Anda di halaman 1dari 13

1.

PENDAHULUAN
Dalam tiga dekade terakhir, banyak Negara berkembang telah
melakukan reformasi politik yang demokratis. Demokrasi muncul
sebagai proses multidimensional dengan salah satu fitur yang paling
penting adalah pengaturan pemilihan umum yang bebas dan teratur.
Demokrasi mendorong akuntabilitas dengan menyediakan kompetisi
politik, dan membantu pemerintahan untuk menjadi lebih efisien
dengan mengurangi masalah moral hazard dan mengurangi fenomena
adverse

selection.

Demokrasi

mendorong

akuntabilitas

dengan

menyediakan kompetisi politik, dan membantu pemerintahan untuk


menjadi lebih efisien dengan mengurangi masalah moral hazard
(Barro, 1973; Ferejohn, 1986) dan mengurangi fenomena adverse
selection (Rogoff, 1990).
Reformasi birokrasi dilakukan untuk dapat mewujudkan good
governance dan clean governance sebagai perwujudan dari penerapan
konsep

new

public

management

(NPM).

Konsep

new

public

management yang diusulkan oleh Crishtoper Hood (1991) menganut


tujuh prinsip dasar profesionalisme dalam manajemen sector public,
menggunakan ukuran kinerja dan standar kinerja, penekanan pada
output dan outcome control, desentralisasi, mengadopsi mekanisme
pasar dalam sector public, dan disiplin dalam menggunakan sumber
daya public.
Salah satu poin dalam UU Nomor 32 tahun 2004 yang menjadi
perhatian utama public adalah pemberlakuan pemilihan kepala daerah
secara

langsung

(pemilukada).

Sistem

ini

diharapkan

dapat

memperkuat sistem pemerintahan daerah di Indonesia, meningkatkan


kinerja pemerintah daerah serta lebih dapat menyerap aspirasi
masyarakat

sehingga

pembangunan

yang

dilakukan

dapat

menyesuaikan kebutuhan daerah. Jika kinerja mereka buruk, tentu

rakyat dapat menghukum mereka pada pemilihan kepala daerah


berikutnya.
Politik patrimonial yang kuat dalam politik telah menempatkan
lembaga-lembaga demokrasi dalam posisi yang rapuh (Choi, 2009).
Hal ini berdampak pada checks and balances kurang efektif. Maka
kepala daerah saat ini tidak lagi bertanggung jawab kepada DPRD
karena mereka dipilih secara langsung oleh rakyat, bukan oleh
legislatif. Pemilihan kepala daerah langsung juga menjadi salah satu
sebab munculnya masalah politik dinasti. Politik dinasti dapat diartikan
secara sederhana sebagai sejumlah kecil keluarga mendominasi
distribusi

kekuasaan

(Querrubin,

2010).

Asako

et

al.

(2010)

mendefinisikan politisi dinasti seperti mereka yang mewarisi jabatan


publik yang sama dari anggota keluarga mereka yang memegangnya
sebelum mereka. Thompson (2007) berpendapat bahwa dinasti politik
sebagai jenis lain transmisi kekuatan politik baik langsung maupun
tidak langsung, yang melibatkan hubungan keluarga.
Penelitian berkaitan tentang dinasti politik masih jarang dilakukan.
Berbagai pendapat negatif mengenai politik dinasti masih memerlukan
pembuktian empiris. Penelitian tentang hubungan antara politik dinasti
dengan akuntabilitas dan kinerja keuangan pemerintah daerah masih
sangat jarang di lakukan, bahkan sejauh pengetahuan peneliti,
penelitian ini merupakan penelitian pertama yang meneliti hubungan
akuntabilitas dan kinerja keuangan pemerintah daerah dengan praktik
politik dinasti.
Penelitian ini memberikan beberapa kontribusi, baik teoritis maupun
praktik. Penelitian ini memberikan bukti empiris pertama tentang
hubungan praktik politik dinasti dengan akuntabilitas dan kinerja
keuangan pemerintah daerah dengan menyelidiki pengaruh praktik
politik dinasti di Indonesia terhadap akuntabilitas dan kinerja keuangan

pemerintah daerah. Penelitian ini juga menguji dampak penerapan


akuntabilitas

publik

yang

diproksikan

oleh

penerapan

sistem

pengendalian intern pemerintah daerah terhadap hubungan antara


praktik politik dinasti dan kinerja keuangan pemerintah daerah.
2. LANDASAN TEORI
a. Agency Theory
masalah keagenan akan muncul karena setiap individu diasumsikan
mempunyai preferensi untuk memaksimalkan kepentingan pribadi
yang kemungkinan besar berlawanan dengan kepentingan individu lain
(Jensen dan Meckling, 1976). Untuk meminimalisasi masalah keagenan
yang muncul akibat perbedaan kepentingan ini maka dibuatlah kontrak
antara prinsipal dan agen. Hal yang sama terjadi dalam pemerintahan,
yaitu kontrak antara agen (pemerintah) dengan prinsipal (rakyat).
Mekanisme

pemilihan

menunjukan

bahwa

terdapat

pelimpahan

wewenang dari rakyat kepada kepala daerah. Proses ini menunjukan


adanya hubungan keagenan antara rakyat dan kepala daerah, kepala
daerah berperan sebagai agen dan rakyat merupakan prinsipal dalam
rerangka hubungan keagenan.
b. Public Choice Theory
Public choice theory menggunakan asumsi dan teknik dari bidang
ekonomi untuk menggambarkan, menganalisis, dan memprediksi
perilaku dalam demokrasi sektor publik (Schneider dan Damanpour,
2002). Teori ini berkontribusi sebagai landasan teoritis dalam refleksi
besar pada ukuran dan fungsi pemerintah (Schneider dan Damanpour,
2002). Teori ini diduga sebagai salah satu pemicu gerakan reformasi
pemerintah di seluruh dunia (Aucoin ,1990; Gray dan Jenkins, 1995).
Teori ini menyatakan bahwa individu termotivasi oleh kepentingan diri
sendiri mereka (Buchanan dan Tullock, 1962 dalam Schneider dan
Damanpour, 2002). PCT menyatakan bahwa pejabat terpilih dan

birokrat pemerintah yang mengaku termotivasi oleh kepentingan


umum

pada

proses

pemungutan

suara

seringkali

berupaya

memaksimalkan kepentingan diri mereka dan menggunakan sektor


publik sebagai tempat mereka untuk melakukannya di bawah kedok
kepentingan umum (Schneider dan Damanpour, 2002).

3. RUMUSAN MASALAH
Setelah melihat penjabaran diatas kami dapat menarik rumusan
masalah sebagai berikut :
a. Apakah yang dimaksud dengan politik dinasti?
b. Bagaimana praktik politik dinasti dapat berpengaruh

negatif

terhadap akuntabilitas keuangan pemerintah daerah?


c. Bagaimana praktik politik dinasti berpengaruh negatif terhadap
kinerja keuangan pemerintah daerah?
d. Bagaimana akuntabilitas publik yang diproksikan oleh sistem
pengendalian intern dapat meminimalisir dampak negatif praktik
politik dinasti terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah?
e. Apakah politik dinasti memiliki hubungan dengan kerugian daerah?

4. PERMASALAHAN
POLITIK DINASTI, AKUNTABILITAS, DAN KINERJA
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA
Agency Theory
Secara alami, masalah keagenan akan muncul karena setiap individu
diasumsikan mempunyai preferensi untuk memaksimalkan kepentingan
pribadi yang kemungkinan besar berlawanan dengan kepentingan
individu lain (Jensen dan Meckling, 1976). Untuk meminimalisasi
masalah keagenan yang muncul akibat perbedaan kepentingan ini maka
dibuatlah kontrak antara prinsipal dan agen. Hal yang sama terjadi
dalam pemerintahan, yaitu kontrak antara agen (pemerintah) dengan
prinsipal

(rakyat).

Pemilihan

agen

yang

tepat

dan

berkompeten

merupakan salah satu langkah utama dalam upaya meminimalisasi


biaya keagenan yang mungkin ditimbulkan serta dapat meningkatkan
kesejahteraan prinsipal. Proses pemilihan agen bersifat demokratis
sesuai dengan amanat UU Nomor 32 Tahun 2004 yang diharapkan dapat
meningkatkan kinerja agen dalam meningkatkan kesejahteraan prinsipal
masih menyisakan masalah, salah satunya adalah masalah politik
dinasti.
Public Choice Theory
Public choice theory menggunakan asumsi dan teknik dari bidang
ekonomi

untuk

menggambarkan,

menganalisis,

dan

memprediksi

perilaku dalam demokrasi sektor publik (Schneider dan Damanpour,


2002). Teori ini berkontribusi sebagai landasan teoritis dalam refleksi
besar pada ukuran dan fungsi pemerintah (Schneider dan Damanpour,
2002). Teori ini diduga sebagai salah satu pemicu gerakan reformasi
pemerintah di seluruh dunia (Aucoin ,1990; Gray dan Jenkins, 1995).

Asumsi perilaku dalam PCT terletak pada prinsip-prinsip yang menjadi


ciri bidang ekonomi dalam ilmu-ilmu sosial dan berfokus pada individu
sebagai unit analisis (dikenal sebagai metodologi individualisme) dan
mengasumsikan bahwa individu menunjukkan perilaku rasional untuk
memaksimalkan utilitas mereka (Mueller, 1989 dalam Schneider dan
Damanpour, 2002). Teori ini menyatakan bahwa individu termotivasi
oleh kepentingan diri sendiri mereka (Buchanan dan Tullock, 1962 dalam
Schneider dan Damanpour, 2002).
Politik Dinasti
Politik dinasti dapat diartikan secara sederhana sebagai sejumlah kecil
keluarga

mendominasi

distribusi

kekuasaan

(Querrubin,

2010).

Thompson (2007) berpendapat bahwa dinasti politik sebagai jenis lain


transmisi kekuatan politik baik langsung maupun tidak langsung, yang
melibatkan hubungan keluarga. ). Pemilihan kepala daerah langsung
juga menjadi salah satu sebab munculnya masalah politik dinasti.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan politisi
dinasti dalam mempertahankan dan memperluas basis kekuasaan
mereka. Pertama, nama keluarga memberikan keuntungan pemilu atas
pesaing non-dinasti (Rossi, 2009). Pengendalian negara yang lemah dan
oligarki keluarga yang kuat juga memberikan kontribusi terhadap
munculnya dinasti politik, terutama di negara-negara demokrasi baru
(Mc.Coy, 2009).
Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
Kinerja adalah gambaran pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan,
program, kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan
visi organisasi (Bastian, 2006). Kinerja keuangan pemerintah daerah
adalah kemampuan suatu daerah untuk menggali dan mengelola
sumber keuangan asli daerah dalam memenuhi kebutuhannya guna

mendukung berjalannya sistem pemerintahan, pelayanan ke-pada


masyarakat dan pembangunan daerah.

Akuntabilitas Keuangan Pemerintah Daerah


Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 menyatakan bahwa dalam
rangka

mendukung

penyelenggaraan

terwujudnya

negara,

good

pengelolaan

governance

keuangan

negara

dalam
perlu

diselenggarakan secara profesional, terbuka dan bertanggung jawab


sesuai dengan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam UndangUndang Dasar. Salah satu poin penting dalam Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 tentang keuangan negara adalah menyatakan bahwa
akuntabilitas merupakan salah satu unsur penting dalam mendukung
terwujudnya good governance di Indonesia. Akuntabilitas keuangan
memiliki fokus utama pelaporan yang akurat dan tepat waktu tentang
penggunaan dana publik, yang biasanya dilakukan melalui laporan yang
telah diaudit secara profesional. Sesuai dengan UU No 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Daerah, laporan keuangan auditan merupakan salah
satu

cara

penerapan

akuntabilitas

laporan

keuangan

dan

opini

merupakan simpulan atas pemeriksaan yang dilakukan.


Sistem Pengendalian Intern
Salah satu wujud pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik (good
public governance) adalah dengan penerapan sistem pengendalian
intern di lingkungan pemerintah. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun
2008

mengatur

tentang

Sistem

Pengendalian

Intern

Pemerintah

mendefinisikan Sistem Pengendalian Intern sebagai proses yang integral


pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh
pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai
atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan
efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan
ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Telaah Penelitian Terdahulu

Barro (1973) dan Ferejohn (1986) menyatakan bahwa demokrasi


mendorong akuntabilitas dengan menyediakan kompetisi politik, dan
membantu

pemerintahan

untuk

menjadi

lebih

efisien

dengan

mengurangi masalah moral hazard serta mengurangi fenomena adverse


selection (Rogoff, 1990). ). Desentralisasi kekuasaan dan keuangan
diharapkan memberikan dampak negatif terhadap praktik korupsi, serta
meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Pellegrini dan Gerlagh, 2008; Akai
et al., 2007; Dincer et al., 2010). Politik patrimonial mengakibatkan
terjadinya praktik politik dinasti. Nama keluarga dianggap memberikan
keuntungan pemilu atas pesaing non-dinasti (Rossi, 2009).
Asako et al. (2010) menyatakan bahwa dinasti politik berpotensi
menghambat pembangunan ekonomi dan melemahkan daya saing
pemilu. . Keberadaan dinasti politik juga mempersulit munculnya calon
alternatif bagi rakyat karena politisi dinasti memiliki kesempatan yang
lebih baik untuk memenangkan pemilihan umum sehingga kepala
daerah yang terpilih berkualitas rendah (Querrubin, 2010).

5. PEMBAHASAN
Berdasarkan uraian diatas pembahasan untuk rumusan masalah akan
diuraikan sebagai berikut :
Kerangka Pemikiran

a. Apakah yang dimaksud dengan politik dinasti?


Politik dinasti dapat diartikan secara sederhana sebagai sejumlah
kecil keluarga mendominasi distribusi kekuasaan (Querrubin, 2010).
Asako et al. (2010) mendefinisikan politisi dinasti seperti mereka
yang mewarisi jabatan publik yang sama dari anggota keluarga
mereka yang memegangnya sebelum mereka. Asako et al. (2010)
menyatakan

bahwa

dinasti

politik

berpotensi

menghambat

pembangunan ekonomi dan melemahkan daya saing pemilu.


Keberadaan dinasti politik juga mempersulit munculnya calon
alternatif bagi rakyat karena politisi dinasti memiliki kesempatan
yang lebih baik untuk memenangkan pemilihan umum sehingga
kepala daerah yang terpilih berkualitas rendah (Querrubin, 2010).

b. Bagaimana praktik politik dinasti dapat berpengaruh negatif


terhadap akuntabilitas keuangan pemerintah daerah?
Praktik politik dinasti berpengaruh negatif terhadap akuntabilitas
public, karena daerah yang menjalankan praktik politik dinasti
cenderung untuk memiliki akuntabilitas atas laporan keuangan
pemerintah daerah yang lebih rendah dibandingkan daerah yang
tidak melakukan praktik ini. Pada pengujian, angka yang lebih besar
menunjukan opini yang lebih buruk, sehingga korelasi positif dalam
sampel menunjukan bahwa daerah yang melakukan politik dinasti
akan memiliki opini atas laporan keuangan yang lebih buruk
dibandingkan daerah yang tidak melakukan praktik ini. Hal ini
membuktikan bahwa praktik politik dinasti berpengaruh negatif
terhadap akuntabilitas keuangan pemerintah daerah.
c. Bagaimana

praktik

politik

dinasti

berpengaruh

negatif

terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah?


Politik dinasti yang menurunkan jabatan maupun memperluas
kekuasaan

eksekutif

kepada

keluarga

dapat

menyebabkan

penurunan kinerja dan menghambat pembangunan ekonomi (Asako


et

al.,

2012).

Keberadaan

dinasti

politik

juga

mempersulit

munculnya calon alternatif bagi rakyat karena politisi dinasti


memiliki

kesempatan

yang

lebih

baik

untuk

memenangkan

pemilihan umum (Querubin, 2010). praktik politik dinasti tidak


terbukti secara signifikan berpengaruh terhadap kinerja keuangan
pemerintah daerah. Tidak berpengaruhnya praktik politik dinasti
dengan kinerja keuangan pemerintah daerah dapat disebabkan oleh
besarnya pengaruh pusat terhadap daerah. Berdasarkan deskripsi
penelitian yang dijelaskan sebelumnya, diketahui bahwa rata-rata
PAD hanya mampu menalangi 9% pengeluaran daerah, artinya
bahwa sebagian besar pengeluaran daerah ditalangi dengan dana

pusat. Karena besarnya ketergantungan keuangan daerah kepada


pusat, praktik politik dinasti menjadi tidak dominan. Berdasarkan
hasil analisis diatas maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua
penelitian ini yang menyatakan bahwa praktik politik dinasti
berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah
tidak terbukti.

d. Bagaimana

akuntabilitas

publik

yang

diproksikan

oleh

sistem pengendalian intern dapat meminimalisir dampak


negatif praktik politik dinasti terhadap kinerja keuangan
pemerintah daerah?
akuntabilitas publik dengan proksi sistem pengendalian intern
memiliki koefisien negatif secara konsisten. Hal ini menunjukan
bahwa sistem pengendalian intern berpengaruh positif (ukuran
sistem pengendalian intern adalah berdasarkan jumlah temuan
kelemahan SPI oleh BPK RI, sehingga jumlah temuan yang besar
mengindikasikan SPI yang lemah) terhadap hubungan politik dinasti
dengan kinerja pemerintah daerah. Daerah dengan jumlah temuan
diatas median sampel dikategorikan sebagai daerah dengan sistem
pengendalian intern yang buruk sedangkan daerah dengan jumlah
temuan kelemahan sistem pengendalian intern dibawah median
dikategorikan sebagai daerah dengan sistem pengendalian intern
yang baik. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa dampak
negatif praktik politik dinasti terhadap kinerja keuangan pemerintah
daerah hanya terjadi pada daerah dengan sistem pengendalian
intern yang buruk. Pengaruh negatif ini tidak terjadi pada daerah
dengan sistem pengendalian yang baik. Hal ini membuktikan bahwa
sistem pengendalian intern mampu meminimalisir dampak negatif
yang diakibatkan oleh praktik politik dinasti. Berdasarkan hasil

analisis diatas maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis ketigaa


penelitian ini yang menyatakan bahwa akuntabilitas publik dapat
memperlemah dampak negatif praktik politik dinasti terhadap
kinerja keuangan pemerintah daerah terbukti.
e. Apakah politik dinasti memiliki hubungan dengan kerugian
daerah?
Praktik politik dinasti tidak berhubungan dengan jumlah kerugian
daerah. Jumlah kerugian daerah yang digunakan merupakan jumlah
kerugian daerah yang ditemukan dalam audit BPK RI. Data yang
digunakan mengalami bias karena audit BPK RI berdasarkan teknik
sampling

sehingga

jumlah

temuan

tidak

bisa

sepenuhnya

mencerminkan kondisi riil korupsi di suatu daerah. Hanya variabel


kontrol belanja modal yang berpengaruh positif terhadap kerugian
daerah, sedangkan variabel contorol lainnya tidak berpengaruh.

Anda mungkin juga menyukai