Anda di halaman 1dari 34

BATU GINJAL

Oleh:
YELSA NORITA (10-125)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
2013

ANATOMI GINJAL

Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti


kacang,

terdapat

sepasang

dan

posisinya

retroperitoneal. Ginjal kanan terletak sedikit lebih


rendah (kurang lebih 1 cm) dibanding ginjal kiri, hal
ini disebabkan adanya hati yang mendesak ginjal
sebelah kanan.

Secara

umum,

ginjal

terdiri

dari

beberapa

bagian:

Korteks, yaitu bagian ginjal di mana di dalamnya


terdiri dari korpus renalis/Malpighi (glomerulus dan

ANATOMI GINJAL

Medula,

yang terdiri dari 9-14 pyiramid. Di


dalamnya terdiri dari tubulus rektus, lengkung
Henle dan ductus colligent.
Columna renalis, yaitu bagian korteks di antara
pyramid ginjal
Processus renalis, yaitu bagian pyramid/medula
yang menonjol ke arah korteks
Hilus renalis, yaitu suatu bagian/area di mana
pembuluh darah, serabut saraf atau duktus
memasuki/meninggalkan ginjal.
Papilla
renalis,
yaitu
bagian
yang
menghubungkan antara duktus pengumpul dan
calix minor.
Calix minor, yaitu percabangan dari calix major.

GAMBAR ANATOMI GINJAL

FISIOLOGI GINJAL
Fungsi ginjal :
1) Memegang peranan penting dalam pengeluaran zatzat toksis
2) Mempertahankan suasana keseimbangan cairan
3) Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan
basa
4) Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari
protein ureum, kreatinin dan amoniak.
Tahap pembentukan urin adalah :
1. Proses Filtrasi
Di glomerulus terjadi penyerapan darah, yang
tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein.
Cairan yang tersering ditampung oleh simpai bowmen
yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat,

FISIOLOGI GINJAL
2. Proses Reabsorbsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali
sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida,
fosfat, dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya
terjadi secara pasif (obligator reabsorbsi) di
tubulus proximal, sedangkan pada tubulus
distal terjadi kembali penyerapan sodium dan
ion
bikarbonat
bila
diperlukan
tubuh.
Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi
fakultatif) dan sisanya dialirkan pada papilla
renalis.
3. Proses Sekresi
Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di

DEFINISI

Batu Ginjal adalah batu yang terbentuk di


tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,
infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa
mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan
merupakan batu slauran kemih yang paling
sering terjadi. (Purnomo, 2000)
Nefrolitiasis atau batu ginjal adalah Keadaan
yang ditandai dengan adanya batu di dalam
ginjal. (Kamus Kedokteran FKUI)

GINJAL

EPIDEMIOLOGI
Berbeda antara negara berkembang dengan
negara maju
Banyak faktor yang mempengaruhi, antara
lain industrialisasi, urbanisasi, ras, pekerjaan,
derajat ekonomi, dan sosial.
Banyak diderita laki-laki dari perempuan (3:1)
Umur

tersering

yaitu

pada

anak-anak

dibawah 5 tahun, sedangkan pada dewasa


sekitar umur 30-50 tahun.

ETIOLOGI
Menurut penyebabnya, batu ginjal terbagi atas :
1.

Batu asam urat dijumpai pada 10% kasus dan


sifatnya

radiolusen.

Pembentukan

batu

mudah

terjadi pada hiperurikosuria, kekurangan volume, dan


urin yang bersifat asam yang mengurangi daya larut
asam urat. Sekitar 50% pasien dengan batu asam
urat menderita gout atau hiperurisemia.
2.

Batu

kalsium

(kalsium

oksalat,

kalsium

fosfat)

merupakan 75-80% kasus dan harus dicurigai pada


semua pasien dengan batu yang radioopak tetapi
tidak ada bukti infeksi saluran kemih.

ETIOLOGI
3. Batu struvit secara radiologis padat dan
terdiri

atas

magnesium

amonium

fosfat

heksahidrat.
4. Batu sistin batu yang secara radiologis padat
yang disebabkan oleh suatu cacat bawaan
dalam reabsorpsi sistin di tubulus ginjal
sehingga mengakibatkan sistinuria.

KLASIFIKASI
a. Menurut komposisi kimia :
1.

Batu urat; radioulsen, mudah mengalir ke


dalam vesica urinaria, dijumpai pada urin
dengan suasana asam.

2.

Batu garam oksalat; kecil, keras, berlapis,


bentuk seperti jarum dan dijumpai pada
urin dengan suasana netral.

3.

Batu fosfat; mudah pecah dan dijumpai


pada urin dengan suasana basa.

KLASIFIKASI

b. Menurut ada tidaknya kalsium :


1.Batu

yang

mengandung

kalsium,

seperti

batu

kalsium oksalat, kalsium fosfat.


Biasa

dijumpai

idiopatik,

renal

pasien

dengan

hiperkalsiuria,

tubular

acidosis,

hiperparatiroid

primer, intake vitamin D berlebihan, intake susu


berlebihan, sarkoidosis, penyakit denga kerusakan
pada tulang (tiroksikosis, ekses dari kortikosteroid),
immobilisasi yang lama
2.Batu tanpa kalsium, misalnya batu sistin yang
biasanya dijumpai riwayat familier

KLASIFIKASI

c. Menurut asal batu :


1. Batu

endogen,

yang

terjadi

karena

hasil

metabolisme
2. Batu

eksogen, yang akibat benda asing

d. Menurut kejadian batu :


3. Batu

primer, tidak mempunyai nidus, terjadi pada

urin yang steril dan berbentuk lapisan yang radier


4. Batu

sekunder, mempunyai nidus, berlapis-lapis

dan kebanyakan pada urin non streril

PATOGENESA
Teori terjadinya batu ginjal masih belum dapat
dipastikan. Pada urin normal sendiri dijumpai satu atau
beberapa zat penghambat (fisiologis) yang mencegah
terjadinya kristalisasi zat yang ada sehinggga tak
terbentuk batu. Diperkirakan dengan membentuk suatu
komplek yang selalu larut dalam urin. Zat penghambat
tersebut

adalah

magnesium

pirofosfat,

sitrat

dan

penghambat peptida. Zat-zat inilah yang mencegah


perkembangan batu pada papilla ginjal (Randalls
plaque) dari kristal tunggal, yang umum terdapat pada
urin, untuk kemudian berkembang menjadi besar dan

FAKTOR PREDISPOSISI

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya batu :


a. Faktor di luar urin :
Diet, misalnya diet yang banyak mengandung
oksalat
Intake cairan ke dalam tubuh, sehingga diduga
adanya dehidrasi berpengaruh terhadap
pembentukan batu pada daerah tropis
Familier, khususnya untuk terbentuknya batu sistin
Ras
Trauma
b. Faktor dalam urin :
Infeksi pada ginjal
Kelainan aliran urin sehingga terjadi stasis
Komposisi urin

MANIFESTASI KLINIS
Keluhan yang disampaikan pasien tergantung
posisi, besar batu dan penyulit yang ditimbulkan.
Keluhan yang paling sering dirasakan pasien adalah
nyeri pinggang yang bersifat kolik maupun non
kolik. Nyeri kolik terjadi karena aktivitas peristaltik
otot polos sistem kaliks dalam usaha untuk
mengeluarkan batu. Peningkatan peristaltik ini
menyebabkan tekanana intraluminal meningkat
sehingga terjadi peregangan dari terminal saraf
yang memberikan sensasi nyeri. Nyeri non kolik
terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena
terjadi hidronefrosis atau infeksi pada ginjal.

DIAGNOSA
ANAMNESA

Anamnesis akan ditemui adanya sakit pinggang atau


pinggul, dimana rasa sakit pinggang yang menjalar ke
inguinal dan skrotal atau riwayat pernah mengeluarkan
batu atau riwayat kencing berdarah. Riwayat keluarga
dengan batu ginjal dan pada usia berapa terdapat
gejala

batu

ginjal

mulai

tampak.

Riwayat

sakit

sebelumnya, apakah pernah mengalami patah tulang


dan imobilisasi yang cukup lama. Riwayat sakit saluran
kencing. Riwayat diet tinggi vitamin D, susu dan alkali.

DIAGNOSA

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik biasanya tak dijumpai
adanya kelainan yang khas. Terkecuali
apabila ada infeksi pada ginjal, maka
akan dijumpai adanya nyeri ketok pada
daerah angulus kostovertebralis. Teraba
ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis,
terlihat tanda-tanda gagal ginjal, retensi

DIAGNOSA

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan yang paling sederhana adalah
pemeriksaan urin midstream, yang kemudian
dilakukan pengendapan dengan pemusingan.
Dari hasil endapan ini akan dijumpai adanya
kristal zat tertentu, butir darah baik leukosit
atau eritrosit, dan kadangkala bakteri. Urin
midstream

ini

sebaiknya

dibiakkan

dan

dilakukan sensitivitas tes untuk penanganan

DIAGNOSA
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan yang utama :
Foto Polos Abdomen
Pembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk
melihat kemungkinan adanya batu radio opak di
saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan
kalsium fosfat bersifat radio opak dan paling sering
dijumpai diantara batu lain, sedangkan batu asam
urat bersifat non opak (radio lusen).
Pielografi Intra Vena (PIV)
Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan anatomi
dan fungsi ginjal. Selain itu PIV dapat mendeteksi
adanya batu semi-opak ataupun batu non opak yang
tidak dapat terlihat oleh foto polos abdomen. Jika PIV
belum dapat menjelaskan keadaan sistem saluran

DIAGNOSA

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Ultrasonografi

USG

dikerjakan

bila

pasien

tidak

mungkin

menjalani pemeriksaan PIV, yaitu pada keadaankeadaan: alergi terhadap bahan kontras, faal
ginjal yang menurun, dan pada wanita yang
sedang hamil. Pemeriksaan USG dapat menilai
adanya

batu

hidronefrosis,
ginjal.

di

ginjal

atau

di

buli-buli,

pionefrosis,

atau

pengkerutan

DIAGNOSA

PEMERIKSAAN PENUNJANG
CT-

Scan

CT Scan tanpa kontras merupakan pencitraan


yang akurat. Namun pemeriksaan ini mahal
dan tidak tersedia pada setiap daerah.

Gambar
CT-Scan
Batu
Ginjal

DIAGNOSA

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk

mengetahui

jenis

batu

analisis batu.
Untuk mengetahui kandungan dalam
urin :
1.

Pemeriksaan Mikroskopik Urin, untuk


mencari hematuria dan Kristal

2.

Kultur

urin,

untuk

mencari

adanya

Kolik

DIAGNOSA BANDING

ginjal dan ureter dapat disertai dengan

akibat yang lebih lanjut, misalnya distensi usus


dan pionefrosis dengan demam. Oleh karena itu,
jika dicurigai terjadi kolik ureter maupun ginjal,
khususnya yang kanan, perlu dipertimbangkan
kemungkinan

kolik

saluran

cerna,

kandung

empedu, atau apendisitis akut.


Bila

terjadi hematuria, perlu dipertimbangkan

kemungkinan keganasan apalagi bila hematuria


terjadi tanpa nyeri. Pada batu ginjal dengan

PENATALAKSANAAN
1. Terapi Konservatif
Sebagian besar batu mempunyai diameter
<5 mm. Seperti disebutkan sebelumnya,
batu <5 mm bisa keluar spontan. Terapi
bertujuan
untuk
mengurangi
nyeri,
memperlancar aliran urin dengan pemberian
diuretikum, berupa :
a. Minum sehingga diuresis 2 liter/ hari
b. - blocker
c. NSAID
Batas lama terapi konservatif adalah 6
minggu.

PENATALAKSANAAN
2. ESWL (Extracorporeal Shockwave
Lithotripsy)

Gambar Proses pemecahan batu ginjal


melalui ESWL

PENATALAKSANAAN
Dengan ESWL sebagian besar pasien tidak perlu
dibius, hanya diberi obat penangkal nyeri. Pasien
akan berbaring di suatu alat dan akan dikenakan
gelombang

kejut

untuk

memecahkan

batunya.

Bahkan pada ESWL generasi terakhir pasien bisa


dioperasi dari ruangan terpisah. Jadi, begitu lokasi
ginjal sudah ditemukan, dokter hanya menekan
tombol dan ESWL di ruang operasi akan bergerak.
Posisi pasien sendiri bisa telentang atau telungkup
sesuai posisi batu ginjal. Batu ginjal yang sudah
pecah akan keluar bersama air seni. Biasanya pasien

PENATALAKSANAAN

3. Endourologi

Tindakan Endourologi adalah tindakan invasif


minimal untuk mengeluarkan batu saluran kemih
yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian
mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat
yang dimasukkan langsung ke dalam saluran
kemih. Alat itu dimasukkan melalui uretra atau
melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses
pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik,
dengan

memakai

energi

hidraulik,

energi

KOMPLIKASI
1. Timbul kembali batu ginjal.
2. Infeksi saluran urine.
3. Penyumbatan pada ureter.
4. Kerusakan sebagian jaringan ginjal.
5. Menurunnya atau hilangnya fungsi
ginjal yang terkena

PENCEGAHAN

Pencegahan

berdasarkan

yang

atas

dilakukan

kandungan

unsur

adalah
yang

menyusun batu saluran kemih yang diperoleh


dari analisis batu. Pada umumnya pencegahan
itu berupa :
1. Menghindari dehidrasi dengan minum cukup
dan diusahakan produksi urin 2-3 liter per
hari.
2. Diet
untuk mengurangi kadar zat-zat
komponen pembentuk batu.
3. Aktivitas harian yang cukup.

PROGNOSIS
Prognosis batu ginjal tergantung dari faktor-faktor
ukuran batu, letak batu, dan adanya infeksi serta
obstruksi. Makin besar ukuran suatu batu, makin
buruk prognosisnya. Letak batu yang dapat
menyebabkan obstruksi dapat mempermudah
terjadinya infeksi. Makin besar kerusakan jaringan
dan adanya infeksi karena faktor obstruksi akan
dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal.
Pada pasien dengan batu yang ditangani dengan
ESWL, 60% dinyatakan bebas dari batu, sisanya
masih memerlukan perawatan ulang karena masih
ada sisa fragmen batu dalam saluran kemihnya.
Pada pasien yang ditangani dengan PNL, 80%
dinyatakan bebas dari batu, namun hasil yang baik
ditentukan pula oleh pengalaman operator.

KESIMPULAN
Batu

saluran
kemih
menurut
tempatnya
digolongkan menjadi batu ginjal dan batu
kandung kemih. Batu ginjal merupakan keadaan
tidak normal di dalam ginjal dan mengandung
komponen kristal serta matriks organik. Telah
dibicarakan mengenai batu ginjal, tentang
epidemiologi, patogenesis, diagnosis, dan terapi.
Dikarenakan gejala klinis kadang tidak tampak
pada kasus batu ginjal, maka perlu dilakukan
pemeriksaan penunjang yang lengkap dan teliti
apabila dicurigai ada batu ginjal. Terlihat dari
patogenesis, kelainan ini bisa dicegah dan
dihindari dengan memperhatikan diet harian dan
mengurangi intake zat-zat tertentu. Prognosis
batu ginjal tergantung dari faktor-faktor ukuran

DAFTAR PUSTAKA

Sjamsuhidayat,

R & De Jong, Wim. 2005. Buku

Ajar Ilmu Bedah Edisi 2.EGC:Jakarta


Snell,

Richard S. 2000. Anatomi Klinik. Jakarta

: EGC
Shires,

Schwartz. Intisari prinsip prinsip ilmu

bedah ed-6. EGC : Jakarta.


Purnomo, B. 2000. Dasar-Dasar Urologi.
Sagung Seto: Jakarta
Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar FISIOLOGI
KEDOKTERAN Edisi II. EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai