Alfin Assyidiq
21060113120009
Indra Alfianto
21060113120023
Anastasya Napitupulu
21060113120025
Andri Laksono
21060113120031
M Aulan Niam
21060113120038
Fauzan Haidar
21060113120042
Novy Arizka
21060113120050
Nofita Sari
21060113120085
21060113140120
Anggie Maulana
21060113140178
ANGGIE MAULANA
4.1 Pendahuluan
LATAR BELAKANG
Sampai kira-kira tahun 1910, system-sistem tenaga listrik tidak diketanahkan. Hal itu dapat dimengerti karena pada waktu itu system-sistem tenaga listrik masih
kecil jadi bila ada gangguan fasa ke tanah arus gangguan masih kecil, dan biasannya masih kurang dari 5 amper. Pada umumnya bila arus gangguan itu sebesar 5
amper atau lebih kecil, busur listrik yang timbul pada kontak-kontak antara kawat yang terganggu dan tanah masih padam sendiri. Tetapi system-sistem tenaga itu
makin lama makin besar baik panjangnya maupun tegangannya.
Oleh karena itu mulai tahun 1910-an pada saat mana system-sistem tenaga relative mulai besar, system-sistem itu tidak lagi dibiarkan terapung yang dinamakan
system delta, tetapi titik netral system itu diketanahkan melalui tahanan atau reaktansi. Pengetahanan itu umumnya dilakukan dengan menghubungkan netral
transformator daya ke tanah.
Metode-metode pengetanahan netral dari system-sistem tenaga adalah:
o
Pengetanahan dengan reactor yang impedansinya dapat berubah-ubah (resonant grounding) atau pengetanahan dengan kumparan Petersen.
Istilah kumparan Petersen ini berasal dari nama orang yang pertama-tama menciptakan alat itu, yaitu W. Petersen. Petersen mendapatkan cara ini pada tahun 1916.
Di Negara-negara Anglo-Saxon nama alat itu sering juga disebut Ground Fault Neutralizer atau Arc Suppression Coil. Umumnya kita di Indonesia
mengenalnya sebagai kumparan Petersen adau Petersen spoel. Perlu dicatat di sini bahwa analisa serta perbaikan kumparan Petersen dibuat oleh JONAS mulai
tahun 1920.
Sekalipun penggunaan kumparan Petersen itu sudah mulai berkurang tetapi system 30 dan 70 KV yang ada di Jawa masih diketanahkan dengan kumparan
Petersen. Disamping itu, akhir-akhir ini semakin banyak generator yang terhubung dengan transformator (unit connected generator) diketanahkan dengan
kumparan Petersen.
FAUZAN HAIDAR
Gambar 4.3. (b) di atas menggambarkan sirkuit ekivalen system itu dalam keadaan gangguan kawat-tanah.
Bila reactor itu mempunyai kesanggupan untuk dapat mengatur impedansinya di samping adanya sadapan,
alat itu dinamakan kumparan Petersan. Untuk sementara marilah kita sebut alat itu reactor saja yang
impedansinya dapat diatur.
INDRA ALFIANTO
Di dalam system dengan kumparan Petersen, bila terjadi gangguan tanah akan ada arus kapasiif dan
arus induktif. Adanya arus-arus ini mengakibatkan tibulnya rugi-rugi pada kumparan Petersen
sendiri maupun pada system transmisi serta trafo dayanya.
Komponen rugi-rugi di dalam rangkaian pengganti urutan nol dapat dinyatakan dengan tahanan yang
memberikan efek yang sama. Untuk itu rugi-rugi tersebut perlu dibahas satu persatu, lihat gambar
4.4.
a)
Arus bocor yang mengalir melalui permukaan isolator penggantung pada tiang
transmisi. Besar arus ini tidak akan melampaui 5% dari arus kapasitif dari
system. Pengukuran sesungguhnya terhadap arus bocor pada isolator
penggntung tidak memberikan nilai yang tetap, tergantung pada keadaan
permukaan isolator, cuaca dan perencanaannya. Rugi-rugi untuk arus bocor ini
dinyatakan dengan konduktansi pengganti G1 dalam gambar 4.4.
b)
Rugi-rugi I2R yang disebabkan oleh arus gangguan kapasitif dan arus kumparan
di dalam jala-jala transmisi, transformator daya, dan jalan balik lewat tanah,
dinyatakan dengan tahanan pengganti R3.
c)
d)
Rugi-rugi yang dihasilkan di dalam kumparan Petersen sendiri, yang terdiri dari
rugi-rugi besi di dalam inti, dan rugi-rugi tembaga pada belitannya, kedua
macam rugi-rugi ini dinyatakan masing-masing dengan tahanan shunt R2 dan R5.
e)
Rugi-rugi yang disebabkan oleh tahanan hubungan tanah dapat dinyatakan oleh
tahanan pengganti R6.
komponen-
Di dalam system tegangan ekstra tinggi (EHV) persen rugi daya total selama terjadi gangguan
tanah ini biasanya besarnya tak melampaui 4% dan rugi daya pada kumparan Petersen sendiri
sangat kecil sehingga dapat diabaikan. Bila dipakai isolasi dengan tingkat yang normal, persen
rugi daya total dapat berkisar 6-15%. Hal ini dapat dilihat dalam table 4.2 yang didapat dalam
praktek untuk berbagai tegangan system dan juga tergantung dari keadaan system.
Untuk mencari rugi daya total ini tidak dibutuhkan perhitungan yang teliti, tetapi sudah cukup
teliti bila dipakai cara pendekatan dengan berpedoman pada table tadi.
Tabel 4.2. Persen rugi total pada system yang berbeda-beda
Gambar 4.5. Diagram ekivalen system yang diketanahkan dengan kumparan Petersen dalam
keadaan gangguan R= rugi-rugi ekivalen.
Perlu ditekankan di sini bahwa rugi-rugi ini sangat terpengaruh oleh keadaan cuaca, karena rugirugi ini sebagian besar ditentukan korona dan kebocoran isolator. Dalam musim hujan
kemungkinan timbulnya korona lebih besar. Jadi rugi-rugi dalam musim hujan lebih besar
daripada rugi-rugi dalam musim kering.
M ALFIN
Busur listrik akan timbul saat pemutusan arus gangguan antara fasa dengan tanah. Bersamaan
dengan pemutusan arus, tegangan kawat akan berusaha. Pada waktu inilah kumparan petersen
akan berguna. kembali ke tegangan normal melalui waktu transisi
Arus Residu (Arus gangguan pada kumparan petersen karena kumparan tak ditala sempurna +
arus rugi-rugi)
Atau
Bila Persamaan dipenuhi maka = O
Pada penalaan yang sempurna , jadi bila system dibiarkan bebas akan terus
menerus berosilasi. Tetapi karena adanya rugi-rugi amplitudenya makin lama
makin kecil.
Superposisi
dari tegangan pulih transien yang berosilasi dan tegangan normal
menghasilkan tegangan yang secara perlahan-lahan kembali dari keadaan
gangguan ke keadaan normal.
: titik netral
Dari gambar 4.7 jelas kelihatan bagaimana tegangan dari fasa yang terganggu itu kembali
setelah gangguan dihilangkan.
KEUNTUNGAN
Keuntungan :
Arus gangguan dapat dibuat kecil sehingga tidak berbahaya bagi mahluk hidup.
KERUGIAN
Kerugian:
Rele gangguan tanah (ground fault relay) sukar dilaksanakan karena arus gangguan
tanah relatif kecil.
Tidak dapat menghilangkan gangguan fasa ke tanah yang menetap (permanen) pada
sistem. hubung singkat tersebut tetap harus dilokalisir dengan menggunakan rele
hubung singkat ke tanah (Ground fault relay).
Operasi kumparan Petersen harus selalu diawasi karena bila ada perubahan pada
sistem, kumparan Petersen harus disetel (tuning) kembali.
NOFITA SARI
2.
3.
NOVY ARIZKA
Pengaruh tahanan kontak paling terasa pada saluran transmisi yang menggunakan tiangtiang kayu.
Bila sistem tidak diketanahkan, maka diagram ekivalennya diberikan dalam gambar 4.11.
( rugi-rugi system R kecil terhadap I / wC, karena itu diabaikan).
Keuntungan dan
Kerugian Kumparan
Petersen
Arus gangguan satu fasa ke tanah dapat dibuat sekecil mungkin sehingga gangguan tanah tidak
berbahaya bagi sistem
2.
Hilangnya gejala busur tanah sehingga menghindarkan kerusakan pada peralatan sistem
3.
Suplai daya menjadi tak terganggu dan dapat berlangsung terus menerus walau gangguan belum
dihilangkan sama sekali
4.
5.
2.
Tidak dapat menghilangkan gangguan satu fasa yang menetap pada sistem
3.
Tidak dapat mengkompensasi rugi daya pada sistem dan hamonisanya, sehingga pemakaian terbatas
pada tegangan 110kV
4.
ANASTASYA
Keadaan
Impedansi
Petersen
Persamaan Arus
Untuk menjaga supaya agar kumparan Petersen (tegangan netral) jangan terlalu
besar, maka impedansi kumparan petersen dibuat tidak konstan yaitu pada
arus yang lebih besar impedansinya berkurang.
ANGGIE MAULANA
Contoh Soal
impedansi kumparan Petersen itu konstan sampai E_N = E ph , dan di atas titik
Eph impedansi itu makin berkurang sehingga tegangan kumparan Petersen itu
agak konstan.
Impedansi ekivalen kapasitif, ZG dari system itu adalah konstan. Sekarang akan kita lihat
bagaimana kedudukan E_N yaitu tegangan pada kumparan Petersen. Rangkaian ekivalen dalam
keadaan tidak ada gangguan diberikan oleh Gambar 4.13. Dalam gambar 4.13, E_(0 )dan Z_G
tetap besarnya, sedangkan Z_(p ) dapat diatur, yaitu dengan merubah sadapannya.
Karena merupakan tegangan yang tetap yang dimasukkan pada dua impedansi dalam seri, satu
diantaranya yang tetap, sedang yang lain berubah secara linear. Maka tempat kedudukan
untuk berbagaibagai kedudukan sadapan merupakan sebuah lingkaran, gambar 4.17.
Lingkaran gambar 4.17, merupakan tempat kedudukan (tegangan) tanah. Harga maksimum dari E_N
yaitu E_(N, maks) ialah diameter dari lingkaran itu (G_M N), hal manater jadi pada keadaan
resonansi.
Jadi jelas kelihatan dari gambar 4.13, bahwa pada penalaan sempurna pergeseran netral sangat
besar pada kerja normal bila ada ketidak seimbangan kapasitif (E_0). Sebab itulah Jonas
mengatakan, bila ada ketidak seimbangan kapasitif system janganlah ditala sempurna.
Cara yang paling mudah untuk memperoleh data untuk melukiskan diagram lingkaran itu ialah dengan
cara pengukuran. Untuk tiap kedudukan sedapan dari kumparan Petersen itu diukur tegangan
tegangan fasa ketanah E_A,E_(B,) E_C, dan tegangan tegangan jala-jala E_AB,E_(BC,) E_CA.
Pengukuran itu dilakukan dengan bantuan transformator tegangan tiga fasa dengan netralnya
diketanahkan, gambar 4.18.
Dari hasil hasil pengukuran tegangantegangan fasa ke tanah (kolom 3, 4, dan 5) dan tegangan
jalajala (kolom6, 7, dan 8), diambil harga rata-rata tegangan jala-jala (kolm 10) ,dan tegangantegangan fasa tanah dikoreksi ketegangan jala-jala ini. Misalnya untuk baris pertama Tabel 4.4
EA dalam kolom 11 diperoleh sebagai berikut :
2.
Untuk tiap kedudukan sadapan dari kumparan Petersen, dengan ketiga tegangan fasa-tanah yang
telah diatur sebagai radius dilukiskan lingkaran.Melalui ketiga titik perpotongan dari ketiga lingkaran
itu dilukiskan segitiga. Titik berat segitiga itu menyatakan titik kedudukan dari sadapan pada
lingkaran jonas.
3.
Dengan jalan yang sama seperti langkah 2 diatas dilakukan untuk semua sadapan dari kumparan
Petersen, termaksud kedudukan off.
4.
Melalui titk-titik yang diperoleh pada langkah 2 dan 3 dilukiskan lingkaran, yaitu lingkaran jonas,
gambar 4.19.
Hasil-hasil pengukuran tegangan dari suatu system 115 kv yang dilengkapi dengan kumparan Petersen
1.
Lingkaran itu mempunyai radius sebesar 15 KV, atau diameter lingkaran 30 KV.
2.
Jadi pada keadaan resonansi, dalam keadaan kerja normal (tidak ada gangguan), pergeseran titk
netral ialah 30 KV atau kira-kira 43,5% dari tegangan fasa.
3.
Hasil dari pengukuran untuk system lain diberikan dalam Gambar 4.20. Dalam segitiga tegangan
ada dua lingkaran, yang pertama kecil dan yang kedua besar. Lingkaran kecil adalah lingkaran
yang sebenarnya, sedang yang besar diperoleh dengan melepaskan dua fasa. Hal itu dilakukan
karena system agak seimbang (fairly balanced), jadi lingkaran itu terlalu kecil untuk dipelajari.
Dengan melepaskan dua fasa diperoleh ketidakseimbangan yang besar dan lingkaran jonas yang
besar pula.
AULAN NIAM
4.8 Kesimpulan-Kesimpulan
Pengetanahan dengan Kumparan
Petersen
KESIMPULAN
1.
2.
Pengetahanan dengan kumparan petersenan sangat efektif untuk memadamkan gangguan hubung tanah
(ground fault) yang berupa transien maupun gangguan yang berlangsung terus.
3.
4.
Kompensasi yang tepat terhadap arus kapasitif pada gangguan satu fasa ketanah menyebabkan arus
gangguan itu kecil sekali, sehingga memungkinkan system itu dapat bekerja terus dengan satu fasa
terhubung ketanah sampai ada saat yang baik untuk melakukan lokalisasi gangguan. Sementara itu baik
disis generator disentral maupun disisi pihak konsumen tak merasai gangguan tersebut.
5.
Pengurangan arus gangguan sampai harga minimumnya yang tidak lagi membahayakan konduktor maupun
isolator-isolator akan mengurangi pemeliharaan terhadap saluran-saluran transmisi, isolator-isolator, dan
sekaligus mengurangi operasi daripada pemutus daya.
6.
7.
8.
Terhadap gangguan satu fasa ketanah yang temporer, kumparan Petersen tidak hanya menyebabkan arus
gangguan itu kecil tetapi juga memperlambat kenaikan tegangan pulih system dank arena itu busur listrik
mudah hilang sendiri, jadi system kembali normal tanpa bekerjanya pemutus daya.
9. Kumparan
Petersen sangat sensitive terhadap ketidakseimbangan da dalam sistemnya.
10. Kumparan
Petersen selalu siap setiap saat untuk menetralisir arus gangguan hubung tanah maupun hubung tanah
berurutan.
11. Kumparan
Petersen paling baik digunakan pada system radial baik yang melalui terdiri dari penghantar kawat udara
atau campuran hantaran udara dan kabel tanah dengan tegangan kerja dari 2,4 KV sampai dengan 110 KV.
12. Kumparan
13. Karena
arus gangguan tanah yang timbul selain kecil juga distribusinya tidak tergantung kepada letak gangguan, maka
arus itu tidak bisa dipakai sebagai dasar untuk rele ganggua tanah yang selektif harus dengan cara-cara yang istimewa
atau khusus.
14. Mengingat
bahwa terhadap gangguan satu fasa ke tanah yang permanen pemutusan pemutus daya dapat ditangguhkan,
maka rela gangguan tanah yang selektif bukan suatu keharusan.
15. Pemasangan
wattmeter type carth leakage relay dapat menunjukkan dengan tepat letak gangguan, sehingga dapat
diadakan tindakan pengisolasian bagian system yang mengalami gangguan itu.
16. Mengingat
bahwa kumparan Petersen itu hanya berjasa terhadap gangguan suatu fasa ketanah, maka system haruslah
diusahakan sedemikian rupa sehingga gangguan-gangguan satu fasa ketanah saja. Untuk ini tahanan-tahanan kaki tiang
harus diusahakan serendah mungkin.
17. Karena
pada waktu gangguaan satu fasa ketanah menyebabkan tegangan fasa lainya naik menjadi 3. atau tegangan
jala-jala, maka pengenal tegangan arrestnya haruslah berdasarkan tegangan jala-jala.
18. System
dapat bekerja pada simpangan tala tertentu tanpa mempengaruhi karateristik proteksinya terhadap system,
sehingga pada perluasan system tidak menunjukkan adanya pembatasan pemakaian kumparan Petersen ini.
19. Untuk
membatasi pergeseran netral akibat resonansi maka salah satu atau beberapa kumparan Petersen dipasang pada
sadapan maksimum.
FAISAL TAMIN
4.9 Penerapan
Kumparan Petersen
Gangguan tersebut timbul disebabkan oleh kerusakan tembus (break down) pada
isolator (yang telah buruk keadaannya) karena adanya kenaikan tegangan dari fasafasa yang tidak terganggu menjadi kali tegangan fasa sebelum gangguan. Karena
kumparan petersen tidak dapat berfungsi terhadap gangguan dua fasa ke tanah,
maka diperlukan juga tindakan pencegahan ke arah itu dengan bantuan alat
proteksi.
Kumparan petersen yang mempunyai pengenal waktu singkat harus diperlengkapi dengan
suatu peralatan untuk menghubung singkat kumparan petersen ke tanah. Dengan pengaturan
ini, bila gangguan itu lebih lama dari waktu yang telah ditentukan, maka titik netral sistem
dihubungkan ke tanah, baik secara langsung maupun melalui tahanan yang paralel dengan
kumparan petersen itu, agar gangguan dapat dideteksi oleh rele yang akan memberikan
instruksi pada pemutus daya untuk mentripkannya
TERIMA KASIH