Klasifikasi PPOK
PPOK terdiri dari dua bagian,
yaitu :
Bronchitis kronis
Emfisema
Etiologi PPOK
Faktor yang disebabkan paparan lingkungan
antara lain :
1) Merokok, merupakan penyebab dari 8590% kasus PPOK.
2) Pekerjaan, Para pekerja tambang emas
atau batu bara, industri gelas dan keramik
yang terpapar debu silika, atau pekerja
yang terpapar debu katun dan debu
gandum, toluena diisosianat, dan asbes.
3) Polusi udara, asap dapur, asap pabrik
Patofisiologi PPOK
Patofisiologi PPOK
1. Bronkitis kronik
Ditandai dengan pembesaran kelenjar mukus,
perubahan struktur pada saluran pernafasan
termasuk atrofi, metaplasia sel squamous,
abnormalitas silia, hiperplasia otot lurik, proses
inflamasi, dan penebalan dinding bronkiolus.
2. Emfisema
Emfisema ditandai oleh pelebaran rongga udara distal
bronkiolus terminal dan disertai kerusakan dinding alveoli.
Terdapat 3 jenis emfisema menurut
morfologinya:
a. Centriacinar Emphysema dimulai dengan destruksi
pada bronkiolus dan meluas ke perifer, mengenai
terutamanya bagian atas paru.
b. Panacinar Emphysema (panlobuler) yang melibatkan
seluruh alveolus distal dan bronkiolus terminal serta
paling banyak pada bagian paru bawah
c. Paraseptal Emphysema yaitu tipe yang mengenai
saluran napas distal, duktus dan sakus. Proses ini
terlokalisir di septa fibrosa atau berhampiran pleura
Diagnosa
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan:
1) Batuk, sputum putih atau mukoid, jika ada
infeksi menjadi purulen atau muko purulen
2) Pemeriksaan fisik
biasanya tampak kurus dengan Barrel-barrel
chest (diameter anteroposterior dada
meningkat)
Perkusi terdengar hipersonor, peranjakan
hati mengecil, batas paru-hati lebih rendah,
pekak jantung berkurang.
Suara napas dan suara jantung lemah
3.Pemeriksaan Radiologi
a. Foto dada pada bronchitis kronik
. Tubular shadows atau tram lines terlihat bayangan
garis-garis yang paralel, keluar dari hilus menuju apeks
paru. Bayangan tersebut adalah bayangan bronkus
yang menebal
. Corak paru yang bertambah
b. Foto dada pada emfisema paru
. Terjadi overinflasi (dengan gambaran diafragma yang
rendah dan datar, bahkan kadang-kadang terlihat
konkaf) dan pulmonary oligoemia (penciutan pembuluh
darah pulmonal dan penambahan corakan ke distal)
. Corak paru yang bertambah
Penatalaksanaan
Algoritme
Penatalaksanaan
Terapi nonfarmakologi
Berhenti merokok
Terapi oksigen
Nutrisi
Vaksinasi
Rehabilitas
Edukasi
Dukungan psikologis
Rujukan untuk kemungkinan pembedahan
Penatalaksanaan
Terapi Farmakologi
Saat ini tidak ada obat yang tersedia untuk pengobatan COPD
yang telah ditunjukkan untuk memodifikasi penurunan progresif
fungsi paru-paru atau memperpanjang kelangsungan hidup. sehingga
tujuan utama dari farmakoterapi adalah untuk mengontrol gejala
pasien dan mengurangi komplikasi, termasuk frekuensi dan
keparahan eksaserbasi dan meningkatkan keseluruhan status
kesehatan dan latihan toleransi pasien
Bronkodilator
Macam - macam bronkodilator :
a. Golongan antikolinergik
b. Golongan agonis beta - 2
c. Kombinasi antikolinergik dan agonis beta - 2
d. Golongan xantin
e. Antiinflamasi
f. Antibiotika
g. Antioksidan
Edukasi
Edukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan
jangka panjang pada PPOK stabil
Tujuan edukasi pada pasien PPOK :
Mengenal perjalanan penyakit dan pengobatan
Melaksanakan pengobatan yang maksimal
Mencapai aktiviti optimal
Meningkatkan kualiti hidup
Bronkodilator
Golongan antikolinergik
Digunakan pada derajat ringan sampai berat, disamping sebagai
bronkodilator juga mengurangi sekresi lendir ( maksimal 4 kali
perhari ).
Golongan xantin
Antiinflamasi
Digunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral
atau injeksi intravena, berfungsi menekan inflamasi yang
terjadi, dipilih golongan metilprednisolon atau prednison.
Antibiotika
Hanya diberikan bila terdapat infeksi
Antioksidan
Dapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki
kualiti hidup, digunakan N - asetilsistein.Dapat
diberikan pada PPOK dengan eksaserbasi yang
sering, tidak dianjurkan sebagai pemberian yang
rutin
Mukolitik
Hanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut
karena akan mempercepat perbaikan eksaserbasi,
terutama pada bronkitis kronik dengan sputum
yang viscous. Mengurangi eksaserbasi pada PPOK
bronkitis kronik, tetapi tidak dianjurkan sebagai
pemberian rutin.
Analisa Kasus
Tn A usia 54 tahun, dengan riwayat penyakit
hipertensi mengeluhkan sesak nafas yang mulai
sekitar 4 sampai 5 tahun yang lalu. Gejalanya
secara bertahap telah memburuk sejak saat itu.
Dia sekarang mampu berjalan 100 yard tanpa
harus berhenti dan beristirahat. Dia juga memiliki
batuk berhari-hari yang biasanya menghasilkan
sputum berwarna kekuningan. Dia merokok
sekitar rokok sehari selama 30 tahun terakhir.
Dia tidak memiliki pekerjaan yang terekspos oleh
debu, gas atau uap yang berbahaya.
Subjective
Nama Pasien : Tn.X
Usia : 54 tahun
Keluhan :
Timbul sesak nafas sejak 4 sampai 5 tahun
yang lalu, sekarang bertambah parah
Batuk dan mengeluarkan sputum yang
berwarna kekuningan
Hanya mampu berjalan 100 yard tanpa
berhenti dan beristirahat
Selama 30 tahun terakhir dapat merokok
bungkus sehari
Dia tidak memiliki pekerjaan yang
terekspos oleh debu, gas atau uap yang
berbahaya.
Riwayat
penyakit :
Hipertensi
Assesment
COPD
Hipertensi
Plan
Terapi Farmakologi
COPD
Golongan antikolinergik : digunakan pada derajat
ringan sampai berat. Disamping sebagai
bronkodilator juga mengurangi sekresi lendir
(max 4 kali perhari). Cth : Ipratropium bromida 20
gr (2 4 semprot 3-4 kali sehari ) (PDPI,2003)
Kombinasi antikolinergik dan agonis beta 2 :
Kombinasi kedua golongan obat ini akan
memperkuat efek bronkodilatasi, karena
keduanya mempunya tempat kerja yang berbeda.
Disamping itu penggunaan obat kombinasi lebih
sederhana dan mempermudah penderita.
Plan
Terapi Farmakologi
Hipertensi
Jangan berikan obat yang bekerja beta non selektif, karena
beta non selektif dapat juga bekerja di beta 1 yang ada di
bronki, menyebabkan bronkokontriksi, sehingga dapat
memperparah COPD
Berikan obat golongan diuretik tiazid ( cth : hidklorotiazid )
Untuk penanganan hipertensi rekomendasi WHO
menganjjurkan lima daya jenis obat dgn hipotensif dan
efektifitas kurang lebih sama, yaitu diuretik tiazid, betablocker, antagonis Ca, ACE0Inhibitor dan ATIIreseptoblocker. Kini banyak ahli sependapat bahwa
diuretik atau beta-blocker atau kombinasinya merupakan
pilihan pertama (oop,2007)
Plan
Terapi non-farmakologi
COPD
Plan
Terapi Non-Farmakologi
Hipertensi
Mengurangi berat badan
Mengurangi garam (diet garam)
Membatasi kolestrol
Berhenti merokok
Membatasi minum kopi
Tidak minum alkohol
Cukup istirahat dan tidur
Olahraga ringan
(oop,2007)
Monitoring
COPD
Pemeriksaan faal paru
Hipertensi
Pemeriksaan tekanan darah
Terima kasih