Anda di halaman 1dari 14

Resorpsi kondilar idiopatik

Resorpsi kondilar idiopatik (juga dikenal sebagai condylysis atau " sindrom
cheerleader ") merupakan penyakit TMJ terutama mempengaruhi gadisgadis remaja. Terdapat perlangsungan erosi kondilar yang cepat progresif
mengakibatkan pelebaran ruang sendi dengan dagu menjadi kurang
menonjol dari retrognatia [ 29 ]. Banyak penyebab telah dihipotesiskan
termasuk pengaruh estrogen pada osteogenesis, nekrosis avaskular, dan
gangguan internal TMJ. Bedah ortognatik telah terlibat sebagai penyebab
penyakit tetapi juga merupakan salah satu pendekatan korektif untuk
resorpsi kondilar idiopatik ( Gambar 5 ) .
Hiperplasia kondilar
Hiperplasia kondilar merupakan gangguan langka yang ditandai dengan
peningkatan volume kondilus mandibula, dan sering dikaitkan dengan
peningkatan volume ramus dan badan mandibula [30]. Hiperplasia
kondilar biasanya merupakan proses unilateral. Penyakit ini terjadi pada
dekade kedua dan ketiga kehidupan selama periode cepat dari
osteogenesis

menunjukkan

pengaruh

hormonal

pada

gangguan

pertumbuhan. Trauma juga terlibat dalam hiperplasia kondilar asimetris


karena hipervaskular selama penyembuhan memproduksi rangsangan
osteogenesis berlebihan. Hiperplasia mengakibatkan asimetri wajah
dengan dagu berputar jauh dari sisi yang terkena [30]. Reseksi kondilus
hiperplastik menyebabkan pertumbuhan abnormal untuk menghentikan
dan mengembalikan simetri wajah (Gambar 6).
Pneumatisasi luas
Pneumatisasi luas dari tulang mastoid dapat melibatkan fossa glenoid dan
eminensia artikular. Pengetahuan tentang pneumatisasi luas diperlukan
sebelum operasi untuk mencegah perforasi. Komplikasi dapat terjadi
selama operasi TMJ karena retraksi flap yang kuat, diseksi atau dengan
penempatan sekrup dalam kasus di mana prostesis fossa-eminensia yang
diperlukan

[31,32].

Pneumatisasi

juga

dapat

memberikan

jalan

perlawanan minimal dan memfasilitasi penyebaran tumor patologi,

peradangan, infeksi atau fraktur ke dalam sendi. Untuk alasan ini, CT


harus dilakukan sebelum operasi TMJ ketika pneumatisasi luas terdeteksi
dalam radiografi panoramik [31,32] (Gambar 7).
GANGGUAN INTERNAL TMJ
Gangguan internal (ID) didefinisikan sebagai kesalahan mekanik sendi
yang mengganggu fungsi sendi halus. Hal ini disebabkan interaksi
abnormal dari diskus artikular, kondilus dan emeninsia artikular.
Gambaran klinis terkait termasuk rasa nyeri artikular dan bunyi artikular
[33]. Perpindahan diskus adalah penyebab paling umum dari ID, meskipun
tidak semua diskus displaced terkait dengan gangguan (derrangment) dan
tidak semua gangguan disebabkan oleh perpindahan diskus [34]. Selain
itu,

tidak

jelas

perkembangan

apakah
atau

diskus

penghentian

displaced
rasa

terkait

nyeri.

dengan

Loose

onset,

bodies

dan

perlengketan pada sendi juga dapat mengakibatkan gangguan. Hingga


34% dari volunteers tanpa gejala dapat memiliki perpindahan diskus ke
anterior dan 23% dari pasien dengan gangguan dapat memiliki posisi
diskus yang normal [18]. Dalam seri MRI paling besar sekitar 80% dari
pasien yang dirujuk untuk pencitraan diagnostik dari TMJ yang
menunjukkan beberapa bentuk perpindahan diskus [35-37]. MRI adalah
modalitas pencitraan pilihan untuk diagnosis gangguan internal dengan
akurasi 95% dalam menilai posisi diskus dan bentuk dan akurasi 93%
dalam menilai perubahan tulang [38].
Perpindahan diskus
Perpindahan

diskus

dikategorikan

berdasarkan

hubungan

diskus

displaced dengan kondilus mandibula. Perpindahan dapat anterior,


anterolateral, anteromedial, lateral, medial dan posterior [39]. Pola yang
paling umum dari

perpindahan diskus baik anterior dan anterolateral

tercatat selama lebih dari 80% dari penyebab [37]. Perpindahan diskus
dapat disubklasifikasikan sebagai perpindahan ke anterior dengan reduksi
(ADR) atau perpindahan ke anterior tanpa reduksi (ADNR) berdasarkan
perbaikan hubungan normal antara kondilus dan diskus pada membuka

mulut (gambar 8 dan 9). Perpindahan diskus dapat lengkap atau parsial
[35]. Jika seluruh dimensi mediolateral dari diskus tergelicir, ini disebut
perpindahan sepenuhnya. Di sisi lain jika hanya bagian medial atau lateral
disk tergelincir, ini disebut perpindahan parsial. Perpindahan parsial
umumnya terlihat dengan ADR. Sering bagian lateral diskus tergelincir ke
anterior sedangkan bagian medial dari diskus tetap dalam posisi normal
(perpindahan rotasi diskus) [40].
Pada ADR, diskus tergelinciri ke anterior kembali ke posisi normal pada
membuka mulut menghasilka "klik respirokal" (Gambar 9). Dalam ADNR,
terdapat membuka mulut terbatas dan penyimpangan rahang ke sisi yang
terkena (tekunci tutup). Seiring waktu, peregangan atau perforasi jaringan
retrodiskal

menyebabkan

deformasi

diskus

yang

mengarah

ke

peningkatan pada perjalanan rahang dan mengurangi deviasi lateral


selama mulut membuka (Gambar 10A). Posterior band diskus tetap
anterior ke kondilus bahkan dengan mulut membuka [41]. Ada
peningkatan terkait perubahan degeneratif dalam TMJ dengan ADNR.
Meskipun gangguan sendi rahang dengan ADR dan tulang kortikal
kondilar normal mungkin stabil selama beberapa dekade, akhirnya akan
berkembang menjadi ADNR. Dalam sebuah penelitian dengan 55 pasien,
de Leeuw dkk [42] telah menunjukkan 75% dari pasien dengan sejarah
panjang (sekitar 30 tahun) dari gangguan internal TMJ yang memiliki
ADNR.
Mekanisme yang tepat untuk perpindahan diskus tidak diketahui meskipun
trauma dengan cedera pada diskus posterior yang menempel dianggap
menjadi penyebab paling mungkin. Unenhanced MRI adalah modalitas
pencitraan pilihan untuk evaluasi ID. Selama tahap awal diskus ID
mempertahankan bentuk normal, tapi seiring waktu itu menjadi cacat oleh
penebalan posterior band dan penipisan anterior band. Ini menghasilkan
bikonveks,

berbentuk

teardrop

atau

bulat

atau

diskus.

Diskus

mempertahankan bentuk bikonkaf yang normal asalkan tetap di atas


kondilus selama mulut membuka [42]. Oleh karena itu, adanya diskus

yang tidak teratur dan bulat hampir selalu menunjukkan penyakit diskus
[43]. Temuan MRI lain yang menunjukkan penyakit diskus termasuk diskus
datar, penurunan normal intermediet antara intensitas sinyal tinggi dari
diskus [44] dan adanya tear atau perforasi pada tahap kronis.
Perpindahan diskus ke posterior adalah entitas yang langka dan hanya
menyumbang

0,01% ke 0,001% dari semua perpindahan diskus [45].

Tanda klinis utama adalah tiba-tiba mengalami rahang terkunci dalam


posisi

terbuka.

MRI

sangat

menunjukkan perpindahan dari

membantu

dalam

diagnosis

dengan

posterior band luar 1 posisi jam [9]

(Gambar 10A). Ulasan dari informasi klinis pasien penting sebelum


interpretasi pencitraan lipatan diskus posterior sebelumnya dapat keliru
pada perpindahan diskus ke posterior yang diperoleh.
Perpindahan diskus ke anterolateral dan antero-medial dikelompokkan
dalam perpindahan rotasi sedangkan perpindahan lateral dan medial
murni dikelompokkan dalam perpindahan samping [46]. Perpindahan
lateral isolasi jarang (Gambar 10B). Sekali lagi perpindahan rotasi dan
samping ini bisa sepenuhnya atau parsial dan dengan atau tanpa diskus
reduksi. Perpindahan anterolateral merupakan pola yang paling umum
[37].
Pseudodisk
Pseudodisk yang ada pada beberapa pasien dengan diskus displaced
anterior. Ini telah dinyatakan sebagai reaksi adaptif untuk perpindahan
diskus ke anterior dalam diskus posterior yang menempel diikuti dengan
hialinisasi jaringan ikat berikutnya yang [47] muncul sebagai struktur
seperti-band intensitas low signal menggantikan biasanya bright signal
posterior diskus yang menempel [8 , 9,22] (Gambar 10C).
Stuck diskus
Stuck diskus adalah kondisi patologis yang ditandai oleh diskus immobile
dalam kaitannya dengan fossa glenoid dan eminensia artikular. Ini
terdapat di posisi mulut terbuka dan tertutup [9] dan kemungkinan terkait
dengan perlengketan. Hal ini dapat terjadi dengan atau tanpa perpindahan

diskus dan dapat dikaitkan dengan rasa nyeri dan disfungsi sendi karena
keterbatasan

pemindahan

kondilar

[48,49].

Diagnosis

ini

dapat

terlewatkan kecuali TMJ dilakukan pencitraan di posisi mulut terbuka dan


tertutup (Gambar 11). Pencitraan cine sagital oblik sangat berguna dalam
evaluasi stuck diskus.
Perforasi diskus
Perforasi

diskus dilaporkan dalam 5% sampai 15% dari pemindahan

gangguan sendi diskus[50]. Hal ini lebih umum pada pasien dengan
ADNR daripada di ADR [51,52] dan biasanya terlihat pada pasien dengan
arthrosis lanjutan. Prevalensi perforasi diskus lebih tinggi pada wanita
dibandingkan pada pria dan lazim pada individu lebih dari 80 tahun [53].
Temuan MRI dari perforasi diskus meliputi deformitas diskus (100%),
perpindahan diskus (81%), perubahan tulang kondilar (68%), efusi sendi
(23%) dan non-visualisasi posterior temporal yang menempel (TPA) dari
diskus (65 % -68%) [54]. Konvensional dan MR arthrogram dapat
membantu dalam diagnosis perforasi diskus dengan menunjukkan
opasifikasi dari kedua sendi kompartemen dari injeksi kompartemen single
yang lebih rendah. Jika perforasi diskus diduga sebuah fat suppressed T2
weighted MRI dapat diperoleh pada sagital dan koronal plane [55]. Tidak
adanya peregangan/penegakan diskus posterior temproal menempel pada
mulut membuka juga menunjukkan diskus yang perforasi.
Efusi sendi
Efusi sendi merupakan akumulasi abnormal besar cairan intra-artikular
dan umumnya terlihat pada pasien bergejala. Sejumlah kecil cairan sendi
dapat dilihat pada pasien tanpa gejala [56]. Efusi yang lebih menonjol di
sendi yang nyeri daripada tidak nyeri[16]. Meskipun tidak semua pasien
dengan nyeri sendi memiliki efusi, pasien dengan efusi besar biasanya
mengalami rasa sakit dan perpindahan diskus[57].
T2 weighted MR sequence merupakan sequence terbaik untuk penilaian
efusi sendi. Efusi sendi awal umumnya terjadi sekitar anterior band tapi
efusi lebih besar dapat menempati ruang sendi baik superior dan inferior.

Efusi besar mungkin memiliki nilai diagnostik karena menguraikan diskus


dan kadang-kadang bahkan perforasi diskus serta jaringan retrodiskal
menyebabkan "efek arthrographic" [57]. Gadolinium enchanced T1
weigthed imaging dapat membantu dalam membedakan efusi sendi polos
dari proliferasi sinovial. Pada pasien dengan arthropathies inflamasi terkait
proliferasi sinovial, meningkatan proliferasi sinovium sementara efusi tidak
[58].
Penebalan otot pterygoideus lateral yang menempel (tanda diskus
double)
Peran yang tepat dari otot pterygoideus lateral (LPM) dalam fungsi TMJ
masih kontroversial meskipun peran yang dikatakan adalah diturunkan sisi
ke sisi dan kekuatan protrusif rahang [9]. Ada penelitian yang
menunjukkan elektromiografi hiperaktif pada lnferior menempel LPM pada
pasien dengan gangguan internal TMJ [59]. Beberapa perubahan
morfologi pada bellies superior dan inferior dari LPM pada MRI telah
dijelaskan. Ini termasuk hipertrofi, atrofi dan kontraktur pada pasien
dengan ADNR dari TMJ dengan perubahan morfologi memiliki hubungan
yang signifikan dengan gejala klinis nyeri atau

pembukaan rahang

terbatas [60]. Dinyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara


perpindahan diskus ke anterior dan perlekatan dari LPM superior ke
diskus sendiri dan tidak pada kondilus [61]. Radiologis yang menafsirkan
harus mengetahui adanya potensial pitfall kesalahan LPM inferior yang
menebal ke diskus displace anterior ("tanda diskus double") [9] (Gambar
12).
Osteochondritis dissecans dan nekrosis avaskular
Dissecans Osteochondritis (OCD) dan nekrosis avascular (AVN) dari
kondilus mandibula adalah entitas patologis yang serupa mungkin
mewakili gambaran patofisiologi yang sama [62]. Gambaran klinis umum
dari OCD / AVN dari kondilus mandibula termasuk rasa sakit dan
deformitas sendi. Nyeri umumnya lebih di sendi dan sepanjang divisi
ketiga dari saraf trigeminal. Gejala lain termasuk sakit kepala ipsilateral,

sakit telinga dan kejang otot masticator. Ini dapat terjadi dengan atau
tanpa batasan gerakan bersama [63]. MRI adalah modalitas pilihan untuk
penilaian OCD / AVN dari kondilus mandibula [63]. Terdapat penurunan
marrow signal pada T1 weighted sequences dalam kasus AVN. T2
weighted sequences menunjukkan karakteristik sinyal variabel dengan
awal AVN, penyembuhan dan OCD. Awal AVN konsisten menunjukkan
sinyal tinggi pada T2WI dan OCD akut biasanya menunjukkan fragmen
sentral hipointens dikelilingi oleh zona sinyal yang lebih tinggi pada T1W
dan T2W sequences [63]. Meskipun MRI 78% sensitif dan 84% spesifik
untuk diagnosis AVN, nilai prediksi positif hanya 54% karena kondilar
sclerosis sekunder untuk perubahan degeneratif TMJ lanjutan memiliki
penampilan MRI yang sama [64]. Perubahan radiologis dari OCD dan AVN
dari kondilus mandibula sering dikaitkan dengan efusi sendi dan
gangguan internal diskus [65] (Gambar 13).
Loose bodies
Loose bodies di sendi sinovial dapat disebabkan chondromatosis sinovial
primer atau sekunder. Jenis utama dikaitkan dengan metaplasia tulang
rawan spontan dalam sinovium, sedangkan tipe sekunder karena
penggabungan loose bodies osteocartilaginous di sinovium pada keadaan
penyakit sendi degeneratif [66]. Gejala klinis umum yang terkait dengan
loose bodies termasuk rasa sakit, pembengkakan periauricular, penurunan
rentang gerak rahang, krepitasi dan deviasi sepihak rahang selama mulut
membuka [67]. Radiografi panoramik dari TMJ mungkin atau mungkin
tidak menunjukkan loose bodies [68]. Resolusi tinggi CT [69,70] atau MRI
[70] dapat menunjukkan loosebodies kecil dalam ruang sendi TM (Gambar
14).
Hipermobilitas
Pasien dengan hipermobilitas TMJ dapat hadir dengan ketidakmampuan
untuk menutup rahang (kunci terbuka) setelah pembukaan lebar rahang.
Hal ini terjadi sebagai akibat dari translasi kondilus luar margin anterior
menempel dari kapsul TMJ. Penjebakan kondilus sepanjang lekuk anterior

eminensia artikular terjadi karena berbagai kendala biomekanik, terutama


aktivitas otot masticator [71].
Dalam kasus akut, ada sedikit kebutuhan untuk studi pencitraan sebagai
kunci terbuka secara klinis terbukti dengan riwayat klinis yang relevan
pembukaan lebar rahang atau trauma. Dalam kasus-kasus kronis MRI
dapat memberikan informasi tentang ketinggian (height) dan kecuraman
(Ssteepness) eminensia artikular serta bentuk dan posisi diskus[72].
Ankylosis
Ankilosis TMJ dapat disebabkan perlengketan fibrosa atau fusi tulang
yang mengakibatkan pembatasan gerak rahang. Hal ini dapat terjadi
sebagai kelanjutan dari infeksi sebelumnya, operasi trauma [73] dan pada
pasien dengan arthritis juvenile idiopathic atau kondilus mandibula bifida.
MR arthrography berguna untuk evaluasi adhesi fibrous dan CT scan tiga
dimensi diperlukan untuk perencanaan bedah ketika fusi tulang dicurigai
(Gambar 15).
TMJ ARTHRITIS
Mirip dengan sendi sinovial lain di dalam tubuh, TMJ sering terlibat dalam
artritis inflamasi yang berbeda. Artritis degeneratif dan arthritis sekunder
untuk penyakit deposisi kristal juga umum pada TMJ. Arthritis sekunder
terhadap infeksi atau trauma dapat terjadi pada TMJ. Arthritis dari TMJ
dibahas berdasarkan mekanisme patofisiologi.
Arthritis inflamasi
Juvenile idiopathic arthritis: arthritis juvenile idiopathic (JIA) adalah
penyakit rematik yang paling umum pada anak-anak yang lebih sering
mempengaruhi perempuan daripada anak laki-laki. Penyakit ini terutama
mempengaruhi sendi sinovial. Ada dua puncak onset, pertama adalah
antara usia 1 dan 3 tahun dan puncak kedua antara 8 dan 12 tahun [74].
TMJ terlibat dalam 17% sampai 87% dari pasien dengan JIA [74]. JIA bisa
sistemik, polyarticular dan pauciarticular. TMJ yang lebih umum terlibat
pada pasien dengan keterlibatan sendi polyarticular [75]. Presentasi khas
keterlibatan TMJ termasuk rasa sakit, nyeri sendi, krepitasi, kekakuan dan

penurunan rentang gerak. Ankilosis tulang dapat berkembang pada


beberapa

pasien

sebagai

manifestasi

lambat

dari

penyakit.

Orthopantomogram, CT, MRI dan ultrasound telah digunakan untuk


mengevaluasi

TMJ

JIA.

Orthopantomogram

dan

CT

didominasi

mengidentifikasi erosi tulang sekunder keterlibatan TMJ. Kedua teknik ini


melibatkan paparan radiasi untuk pasien muda. MRI dan ultrasound telah
mendapatkan popularitas pada evaluasi TMJ pada pasien dengan JIA
karena teknik ini memiliki resolusi yang lebih baik pada jaringan lunak
yang memungkinkan diagnosis awal keterlibatan TMJ tanpa radiasi
pengion. Arthritis TMJ akut biasanya menunjukkan efusi sendi dan
penebalan sinovial pada pencitraan T2 weigthed tanpa perubahan tulang
[76]. Peningkatan jaringan sendi atau periarticular bukanlah tanda spesifik
arthritis TMJ akut karena peningkatan sendi yang abnormal dapat hadir
bahkan pada pasien yang sehat [76]. Resorpsi kondilar dapat lebih baik
dievaluasi pada non-fat suppressed T1 weigthed sequences dan
menunjukkan arthritis TMJ lebih kronis [76] (Gambar 16).
Rheumatoid arthritis: Rheumatoid arthritis (RA) adalah gangguan
inflamasi kronis yang dominan mempengaruhi jaringan periarticular seperti
membran sinovial, kapsul sendi, tendon, sheaths tendon dan ligamen.
Komponen sendi internal sekunder terlibat. Prevalensi RA pada populasi
umum sekitar 2% -2,5% dengan dominasi perempuan. Puncak timbulnya
penyakit 40-60 tahun dan sekitar 50% -75% dari pasien dengan RA
memiliki keterlibatan TMJ [77]. RA merupakan penyakit progresif lambat
dengan onset berbahaya dan kerusakan progresif dari artikular / jaringan
lunak periarticular dan tulang-tulang yang berdekatan mengakibatkan
deformitas sendi. TMJ terlibat pada tahap berikutnya dari penyakit.
Keterlibatan TMJ menyebabkan mendalam, nyeri dull aching di daerah
preauricular, terutama selama mengunyah. Jangkaua gerak terbatas dan
kekakuan pagi dapat terjadi [78]. Kondilus mandibula secara bertahap
resorbs sebagai penyakit berkembang. Fitur radiografi RA termasuk
kehilangan ruang sendi, kerusakan kondilar, flattening dengan posisi

anterior kondilus. Mungkin ada flattening dari eminensia artikular dan erosi
fossa glenoid. Proliferasi sinovial merupakan proses awal RA dan dapat
membedakannya dari jenis lain arthritis [79]. Proliferasi sinovial yang
mudah terlihat pada MRI dan dapat dilihat pada semua pasien [79]. Efusi
sendi juga relatif lebih sering terjadi pada RA.
Degeneratif (osteo) artritis
Osteoarthritis (OA) adalah penyakit degeneratif kronis yang khas
mempengaruhi tulang rawan artikular sendi sinovial dan berhubungan
dengan remodeling simultan tulang subchondral yang mendasari dengan
keterlibatan sekunder sinovium. Osteoarthritis adalah patologi sendi yang
paling umum yang mempengaruhi TMJ [80]. Ada perbedaan yang jelas
antara

bukti

radiografi

OA dan

gejala.

Studi

berbasis

populasi

menunjukkan bahwa minimal kodilar flattening ada sampai dengan 35%


dari pasien tanpa gejala sementara sekitar 11% dari pasien memiliki gejala
TMJ OA yang berhubungan [80]. Gejala yang paling umum dari TMJ OA
adalah nyeri saat mengunyah. Rasa sakit biasanya dimulai di jaringan
lunak periarticular dan otot-otot masticator di pelindung refleks spasme.
Kelelahan otot masticator, trismus, penurunan rentang gerak, kesulitan
membuka mulut dan krepitasi sendi adalah gejala umum lainnya.
Keunggulan radiologis dari TMJ OA adalah ketidakteraturan permukaan
artikular tulang kortikal, erosi dan pembentukan osteofit [81]. Erosi
radiologis didefinisikan sebagai focal area densitas menurun pada margin
kortikal permukaan artikular dari kondilus mandibula dan wilayah
subchondral.

Pembentukan

osteofit

biasanya

terjadi

pada

tahap

berikutnya dalam penyakit dan dapat menstabilkan dan memperluas area


permukaan sendi dalam upaya untuk lebih menahan kekuatan beban
aksial. Modalitas pencitraan yang berbeda telah digunakan dengan
berbagai tingkat keberhasilan. Masih belum ada konsensus umum
sebagaimana pencitraan modalitas harus menjadi standar baku emas [81]
(Gambar 17).

Metabolik arthritis / kristal arthropathies


Penyakit deposisi kalsium pirofosfat dehidrat: penyakit kalsium
pirofosfat

dehidrat (CPPD) adalah

arthropathy metabolisme yang

disebabkan oleh deposisi kalsium pirofosfat dehidrat kristal di dalam dan


sekitar sendi, terutama dalam tulang rawan artikular dan fibrokartilago
[82].
Gambaran keterlibatan TMJ berkisar dari kalsifikasi diskus yang
asimtomatik ditandai destruksi sendi dengan perubahan erosif di kondilus
mandibula dan dasar tengkorak yang berdekatan. Gejala umum termasuk
rasa

sakit

dan

pembengkakan

preauricular

dengan

gangguan

pendengaran sesekali. Mengunyah dapat memperburuk rasa sakit. Gejala


yang kurang umum lainnya termasuk kliking TMJ, tinnitus, dan maloklusi.
Penampilan radiografi CPPD adalah variabel. Computed tomography
menunjukkan deposisi kalsium dalam diskus atau jaringan periartikular.
Pada MRI, deposit CPP biasanya muncul sebagai bahan hipointens baik
pada T1 dan T2 weigthed sequences. CT dan MRI menunjukkan erosi
dekat kedua kondilus dan fossa dengan deposit CPPD berdekatan [82].
Erosi dapat meluas ke dasar tengkorak dan ke fossa kranial tengah.
Keterlibatan sendi lain dengan kondrokalsinosis merupakan petunjuk
untuk diagnosis. Diagnosis banding meliputi chondromatosis sinovial,
osteochondroma sinovial, dan osteosarcoma (Gambar 18).
Arthritis infeksius
Infeksi TMJ biasanya sekunder perluasan langsung dari infeksi dari
jaringan yang berdekatan ke dalam sendi. Infeksi sistemik seperti
tuberkulosis dan sifilis jarang melibatkan TMJ. Infeksi TMJ lebih umum
dalam keadaan imunosupresi dan adanya penyakit sistematik lainnya
seperti diabetes mellitus, rheumatoid arthritis dan penggunaan obat
intravena, dll
TUMOR DAN KONDISI TUMOR-SEPERTI TMJ

Tumor dan kondisi seperti-tumor dapat mempengaruhi TMJ. Kondisi ini


mungkin memiliki presentasi yang sama seperti nyeri, bengkak, dan
keterbatasan gerak.
Chondromatosis sinovial
Chondromatosis

sinovial

(SC)

adalah

kondisi

jinak

dengan

chondrometaplasia dari membran sinovial dan pembentukan nodul tulang


rawan. Nodul ini dapat terlepas dan membentuk loose bodies yang
kemudian terjadi kalsifikasi. Chondromatosis sinovial biasanya melibatkan
sendi-sendi besar, seperti lutut, pinggul, dan siku. Hal ini biasa bagi sendi
temporomandibular yang terpengaruh oleh SC. SC biasanya melibatkan
kompartemen superior TMJ sementara keterlibatan kompartemen inferior
jarang dan sekunder pada perforasi diskus artikular. Temuan jarang
meliputi erosi kepala kondilar mandibula, dasar tengkorak temporal, dan
ekstensi intrakranial.
Pasien biasanya datang dengan nyeri preauricular, pembengkakan,
peradangan, keterbatasan gerak, dan suara artikular. Beberapa pasien
juga melaporkan disfungsi neurologis, seperti sakit kepala dan gangguan
pendengaran. Diagnosis TMJ chondromatosis sinovial sulit karena
merupakan penyakit langka dan dapat memiliki temuan yang mirip dengan
penyakit yang lebih umum, seperti kondrokalsinosis, osteoarthritis, dan
chondrosarcoma. Temuan radiologis dari SC meliputi kalsifikasi loose
bodies, pembengkakan jaringan lunak, pelebaran ruang sendi, irreguler
dari permukaan sendi, dan sclerosis dari fossa glenoid dan / atau kondilus
mandibula. CT biasanya menunjukkan nodul kalsifikasi sekitar kondilus
mandibula dengan perubahan degeneratif dari kondilus [83]. MRI
biasanya menunjukkan signal solid dan cairan campuran yang terkait
dengan metaplasia dari jaringan sinovial dan komponen cairan dari
akumulasi sekresi sinovial. Nodul kalsifikasi adalah T1 / T2 hipointens
dengan sekitarnya T2 hiperintens efusi dan sinovium proliferatif, yang
meningkat setelah pemberian kontras. MRI lebih disukai pada evaluasi SC
dibandingkan CT karena kemampuan untuk mendeteksi non-kalsifikasi

loose bodies, kurangnya radiasi, dan visualisasi dari diskus artikular [84]
(Gambar 19). Pengobatan operasi pengangkatan loose bodies dan eksisi
sinovium metaplastik. Pada tahap akhir SC tanpa aktivitas metaplastil
sinovial, pengobatan non-bedah yang sering dengan terapi ditujukan
terhadap meringankan gejala.
Pigmented villonodular synovitis
Pigmented villonodular synovitis

(PVNS)

adalah

jinak,

gangguan

proliferasi non-neoplastik sendi membran sinovial, bursae, dan selubung


tendon. Penyakit ini biasanya monoarticular dan dapat melibatkan sendi
tetapi paling sering terlihat di lutut. Primer PVNS dari TMJ jarang. Ada dua
bentuk PVNS: nodular dan difus. Pola nodular yang paling umum dari
PVNS termasuk tumor sel raksasa, xanthoma, xanthogranuloma, dan
myeloplaxoma, yang mempengaruhi bagian fokal dari sinovium [85]. Difus
PVNS mempengaruhi hampir seluruh sinovium. Etiologi pasti dari PVNS
jelas. Awalnya diduga sebagai respon inflamasi terhadap stimulus yang
tidak diketahui. Teori lain menghubungkannya dengan perdarahan
berulang intra-artikular pada trauma, metabolisme lipid diubah, atau
proliferasi neoplastik jinak. PVNS umumnya menimbulkan pembengkakan
non-tender perlahan-lahan tumbuh dan sendi yang terkena. Pasien
dengan keterlibatan TMJ, dapat timbul massa preauricular dengan
pembengkakan,

nyeri,

nyeri

tekan,

klik,

otalgia,

dan

gangguan

pendengaran. Metode yang paling sensitif untuk mendeteksi PVNS adalah


dengan MRI menunjukkan T1 / T2 hypointensity dan blooming pada GRE
sequences dari hemosiderin deposisi paramagnetik [86]. Mungkin ada
peningkatan sedang homogen intens sinovium. Temuan CT biasanya tidak
spesifik dengan erosi tulang, kista subchondral, dan massa jaringan lunak
[87]. Efusi sendi mungkin padat dari hemosiderin. Diagnosis PVNS pada
MRI meliputi chondromatosis sinovial, rheumatoid arthritis, sarkoma
sinovial, hemofilia, dan hemangioma sinovial.

Neoplasma primer dan sekunder, dan lesi lainnya

Osteochondroma adalah lesi neoplastik kedua yang paling umum


mempengaruhi TMJ. Osteochondroma, osteoma, dan hiperplasia condylar
seringkali sulit untuk dibedakan baik secara klinis dan pencitraan. MR dan
CT

dapat

menggambarkan

tingkat

yang

tepat

dari

tumor

dan

hubungannya dengan struktur anatomi dalam TMJ. Kista sinovial, kista


ganglion dan kista tulang sederhana juga dapat terjadi. Banyak
neoplasma tulang primer jinak, seperti chondroblastoma, osteoma, osteoid
osteoma, osteoblastoma, ossifiying fibroma dan kista tulang aneurisma
juga dapat melibatkan TMJ. Neoplasma ganas tulang primer yang sangat
jarang terjadi pada TMJ tetapi meliputi chondrosarcoma dan sarkoma
osteogenik. Ada juga bisa menjadi perluasan tumor dari struktur yang
berdekatan dengan TMJ. Tumor dari telinga luar dan kelenjar parotis
dapat meluas ke TMJ. Kurang dari 1% dari semua tumor bermetastasis ke
wilayah maksilofasial. Adenokarsinoma adalah tumor metastatik yang
paling umum pada rahang, naik sekitar 70% kasus. Dilaporkan metastasis
ke TMJ termasuk payudara, ginjal, paru-paru, usus besar, prostat, tiroid,
dan testis primer.
KESIMPULAN
Pencitraan dari TMJ harus dilakukan pada kasus per kasus tergantung
pada tanda-tanda dan gejala klinis. MRI adalah studi diagnostik pilihan
untuk evaluasi posisi diskus dan gangguan internal sendi. CT scan untuk
evaluasi TMJ diindikasikan jika keterlibatan tulang dicurigai dan harus
dipertimbangkan bijaksana karena risiko radiasi. Pemahaman tentang
anatomi TMJ, biomekanik, dan manifestasi pencitraan penyakit penting
untuk secara akurat mengenali dan mengelola berbagai patologi.

Anda mungkin juga menyukai