Anda di halaman 1dari 23

PORTOFOLIO

PARALISIS PERIODIK

Akmaliyah Sholiha Salsabila

Pembimbing
dr. H. Agus Salim
dr. H. Rifai, MARS

LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tn. A

JenisKelamin
Umur

:Laki-laki

: 31 tahun

Alamat : Cappakala
Agama : Islam
Suku/Bangsa

: Bugis/Indonesia

Pekerjaan : petani

Tgl.Pemeriksaan : 21 April 2016

LAPORAN
ANAMNESIS
Keluhan Utama :

Kedua tungkai terasa lemah

LAPORAN
ANAMNESIS TERPIMPIN
Dialami sejak tadi pagi, keluhan ini biasanya muncul dipagi

hari atau sehabis kerja di sawah. Pada awalnya pasien


mengeluh badannya terasa pegal-pegal dan lama kelamaan
kemudian mulai terasa lemas terutama bagian bahu yang
menjalar ke lengan dan jari-jari tangan, hal tersebut terjadi
bersamaan pada tungkai pasien. Keluhan tidak disertai
pandangan gelap, rasa baal atau kesmeutan, bicara pelo, mulut
mencong dan makan menjadi tersedak. Keluhan tidak disertai
maupun diawali, diare, muntah-muntah, demam, sakit kepala,
berdebar, batuk pilek dalam 1 bulan terakhir, aktivitas berat.
Keluhan ini sudah sering dirasakan. Penyakit serupa sebelumnya
pernah dirasakan dan sering terjadi tapi pasien mengabaikan
hal tersebut. Pola makan sehari-hari menurut keluarga, pasien
mengkonsumsi nasi hingga 3 piring dan malas makan sayur.

PEMERIKSAAN FISIS
Sakit sedang/Gizi cukup/Sadar

Status Vitalis :
TD
: 110/80 mmHg
Nadi
: 84 x/menit
Pernapasan : 18 x/menit
Suhu aksilla : 36,7C
Status Regional
Kepala :
Konjungtiva = tidak anemis, Skelera = tidak ikterus, Bibir =
tidak sianosis,
Leher :
Tidak ada massa tumor, tidak ada nyeri tekan, deviasi trakea
tidak ada, pembesaran kelenjar tidak ada.

PEMERIKSAAN.
Thorax :
I = Simetris (kiri=kanan),
P = Vocal Fremitus (kiri = kanan)
P = Sonor, batas paru-hepar ICS V dextra anterior
A = Bunyi pernafasan : Bronkial
Bunyi tambahan : Wheezing (-/-), Ronchi (-/-)
Jantung :
I = Ictus Cordis tidak tampak
P = Ictus cordis tidak teraba
P = Pekak Relatif,
Batas kanan atas ICS II linea sternalis lateralis dexter,
Batas kanan bawah ICS V linea parastenalis dexter,
Batas kiri atas ICS II linea parasternalis sinister,
Batas kiri bawah ICS V linea mediocalvicularis sinister.
A = BJ I/II murni regular

PEMERIKSAAN.
Abdomen
Inspeksi
: Datar, ikut gerak napas
Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
Palpasi
: Tidak nyeri tekan, tidak teraba massa
tumor, hepar dan lien tidak teraba.
Perkusi
: Timpani
Ekstremitas
Superior : Tidak ada deformitas, tidak ada massa tumor,
tidak ada edema, perfusi kapiler baik, tidak anemis, akral
hangat.
Inferior : tidak ada deformitas, tidak ada massa tumor,
tidak ada edema, perfusi kapiler baik, tidak anemis, akral
hangat.

PEMERIKSAAN.
Status Neurologis
Gerakan :

Kekuatan :

Tonus

terbatas

terbatas

terbatas

terbatas

2-3

2-3

Normotonus Normotonus
Normotonus Normotonus

Bentuk :

Eutrofi

Eutrofi

Eutrofi

Eutrofi

PEMERIKSAAN.

Reflek fisiologis :
Kanan
Reflek
Reflek
Reflek
Reflek
Reflek

bicep
:(+)
tricep
:(+)
brachioradialis : ( + )
patella
:(+)
achilles
:(+)

Kiri
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)

Reflek patologis :
Kanan
Hoffman tromer
Babinski
Chaddok
Oppenheim
Gordon
Schafer

:
:
:
:
:
:

(
(
(
(
(
(

)
)
)
)
)

Kiri
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)

Pemeriksaan Lab tanggal 22-04-2016


PEMERIKSAAN

HASIL

NILAI RUJUKAN

SATUAN

WBC

16,6

4.00 10.0

[103/uL]

RBC

5,19

4.00 6.00

[106/uL]

HGB

14,9

12.0 16.0

[g/dL]

HCT

42,4

37.0 48.0

[%]

PLT

305

150 400

[103/uL]

SGOT

<38

u/L

SGPT

<41

u/L

Albumin

2,5-5,0

gr/dL

Natrium

36-145

mmol/l

Kalium

3,5-5,1

mmol/l

Klorida

97-111

mmol/l

Bilirubin total

<1.1

mg/dL

Bilirubin direk

<0.30

mg/dL

Proten total

6.6-8.7

gr/dL

Pemeriksaan Lab tanggal 22-04-2016


PEMERIKSAAN

HASIL

NILAI RUJUKAN

- Kalium (K+)

2,4

3,5-5,1

- Natrium (Na+)

143

136-145

- Klorida (Cl-)

112

97-111

SATUAN

Elektrolit
mmol/L
mmol/L
mmol/L

Follow up
Tanggal/pukul
Tanggal
22/04/2016

Perjalanan penyakit (keluhan)


TD: 110/80 mmHG
N
: 84 x/i
P
: 20 x/i
S
: normal
Status neurologis
KM

Instruksi
R/
- KAEN 3B 16 tpm
- Ceftriaxone 1gr/12j/iv
- Ranitidin/12j/iv
- Santagesik/8j/iv
- Neurosanbe/24j/drips
- Aspar K 3x1
- Cek T4/TSH

Follow up
Pemeriksaan

Hasil

Rujukan

TSH

1,6

0,4 4,2 uIU/mL

T4

118

60 120 mmol/L

Tanggal 22/04/2016

Follow up
Tanggal/pukul
Tanggal
23/04/2016

Perjalanan penyakit (keluhan)


TD
N
P
S

: 120/80 mmHG
: 84 x/i
: 20 x/i
: normal

Status neurologis
KM

Instruksi
R/
- Aspar K 3x1
- Cefadroxyl 2 x1
- Boleh pulang

Periodik paralisis
Periodik paralisis adalah kelumpuhan keempat anggota
gerak yang bersifat flaksid. Periodik paralisis dapat
mengenai anak dan dewasa muda, biasanya mengenai
motorik yang timbul secara berkala. Serangan munculnya
periodik paralisis berulang ulang yang disebabkan adanya
gangguan pada ion kalium (hipokalemia yang tersering).

Periodik paralise adalah kelainan yang ditandai dengan


hilangnya kekuatan otot, umumnya terkait dengan
abnormalitas K + dan abnormalnya respon akibat
perubahan K + dalam serum. Periodik paralise dapat
dikelompokkan menjadi :
1. Periodik paralise hipokalemia
2. Periodik paralise hiperkalemia
3. Periodik paralise normokalemia

Epidemiologi
Angka kejadian periodik paralisis adalah sekitar 1 diantara
100.000 orang, pria lebih sering dari wanita dan biasanya
lebih berat. Usia terjadinya serangan pertama kali
bervariasi dari 1-25 tahun, frekuensi serangan terbanyak
di usia 15-35 tahun dan kemudian menurun dengan
peningkatan usia. Sejumlah penderita terserang setelah
periode istirahat sehabis latihan otot berat dan setelah
bangun tidur pagi hari.

Etiologi
Hipokalemia periodik paralise biasanya disebabkan oleh
kelainan genetik otosomal dominan. Hal lain yang dapat
menyebabakan terjadinya hipokalemia periodic paralise
adalah tirotoksikosis. Makan karbohidrat terlalu banyak
mungkin merupakan salah satu faktor pendorong serangan,
selain itu obat tiroid, insulin, epinefrin, kortikotropin, dan
kortikosteroid juga dapat memicu timbulnya serangan.

Gejala Klinis
Tanda awal serangan dapat berupa nyeri otot, sangat haus
sebelum terjadi kelemahan. Rasa lemah dimulai dari
ektremitas bawah, diikuti dengan anggota atas, badan dan
leher. Otot respirasi jarang terlibat, jika ada maka
penderita bisa mengalami sesak nafas dan meninggal
dunia. Pada pemeriksaan dijumpai refleks fisiologis
menurun atau hilang, sementara itu sensasi kulit tetap
normal.

Diagnosis
Diagnosis didapatkan dari anamnesis seperti adanya
riwayat pada keluarga karena erat kaitannya dengan
genetik serta gejala klinis seperti yang tersebut di atas,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari hasil
pemeriksaan didapatkan leukositosis selama serangan,
ekg dan elektrolit serum menunjukkan tanda-tanda
hipokalemia dan emg memperlihatkan penurunan
amplitudo unit motor potensial, dan potensial polifasik
meningkat jumlahnya serta kecepatan hantar saraf tepi
dalam batas normal.

Pemeriksaan Penunjang
1. Kadar K dalam serum.
2. Kadar K, Na, Cl dalam urin 24 jam.
3. Kadar Mg dalam serum.
4. Analisis gas darah.
5. Elektrokardiografi.

Terapi
Bila kadar K plasma sangat rendah, dapat langsung dikoreksi
dengan pemberian kalium secara intravena dengan
kecepatan 10 20 mEq/jam. Monitor kadar kalium tiap 2-4
jam untuk menghindari hiperkalemia terutama pada
pemberian secara intravena. Hindari diuretika golongan
benzotiazida, dan hindari diet karbohidrat tinggi.

Komplikasi dan Prognosis


Komplikasi
Arrhytmia.
Kelemahan otot progresif.

Prognosa
Baik apabila penderita mengurangi faktor pencetus seperti
mengurangi asupan karbohidrat, hindari alcohol dll. Serta
pengobatan yang teratur.

Anda mungkin juga menyukai