Anda di halaman 1dari 41

Disusun oleh:

Dr. Budi Mulyawan

RETENSIO URINE E.C SUSP. BPH

LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama
: Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia
: 71 Tahun
Alamat : Cikopo, Situraja
Agama : Islam
Pekerjaan
: Tidak Bekerja
Waktu Berobat : 29 September 2016

ANAMNESIS
Keluhan Utama
: Kesulitan BAK
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluh tidak bisa BAK sejak 1 hari yang lalu. Pasien
mengaku BAK tidak lancar sejak 1 bulan yang lalu. Pasien sering
menunggu lama dan mengedan saat pertama akan buang air kecil,
tetapi air kencing yang keluar tidak lancar. Pasien merasakan ingin
segera buang air kecil dan seperti tidak dapat ditahan tetapi pada
saat awal buang air kecil tetap harus menunggu untuk memulai
kencing. Setelah BAK pasien sering merasa tidak puas. Setelah
beberapa saat setelah kencing sering merasa ingin BAK kembali.
Pasien menyatakan sering terbangun saat malam hari untuk BAK,
hingga 4 kali dalam semalam. Kencing berwarna merah seperti
bercampur darah, nyeri pada daerah pinggang dan kencing berpasir
disangkal oleh pasien.

Riwayat penyakit dahulu


:
Riwayat penyakit Diabetes Mellitus disangkal
Riwayat Hipertensi disangkal
Riwayat penyakit keluarga
:
Tidak ada penyakit serupa dalam keluarga pasien

PEMERIKSAAN FISIK
Status Internus
Keadaan Umum
Kesadaran
Vital sign

Kepala
Mata

: Tampak sakit sedang


: Compos mentis
: TD
: 130/80 mmHg
N
: 88x/menit
RR
: 24x/menit
S
: 36,80C
: Normocephal
: Conjungtiva
: Tidak Anemis
Palpebra
: Tidak Edema
Sclera
: Tidak Ikterik

Leher

THT

Thoraks
Paru

: Pembesaran KGB (-)


Deviasi trakea (-)
Massa (-)
: Liang telinga : Lapang kanan / kiri
Sekret / Serumen : (-/-)
Perdarahan
: (-/-)
Hidung
: Deviasi septum (-)
Epistaksis
: (-)
: Cor
: BJ I-II regular,
Murmur (-), Gallop (-)
: VBS (+/+),Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)

Abdomen

: Inspeksi
Palpasi
Perkusi

Ekstremitas

: Perut tampak
cembung
: Teraba supel,
nyeri tekan (-)
: Timpani di 4
kuadran abdomen
: Bising usus (+)

Auskultasi
: Akral hangat
Edema (-), Sianosis (-)

Status Urologi
A. Renal
Nyeri ketok CVA -/ Ballotement test -/B. Regio Suprapubic
Inspeksi : Kesan blaas menonjol, warna kulit
sama dengan sekitar, tidak tampak massa.
Palpasi : Nyeri tekan (+), buli-buli teraba (blaas
penuh), tidak teraba adanya massa.

C. Genitalia eksterna
MUE : meatal stenosis (-)
D. Skrotum : testis kanan-kiri dalam batas normal

RESUME
Tn. S, laki-laki, 71 tahun, mengeluh tidak bisa BAK sejak
1 hari yang lalu. Pasien mengaku BAK tidak lancar sejak 1
bulan yang lalu. Pasien sering menunggu lama dan
mengedan saat pertama akan buang air kecil, tetapi air
kencing yang keluar tidak lancar. Pasien merasakan ingin
segera buang air kecil dan seperti tidak dapat ditahan
tetapi pada saat awal buang air kecil tetap harus
menunggu untuk memulai kencing. Setelah BAK pasien
sering merasa tidak puas. Setelah beberapa saat setelah
kencing sering merasa ingin BAK kembali.

Pasien menyatakan sering terbangun saat


malam hari untuk BAK, hingga 4 kali dalam
semalam. Pada pemeriksaan fisik, tes
ballotement (-/-), nyeri tekan suprapubic (+).

DIAGNOSIS
Retensi Urin e/c Suspek Benign Prostate Hyperplasia

DIAGNOSIS BANDING

BPH
Ca prostat
Prostatitis
Batu uretra
Batu buli
Tumor buli

PEMERIKSAAN ANJURAN

Lab darah rutin, kimia darah (ureum, kreatinin)


Urinalisa
USG ginjal, buli, prostat
PSA

PENATALAKSANAAN
a. Non Medikamentosa
Pemasangan Folley catheter no. 16
b. Medikamentosa
Antagonis adrenergik reseptor yang dapat berupa:
preparat non selektif: fenoksibenzamin
preparat selektif masa kerja pendek: prazosin, afluzosin, dan
indoramin
preparat selektif dengan masa kerja lama: doksazosin,
terazosin, dan tamsulosin
c. Inhibitor 5 redukstase, yaitu finasteride dan dutasteride

Pendidikan
Penyakit yang diderita diakibatkan oleh proses penuaan.
Terjadi pembesaran dari kelenjar prostat yang meyebabkan
gejala-gejala BAK tidak lancar dan harus menunggu lama
untuk mulai BAK. BPH juga dapat menimbulkan komplikasi
pada saluran kencing, misalnya infeksi, batu akibat BAK yang
sering tertahan. Tindakan pemasangan kateter urin yang di
lakukan pada pasien hanya bersifat sementara, mengurangi
keluhan pasien. Terapi definitive pada pasien sebaiknya
adalah dengan pembedahan. Pasien sebaiknya berkonsultasi
ke dokter spesialis bedah / bedah urologi untuk penyakitnya
ini.

PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam

Anatomi Prostat
Prostat merupakan kelenjar berbentuk konus terbalik yang dilapisi
oleh kapsul fibromuskuler, yang terletak di sebelah inferior vesika
urinaria, mengelilingi bagian proksimal uretra (uretra pars
prostatika) dan berada di sebelah anterior rektum. Bentuknya
sebesar buah kenari dengan berat normal pada orang dewasa
kurang lebih 20 gram, dengan jarak basis ke apex kurang lebih 3
cm, lebar yang paling jauh 4 cm dengan tebal 2,5 cm.3
Kelenjar prostat terbagi menjadi 5 lobus :
1. Lobus medius
2. Lobus lateralis (2 lobus)
3. Lobus anterior
4. Lobus posterior

Mc Neal (1976) membagi kelenjar prostat dalam beberapa


zona, antara lain adalah: zona perifer, zona sentral, zona
transisional, zona fibromuskuler anterior

Fisiologi Prostat
Prostat adalah kelenjar sex sekunder
pada laki-laki yang menghasilkan cairan
dan plasma seminalis, dengan
perbandingan cairan prostat 13-32% dan
cairan vesikula seminalis 46-80% pada
waktu ejakulasi.

Definisi
Benigna Prostate Hyperplasia (BPH) adalah
hiperplasia kelenjar periuretral prostat yang
akan mendesak jaringan prostat yang asli ke
perifer dan menjadi simpai bedah. 1
Istilah BPH atau benign prostatic hyperplasia
sebenarnya merupakan istilah histopatologis,
yaitu terdapat hiperplasia sel-sel stroma dan selsel epitel kelenjar prostat.

Etiologi
Hingga sekarang masih belum diketahui secara
pasti penyebab terjadinya hiperplasi prostat.
1. Teori Dehidrotestosteron (DHT)
2. Berkurangnya apoptosis

Patofisiologi
Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan
lumen uretra pars prostatika dan akan menghambat
aliran urin. Keadaan ini menyebabkan peningkatan
tekanan intravesikal. Untuk dapat mengeluarkan urin,
buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan
tahanan itu. Kontraksi yang terus-menerus ini
menyebabkan perubahan anatomik dari buli-buli
berupa
hipertrofi
otot
detrusor,
trabekulasi,
terbentuknya selula, sakula, dan divertikel buli-buli.
Fase penebalan otot detrusor ini disebut fase
kompensasi.

Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan oleh pasien sebagai


keluhan pada saluran kemih sebelah bawah atau lower urinary
tract symptom (LUTS) yang dahulu dikenal dengan gejala-gejala
prostatismus.
Dengan semakin meningkatnya resistensi uretra, otot detrusor
masuk ke dalam fase dekompensasi dan akhirnya tidak mampu
lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urin. Tekanan
intravesikal yang semakin tinggi akan diteruskan ke seluruh
bagian buli-buli tidak terkecuali pada kedua muara ureter.
Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat menimbulkan aliran
balik urin dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks vesicoureter. Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan
hidroureter, hidronefrosis, bahkan akhirnya dapat jatuh ke dalam
gagal ginjal

Gambaran klinis
Gejala pada saluran kemih bagian bawah

Pancaran miksi lemah


Urgensi
Nocturia
Dysuria
Miksi tidak puas
Intermitensi
Menetes setelah miksi
Hesistency

Gejala pada saluran kemih bagian atas


Hidroureter
Hidronefrosis
Urosepsis
Gangguan fungsi ginjal

Diagnosis
Diagnosis hiperplasia prostat dapat ditegakkan
melalui :
Anamnesis : gejala obstruktif dan gejala iritatif
Pemeriksaan fisik : terutama colok dubur ;
hiperplasia prostat teraba sebagai prostat yang
membesar, konsistensi kenyal, permukaan rata,
asimetri dan menonjol ke dalam rektum.
Semakin berat derajat hiperplasia prostat batas
atas semakin sulit untuk diraba.

Pemeriksaan laboratorium : berperan dalam


menentukan ada tidaknya komplikasi.
Pemeriksaan pencitraan :
Pada pielografi intravena terlihat adanya lesi
defek isian kontras pada dasar kandung kemih
atau ujung distal ureter membelok ke atas
berbentuk seperti mata kail. Dengan trans rectal
ultrasonography (TRUS) dapat terlihat prostat
yang membesar.

Uroflowmetri : tampak laju pancaran urin


berkurang.
Mengukur volume residu urin : Pada hiperplasi
prostat terdapat volume residu urin yang
meningkat sesuai dengan beratnya obstruksi
(lebih dari 150 ml dianggap sebagai batas
indikasi untuk melakukan intervensi).

Diagnosis banding

Obstruksi fungsional :

dissinergi detrusor-sfingter
(gangguan kontraksi detrusor dan

Kelemahan detrusor kandung kemih


kelainan medula spinalis
neuropati diabetes mellitus
pasca bedah radikal di pelvis
farmakologik
Kandung kemih neuropati
kelainan neurologik
neuropati perifer
diabetes mellitus
alkoholisme
farmakologik

relaks spingter)

ketidakstabilan detrusor

Kekakuan leher kandung kemih :


Fibrosis

Resistensi uretra meningkat :

hiperplasia prostat jinak atau ganas

kelainan yang menyumbatkan uretra

uretralitiasis

uretritis akut atau kronik

striktur uretra

Prostatitis akut atau kronis

Penatalaksanaan

1.Watchful waiting
Pilihan tanpa terapi ini ditujukan untuk pasien BPH dengan
skor IPSS dibawah 7, yaitu keluhan ringan yang tidak
mengganggu aktivitas sehari-hari. Pasien tidak mendapat terapi
namun hanya diberi penjelasan mengenai sesuatu hal yang
mungkin dapat memperburuk keluhannya, misalnya (1) jangan
mengkonsumsi kopi atau alkohol setelah makan malam, (2)
kurangi konsumsi makanan atau minuman yang mengiritasi
buli-buli (kopi/cokelat), (3) batasi penggunaan obat-obat
influenza yang mengandung fenilpropanolamin, (4) kurangi
makanan pedas dan asin, dan (5) jangan menahan kencing
terlalu lama.

2. Medikamentosa
Tujuan terapi medikamentosa adalah berusaha untuk : (1)
mengurangi resistansi otot polos prostat sebagai komponen
dinamik penyebab obstruksi infravesika dengan obat-obatan
penghambat adrenergic alfa (adrenergic alfa blocker dan (2)
mengurangi volume prostat sebagai komponen static dengan
cara menurunkan kadar hormon testosterone/
dihidrotestosteron (DHT) melalui penghambat 5reduktase.5
Penghambat reseptor adrenergik
Penghambat 5 reduktase
Fitofarmaka

3. Terapi Operatif
Tindakan operasi ditujukan pada hiperplasi prostat yang
sudah menimbulkan penyulit tertentu, antara lain:
retensi urin, batu saluran kemih, hematuri, infeksi
saluran kemih, kelainan pada saluran kemih bagian
atas, atau keluhan LUTS yang tidak menunjukkan
perbaikan
setelah
menjalani
pengobatan
medikamentosa.
Tindakan operasi yang dilakukan adalah operasi
terbuka atau operasi endourologi transuretra.

Prostatektomi terbuka
1. Retropubic infravesica (Terence Millin)
2. Suprapubic Transvesica/TVP (Freeyer)
3. Transperineal

Prostatektomi Endourologi
1.Trans Urethral Resection of the Prostate
(TURP)
2.Trans Urethral Incision of Prostate (TUIP)
3.Trans Urethral Laser of the Prostate (Laser
prostatectomy)

4. Invasif Minimal
Trans Urethral Microwave Thermotherapy
(TUMT)
Trans Urethral Needle Ablation (TUNA)

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai