilan karena lamaran belum tentu diterima). Ada juga Lamaran semi Formal ini
diadakan Tukar Cincin (Tunangan), yang berarti pengikatan hubungan antara kedua Calon
mempelai sebelum melaksanakan Prosesi Pernikahan supaya tidak ada Pria lain yang datang
melamar. Acara Lamaran dan Acara Balasan Lamaran biasanya membawa oleh-oleh berupa ;
beras ketan / lemper / wajik / jenang sebagai simbol/lambang yang harapannya agar kedua
Pihak lengket, lauk pauk, gula , teh, kopi. Ada juga sekarang yang bawa oleh-oleh roti dan juga
buah-buahan. Dalam Acara lamaran ini biasanya tidak diikuti oleh orang banyak, hanya keluarga
inti dan kerabat dekat saja.

Achmad Hanif A | 9-7


c. Lamaran Formal ( Peningsetan )

Setelah terjadi kesepakatan Hari Pernikahan, digelar acara Lamaran Formal yang diadakan
malam menjelang pernikahan ( Ijab qobul ) atau beberapa saat sebelum acara pernikahan ( Ijab
Qobul ) dimulai. Dalam menggelar acara Lamaran ini biasanya disaksikan oleh orang tua, aparat
desa setempat, kerabat, saudara-saudara dan tetangga dari kedua belah pihak. Prosesi Lamaran
Formal ini dari Pihak Calon Mempelai Pria membawa barang bawaan yang biasa kita sebut
hantaran atau seserahan sebagai tanda keseriusan untuk membina rumah tangga kepada Pihak
Calon Mempelai Wanita. Hantaran atau seserahan atau Peningset (Jawa ) adalah sejumlah
barang kebutuhan Mempelai Wanita ( atau apa yang diminta Mempelai Wanita ) yang
menunjukan kemampuan Pria untuk membahagiakan Calon mempelai wanita dan bisa juga
sebagai paket syarat pernikahan . Masing-masing barang hantaran merupakan simbol, dan ada
makna / arti tersendiri menurut adat istiadat masing - masing daerah. Jumlah barang Hantaran
tidak ditentukan tergantung kemampuan Pria. Kemasan barang-barang hantaran sangat
beragam yang penting rapi, bagus dan menarik, bahkan ada pula yang unik. Dalam hantaran ini
jika ada Pelangkah (Sesuatu atau barang yang diminta oleh kakak calon mempelai wanita/pria
yang belum menikah ) harus dibawa serta, sebagai simbol / lambang menghormati kakak,
mendahului kakak, dan kakak tersebut menyetujui.

Adapun pernik-pernik hantaran / Peningset Adat Jawa Tengah biasanya adalah sebagai berikut ;

1. Cincin kawin
2. Seperangkat Alat Sholat ( Islam )
3. Sejumlah Uang
4. Pakaian dan sepatu/ sandal
5. Bahan kebaya, tas pesta dan sepatu pesta
6. Kain ( adat Jawa : jarik ) untuk mempelai wanita
7. Kosmetik
8. Seperangkat perlengkapan mandi
9. Buah-buahan

Achmad Hanif A | 9-7


10. Sanggan ( Pisang Raja )
11. Roti
12. Makanan Khas ( Lemper, Jenang dll )
13. Ayam jago
14. Gula dan the
15. Beras
16. Jika nenek / kakek masih ada diwajibkan bawa Kain ( jarik ) kalo dalam bahasa Jawa
disebut Pesing.- Jika ada kakak yang belum menikah dibawakan juga Pelangkah- nya.

2. Siraman

Satu hari sebelum upacara ijab, dilaksanakan upacara siraman. Kata siraman berasal dari Kata
siram yang berarti mandi. Siraman mengandung arti rnemandikan calon pengantin yang disertai
dengan niat membersihkan diri agar menjadi bersih dan murni/suci lahir batin. Pada zaman
dulu upacara siraman selalu dilaksanakan pada pagi hari antara pukul 10.00 sampai pukul
11.00. Dewasa ini upacara siraman biasanya dilaksanakan pada sore hari, sekitar pukul 16.00
karena dapat langsung dilanjutkan dengan upacara midadareni. Upacara siraman biasanya
dilakukan oleh para pinisepuh atau orang-orang yang telah tua dan dituakan, terutama orang
yang telah mempunyai cucu atau setidak-tidaknya orang tua yang telah berputra dan
mempunyai budi perilaku yang dapat dijadikan teladan karena akan diminta berkahnya.

Achmad Hanif A | 9-7


Untuk upacara siraman sebetulnya jumlah orang yang akan memandikan tidak dibatasi,
semakin banyak semakin baik asal jumlahnya ganjil. Namun untuk menjaga agar calon pengatin
tidak kedinginan maka jumlah orang yang akan memandikan ditetapkan pitu (tujuh orang) yang
berarti pitulungan. Siraman ini akan diakhiri oleh juru rias atau sesepuh (orang yang dituakan)
dengan memecah kendi/klenthing dari tanah liat.

Perlengkapan dan Sajen Upacara Siraman Perlengkapan yang perlu disediakan dalam upacara
siraman terdiri atas:

a. Air dari sumber Air bersih dari sumber dipakai untuk memandikan calon pengantin agar
menjadi murni/suci dan bersih lahir batin. Hal ini merupakan persiapan untuk
menyambut kedatangan sang bidadari yang akan turun dari kahyangan (surga) untuk
memberkan doa restu dan ikut mempercantik putrinya yang akan melangsungkan
pernikahan.
b. Kembang setaman merupakan bunga-bunga yang tumbuh di taman seperti mawar,
melati, kanthil dan kenangan. Bunga-bunga ini ditaburkan ke dalam air yang akan
dipakai untuk supaya menjadi harum.
c. Konyoh merupakan lulur/bedak basah yang dibuat dari tepung beras dan kencur serta
bahan pewarna. Manca atau panca (lima) warna (warna maksudnya lima macam warna.
Jadi Konyoh Manca Warna artinya lulur yang terdiri dari lima macam warna, meliputi
merah, kuning, hijau, biru dan putih. Konyoh ini berfungsi sebagai sabun yang dapat
menghaluskan tubuh,
d. Landha merang (abu merang yang direndam dalam air) yang berfungsi sebagai shampo,
sanatan kanil (air perasan parutan kelapa yang kental) yang berfungsi untuk
menghitamkan rambut dan air asem digunakan sebagai conditioner. Apabila ingin
praktis dapat diganti dcngan shampo dan conditioner yang banyak dijual di pasaran.
e. Dua butir kelapa yang sudah tua. Kedua kelapa ini sebagian sabutnya diikat menjadi
satu dan dimasukkan ke dalam air yang sudah ditaburi kembang setaman.
f. Alas Duduk
Alas duduk calon pengantin dalam upacara siraman terdiri dari:

Achmad Hanif A | 9-7


Klasa bangka, yaitu tikar berukuran sekitar setengah meter persegi yang terbuat
dari pandan
Sehelai mori(kain putih) dan sehelai kain.
Daun-daunan yang terdiri dari daun kluwih, daun kara, daun apo-apo. daun awar-
awar daun turi, daun dhadhap srep, alang-alang, dan duri kemarung.
Dlingo bengle
Empat macam kain motif bango tulak, yaitu kain yang tengahnya berwarna putih
dan tepinya berwarna tua yaitu biru tua, kunjng, hijau, dan merah.
Sehelai kain motif yuyu sekandang, yaitu kain lurik tenun berwarna coklat bergaris-
garis berwarna kuning.
Sehelai kain motif pulo watu, yaitu kain lurik berwarna putih berlerek/bergaris
hitam.
Sehelai kain letrek berwarna kuning
Sehelai kain jingga atau berwarna merah tua.

g. Sehelai mori berukuran dua meter Kain putih palos ini dikenakan pada saat upacara
siraman dan kain batik untuk alas sebelum memakai mori.
h. Sehelai kain motif grompol dan sehelai kain motif nagasar Kain motif rompol dan
nagasari ini bisa diganti dengan motif Iain yang juga bermakna positif (baik), misalnya:
motif sidamukti, sidaasih, semen raja, semen rama, sidaluhur.
i. Sabun dan handuk Dimaksudkan untuk membersihkan dan mengeringkan badan.
j. Kendhi atau klenthing Kendi ini berisi air bersih yang digunakan untuk menutup dan
mengakhiri upacara siraman.
k. Sajen Siraman
Sajen siraman meliputi :
Tumpeng robyong
Tumpeng gundhul
Dahar asrep-asrepen
Satu sisir pisang raja dan satu sisir pisang pulut masing-masing berjumlah genap.

Achmad Hanif A | 9-7


Buah-buahan lengkap (pala gumantung, pala kependem direbus, dan pala
kesampar).
Empluk-empluk diisi bumbu dapur lengkap
Satu butir telur ayam karnpung
Satu butir kelapa yang sudah dikupas
Satu tangkep (tangkup) gula kelapa
Juplak/damar/pelita, sama dengan sajen tarub
Kembang telon (kanthil, melati, kenanga)
Tujuh macam jenang-jenangan
Jadah jenang dodol, wajik, kacang tanah yang masih ada kulitnya direbus
Satu ekor ayam jantan.
Ayam jantan sebagai syarat Sajen siraman dan kerik ini setelah selesai dapat
diberikan kepada periasnya

Pelaksanaan Upacara Siraman

Upacara Siraman yang berlaku untuk calon pengantin pria dan wanita (pelaksanaannya di
rumah masing-masing) ini merupakan suatu lambang dan harapan agar calon pengantin
menjadi suci, bersih dan bercahaya. Perlengkapan yang rnenyertai rangkaian upacara siraman
juga merupakan suatu lambang yang masing-masing mempunyai makna yang sangat
mendalam. Misalnya bunga Sritaman yang ditaburkan ke dalam air yang akan dipakai untuk
siraman mengandung arti agar keharuman yang dimiliki bunga siraman tersebut akan meresap
ke tubuh calon pengantin hingga menjadi harum tubuhnya dan kelak dapat membawa
keharuman nama keluarga di tengah masyarakat. Sedangkan konyoh manca warna:
mengandung arti bahwa dengan lima macam Konyoh yang digosok-gosokkan ke tubuh pada
saat siraman maka diharapkan bermacam-macam cahaya bersinar menjadi satu dan meresap kc
dalam tubuh calon pengantin sehingga tampak antik dan mempesona. Sementara dun butir
kelapa Hijau tua yang diikat menjadi satu mengandung makna agar kelak kedua mempelai
selalu hidup rukun dan tetap hidup berdampingan sampai akhir hayat atau hidup rukun sampai
kaken-kuken ninen-ninen.Adapun upacara siraman sebagai berikut:

Achmad Hanif A | 9-7


Bunga sritaman ditaburkan ke dalam bak air. Air yang dipakai untuk siraman dapat berupa air
dingin tetapi dapat pula diganti dengan air hangar agar sang calon pengantin tidak kedinginan.
Air tersebut dapat dimasukkan ke dalam pengaron (bejana dari tanah liat sebagai tcmpat untuk
mcnampung air). Selanjutnya dua butir kelapa yang masih ada sabutnya diikat menjadi satu lalu
dimasukkan ke dalam air tersebut.

1. Calon pengantin yang telah mengenakan busana siraman dcngan alas kain dan bagian
luar memakai kain putih (mori), dcngan rambut terurai, dijemput oleh orang tua dari
kamar pengantin dan dibimbing ke tempat upacara siraman. Di belakang mereka
mengiringi para pinisepuh serta petugas yang membawa baki berisi seperangkat kain
yang terdiri dari sehelai kain motif grompol, sehelai kain motif nagasari, handuk dan
pcdupan. Seperangkat kain dan handuk tersebut digunakan setelah upacara siraman
selesai. Setelah sampai di tempat upacara calon pengantin dibimbing dan dipcrsilahkan
duduk di tempat yang telah disediakan oleh kedua orang tua
2. Setelah diawali dcngan doa menurut kepercayaan masing-masing, orang tua calon
pengantin mengawali mengguyur atau menyiram calon pengantin dcngan air bersih dari
pengaron yang telah ditaburi bunga siraman dan berisi dua butir kelapa hijau yang
digandeng. Orang tua calon pengantin yang lebih dahulu mengguyur adalah ayah,
kemudian ibu. Pada saat mengguyur sebaiknya diiringi doa yang diucapkan dalam hati
Pada saat mengguyur diiringi menggosokkan konyoh manca warna dan landha merang;
kemudian diakhiri dcngan guyuran tiga kali.
3. Upacara Siraman ini diakhiri dan ditutup oleh juru paes atau bisa juga oleh sesepuh yang
ditunjuk. Cara mengakhiri upacara ini sebagai berikut:

1) Pertama-tama juru paes/sesepuh mencuci rambut dcngan Landha merang,


santan kanji dan air asem (sebagai conditioner) serta menggosok-gosokkan
konyoh manca warna ke seluruh tubuh dan memandikannya sampai sungguh-
sungguh bersih. Setelah bersih calon pengantin meletakkan kedua tangannya
di depan dada dcngan sikap nyadhong donga (memohon dalam doa) dan juru

Achmad Hanif A | 9-7


paes menuangkan air kendi agar digunakan untuk berkumur. Hal ini dilakukan
tiga kali.
2) Selanjutnya juru paes mcngguyurkan air kendi ke kepala calon pengantin tiga
kali.
3) Kemudian air kendi dituangkan lagi untuk membersihkan wajah, telinga, leher,
tangan dan kakai. Masing-masing dilakukan tiga kali, sampai air kendi habis.
4) Setelah kendi tersebut kosong, selanjutnya juru paes/scscpuh mengucapkan
kata-kata: Wis Pecah pamorc (sudah berakhir masa remajanya) sambil memecah
kendi di depan calon pengantin dan disaksikan oleh orang tua dan para
pinisepuh.

Setelah upacara tersebut berakhir calon pengantin berganti dcngan mengenakan kain motif
Grompol dan menutup badan dcngan kain motif nagasari. Selanjutnya dibimbing oleh kedua
orang tua dan diiringi para pinisepuh menuju ke kamar pengantin. Kedua kain motif grompol
dan motif nagasari tersebut dapat diganti dcngan motif lain yang mempunyai makna baik. Pada
zaman dulu upacara siraman dilaksanakan di kamar mandi, sedangkan sekarang bisa
dilaksanakan di tempat lain yang dirancang dihias secara khusus.

3. Temu Manten

Achmad Hanif A | 9-7


Hubungan cinta kasih wanita dengan pria, setelah melalui proses dan pertimbangan , biasanya
dimantapkan dalam sebuah tali perkawinan, hubungan dan hidup bersama secara resmi selaku
suami istri dari segi hukum, agama dan adat.

Di Jawa seperti juga ditempat lain, pada prinsipnya perkawinan terjadi karena keputusan dua
insan yang saling jatuh cinta.Itu merupakan hal yang prinsip. Meski ada juga perkawinan yang
terjadi karena dijodohkan orang tua yang terjadi dimasa lalu.Sementara orang-orang tua zaman
dulu berkilah melalui pepatah : Witing tresno jalaran soko kulino, artinya : Cinta tumbuh karena
terbiasa.

Di Jawa dimana kehidupan kekeluargaan masih kuat, sebuah perkawinan tentu akan
mempertemukan dua buah keluarga besar. Oleh karena itu, sesuai kebiasaan yang berlaku,
kedua insan yang berkasihan akan memberitahu keluarga masing-masing bahwa mereka telah
menemukan pasangan yang cocok dan ideal untuk dijadikan suami/istrinya.

Perkawinan merupakan hak dan sunnah kehidupan yang harus dilalui oleh seseorang dalam
kehidupan "normalnya". Setiap manusia dewasa yang sehat secara jasmani dan rohani pasti

Achmad Hanif A | 9-7


membutuhkan teman hidup yang berlainan jenis kelaminnya. Teman hidup itu diharapkan
dapat memenuhi hasrat biologisnya, dapat dikasihi dan mengasihi, serta dapat diajak bekerja
sama mewujudkan sebuah rumah tangga yang tentram, dan sejahtera. Dalam Bahasa Arab
perkawinan disebut dengan nikah yang berarti berkumpul menjadi satu. Karena itu nikah secara
istilah seringkali diartikan sebagai suatu aqad yang berisi pembolehan melakukan hubungan
seksual dengan menggunakan lafal inkahin (menikahkan) atau tazwijin (mengawinkan) (Rasjid:
2004, 174). Peristiwa hukum berupa pernikahan dalam agama Islam dianjurkan dengan
berbagai bentuk, mulai penyebutan sebagai sunnah para nabi dan rasul yang harus diikuti oleh
setiap insan beriman atau sebagai bentuk ayat (tanda-tanda) kebesaran Allah.

Diantara bukti telah sahnya sebuah hubungan perkawinan adalah diselenggarakannya acara
resepsi perkawinan atau walimah. Pesta perkawinan ini mengambil bentuk atau formatnya
sendiri yang berbeda-beda di setiap daerah. Di Ponorogo, yang paling populer adalah resepsi
perkawinan yang menggabungkan budaya jawa dan Islam sekaligus sebagai bukti telah
terjadinya dialog budaya, adaptasi, dan akulturasi (peleburan) di dalamnya.

Pembahasan tentang resepsi perkawinan di Ponorogo dapat dianggap penting mengingat


belum pernah dilakukannya penelitian tentang hal ini disamping terjadinya perkembangan dan
dinamika dalam penyelenggaraan resepsi perkawinan adalah fenomena menarik untuk
dicermati. Pembahasan difokuskan pada resepsi perkawinan model Islam-Jawa terutama pada
acara Panggih/Temu Temanten, dinamika bentuk resepsi, hiasan, simbol-simbol yang digunakan
serta pemaknaan terhadap semua hal yang berkaitan dengannya.

Panggih Temanten atau temu manten dalam perkawinan dengan adat Jawa-Islam memiliki
pakem tertentu baik dalam ritual adat, susunan acara resepsi, maupun hiasan dan simbol
yang digunakan. Dalam perkembangan terakhir didapati adanya upaya penyesuaian terhadap
kemajuan zaman dan efisiensi waktu dalam penyelenggaraan.

Penyederhanaan ritual adat dilakukan dengan pemangkasan ritual. Sedangkan


penyederhanaan dalam resepsi dilakukan dengan penggabungan antara beberapa acara seperti
atur mangayu bagya (sambutan selamat datang) dengan atur panampi menjadi satu acara .

Achmad Hanif A | 9-7


Simbol-simbol dan hiasan perkawinan yang kaya makna juga mengalami hal yang sama.
Penyesuaian terhadap mode dan efisiensi acara turut mempengaruhi penampilannya.
Disamping itu upaya islamisasi turut mempengaruhi pemaknaan dengan sudut pandang
berbeda disamping juga menghadirkan paduan baru dalam bentuk dan corak.

Makna dalam simbol-simbol dan hiasan dalam perkawinan adalah kekayaan budaya yang
memberikan banyak pelajaran hidup. Upaya untuk menggali dan mensosialisasikannya
merupakan hal urgen untuk melestarikan budaya tersebut. Upaya-upaya kontemporer untuk
menyederhakan ritual dan resepsi pernikahan juga akan tidak menjadi lepas sekaligus begitu
saja meninggalkan budaya ini jika makna-makna tersebut dipahami dan tersosialisasi dengan
baik. Wallahu alam.

4. Bubak Kawah

Ayah pengantin putri, sesudah upacara Panggih, minum rujak degan/ kelapa muda
didepan krobongan. Istrinya bertanya : Bagaimana Pak rasanya? Dijawab : Wah segar sekali,
semoga orang serumah juga segar. Lalu istrinya ikut mencicipi minuman tersebut sedikit dari
gelas yang sama, diikuti anak menantu dan terakhir pengantin wanita. Ini merupakan
perlambang permohonan supaya pengantin segera dikaruniai keturunan.

1. Pengertian
Secara bahasa Bubak berarti mbukak ( membuka ), kawah artinya adalah air yang keluar
sebelum kelahiran bayi, sedang secara istilah bubak kawah berarti : membuka jalan

Achmad Hanif A | 9-7


mantu atau mantu yang pertama ( Poerwadarminta, 1939 : 51 & Sudaryanto &
Pranowo, 2001 : 123 ). Sutawijawa dan Yatmana ( 1990 : 25 ) menyatakan bahwa bubak
kawah adalah upacara adat yang dilaksanakan ketika orang tua mantu pertama atau
terakhir, mantu pertama disebut tumpak punjen, sedang mantu terakhir disebut
tumplak punjen.
Dan Drs. Suwarna Pringgawidagda, M.Pd. menyimpulkan dari kedua pendapat tersebut :
bahwa bubak kawah adalah upacara adat yang dilaksanakan ketika orang tua mantu
pertama, khusus untuk pengantin jaka lara ( perjaka-gadis ) pada mantu yang pertama (
tidak harus mantu anak sulung ). ( Tata Upacara dan Wicara, Acara-acara Khusus Bab 10,
Kanisius 2006 : 276 ).
2. Tujuan dan makna
Beberapa tujuan dari pada upacara bubak kawah ini adalah sebagai berikut :
a. Pernyataan syukur kepada Tuhan YME, bahwa telah dapat mengawali mantu.
b. Permohonan kepada Tuhan agar pengantin diberikan kekuatan, kesegaran
jasmani dan rohani, ayem tentrem.
c. Harapan agar pengantin di karuniai anak.
d. Menunjukan tanggung jawab orang tua terhadap putrinya, walaupun susah
payah untuk melaksanakan perhelatan, tetapi badan dan pikiran tetap segar
bugar seperti segarnya rujak degan yang di sajikan.
e. Menunjukan kepada kerabat tamu bahwa ini perhelatan mantu yang pertama.
3. Pelaksanaan
1) Setelah panggih, pengantin berjalan menuju ke pelaminan untuk duduk bersanding
2) Pengantin duduk berdua di pelaminan.
3) Bapak ibu mengambil rujak degan dan rujak tape.
4) Bapak terlebih dahulu mencicipi rujak degan dan rujak tape, kemudian ibu, ketika
bapak minum rujak degan dan rujak tape ada dialog singkat sebagai berikut :
5) Kemudian ibu mencicipi rujak degan dan rujak tape.
6) Ibu dan bapak menghampiri pengantin, kemudian ibu menyuapi rujak degan dan
rujak tape kepada mempelai berdua.

Achmad Hanif A | 9-7


7) Setelah selesai, bapak ibu kembali ke tempat duduk.
8) Kemudian di lanjutkan acara tanpa kaya, dhahar klimah, ngunjuk toya wening,
mapag besan dan sungkeman.

Achmad Hanif A | 9-7


5. Tumplak Punjen

Tumplak punjen atau tumpak punjen adalah salah satu dari rangkaian prosesi upacara pernikahan
adat Jawa. Tumplak berarti menuang, punjen berarti pundi-pundi atau hasil dari usaha yang
dikumpulkan. Acara tumplak punjen ini dilakukan orang tua hanya pada pernikahan terakhir
anaknya, dalam hal ini tidak harus si bungsu. Cekaking atur bilih upacara TUMPLAK PUNJEN punika
satunggaling kabudayan Jawi ingkang adi luhung, liripun upacara punika mengku sasmita,
antawisipun.

a. Dados srana donga pamuji atur panuwun wonten ngarsa Dalem Pangeran
b. Dados srana nelakaken raos bingahing manah, awit saged nuntasaken tugas lan kewajiban
jejering tiyang sepuh ( saged peputra, lan saged nggulawenthah,lan mala kramakaken para
putra )
c. Dados srana anggenipun saged mbagi kabingahan dumateng para putra tuwin para kadang
kinasih, inggih sedherek lan tangga tepalih
d. Dados srana pangajabing tiyang sepuh,.mligi kangge para putra wayah, kanthi mbagi udhik-
udhik
e. Tumrap para putra wayah dados srana anggenipun sami nelakaken raos bingah bilih rama
ibu kaparingan panjang yuswa

Dalam khasanah budaya Jawa, orang tua mempunyai tugas atau kewajiban yang harus
dilaksanakan kepada anaknya. Pertama kali adalah memberikan nama pada anak. Dalam filosofi
Jawa ada ungkapan asma kinaryo japa (nama membawa makna/doa). Orang tua menaruh

Achmad Hanif A | 9-7


harapan pada anaknya lewat nama atau doa untuk anaknya. Menilik dari pengertian tadi maka
ungkapan Shakespere tentang apalah arti sebuah nama jelas tidak berlaku pada masyarakat
Jawa. Kedua adalah nggulawentah atau mendidik. Orang tua harus membekali anak
dengan kaweruh (knowledge) dansubasita (attitude) yang baik serta berguna sebagai pedoman
untuk berkehidupan dalam masyarakat. Ketiga adalah ngemah-emahake atau menikahkan.
Setelah si anak menginjak dewasa dan dirasa sudah cukup pengetahuannya tentang hidup
maka orang tua harus mencarikan jodoh yang baik untuk si anak tersebut berdasarkan bibit,
bebet, dan bobot-nya. Dalam hal ini si anak juga bisa mencari calon pasangannya sendiri.

Di saat orang tua melangsungkan pernikahan anaknya yang terakhir inilah upacaratumplak
punjen dilakukan sebagai tanda telah selesainya kewajiban orang tua terhadap anak-
anaknya. Punjen secara simbolis diwujudkan dengan bunkusan berisi uang (jumlah bungkusan
disesuaikan dengan jumlah anak, menantu, cucu serta buyutdan seterusnya), beras kuning,
bumbu dapur atau rempah-rempah, dan sejumlah uang logam. Punjen adalah simbol dari harta
benda hasil jerih payah orang tua dari sejak berumah tangga dulu.

Acara ini dimulai dengan memanggil seluruh anaknya urut dari yang tertua sampai terakhir
yang diikuti keluarganya masing-masing. Kemudian orang tua secara berurutan memberikan
bungkusan-bungkusan tadi kepada anak, menantu dan keturunannya. Ini adalah teladan orang
tua kepada anak-anaknya tentang nilai kerelaan, tidak suka merebut hak orang lain dan, bahwa
semua hasil jerih payahnya diberikan dengan adil agar anak keturunannya
memahami panduming dumadi, yakni manusia hidup di dunia sudah ada yang mengatur semua.
Sebagai orang tua kini mereka sudah tidak memerlukan lagi hal-hal yang bersifat keduniawian
dan berniat ingin lebih khusuk lagi menembah marang Gusti.

Tumplak punjen adalah bentuk wejangan (nasehat) orang tua kepada anak keturunannya agar
dalam menjalani hidup berkeluarga untu selalu; Rajin bekerja agar bisa terkumpul hasilnya
dan Amanah, dilambangkan dengan bungkusan pemberian orang tua yaitu hasil jerih payah
orang tua. Menjaga Kesehatan, dilambangkan dengan rempah-rempah. Menjaga kebahagiaan,
dilambangkan dengan beras kuning.Mempunyai sifat ikhlas, dilambangkan dengan uang receh

Achmad Hanif A | 9-7


logam. Tidak merebut hak orang lain dan suka menolong, dilambangkan dengan keseluruhan
bungkusan berserta isinya yang tidak disebarkan untuk dijadikan bahan rayahan atau rebutan
melainkan dibagikan secara berurutan dan tertib.

Dalam hidup bersosial masyarakat, tumplak punjen juga menjadi kode atau sandi tuan rumah
kepada tamu-tamunya yang belum tahu dan berniat mengajak besanan ,bahwa dia sudah tidak
mempunyai anak lajang lagi, berharap hal ini bisa diberitahukan pada warga lainnya yang juga
belum mengetahuinya.

Selesai sudah tugas sebagai orang tua dan kini mereka akan menjalani kehidupan
baru minandhita atau ngadeg pandhita (menanggalkan segala sifat keduniawian untuk
menyatukan rasa dengan penciptanya) yaitu sebagai tempat ngangsu kaweruh(petunjuk)
tentang hidup dan kehidupan bermasyarakat bagi anak keturunannya nanti.

Pramila tradisi punika satunggal pemut dumateng sok sintena, nalika sami nnampi kanugrahan
inggih punika GESANG. Mila ujaring para winasis tradisi adat punika sageda dados tuntunan,
totonan, sumrambahipun mligi kagem para putra wayah anggenipun nelakaken kabungahan
wekdal semanten. Pramila wonten ingkang adicara tumplak punjen, tatalaksitaning upacara
sarta ubarampe dados lambang ingkang kebaging samudana. Kados:.

1. Sungkeman para putra, kinarya pratanda anggenipun caos bekti, saha anggenipun
ngurmati dumateng rama lan ibunipun
2. Paringipun anggi-anggi dhumateng para putra, kinarya tanda anggenipun rama-ibu
anglintiraken kabingahan lan kabegjanipun
3. Nyebar udhik-udik kinathi tanda anggenipun tresna asih dumateng para wayah-
wayahipun

Yen miturut gotheking ngakathah bilih upacara tumplak punjen ugi dados srana paring pusaka
adi, tumusing anggenipun paring sabdatama kados ingkang dipun paringaken Rama Ibu Prop Dr.
Bambang Sumiarto dumateng para putra-putrinipun ing wanci punika, kinanthi candra
sengkala , ARUM ILANG TANPA NETRA. Ingkang mengku werdi, bilih kasaenan ingkang

Achmad Hanif A | 9-7


sampun kawentar, datan wurung badhe ical tanpa lari jer boten linambaran saking telenging
manah. Mula lajeng tumusing piweling:

a. NGLUHURNA MRING AllAHIRA


b. NGLUHURNA WONG TUWANIRA
c. AJA LALI MARANG SEDULURIRA
d. TUMINDAK,TUMANDUK MRIH ARUMING BUDI
e. JAGANEN JEJEGING KAUTAMAN

( Gesang kedah ngluhuraken Allah, tiyang sepuh, sederekipun sumrambah ing sesami. Tuwin
tansah ngupadi jejeging kautaman)

Ubarampe Upacara:

Anggi-anggi punika wujudipun: arta, wujud wiji kados upami uwos / beras, dhele, tholo, kacang
ijo lan jagung, sarta kunir ( kaparut), dlingo bengle kairis-iris, lan sekar setaman. ingkang dipun
lebetaken kanthong utawi srana sanesipun. Dene anggi-anggi kapilah dados kalih:

1. ingkang dipun wadhahi kanthong, mligi kagem para putra lan putra mantu, sarta putra
ragil ingkang krama wekdal semanten
2. ingkang dipun wadhahi bokor/cupu , mligi kagem para wayah, sarta ingkang
mbetahaken

Tata upacaranipun Tumplak Punjen

Upcara punika dipun tindakaken sasampunipun upacara kacar-kucur dhahar klimah, nanging
saderengipun sungkeman manten. Dene urutanipun inggih punika:

1. para putra lan putra mantu, sami sowan jengkeng lan sungkem rama ibunipun
2. yen sampun dipun sungkemi tiyang sepuh lajeng maringi kanthong anggi-anggi wau,

Achmad Hanif A | 9-7


3. salajengipun tiyang sepuh maringaken dhateng putra ing nembe krama. Ugi lumantar
wakil ( putranipun ingkang dipun sepuhaken) maringi sedherek-sedherekipun ingkang
sampun dipun sametakaken
4. kantun piyambah, maringaken anggi-anggi kagem para wayah, kanthi cara anggi-anggi
ingkang wonten cupu dipun sebaraken, para wayah sami ngrayah. Kanthun piyambah
cupu wau lajeng dipun tumplak (dipun kurepaken) kanthi ngendika WIS RAMPUNG
Dene anggenipun numplak ing jogan sangajenging putra manten lenggah (siniwaka) ,
Inggih kanthi makaten numplak cupu/bokor dados werdining upacara tumplak punjen
5. salajengipun nembe methuk besan. Lajeng putra penganten sami sungkem rama
ibunipun.

6.Langkahan

Salah satu upacara yang juga kerap dilakukan dalam tradisi Jawa adalah Langkahan. Upacara ini
dilakukan apabila seorang adik akan menikah terlebih dahulu, mendahului kakaknya. Upacara
langkahan pada prinsipnya adalah suatu permohonan ijin sang adik kepada kakaknya untuk

Achmad Hanif A | 9-7


menikah lebih dulu. Sebagai simbol penghormatan, sang kakak diperbolehkan meminta apa
saja sebagai syarat pelangkah yang akan disediakan oleh calon pengantin. Plangkahan yang
diserahkan oleh sang adik untuk sang kakak, dimaksudkan agar sang kakak dapat dengan ikhlas
memberikan ijin kepada adiknya untuk menikah terlebih dahulu.

Biasanya prosesi langkahan dilaksanakan oleh calon pengantin sebelum melakukan serangkaian
prosesi persiapan pernikahan. Prosesi langkahan biasanya hanya dihadiri oleh anggota keluarga
dan kerabat dekat.

Uba rampe yang harus disiapkan:

1. tumpeng golong : sebuah tumpeng kecil yang terbuat dari nasi putih saja. Tumpeng ini
merupakan miniatur dari gunung yang melambangkan keluhuran budi (dari warnanya yang
putih)

2. ayam ingkung bakar : ingkung maknanya 'linangkung' yang berarti paling atau lebih, yang
maksudnya agar orang yang melalukan ritual ini menjadi orang terpandang. ayam ingkung yang
dibakar dimaksudkan untuk membakar kesalahan-kesalahan masa lalu.

3. semangkuk air dengan bunga telon : air dengan bunga mawar merah, mawar putih, dan
kenanga, melambangkan kesejukan yg akan mengharumkan nama bagi orang yang
melaksanakan ritual langkahan.

4. antebing kalbu yang berarti kemantapan hati. Tebu ini dipergunakan sebagai tongkat yang
bermakna pegangan hidup, bahwa manusia harus memiliki pegangan hidup agar hidupnya
terarah.

Tata cara prosesi langkahan :

1. calon pengantin duduk dan mengucapkan salam kepada kakaknya yang duduk diapit kedua
orangtua.

Achmad Hanif A | 9-7


2. sambil sungkem di hadapan kakak, calon pengantin menyatakan permohonan maaf apabila
selama ini sering berbuat salah. Lalu memohon ijin dan keikhlasan sang kakak untuk dilangkahi
menikah lebih dulu.

3. kakak calon pengantin memberi keikhlasan untuk dilangkahi. Kemudian calon pengantin
mengucapkan terimakasih dan mendoakan sang kakak agar segera menemukan jodohnya.

4. calon pengantin menyerahkan plangkahan kepada sang kakak, dan meminta kesediaan sang
kakak untuk tetap membimbingnya dalam menjalani kehidupan.

5. sang kakak memegang tebu wulung yang diikat dengan ingkung bakar sebagai tongkat untuk
membimbing adiknya sambil berpegangan tangan dengan sang adik, lalu membimbing calon
pengantin melangkahi tumpeng golong sebanyak tiga kali.

7. Mitoni

Seperti yang kita mafhum bersama bahwa negeri kita Indonesia merupakan sebuah negeri
kepulauan yang tiap pulau terdapat berbagai macam kebudayaan tradisional yang beraneka
ragam. Di antara tradisi yang beragam itu kita ingin membahas salah satu upacara adat yang

Achmad Hanif A | 9-7


terdapat di Jawa Tengah khususnya Surakarta yang disebut dengan Tingkepan atau Mitoni.
Upacara adat Tingkepan atau Mitoni sendiri merupakan sebuah upacara adat yang dilaksanakan
untuk memperingati kehamilan pertama ketika kandungan sang ibu hamil tersebut memasuki
bulan ke tiga, lima dan puncaknya ke tujuh bulan. Adapun maksud dan tujuan dari digelarnya
upacara adat ini adalah untuk mensucikan calon ibu berserta bayi yang di kandungnya, agar selalu
sehat segar bugar dalam menanti kelahirannya yang akan datang.

Kronologi singkat dari upacara tingkepan ini sendiri adalah menggelar selametan pada bulan
ketiga, lima dan kemudian puncaknya adalah pada bulan ke tujuh sang ibu hamil pun menggelar
sebuah prosesi upacara berupa memandikan atau mensucikan calon ibu berserta bayi yang di
kandung, agar kelak segar bugar dan selamat dalam menghadapi kelahirannya.

Pertama-tama sang calon ayah dan calon ibu yang akan melakukan upacara Tingkepan duduk
untuk menemui tamu undangan yang hadir untuk menyaksikan upacara Tingkepan ini di ruang
tamu atau ruang lain yang cukup luas untuk menampung para undangan yang hadir. Setelah
semua undangan hadir maka barulah kemudian sang calon ibu dan ayah inipun di bawa keluar
untuk melakukan ritual pembuka dari acara tingkepan itu sendiri yakni sungkeman. Sungkeman
adalah sebuah prosesi meminta maaf dan meminta restu dengan cara mencium tangan sambil
berlutut. Kedua calon ayah dan calon ibu dengan diapit oleh kerabat dekat diantarkan sungkem
kepada eyang, bapak dan ibu dari pihak pria, kepada bapak dan ibu dari pihak puteri untuk
memohon doa restu. Baru kemudian bersalaman dengan para tamu lainnya.

Setelah acara sungkeman selesai barulah kemudian digelar upacara inti yakni memandikan si calon
ibu setelah sebelumnya peralatan upacara tersebut telah dipersiapkan. Alat-alat dan bahan dalam
upacara memandikan ini sendiri adalah antara lain bak mandi yang dihias dengan janur sedemikian
rupa hingga kelihatan semarak, alas duduk yang terdiri dari klosobongko, daun lima macam antara
lain, daun kluwih, daun alang-alang, daun opo-opo, daun dadapserat dan daun nanas. Jajan pasar
yang terdiri dari pisang raja, makanan kecil, polo wijo dan polo kependem, tumpeng rombyong
yang terdiri dari nasi putih dengan lauk pauknya dan sayuran mentah. Baki berisi busana untuk
ganti, antara lain kain sidoluhur; bahan kurasi; kain lurik yuyu sukandang dan morikputih satu

Achmad Hanif A | 9-7


potong; bunga telon yang terdiri dari mawar, melati dan kenanga; cengkir gading dan parang serta
beberapa kain dan handuk.

Setelah semua bahan lengkap tersedia maka barulah kemudian si calon ibu pun di mandikan.
Pertama-tama yang mendapat giliran memandikan biasanya adalah nenek dari pihak pria, nenek
dari pihak wanita, dan kemudian barulah secara bergiliran ibu dari pihak pria, ibu dari pihak
wanita, para penisepuh yang seluruhnya berjumlah tujuh orang dan kesemuanya dilakukan oleh
ibu-ibu. Disamping memandikan, para nenek dan ibu-ibu ini pun diharuskan untuk memberikan
doa dan restunya agar kelak calon bayi yang akan dilahirkan dimudahkan keluarnya, memiliki
organ tubuh yang sempurna (tidak cacat), dan sebagainya.

Sementara itu, ketika calon ibu dimandikan maka yang dilakukan oleh calon ayah berbeda lagi
yakni mempersiapkan diri untuk memecah cengkir (kelapa muda) dengan parang yang telah diberi
berbagai hiasan dari janur kelapa. Proses memecah cengkir ini sendiri hanya sekali ayun dan harus
langsung terbelah menjadi dua bagian. Maksud dari hanya sekali ayun dan harus langsung terbelah
ini sendiri adalah agar kelak ketika istrinya melahirkan sang anak tidak mengalami terlalu banyak
kesulitan. Setelah semua upacara itu terlewati, langkah selanjutnya adalah sang calon ayah dan
calon ibu yang telah melakukan upacara tersebut pun diiring untuk kembali masuk kamar dan
mengganti pakaian untuk kemudian bersiap melakukan upacara selanjutnya yakni memotong
janur. Prosesi memotong janur ini sendiri adalah pertama-tama janur yang telah diambil lidinya itu
dilingkarkan ke pinggang si calon ibu untuk kemudian dipotong oleh si calon ayah dengan
menggunakan keris yang telah dimantrai. Proses memotong ini sama seperti halnya ketika
memecah cengkir, sang calon ayah harus memotong putus pada kesempatan pertama.

Setelah selesainya upacara memotong janur ini pun kemudian dilanjutkan dengan upacara
berikutnya yakni upacara brojolon atau pelepasan. Upacara brojolan ini sendiri adalah sebuah
upacara yang dilakukan oleh calon ibu sebagai semacam simulasi kelahiran. Dalam upacara ini
pada kain yang dipakai oleh calon ibu dimasukkan cengkir gading yang bergambar tokoh
pewayangan yakni Batara Kamajaya dan Batari Kamaratih. Tugas memasukkan cengkir dilakukan
oleh ibu dari pihak wanita dan ibu dari pihak pria bertugas untuk menangkap cengkir tersebut di

Achmad Hanif A | 9-7


bawah (antara kaki calon ibu). Ketika cengkir itu berhasil ditangkap maka sang ibu itu pun harus
berucap yang jika dibahasa Indonesiakan berbunyi, Pria ataupun wanita tak masalah. Kalau pria,
hendaknya tampan seperti Batara Kamajaya dan kalau putri haruslah cantik layaknya Batari
Kamaratih. Kemudian seperti halnya bayi sungguhan, cengkir yang tadi ditangkap oleh ibu dari
pihak pria ini pun di bawa ke kamar untuk ditidurkan di kasur.

Langkah berikutnya yang harus dilakukan oleh calon ibu ini pun harus memakai tujuh perangkat
pakaian yang sebelumnya telah disiapkan. Kain-kain tersebut adalah kain khusus dengan motif
tertentu yaitu kain wahyutumurun, kain sidomulyo, kain sidoasih, kain sidoluhur, kain
satriowibowo, kain sidodrajat, kain tumbarpecah dan kemben liwatan.

1) Pertama, calon ibu mengenakan kain wahyutumurun, yang maksudnya agar mendapatkan
wahyu atau rido yang diturunkan oleh Tuhan Yang Mahakuasa.
2) Kedua, calon ibu mengenakan kain sidomulyo, yang maksudnya agar kelak hidupnya
mendapatkan kemuliaan.
3) Ketiga, calon ibu mengenakan kain sidoasih, maksudnya agar kelak mendapatkan kasih
sayang orang tua, maupun sanak saudara.
4) Keempat, calon ibu mengenakan busana kain sidoluhur, maksud yang terkandung di
dalamnya agar kelak dapat menjadi orang yang berbudi luhur
5) Kelima, calon ibu mengenakan kain satriowibowo, maksudnya agar kelak dapat menjadi
satria yang berwibawa.
6) Keenam, calon ibu mengenakan busana kain sidodrajat, terkandung maksud agar kelak bayi
yang akan lahir memperoleh pangkat dan derajat yang baik.
7) Ketujuh, calon ibu mengenakan busana kain tumbarpecah dan kemben liwatan yang
dimaksudkan agar besok kalau melahirkan depat cepat dan mudah seperti pecahnya
ketumbar, sedangkan kemben liwatan diartikan agar kelak dapat menahan rasa sakit pada
waktu melahirkan dan segala kerisauan dapat dilalui dengan selamat.

Sambil mengenakan kain-kain itu, ibu-ibu yang bertugas merakit busana bercekap-cakap
dengan tamu-tamu lainnya tentang pantas dan tidaknya kain yang dikenakan oleh calon ibu.

Achmad Hanif A | 9-7


Kain-kain yang telah dipakai itu tentu saja berserakan dilantai dan karena proses pergantiannya
hanya dipelorotkan saja maka kain-kain tersebutpun bertumpuk dengan posisi melingkar
layaknya sarang ayam ketika bertelur. Dengan tanpa dirapikan terlebih dahulu kain-kain
tersebut kemudian dibawa ke kamar.

Prosesi selanjutnya sekaligus sebagai penutup dari rangkaian prosesi upacara tersebut adalah
calon ayah dengan menggunakan busana kain sidomukti, beskap, sabuk bangun tulap dan
belankon warna bangun tulip, dan calon ibu dengan mengenakan kain sidomukti kebaya hijau
dan kemben banguntulap keluar menuju ruang tengah dimana para tamu berkumpul. Di sini
sebagai acara penutup sebelum makan bersama para tamu, terlebih dahulu dilakukan
pembacaan doa dengan dipimpin oleh sesepuh untuk kemudian ayah dari pihak pria pun
memotong tumpeng untuk diberikan kepada calon bapak dan calon ibu untuk dimakan
bersama-sama. Tujuan dari makan timpeng bersama ini sendiri adalah agar kelak anak yang
akan lahir dapat rukun pula seperti orang tuanya. Pada waktu makan ditambah lauk burung
kepodang dan ikan lele yang sudah digoreng.

Maksudnya agar kelak anak yang akan lahir berkulit kuning dan tampan seperti burung
kepodang. Sedangkan ikan lele demaksudkan agar kelak kalau lahir putri kepala bagian
belakang rata, supaya kalau dipasang sanggul dapat menempel dengan baik. Usai makan
bersama, acara dilanjutkan upacara penjualan rujak untuk para tamu sekaligus merupakan
akhir dari seluruh acara tingkepan atau mitoni. Sambil bepamitan, para tamu pulang degan
dibekali oleh-oleh, berupa nasi kuning yang ditempatkan di dalam takir pontang dan dialasi
dengan layah. Layah adalah piring yang terbuat dari tanah liat. Sedangkan, takir pontang
terbuat dari daun pisang dan janur kuning yang ditutup kertas dan diselipi jarum berwarna
kuning keemasan

Achmad Hanif A | 9-7


8.Tedhak Siten

Suku jawa adalah suku yang mayoritas menduduki nusantara yang memiliki beragam adat istiadat
dan budaya banyak adat istiadat yang dimiliki masyarakat suku jawa di antaranya adalah slametan
, slametan adalah salah satu wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan meminta
pertolongan/keselamatan dalam kehidupan sehari-hari agar tidak mendapatka musibah ,slametan
di lakukan dengan mengundang beberapa kerabat atau tetangga dekat yang kemudian berkumpul
di salah satu rumah warga yang mengadakat acara slametan tersebut , secara tradisional hal yang
pertama kali di lakukan pada upacara slameta adalah pembacaan doa bersama ,yang dulu
dilakukan dengan duduk bersilah di atas tikar dan di lingkari dengan nasi tumpeng dan lauk pauk,
namun sekarang prosesi slametan tidak dilakukan dengan cara duduk bersilang di atas tikar dan di
kelilingi nasi tumpeng lagi , acara slametan sekarang lebih cenderung menambahkan hiburan
hiburan yang bersifat moderenisasi , namun tidak melupakan tujuan awal dari slametan itu sendiri
yaitu sebagai wujud syukur dan meminta keselamatan pada Tuhan Yang Maha Esa ,

TEDAK SITEN

Salah satu upacara slametan yang dilakukan oleh masyarakat suku jawa iyalah upacara
tedak siten, Tedak siden adalah salah satu prosesi yang sangat penting pada suku jawa,Tedak
yang artinya adalah menapakan /turun , sedangkan siten yang artinya tanah , jadi tedak siten
secara bahasa memiliki arti menapakan/turun tanah , tedak siten atau turun tanah memiliki
makna yang sangat penting bagi suku jawa sendiri , tedak siten atau yang di kenal sebagai turun
tanah tersebut di lakukan oleh bayi yang berumur tujuh bulan, tujuh bulan disini mengikuti

Achmad Hanif A | 9-7


kelender penanggalan jawa jadi usia bayi yang harus melaksanakan prosesi tedak siden harus
berumur tujuh atau delapan bulan pada penanggalan jawa , atau bisa di bilang tujuh bulan lebih
,bayi yang belum melakukan prosesi tedak siten tidak di perbolehkan untuk memijak tanah jadi
orang tua bayi harus berusaha agar anaknya tidak memijak tanah sebelum waktu yang telah di
tetapkan atau sebelum upacara tersebut terlaksana
Upacara thedak siten sendiri memiliki berbagai makna di antaranya adalah , sebagai rasa
syukur terhadap Tuhan Yang Maha kuasa , adat budaya ini di laksanakan sebagai
penghormatan kepada bumi tempat si anak menginjakan kakinya ke tanah pertama sekali ,
sebagai pemohonan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar kelak si anak diberi
kemudahan,kesehatan dan kesuksessan dalam menjalani kehidupannya di masa yang akan
datang tampa menemui masalah masalah yang rumit dalam kehidupannya kelak
Langkah-Langkah melakukan tedak siten
Ada beberapa langkah-langkah atau cara-cara yang harus di lakukan saat ingin melakuka
upacara tedak siten tersebut hal yang paling utama untuk melakukan upacara tedak siten
tersebut iyalah , upacara tedak siten terseebut harus di lakukan pada pagi hari :

1.Membersihkan bayi
Sebelum melakukan prosesi leboih lanjut bayi yang akan melakukan tedak sitenharus di
bersihkan terlebih dahulu /di mandikan atau bisa di bilang di sucikan dengan cara
membersihka bayi
2. Mimijak 7 warna
Mimijak tujuh warna di sini di maksudkan sianak harus mimijak ketan yang di buat denga tujuh
warna yang berbeda , atau anak harus mmimijak bubur dengan varian 7 warna adapun warna
yang harus di tapaki si anak adalah
Merah
Putih
Hitam
Kuning
Biru

Achmad Hanif A | 9-7


Merah jambu
Ungu
Ketujuh warna tersebut memiliki makna-makna tersendiri ,
1. Merah
Warna merah memiliki arti keberanian , si anak di tuntun untuk mimijak warna tersebut
, agar sianak yang melakukan upacara tedak siten tersebut memiliki keberanian untuk
menjalani kehidupannya kelak
2. Putih
Warna putih mimiliki arti kesucian , setelah mimijak warna tersebut sianak di harapkan
dapat memiliki kesucian hati kelak di kemudian hari
3. Hitam
Warna hitam mimiliki arti kecerdasan , setelah memijak warna tersebut diharapkan si
bayi dapat memiliki kecerdasan di kemudian hari
4. Kuning
Warna kuning memiliki arti kekuatan , setelah bayi memijak warna tersebut ,diharapkan
si bayi dapat memiliki kekuatan dalam menjalankan hidupnya
5. Biru
Warna biru memilliki arti kesetian , setelah mimijak warna tersebut , di harapkan si bayi
memiliki sifat setia di masa yang akan dating
6. Merah jambu
Warna merah jambu memiliki arti cinta kasih , setelah mimijak warna tersebut si bayi di
harapkan kelak memiliki rasa cinta kasih
7. Ungu
Warna ungu memiliki arti ketenangan , dimana di masa yang akan datang sianak dapat
bersikap tenang dalam pengambilan keputusan

3.menapaki tangga dari tebu


Tangga tersebut harus terbuat dari tebu dengan banyak 7 buah , bayi di tuntun oleh orang
tuannya untuk melewati tangga dari tebu tersebut , makna melewati tangga tersebut agar

Achmad Hanif A | 9-7


sibayi dapat memberanikan diri dalam menjalani hidupnya , setelah turun dari tangga bayi
harus mingkais pasir dengan kakinya atau yang dalam bahasa jawannya di sebut ceker-ceker
yang arti kiasanya adalah mencari makan , di harapka si anak dapat memenuhi kebutuha
hidupnya kelak

4.kurungan
Setelah memijak pasir kaki anak tersebut di bersihkan terlebih dahulu dan kemudian si anak di
masukan kedalam kurunga, kurungan tersebut terbuat dari bambu , atau biasa di gunakan
untuk mengurung ayam ,kurungan ayam disini digunakan agar kelak si anak cepat dan mandiri
seperti ayam,di dalam kurungan juga terdapat beberapa benda-benda yang menyimbolkan
pekerjaan yang akan dilalui si anak kelak

5. menyebar udik-udik
Setelah melakukan beberapa ritual ayah dan kakek si anak akan menyebarkan udik-udik yaitu
uang logam yang telah di campur kembang atau bungga , menyebar udik-udik memiliki makna
agar si anak dapat menjadi orang yang baik hati dan dermawan pada saat dewasa

6.mandi bunga
Setelah menyebarkan udik-udik si anak di mandikan dengan beberapa jenis bunga , tujuannya
adalah agar si anak dapat membawa keharuman pada keluargannya ,keharuman disini di
maksud agar si anak dapat membanggakan orang tua dan keluargannya setelah di mandikan si
anak di pakai baju yang bagus agar si anak memiliki kehidupan yang bagus

Demikianlah rangkaian ritual yang harus di lakukan dalam upacara tedak siten upacara yang
bertujuan agar si anak memiliki kehidupan yang baik di kemudian hari

Achmad Hanif A | 9-7

Anda mungkin juga menyukai