Anda di halaman 1dari 72

KELOMPOK 3

Alfin Assyidiq

21060113120009

Indra Alfianto

21060113120023

Anastasya Napitupulu

21060113120025

Andri Laksono

21060113120031

M Aulan Niam

21060113120038

Fauzan Haidar

21060113120042

Novy Arizka

21060113120050

Nofita Sari

21060113120085

Achmad Faisal Tamin

21060113140120

Anggie Maulana

21060113140178

ANGGIE MAULANA

4.1 Pendahuluan

LATAR BELAKANG
Sampai kira-kira tahun 1910, system-sistem tenaga listrik tidak diketanahkan. Hal itu dapat dimengerti karena pada waktu itu system-sistem tenaga listrik masih
kecil jadi bila ada gangguan fasa ke tanah arus gangguan masih kecil, dan biasannya masih kurang dari 5 amper. Pada umumnya bila arus gangguan itu sebesar 5
amper atau lebih kecil, busur listrik yang timbul pada kontak-kontak antara kawat yang terganggu dan tanah masih padam sendiri. Tetapi system-sistem tenaga itu
makin lama makin besar baik panjangnya maupun tegangannya.
Oleh karena itu mulai tahun 1910-an pada saat mana system-sistem tenaga relative mulai besar, system-sistem itu tidak lagi dibiarkan terapung yang dinamakan
system delta, tetapi titik netral system itu diketanahkan melalui tahanan atau reaktansi. Pengetahanan itu umumnya dilakukan dengan menghubungkan netral
transformator daya ke tanah.
Metode-metode pengetanahan netral dari system-sistem tenaga adalah:
o

Pengetanahan melalui tahanan (ressistance grounding)

Pengetanahan melalui reactor (reactor grounding)

Pengetanahan tanpa impedansi (soild grounding)

Pengetanahan efektif (effective grounding)

Pengetanahan dengan reactor yang impedansinya dapat berubah-ubah (resonant grounding) atau pengetanahan dengan kumparan Petersen.
Istilah kumparan Petersen ini berasal dari nama orang yang pertama-tama menciptakan alat itu, yaitu W. Petersen. Petersen mendapatkan cara ini pada tahun 1916.
Di Negara-negara Anglo-Saxon nama alat itu sering juga disebut Ground Fault Neutralizer atau Arc Suppression Coil. Umumnya kita di Indonesia
mengenalnya sebagai kumparan Petersen adau Petersen spoel. Perlu dicatat di sini bahwa analisa serta perbaikan kumparan Petersen dibuat oleh JONAS mulai
tahun 1920.

Sekalipun penggunaan kumparan Petersen itu sudah mulai berkurang tetapi system 30 dan 70 KV yang ada di Jawa masih diketanahkan dengan kumparan
Petersen. Disamping itu, akhir-akhir ini semakin banyak generator yang terhubung dengan transformator (unit connected generator) diketanahkan dengan
kumparan Petersen.

FAUZAN HAIDAR

4.2 Fungsi Kumparan


Petersen pada Keadaan
Gangguan

Fungsi Kumparan Petersen Pada Keadaan Gangguan


Bila suatu sistem yang tidak diketanahkan terganggu oleh hubung singkat kawat tanah, maka arus gangguan
kapasitif itu akan kembali ke sistem melalui gangguan itu. Suatu keadaan istimewa ialah bila ada dua macam
arus gangguan yang sama besarnya tetapi berlawanan arahnya terjadi pada gangguan itu, jadi satu sama lain
saling menghilangkan. Hal ini terjadi bila pada arus gangguan yang kapasitif itu ditambahkan arus yang induktif
yang tertentu besarnya.

Fungsi Kumparan Petersen Pada Keadaan Gangguan


Untuk memperoleh arus induktif itu ditambahkan reactor parallel dengan kapasitor pada setiap fasa ke
tanah. Gambar 4.2. Tetapi cara ini bukanlah pemecahan yang ekonomis, karena dalam hal ini dibutuhkan
tiga reactor yang tidak akan jenuh dan induktansinya harus konstan.

Fungsi Kumparan Petersen Pada Keadaan Gangguan


Bila reactor itu dihubungkan ke titik netral system, umumnya dipilih netral sekunder transformator, maka
dalam hal ini dibutuhkan hanya satu reactor. Gambar 4.3

Gambar 4.3. (b) di atas menggambarkan sirkuit ekivalen system itu dalam keadaan gangguan kawat-tanah.
Bila reactor itu mempunyai kesanggupan untuk dapat mengatur impedansinya di samping adanya sadapan,
alat itu dinamakan kumparan Petersan. Untuk sementara marilah kita sebut alat itu reactor saja yang
impedansinya dapat diatur.

INDRA ALFIANTO

4.3 Komponen Rugi


Daya dari Arus Gangguan
Residu

Di dalam system dengan kumparan Petersen, bila terjadi gangguan tanah akan ada arus kapasiif dan
arus induktif. Adanya arus-arus ini mengakibatkan tibulnya rugi-rugi pada kumparan Petersen
sendiri maupun pada system transmisi serta trafo dayanya.
Komponen rugi-rugi di dalam rangkaian pengganti urutan nol dapat dinyatakan dengan tahanan yang
memberikan efek yang sama. Untuk itu rugi-rugi tersebut perlu dibahas satu persatu, lihat gambar
4.4.

Gambar 4.4. Komponen-komponen rugi daya pada system dengan


kumparan Petersen yang disebabkan oleh arus gangguan.

a)

Arus bocor yang mengalir melalui permukaan isolator penggantung pada tiang
transmisi. Besar arus ini tidak akan melampaui 5% dari arus kapasitif dari
system. Pengukuran sesungguhnya terhadap arus bocor pada isolator
penggntung tidak memberikan nilai yang tetap, tergantung pada keadaan
permukaan isolator, cuaca dan perencanaannya. Rugi-rugi untuk arus bocor ini
dinyatakan dengan konduktansi pengganti G1 dalam gambar 4.4.

b)

Rugi-rugi I2R yang disebabkan oleh arus gangguan kapasitif dan arus kumparan
di dalam jala-jala transmisi, transformator daya, dan jalan balik lewat tanah,
dinyatakan dengan tahanan pengganti R3.

c)

Rugi-rugi yang disebabkan adanya efek korona atau rugi-rugi dialektrik,


dinyatakan dengan tahanan pengganti R4.

d)

Rugi-rugi yang dihasilkan di dalam kumparan Petersen sendiri, yang terdiri dari
rugi-rugi besi di dalam inti, dan rugi-rugi tembaga pada belitannya, kedua
macam rugi-rugi ini dinyatakan masing-masing dengan tahanan shunt R2 dan R5.

e)

Rugi-rugi yang disebabkan oleh tahanan hubungan tanah dapat dinyatakan oleh
tahanan pengganti R6.

Rangkaian pengganti secara lengkapnya untuk menunjukan


komponen rugi-rugi ini diperlihatkan dalam gambar 4.4.

komponen-

Di dalam system tanpa efek korona, harga dalam persen masing-masing


komponen rugi-rugi dinyatakan dalam tabel 4.1.

Di dalam system tegangan ekstra tinggi (EHV) persen rugi daya total selama terjadi gangguan
tanah ini biasanya besarnya tak melampaui 4% dan rugi daya pada kumparan Petersen sendiri
sangat kecil sehingga dapat diabaikan. Bila dipakai isolasi dengan tingkat yang normal, persen
rugi daya total dapat berkisar 6-15%. Hal ini dapat dilihat dalam table 4.2 yang didapat dalam
praktek untuk berbagai tegangan system dan juga tergantung dari keadaan system.
Untuk mencari rugi daya total ini tidak dibutuhkan perhitungan yang teliti, tetapi sudah cukup
teliti bila dipakai cara pendekatan dengan berpedoman pada table tadi.
Tabel 4.2. Persen rugi total pada system yang berbeda-beda

Sebagai pegangan dalam perhitungan-perhitungan, jumlah rugi-rugi itu adalah kira-kira:


5% untuk tegangan tinggi 110 KV
ke atas
15% untuk tegangan sedang, dan
5% untuk kabel tanah
Jadi bila rugi-rugi itu tidak diabaikan, diagram ekivalen Gambar 2.2. (b) berubah menjadi seperti
Gambar 4.5.

Gambar 4.5. Diagram ekivalen system yang diketanahkan dengan kumparan Petersen dalam
keadaan gangguan R= rugi-rugi ekivalen.

Perlu ditekankan di sini bahwa rugi-rugi ini sangat terpengaruh oleh keadaan cuaca, karena rugirugi ini sebagian besar ditentukan korona dan kebocoran isolator. Dalam musim hujan
kemungkinan timbulnya korona lebih besar. Jadi rugi-rugi dalam musim hujan lebih besar
daripada rugi-rugi dalam musim kering.

M ALFIN

4.4 Pemadaman Bususr


Listrik dalam Keadaan
Gangguan Tanah

PEMADAMAN BUSUR LISTRIK


SAAT GANGGUAN TANAH

Busur listrik akan timbul saat pemutusan arus gangguan antara fasa dengan tanah. Bersamaan
dengan pemutusan arus, tegangan kawat akan berusaha. Pada waktu inilah kumparan petersen
akan berguna. kembali ke tegangan normal melalui waktu transisi

Arus Residu (Arus gangguan pada kumparan petersen karena kumparan tak ditala sempurna +
arus rugi-rugi)

Jika tak ada kumparan petersen:

Bila ada penyimpangan dari penalaran yang sempurna dinyatakan dengan ,


maka:

Atau
Bila Persamaan dipenuhi maka = O

4.4.1 Pemadaman Bunga Api pada Penalaan Sempurna


Terjadinya busur listrik atau loncatan api disebabkan karena udara terionisasi pada waktu adanya
gangguan, sehingga yang tadinya bersifat sebagai isolator, sekarang bersifat sebagai konduktor.
Setelah gangguan hilang pada waktu arus melewati titik nolnya, udara ingin kembali lagi sebagai
isolator.
Penyalaan kembali dari busur listrik dapat terjadi apabila pada timbulnya tegangan pulih system
terjadi pukul ulang (restrike), kejadian ini bisa menyebabkan timbulnya busur tanah, walaupun
penyebab dari gangguan itu sendiri sudah hilang. Jadi pada saat arus sama dengan nol, belum tentu
busur listrik itu hilang.

Pada penalaan yang sempurna , jadi bila system dibiarkan bebas akan terus
menerus berosilasi. Tetapi karena adanya rugi-rugi amplitudenya makin lama
makin kecil.

Konstanta waktu dari osilasi yang teredam itu ialah


= tahanan ekivalen seri

Bila konstanta waktu dihitung dari sirkuit ekivalen parallel maka:


R = tahanan ekivalen parallel

Superposisi
dari tegangan pulih transien yang berosilasi dan tegangan normal
menghasilkan tegangan yang secara perlahan-lahan kembali dari keadaan
gangguan ke keadaan normal.

arti yang terpenting dari kumparan Petersen ialah perlambatan dari


kembalinya tegangan antara fasa yang terganggu dan tanah. Bila tegangan
fasa sin wt dan tegangan transien maka tegangan pulih pada fasa yang
terganggu ke tanah menjadi,

: titik netral

: fasa yang terganggu

B,C : fasa-fasa tidak terganggu

Dari gambar 4.7 jelas kelihatan bagaimana tegangan dari fasa yang terganggu itu kembali
setelah gangguan dihilangkan.

KEUNTUNGAN

Keuntungan :

Arus gangguan dapat dibuat kecil sehingga tidak berbahaya bagi mahluk hidup.

Kerusakan peralatan sistem dimana arus gangguan mengalir dapat dihindari.

Sistem dapat terus beroperasi meskipun terjadi gangguan fasa ke tanah.

Gejala busur api dapat dihilangkan.

KERUGIAN

Kerugian:

Rele gangguan tanah (ground fault relay) sukar dilaksanakan karena arus gangguan
tanah relatif kecil.

Tidak dapat menghilangkan gangguan fasa ke tanah yang menetap (permanen) pada
sistem. hubung singkat tersebut tetap harus dilokalisir dengan menggunakan rele
hubung singkat ke tanah (Ground fault relay).

Operasi kumparan Petersen harus selalu diawasi karena bila ada perubahan pada
sistem, kumparan Petersen harus disetel (tuning) kembali.

NOFITA SARI

4.4.2 Pemadaman Bunga


Api pada Penalaan
Sempurna

Gambar 4.8 menggambarkan keadaan yang diberikan oleh persamaan .dari


gambar 4.8 kelihatan bahwa tegangan pulih dari fasa yang terganggu itu masih
tetap diperlambat walaupun pada keadaan penalaan yang tidak sempurna, dan
redaman diabaikan.
Perlu dicatat disini bahwa simpangan yang besar (arus residu makin besar) akan
mempercepat naiknya tegangan pulih system. Begitu juga halnya bila makin
besar arus rugi-rugi Iw,, dan bila simpangan tala terlalu besar, maka tegangan
pulih system menjadi terlalu cepat naiknya sehingga pemadaman sendiri mungkin
akan gagal, deionisasi bertambah lambat jadi tegangan pulih dielektrik juga
lambat.

Alasan-alasan tersebut disebabkan antara lain oleh :


1.

Sukar mengatur sehingga diperoleh penalaan sempurna,

2.

Bila da pergeseran netral yang ditimbulkan oleh ketidakseimbangan kapasitif,


tegangan pada kumparan itu pada kerja normal akan sangat besar (mungkin
10 sampai 15 kali sebesar pergeseran netral) bila ditala sempurna,

3.

Dalam keadaan gangguan pergeseran netral akan maksimum bila ditala


sempurna

NOVY ARIZKA

4.5 Pengaruh Tahanan


Kontak

Pengaruh Tahanan Kontak

Pengaruh tahanan kontak paling terasa pada saluran transmisi yang menggunakan tiangtiang kayu.

Bila sistem tidak diketanahkan, maka diagram ekivalennya diberikan dalam gambar 4.11.
( rugi-rugi system R kecil terhadap I / wC, karena itu diabaikan).

4.6 ANDRI LAKSONO

Keuntungan dan
Kerugian Kumparan
Petersen

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN KUMPARAN PETERSEN


Jadi jelas kelihatan sekarang keuntungan-kentungan dari adanya kumparan Petersen.
Untuk menggerakkan alarm dipergunakan tegangan dari kumparan Petersen, EN. besar tegangan yang
dibutuhkan untuk manggerakkan alarm tersebut kira-kira 80% dari Eph. Di atas telah dihitung bahwa
EN = 35% dari Eph, jadi tegangan ini sudah cukup manggerakkan alarm.
Jadi bila r terlalu besar, maka di samping Er yang besar (dan ini tidak baik) juga akan kemungkinan EN
terlalu kecil sehingga tidak dapat menggerakkan alarm.

KEUNTUNGAN KUMPARAN PETERSEN


1.

Arus gangguan satu fasa ke tanah dapat dibuat sekecil mungkin sehingga gangguan tanah tidak
berbahaya bagi sistem

2.

Hilangnya gejala busur tanah sehingga menghindarkan kerusakan pada peralatan sistem

3.

Suplai daya menjadi tak terganggu dan dapat berlangsung terus menerus walau gangguan belum
dihilangkan sama sekali

4.

Tegangan lebih transien dapat dikurangi dibandingkan sistim yang terisolir

5.

Mengurangi kejutan pada sistem akibat gangguan tanah

KERUGIAN KUMPARAN PETERSEN


1.

Tidak dapat mengkompensasi gangguan dua fasa ke tanah

2.

Tidak dapat menghilangkan gangguan satu fasa yang menetap pada sistem

3.

Tidak dapat mengkompensasi rugi daya pada sistem dan hamonisanya, sehingga pemakaian terbatas
pada tegangan 110kV

4.

Tidak dapat mencegah tegangan lebih secara keseluruhan

ANASTASYA

4.7 Persamaan dan


Diagram Lingkaran
Jonas

Keadaan

Sistem Pada Keadaan Tidak


Ada Gangguan

Sistem Dalam Keadaan


Gangguan Ke Tanah

Sistem Pada Keadaan Tidak Ada Gangguan

Impedansi
Petersen

Persamaan Arus

Kurva Karakteristik Petersen

Untuk menjaga supaya agar kumparan Petersen (tegangan netral) jangan terlalu
besar, maka impedansi kumparan petersen dibuat tidak konstan yaitu pada
arus yang lebih besar impedansinya berkurang.

ANGGIE MAULANA

Contoh Soal

Diagram lingkaran Jonas

impedansi kumparan Petersen itu konstan sampai E_N = E ph , dan di atas titik
Eph impedansi itu makin berkurang sehingga tegangan kumparan Petersen itu
agak konstan.

Misalkan impedansi kumparan Petersen itu

Impedansi ekivalen kapasitif, ZG dari system itu adalah konstan. Sekarang akan kita lihat
bagaimana kedudukan E_N yaitu tegangan pada kumparan Petersen. Rangkaian ekivalen dalam
keadaan tidak ada gangguan diberikan oleh Gambar 4.13. Dalam gambar 4.13, E_(0 )dan Z_G
tetap besarnya, sedangkan Z_(p ) dapat diatur, yaitu dengan merubah sadapannya.

Karena merupakan tegangan yang tetap yang dimasukkan pada dua impedansi dalam seri, satu
diantaranya yang tetap, sedang yang lain berubah secara linear. Maka tempat kedudukan
untuk berbagaibagai kedudukan sadapan merupakan sebuah lingkaran, gambar 4.17.

Lingkaran gambar 4.17, merupakan tempat kedudukan (tegangan) tanah. Harga maksimum dari E_N
yaitu E_(N, maks) ialah diameter dari lingkaran itu (G_M N), hal manater jadi pada keadaan
resonansi.

Jadi jelas kelihatan dari gambar 4.13, bahwa pada penalaan sempurna pergeseran netral sangat
besar pada kerja normal bila ada ketidak seimbangan kapasitif (E_0). Sebab itulah Jonas
mengatakan, bila ada ketidak seimbangan kapasitif system janganlah ditala sempurna.

Cara yang paling mudah untuk memperoleh data untuk melukiskan diagram lingkaran itu ialah dengan
cara pengukuran. Untuk tiap kedudukan sedapan dari kumparan Petersen itu diukur tegangan
tegangan fasa ketanah E_A,E_(B,) E_C, dan tegangan tegangan jala-jala E_AB,E_(BC,) E_CA.
Pengukuran itu dilakukan dengan bantuan transformator tegangan tiga fasa dengan netralnya
diketanahkan, gambar 4.18.

Prosedur untuk melukiskan diagram lingkaran Jonas adalah sebagai berikut :


1.

Dari hasil hasil pengukuran tegangantegangan fasa ke tanah (kolom 3, 4, dan 5) dan tegangan
jalajala (kolom6, 7, dan 8), diambil harga rata-rata tegangan jala-jala (kolm 10) ,dan tegangantegangan fasa tanah dikoreksi ketegangan jala-jala ini. Misalnya untuk baris pertama Tabel 4.4
EA dalam kolom 11 diperoleh sebagai berikut :

2.

Untuk tiap kedudukan sadapan dari kumparan Petersen, dengan ketiga tegangan fasa-tanah yang
telah diatur sebagai radius dilukiskan lingkaran.Melalui ketiga titik perpotongan dari ketiga lingkaran
itu dilukiskan segitiga. Titik berat segitiga itu menyatakan titik kedudukan dari sadapan pada
lingkaran jonas.

3.

Dengan jalan yang sama seperti langkah 2 diatas dilakukan untuk semua sadapan dari kumparan
Petersen, termaksud kedudukan off.

4.

Melalui titk-titik yang diperoleh pada langkah 2 dan 3 dilukiskan lingkaran, yaitu lingkaran jonas,
gambar 4.19.

Hasil-hasil pengukuran tegangan dari suatu system 115 kv yang dilengkapi dengan kumparan Petersen

1.

Lingkaran itu mempunyai radius sebesar 15 KV, atau diameter lingkaran 30 KV.

2.

Jadi pada keadaan resonansi, dalam keadaan kerja normal (tidak ada gangguan), pergeseran titk
netral ialah 30 KV atau kira-kira 43,5% dari tegangan fasa.

3.

Hasil dari pengukuran untuk system lain diberikan dalam Gambar 4.20. Dalam segitiga tegangan
ada dua lingkaran, yang pertama kecil dan yang kedua besar. Lingkaran kecil adalah lingkaran
yang sebenarnya, sedang yang besar diperoleh dengan melepaskan dua fasa. Hal itu dilakukan
karena system agak seimbang (fairly balanced), jadi lingkaran itu terlalu kecil untuk dipelajari.
Dengan melepaskan dua fasa diperoleh ketidakseimbangan yang besar dan lingkaran jonas yang
besar pula.

AULAN NIAM

4.8 Kesimpulan-Kesimpulan
Pengetanahan dengan Kumparan
Petersen

KESIMPULAN
1.

Adapun kesimpulan-kesimpulan Pengetanahan dengan kumparan Petersen yaitu:

2.

Pengetahanan dengan kumparan petersenan sangat efektif untuk memadamkan gangguan hubung tanah
(ground fault) yang berupa transien maupun gangguan yang berlangsung terus.

3.

Kumparan petersenan mencegah timbulnya arus gangguan yang besar.

4.

Kompensasi yang tepat terhadap arus kapasitif pada gangguan satu fasa ketanah menyebabkan arus
gangguan itu kecil sekali, sehingga memungkinkan system itu dapat bekerja terus dengan satu fasa
terhubung ketanah sampai ada saat yang baik untuk melakukan lokalisasi gangguan. Sementara itu baik
disis generator disentral maupun disisi pihak konsumen tak merasai gangguan tersebut.

5.

Pengurangan arus gangguan sampai harga minimumnya yang tidak lagi membahayakan konduktor maupun
isolator-isolator akan mengurangi pemeliharaan terhadap saluran-saluran transmisi, isolator-isolator, dan
sekaligus mengurangi operasi daripada pemutus daya.

6.

Busur tanah dapat dihindarkan.

7.

Kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh gangguan tanah diperkecil.

8.

Terhadap gangguan satu fasa ketanah yang temporer, kumparan Petersen tidak hanya menyebabkan arus
gangguan itu kecil tetapi juga memperlambat kenaikan tegangan pulih system dank arena itu busur listrik
mudah hilang sendiri, jadi system kembali normal tanpa bekerjanya pemutus daya.


9. Kumparan
Petersen sangat sensitive terhadap ketidakseimbangan da dalam sistemnya.

10. Kumparan

Petersen selalu siap setiap saat untuk menetralisir arus gangguan hubung tanah maupun hubung tanah

berurutan.
11. Kumparan

Petersen paling baik digunakan pada system radial baik yang melalui terdiri dari penghantar kawat udara
atau campuran hantaran udara dan kabel tanah dengan tegangan kerja dari 2,4 KV sampai dengan 110 KV.

12. Kumparan

Petersen praktis tidak membutuhkan pemeliharaan yang berarti.

13. Karena

arus gangguan tanah yang timbul selain kecil juga distribusinya tidak tergantung kepada letak gangguan, maka
arus itu tidak bisa dipakai sebagai dasar untuk rele ganggua tanah yang selektif harus dengan cara-cara yang istimewa
atau khusus.

14. Mengingat

bahwa terhadap gangguan satu fasa ke tanah yang permanen pemutusan pemutus daya dapat ditangguhkan,
maka rela gangguan tanah yang selektif bukan suatu keharusan.

15. Pemasangan

wattmeter type carth leakage relay dapat menunjukkan dengan tepat letak gangguan, sehingga dapat
diadakan tindakan pengisolasian bagian system yang mengalami gangguan itu.

16. Mengingat

bahwa kumparan Petersen itu hanya berjasa terhadap gangguan suatu fasa ketanah, maka system haruslah
diusahakan sedemikian rupa sehingga gangguan-gangguan satu fasa ketanah saja. Untuk ini tahanan-tahanan kaki tiang
harus diusahakan serendah mungkin.

17. Karena

pada waktu gangguaan satu fasa ketanah menyebabkan tegangan fasa lainya naik menjadi 3. atau tegangan
jala-jala, maka pengenal tegangan arrestnya haruslah berdasarkan tegangan jala-jala.

18. System

dapat bekerja pada simpangan tala tertentu tanpa mempengaruhi karateristik proteksinya terhadap system,
sehingga pada perluasan system tidak menunjukkan adanya pembatasan pemakaian kumparan Petersen ini.

19. Untuk

membatasi pergeseran netral akibat resonansi maka salah satu atau beberapa kumparan Petersen dipasang pada
sadapan maksimum.

FAISAL TAMIN

4.9 Penerapan
Kumparan Petersen

Kumparan petersen biasanya digunakan dalam sistem pentanahan 3 phasa


untuk membatasi arus busur selama terjadinya gangguan tanah.
Penerapan kumparan petersen pada pentanahan sistem diantaranya sebagai
berikut.

Gangguan 2 fasa ke tanah (cross coubtry fault)

Achmad Faizal T - 21060113140120

Gangguan tersebut timbul disebabkan oleh kerusakan tembus (break down) pada
isolator (yang telah buruk keadaannya) karena adanya kenaikan tegangan dari fasafasa yang tidak terganggu menjadi kali tegangan fasa sebelum gangguan. Karena
kumparan petersen tidak dapat berfungsi terhadap gangguan dua fasa ke tanah,
maka diperlukan juga tindakan pencegahan ke arah itu dengan bantuan alat
proteksi.

Kumparan Petersen dengan Tahanan Paralel

Achmad Faizal T - 21060113140120

Kumparan petersen yang mempunyai pengenal waktu singkat harus diperlengkapi dengan
suatu peralatan untuk menghubung singkat kumparan petersen ke tanah. Dengan pengaturan
ini, bila gangguan itu lebih lama dari waktu yang telah ditentukan, maka titik netral sistem
dihubungkan ke tanah, baik secara langsung maupun melalui tahanan yang paralel dengan
kumparan petersen itu, agar gangguan dapat dideteksi oleh rele yang akan memberikan
instruksi pada pemutus daya untuk mentripkannya

Achmad Faizal T - 21060113140120

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai