Anda di halaman 1dari 28

P E RN I K A H A N B E D A

A G A M A D A L A M H U KUM
I SL A M

ASSALAMUALAiKUM
.WR.WB

DISUSUN OLEH :
Dygta

Ana
KELOMPOK
2
Asmaida

Etika
Panggih

LATAR BELAKANG
Memandangi sisi gelap dunia. Semakin terasa akan
sebuah kerancuan dalam hidup. Kehidupan mereka terus saja
berlanjut tanpa mereka arahkan dengan ajaran islam yang
terkandung dalam wahyu Allah SWT. Contoh konkritnya kita
ambil masalah Pernikahan, pernikahan yang terjadi sekarang
kebanyakan adalah pernikahan dalam perbedaan agama.
Kenyataannya sampai saat ini, pernikahan salah aturan ini
semakin lama menjadi gejala yang semakin umum di dalam
kehidupan masyarakat di negeri ini. Maka dalam
pembahasan ini kami akan membahas Penikahan Beda
Agama Ditinjaui dari Hukum Islam.

RUMUSAN
MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan pernikahan ?
2. Bagaimana pernikahan beda agama dalam
hukum Islam ?
3. Dampak negative pernikahan beda agama !

PENGERTIAN NIKAH
Arti Nikah Menurut bahasa : berkumpul atau
menindas. Adapun menurut istilah Ahli Ushul,
Nikah menurut arti aslinya ialah aqad, yang
dengannya menjadi halal hubungan kelamin antara
lelaki dan perempuan. sedangkan menurut Ulama
Fiqih, Nikah ialah aqad yang di atur oleh Islam
untuk memberikan kepada lelaki hak memiliki
penggunaan terhadap faraj (kemaluan) dan seluruh
tubuhnya untuk penikmatan sebagai tujuan utama.

Menurut

Undang-Undang

Nomor

Tahun

1974 pengertian pernikahan adalah ikatan lahir


batin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan
Pernikahan
menurut
agama

Ketuhanan
dianggap

hukum
dan

sah

Yang

apabila

perkawinan

kepercayaan

Maha

serta

Esa.

dilakukan

masing-masing
tercatat

oleh

lembaga yang berwenang menurut perundangundangan yang berlaku.

PERNIKAHAN BEDA
AGAMA MENURUT HUKUM
ISLAM
Pernikahan merupakan bagian dari kemanusiaan
seseorang, seorang muslim yang hidup di negara yang
majemuk seperti ini hampir dipastikan sulit untuk
menghindari dari persentuhan dan pergaulan dengan orang
yang beda agama. Pada posisi seperti ini ketertarikan pria
atau wanita Muslim dengan orang yang beda agama
dengannya atau sebaliknya, yang berujung pada pernikahan
hampir pasti tidak terelakkan. Dengan kata lain, persoalan
pernikahan antar agama hampir pasti terjadi pada setiap
masyarakat yang majemuk.

Keadaan

masyarakat

Indonesia

yang

majemuk

menjadikan pergaulan di masyarakat semakin luas dan


beragam, hal ini telah mengakibatkan pergeseran nilai
agama yang lebih dinamis daripada yang terjadi pada
masa lampau, seorang muslimin dan muslimat sekarang
ini lebih berani untuk memilih pendamping hidup nonmuslim. Hal ini tentu saja dianggap oleh masyarakat
kita

yang

mayoritas

beragama

Islam

sebagai

penyalahan atau pergeseran nilai-nilai Islam yang ada.


Dan ini menimbulkan reasi pro dan kontra dengan
perdebatan argumen-argumen yang dikuatkan dengan
dalil masing-masing

JENIS PERNIKAHAN BEDA AGAMA

Perempuan beragama Islam


menikah dengan laki-laki nonIslam

Laki-laki beragama Islam


menikah dengan perempuan
non-Islam

HUKUM P ERNIKA HA N PER EMP UAN BERA GAMA


ISLAM MENIKAH DENGAN LAKI-LAKI NONISLAM

Hukum mengenai perempuan beragama Islam menikah dengan


laki-laki non-Islam adalah jelas-jelas dilarang (HARAM). Dalil
yang digunakan adalahSurat Al Baqarah(2) : 221

Artinya :
Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum
mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin
lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik
hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang
musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka
beriman, Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari
orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka
mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan
ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayatNya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka
mengambil pelajaran.

Jadi,

wanita

muslimah

dilarang

atau

diharamkan menikah dengan lelaki non


muslim

apapun

alasannya.

Hal

ini

sebagaimana dinyatakan dalam Alquran


di atas. Bisa dikatakan, jika seorang
muslimah memaksakan dirinya menikah
dengan laki-laki non Islam, maka akan
dianggap berzinah.

HUKUM PERNIKAHAN LAKI-LAKI


BERAGAMA ISLAM MENIKAH
D E N G A N P E R E M P UA N N O N -I S L A M

Pernikahan seorang lelaki Muslim


dengan perempuan non muslim terbagi
atas 2 macam :
1. Lelaki Muslim dengan perempuan Ahli
Kitab
2. Lelaki Muslim dengan perempuan non
Ahli Kitab

HUKUM PERNIKAHAN LELAKI


MUS LIM D EN G AN PER EMPUAN AH LI
K I TA B
Yang dimaksud dengan Ahli Kitab di sini adalah agama
Nasrani dan Yahudi (agama samawi). Hukumnya boleh,
dengan dasar Surat Al Maidah(5) : 5

Artinya :
Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan
(sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu,
dan makanan kamu halal pula bagi mereka. (Dan dihalalkan
mengawini) wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara
wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga
kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum
kamu, bila kamu telah membayar maskawin mereka dengan
maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak
(pula) menjadikannya gundik-gundik. Barang siapa yang kafir
sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka
hapuslah amalannya dan ia di hari akhirat termasuk orang-orang
merugi..

HUKUM PERNIKAHAN LELAKI


MUS LIM D EN G AN PER EMPUAN N O N
A H L I K I TA B
Untuk kasus pernikahan ini, banyak ulama yg
melarang dengan dasar Al Baqarah(2) : 221

Artinya :
Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum
mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih
baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan
janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan
wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya
budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun dia
menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah
mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada
manusia supaya mereka mengambil pelajaran.

Jadi, Banyak ulama yg menafsirkan bahwa Al Kitab di


sini adalah Injil dan Taurat. Dikarenakan agama Islam,
Nasrani dan Yahudi berasal dari sumber yg sama, agama
samawi, maka para ulama memperbolehkan pernikahan
jenis laki-laki menikah dengan ahli kitab. Untuk kasus
laki-laki menikah dengan non ahli kitab, yg dimaksud
dengan musyrik adalah penyembah berhala, api, dan
sejenisnya. Untuk poin 2, menikah dengan perempuan
yang bukan ahli kitab, para ulama sepakat melarang.
Sementara itu, Imam Syafii dalam kitab klasiknya, AlUmm, mendefinisikan Kitabiyah dan non Kitabiyah
sebagai berikut, Yang dimaksud dengan ahlul kitab
adalah orang-orang Yahudi dan Nasrani yang berasal dari
keturunan bangsa Israel asli. Adapun umat-umat lain yang
menganut agama Yahudi dan Nasrani, rnaka mereka tidak
termasuk dalam kata ahlul kitab. Sebab, Nabi Musa a.s.
dan Nabi Isa a.s. tidak diutus kecuali untuk Israil dan
dakwah mereka juga bukan ditujukan bagi umat-umat
setelah Bani israil.

Yang sedikit berbeda pendapatnya hanyalah Imam


Malik dan Imam Ahmad bin Hanbal, dimana mereka berdua
tidak melarang hanya memakruhkan menikahi wanita
kitabiyah selama ada wanita muslimah. Namun jumhur
Ulama tetap mengatakan bahwa wanita kitabiyah itu boleh
dinikahi, meski ada perbedaan dalam tingkat kebolehannya.
Namun demikian, wanita muslimah yang komitmen dan
bersungguh-sungguh dengan agamanya tentu lebih utama
dan lebih layak bagi seorang muslim dibanding wanita ahlul
kitab.
Secara ringkas hukum nikah beda agama bisa kita bagi
menjadi demikian :
1. Suami Islam, istri ahli kitab = boleh
2. Suami Islam, istri kafir bukan ahli kitab =
haram
3. Suami ahli kitab, istri Islam = haram

Dibolehkannya laki-laki muslim menikah dengan


wanita ahlul kitab namun tidak sebaliknya karena
laki-laki adalah pemimpin rumah tangga, berkuasa
atas isterinya, dan bertanggung jawab terhadap
dirinya. Namun perlulah diketahui masih adakah yg
namanya wanita ahlul kitab zaman sekarang ?
wallahu`alam..itu

seperti

mencari

jarum

dalam

tumpukan jerami dan untuk hal satu ini, adalah sulit


laki laki menemukan wanita ahli kitab walaupun
diperbolehkan.

D A M PA K N E G AT I V E
PERNIKAHAN BEDA AGAMA
Nabi Saw juga memberikan teladan bagaimana cara memilih
kriteria pasangan sejati, agar supaya bahtera rumah tangga
benar-benar sesuai dengan manfaat dan tujuan menikah. Terkait
dengan tujuan pernikahan, hendaknya memilih kriteria calon
pasangan yang sesuai dengan ajaran agama dan keyakinan.
Sudah menjadi sebuah kewajiban bagi setiap orang yang berimam supaya memilih pasangan yang se-iman. Wajar, jika alQuran dan hadis, banyak memberikan penjelasan seputar
wanita atau lekaki yang akan menjadi pasangan hidup. Allah Swt
menegaskan bahwa ke-imanan (tauhid), merupakan syarat
mutlaq untuk menjadi pasangan hidup seseorang. Sebab,
pernikahan itu sebenarnya tidak hanya berlangsung di alam
fana, tetapi hingga sampai pada kehidupan abadi (surga).

QS Yasin (36:56) yang artinya: Mereka dan isteri-isteri


mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan di atas
dipan-dipan. Namun, jika pasangan itu tidak se-iman, maka
pasangan

itu

cukup

semasa

hidup

didunia.

Terkait dengan memilih pasangan, Nabi Saw mewanti-wanti


kepada pengikutnya agar jangan sampai salah pilih. Karena
dampakanya kurang baik di dalam membangun generasi
unggulan, dan akan berbuntut dikemudian hari. Nabi Saw
Bersabda:
Diriwayatkan dari Aisyah r.a., Nabi s.a.w menuturkan:
Pilihlah tempat yang paling benar wanita yang akan
mengandung anakmu

Dalam
QS
Al-Baqarah
(2:221)
ini
mengisaratkan
betapa
pentingnya
pernikahan atas dasar keyakinan dan agama.
Bukan berarti, kecantikan atau ketampanan
tidak penting, akan tetapi, jika kecantikan itu
jutru membawa petaka dan pidana. Maka,
apa artinya sebuah pernikahan. Oleh karena
itu, Nabi Saw menjelaskan secara terperinci,
menikah itu hendaknya juga memperhatikan
(penampilan
(cantik/
ganteng),
materi
(cukup), nasab (keturunan) dan moral
(agama). Masing-masing yang disebutkan di
atas akan saling menyempurnakan dan
melengkapi menuju rumah tangga yang
bahagia dan sejahtera lahir dan batin.

Realitas dilapangan, ternyata pasangan yang telah


menikah

dengan

meng-atasnamakan

CINTA,

ternyata

justru paling banyak BERCERAI. Apalagi, pernikahan itu


dengan

tidak

seiman,

justu

menyisakan

duka

lara.

Walaupun ada orang yang menikah beda agama dan


keyakinan tidak masalah, tetapi realitasnya banyak yang
menikah berakhir dengan perpisahan, serta masalah,
bahkan sampai memperebutkan hak asuh anak-anak agar
mengikuti agama salah satu dari orangtuanya. Secara
tegas, islam merlarang pemeluknya menikah dengan orang
yang

menyekutukan

Allah

SWT,

seperti

menyembah

berhala (batu, kayu, patung), kecuali mereka beragama


samawi (langit), seperti Nasrani, Yahudi,.

Sangatlah

jelas

larangan

tentang

pernikahan antar orang yang berlainan agama.


Maka,

jika

kita

gunakan

akal

sehat

kita,

sangatlah tidak rasional jika kita masih akan


berbelok

dari

arahan

Allah

juga

nabi

Muhammad dalam al-kitab dan as-sunnahnya.


Karena pada hakikatnya, petunjuk itu, tiada lain
hanyalah bertujuan untuk keselamatan umat di
dunia sampai di akhirat nanti.

KESIMPULAN
Setelah kembali mempelajari lebih detail tentang
aturan islam dalam permasalahan nikah serta hukumnya,
maka sangatlah jelas pula akan suatu batasan hubungan
antara umat islam dengan umat non muslim. Dengan itu
pula, sudah jelas. Bahwa Allah melarang hubungan nikah
antara umat muslim dan non muslim guna keselamatan
umat itu sendiri. Baik keselamatan dunia dan akhirat.
Serta untuk keselamatan keturunannya dan keselamatan
akan agama islam. Karena dengan benar-benar menjaga
hubungan sesama muslimlah yang akan menjadikan kita
selamat.

Kita harus ingatpula akan tujuan dari nikah diatas.


Dengan dampak yang begitu memprihatinkan, jika sampai
diantara kita terlampau melakukan pernikahan dengan
seseorang yang berbeda agama dengan diri kita.
Marilah

kita

pahami

dan

lihat

kembali

hikmah

pernikahan dengan sesama muslim yang Allah janjikan:


Memperoleh

ketenangan

hidup,

kasih

sayang

dan

ketenteraman, Memelihara kesucian diri, Melaksanakan


tuntutan syariat dan Menjaga keturunan
Dengan itulah, kitapun harus patut bersyukur karena
Allah telah menjaga kita sebagai umatnya dengan segala
aturannya. Marilah, kita lihat, kembalikan diri kita untuk
hanya berpatokan pada al-Quran dan al-Hadist atas setiap
lakon kehidupan kita. Agar kita selamat. Amiiin

TERIMA KASIH . . .

Anda mungkin juga menyukai