PENDENGARAN
DAN
KELAINAN TELINGA
Bab. II
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung dan Tenggorokan
Gangguan pendengaran
Gangguan Pendengaran
(Tuli)
Telinga Tengah
Bentuk kubus
Batas luar: membran timpani, depan: tuba eustachius, bawah :
vena jugularis, belakang: aditus ad antrum, canalis facialis pars
ventricalis
Batas atas: tegmen timpani (meningen)
batas dalam: atas ke bawah:kanalis semi sirkularis horizobtal,
kanalis facialis, tingkap lonjong (oval window), round window,
promontorium
Membran Timpani
bundar dan cekung
Atas: pars flaksida (membran shrapnell), bawah:
pars tensa (membran propria)
Umbo: bayangan penonjolan bag bawah maleus
pada membran timpani.
Ada cone of light (cahaya dari luar) ke arah jam 7
(kiri) atau arah jam 5 (kanan)
2 macam serabut: sirkuler dan radier ->
menimbulkan refleks cahaya. Mendatar: gg tuba
eustachius
terbagi 4 kuadran (tarik garis searah dgn prosesus
longus maleus dan garis tegak lurus di umbo):
atas depan, atas belakang, bawah depan, bawah
belakang: untuk letak perforasi membran timpani
Tulang pendengaran: maleus, inkus, stapes (saling
berlekatan antar sendi tulang)
Pars flaksida: daerah atik (aditus ad antrum:
telinga tengah dengan antrum mastoid)
Tuba eustachius: nasofaring dengan telinga tengah
Telinga Dalam
Koklea: 2 1/2 lingkaran dan vestibuler yang
terdiri dari 3 buah kanalis semisirkuler.
Puncak koklea: helikotrema (perilimfa skala
timpani dengan skala vestibuli)
Atas: Skala vestibuli, bawah: skala timpani,
di tengah-tengah: skala media (duktus
koklear)
Perilimfa: skala vestibuli dan timpani,
endolimfa: skala media
Dasar skala vestibuli: membran vestibuli
(Membran Reissner)
Dasar skala media: membran basalis (ada
organ Corti)
Membran tektoria: bagian berbentuk lidah
di skala media
Membran basal: sel rambut dalam, luar,
canal Corti membentuk organ Corti
Fisiologi pendengaran
Energi bunyi ditangkap daun telinga dalam bentuk
gelombang dialirkan melalui udara atau tulang ke
koklea
Membran timpani bergetar
Gelombang diteruskan te telinga tengah,
amplifikasi getaran (daya ungkit tulang
pendengaran dan perkalian perbandingan luas
membran timpani oleh oval window)
Energi diteruskan ke stapes; menggerakan oval
window; perilimfa bergerak
Getaran diteruskan melalui membrana Reissner,
mendorong endolimfa (gerak relatif antara
membran basilaris dan tektoria)
Defleksi stereosilia sel rambut: kanal ion terbuka,
ion muatan listrik dilepaskan
Depolarisasi sel rambut, neurotransmitter
dilepaskan ke sinaps
Potensial aksi di saraf auditorik->nukleus
auditorik -> korteks pendengaran (area 39-40) di
lobus pendengaran
Suara,bunyi, nada,
bising,dan audiologi
Bunyi (frek 20-18.000 Hz): frek nada murni dapat didengar telinga
normal
Nada murni: hanya satu frek, contoh garpu tala, piano
Bising (noise): NB (narrow band): frekuensi dan spektrum terbatas
atau WN (white noise): bank frequency
Audiologi: ilmu mempelajari seluk beluk fungsi pendengaran
berkaitan erat dgn habilitasi dan rehabilitasi
Rehabilitasi: usaha mengembalikan fungsi pernah dimiliki
Habilitasi: usaha untuk memberikan fungsi yg seharusnya dimiliki
Audiologi
Audiologi dasar: pengetahuan mengenai nada murni, bising, gg
pendengaran, dan cara periksa
Pemeriksaan di audiologi dasar: tes penala, tes berbisik,
audiometri nada murni
Audiologi khusus: untuk membedakan tuli sensorineural koklea
dgn retrokoklea, audiometri objektif, tes untuk tuli anorganik,
audologi anak, audiologi industri
Cara Pemeriksaan
Pendengaran
Tuli konduktif: kelainan telinga luar/tengah, e.g. atresia liang telinga,
exostosis liang telinga, serumen, sumbatan tuba, radang telinga
tengah
Tuli sensorineural: kelainan telinga dalam
Fisiologis: mendengar nada 20-18.000 Hz, pendengaran sehari-hari
efektif di 500-2000 Hz.
garpu tala periksa: 512, 1024, 2048 Hz
Bila tidak dapat dipakai ketiganya, maka dipakai 512 Hz (tidak terlalu
dipengaruhi suara bising sekitar)
Moda pemeriksaan: garpu tala (kualitatif) dan audiometer(kuantitatif)
Tes Penala
Tes Rinne: membandingkan hantaran udara dan hantaran
tulang pada telinga yang diperiksa
Tes Weber: membandingkan hantaran tulang telinga kiri
dengan telinga kanan
Tes Schawabach: membandingkan hantaran tulang orang
yg diperiksa dengan pemeriksa yg pendengarannya
normal
Tes Bing
Tes Stenger: tuli anorganik
Tes Penala
Tes Rinne: getarkan penala, letakkan tangkai di mastoid, setelah tidak
terdengar, penala dipegang di depan telinga sektar 2 1/2 cm. Terdengar:
Rinne (+), tidak terdengar Rinne (-)
Tes Weber: getarkan penala, tangkai di garis vertex, dahi, pangkal
hidung, tengah gigi seri, atau dagu. Terdengar lebih keras di salah satu
telinga: Weber lateralisasi ke telinga tersebut, tidak dapat dibedakan:
Weber lateralisasi (-)
Tes Schwabach: getarkan penala, tangkai diletakkan di prosesus
mastoid sampai tidak ada bunyi. Pindahkan penala ke pros.mastoid
pemeriksa yg normal. Pemeriksa mash mendengar: Schwabach
memendek, pemeriksa tidak mendengar: ulangi, taruh penala di pros
mastoid pemeriksa kemudian pindahkan ke pasien, pasien mendengar:
schwabach memanjang, pasien dan pemeriksa sama mendengar:
schwabach = pemeriksa
Tes
Tes Weber Schwabac Dx
h
Positif
sama
Lateralisas
dengan
Normal
i (-)
pemeriksa
Negatif
Lateralisas
i ke
memanjan Tuli
telinga
g
konduktif
sakit
Positif
Lateralisas
Tuli
i ke
memendek sensorineu
telinga
ral
sehat
Notasi Audiogram
grafik AC: garis lurus penuh (intensitas periksa antara 125-8000
Hz)
Grafik BC: garis putus-putus (intensitas periksa 250-4000 Hz)
Telinga kiri: warna biru
Telinga kanan: warna merah
Audiogram
Kelainan/Penyakit
Tuli konduktif: kelainan telinga luar/tengah
telinga luar: atresia liang telinga, sumbatan serumen, otitis externa
sirkumskripta, osteoma liang telinga
telinga tengah: tuba katar/sumbatan tuba, otitis media,
otosklerosis,hemotimpanum, dislokasi tulang pendengaran
tuli sensorineural koklea: aplasia, labirintitis, intoksikasi streptomisin,
kanamisin, garamisin, neomisin, kina, asetosal atau alkohol, tuli
mendadak, trauma kapitis, trauma akustik, pajanan bising
Tuli sensorineural retrokoklea: neuroma akustik, tumor sudut pons
cerebelum, mieloma multipel, trauma otak, perdarahan otak
Prebiskusis: penurunan kemampuan mendengar di usia lanjut
Tes SISI
untuk kelainan koklea: fenomena rekrutmen (koklea
adaptasi berlebihan terhadap peninggian intensitas yg
kecil)
Cara: tentukan AD (e.g. 30 dB), beri rangsangan 20 dB di
atas AD= 50 dB, beri rangsangan 5 dB, turunkan berurutan
(5, 4, 3, 2, 1 dB). Positif: pasien dapat membedakan.
setiap 5 detik naikkan 1 dB sampai 20 kali, hitung berapa
kali pasien dapat membedakan perbedaan. bila 20x benar
-> 100% (khas), 10 kali benar: 50% benar. Positif: 70-100%,
tidak khas: 0-70% (normal atau tuli persepsi lain)
STAT
Periksa di 3 frekuensi: 500, 1000, 2000 Hz pada 110 dB SPL
[110 db SPL = 100 dB SL (frekuensi 500 dan 2000 Hz)]
nada murni di frek 500, 1000, 2000 Hz pada 110 dB SPL
diberikan terus menerus selama 60 s dan dapat mendengar:
decay (-)
< 60 s : decay (+)
Speech audiometry
kata-kata yang disusun dalam suku kata
Monosilabus: 1 suku kata
bisilabis: dua suku kata
daftar susunan kata: phonetically balance word LBT
ulangi kata-kata yang didengar melalui tape recorder. Tuli perspeptif koklea: sulit
membdakan bunyi S,R,N,C,H,CH. tuli retrokoklea: lebih sulit (koklea: kadar jadi kasar)
Apabila didengarkan kata betul ada skor speech discrimination
90-100%: normal, 75-90%: tuli ringan, 60-75%: tuli sedang, 50-60%: sukar mengikuti
pembicaraan sehari-hari, <50%: tuli berat
Fungsi: menilai kemampuan pasien dalam bicara sehari-hari dan untuk menilai
pemberian ABD
Audiometri objektif
(Audiometri impedans, elektrokokleografi,
evoked response audiometry, emisi otoakustik)
Audiometri impedans:kelenturan membran timpani dengan
tekanan tertentu pada meatus akustik externa
istilah: timpanometri (mengetahui keadaan cavum timpani):
cairan, gangguan rangkaian tulang pendengaran, kaku
membran timpani, membran timpani sangat lentur
Fungsi tuba: tuba terbuka atau tertutup
Refleks stapedius: normal muncul pada rangsangan 70-80 dB
di atas AD
Lesi koklea: ambang rangsang refleks stapedius menurun, lesi
retrokoklea ambangnya naik.
Hasil timpanometri
Tipe A: normal
Tipe B: cairan telinga
tengah
Tipe C: gg fungsi tuba
AD: gg. rangkaian tulang
pendengaran
As: tulang pendengaran
kaku (otosklerosis)
Elektrokokleografi
merekam gelombang khas dari evoked electropotential cochlea
cara: elektroda jarum ditusuk ke membran timpani sampai
promontorium kemudian lihat grafiknya
Invasif, jarang dipakai
Pengembangan lanjutan: surface electrode atau BERA
Evoked Response
Audiometry/BERA/ERA/ABR
menilai fungsi pendengaran dan fungsi N. VIII
merekam potensial listrik yg dikeluarkan sel koklea
selama menempuh perjalanan mulai telinga dalam
hingga inti tertentu di batang otak
elektroda permukaan dilekatkan pada kulit kepala/dahi
dan prosesus mastoid atau lobulus telinga
Mudah, tidak invasif, objektif
Prinsip: menilai perubahan potensial listrik di otak setelah
pemberian rangsang sensorik yaitu bunyi
Penilaian BERA
Masa laten absolut gel. I,III, V
Beda masing-masing masa laten absolut (interwave latency IV, I-III, III-V)
beda masa laten absolut telinga kanan dan kiri (interaural
latency)
beda masa laten pada penurunan intensitas bunyi (latency
intencity function)
Rasio amplitudo gel V/I, rasio antara nilai puncak gel.V ke
puncak gel.I semakin meningkat dengan menurunnya
intensitas
OAE
respon koklea yang dihasilkan sel rambut luar yg dipancarkan
dalam bentuk energi akustik
sel rambut luar dipersarafi saraf eferen dan sifat
elektromotilitas jadi pergerakan sel rambut akan menginduksi
depolarisasi sel
Pergerakan mekanik kecil diinduksi menjadi lebih besar
sehingga suara kecil jadi besar
Audiologi Anak
Free field test: menilai kemampuan anak memberikan respon
terhadap rangsangan bunyi. Anak diberi rangsangan bunyi
sambil bermain kemudian dievaluasi reaksi pendengaran.
Alat digunaka berupa neometer atau Vienna tone
Play audiometry: sambil bermain, dimulai usia 3-4 th bila
anak cukup koperatif
BERA: fungsi objektif pendengaran, dilakukan pada anak yg
tidak koperatif
OAE: menilai fungsi kokhlea secara objektif, waktu singkat,
screening pendengaran bayi dan anak
Gangguan
Pendengaran Bayi dan
Anak
Perkembangan Bicara
Usia
Kemampuan
Neonatus
2-3 bulan
babbling
4-6 bulan
7-11 bulan
12-18 bulan
12 bulan
18 bulan
Kemampuan Bicara
belum dapat
mengoceh atau meniru
bunyi
tidak dapat
menyebutkan 1 kata
yg mempunyai arti
24 bulan
perbendaharaan kata
< 10 kata
30 bulan
belum dapat
merangkai 2 kata
Masa Perinatal
Prematur
BBLR (<2500 gr)
Hiperbilirubinemia
Asfiksia
Tuli akibat prenatal dan perinatal: tuli sensorineural bilateral
dengan derajat tuli berat/sangat berat
Masa Postnatal
infeksi bakteri/virus: rubela, campak, parotis, meningitis,
ensefalitis, perdarahan telinga tengah, trauma temporal
Pemeriksaan Pendengaran
Bayi dan Anak
Bayi 18 bulan siap komunikasi efektif: periode kritis
mengetahui gg.pendengaran
yang sering dilakukan di bayi dan anak:
BOA (behavioral observation audiometry)
Timpanometry
Play audiometry
OAE
BERA
BOA
respon aktif pasien terhadap stimulus bunyi (voluntary
response)
untuk menilai habitasi pendengaran pada hearing aid
dilakukan di ruangan tenang (bising tidak lebih dari 60
dB), ideal kedap suara
sumber bunyi: tepukan tangan, bola plastik isi pasir,
kertas diremas, bel
dibedakan menjadi Behavioral reflex dan behavioral
response
Deteksi Dini
Bayi 0-28 hari:
Rawat inap NICU 48 j/lebih
Sindroma tertentu berhub dengan tuli
sensorineural/konduktif
FH dengan tuli sensorineural sejak kanak-kanak
Anomali kraniofasialis
Infeksi intrauterina
Gangguan Pendengaran
pada
Geriatri
- Tuli SN
- Proses Degenerasi
Degenerasi saraf,
pembuluh darah,
jaringan
penunjang saraf
Telinga Dalam
Membran timpani
menipis & kaku
Artritis sendi
tulang
pendengaran
Atrofi serabut
otot
pendengaran
Pengapuran
tulang rawan
sekitar Tuba
Eustachius
Telinga Tengah
Telinga Luar
Elastisitas
jaringan daun
telinga berkurang
Produksi kelenjar
sebasea &
seruminosa
berkurang
Penyusutan
jaringan lemak
sekitar liang
telinga
Serumen lebih
kering
Serumen prop
Tuli konduktif
Membran
timpani tebal &
kaku
Gg. Konduksi
Kaku sendi
tulang
pendengaran
PATOLOGI
Audiogram
Penurunan tajam
setelah 2000 Hz
Mendatar, penurunan
secara berangsur
Mekanik
(22.8%)
Penurunan tajam
setelah 2000 Hz
Sensorik
(11.9%)
Mendatar, penurunan
secara berangsur
Neural (30.7%)
DIAGNOSIS
Otoskopik
Tes penala
: tuli SN
Tuli Mendadak
SN
1 telinga
Permanen
Kerusakan terutama di koklea
DEFINISI
Penurunan pendengaran SN 30 dB atau lebih, minimal 3 frekuensi
berturut-turut, < 3 hari
ETIOLOGI
Iskemia koklea (A. auditiva interna=end-artery)
Infeksi virus (Parotis, campak, influensa B)
Trauma kepala
Trauma bising
Obat ototoksik
Autoimun
Penyakit Meniere
Neuroma akustik
GEJALA
Mendadak / menahun
Menetap / sementara berulang
Unilateral / bilateral
Dapat disertai Tinitus & Vertigo
Tanda infeksi
DIAGNOSIS
Tes penala, Audiometri nada murni / tutur / impedans, BERA kesan:
Tuli SN
CT-scan, MRI menyingkirkan diagnosis
TATALAKSANA
Tirah baring sempurna 2 minggu
Vasodilator
Prednison
Vitamin C & E
Neurobion
Diit rendah garam & rendah kolesterol
Inhalasi O2
Antivirus
Hiperbarik O2 terapi
ABD
Psikoterapi
EVALUASI
PROGNOSIS
Tergantung:
Kecepatan memberi obat
Respon 2 minggu pertama
Derajat tuli saraf
Faktor predisposisi
Usia
Gangguan Pendengaran
akibat bising
(Noice induced hearing loss)
DEFINISI:
Gangguan pendengaran akibat terpajan bising yang cukup
keras dalam jangka waktu yang cukup lama.
SN
Bilateral
GEJALA
Kurang pendengaran
+ tinitus
Reaksi Adaptasi
Peningkatan ambang dengar sementara
Peningkatan ambang dengar menetap
DIAGNOSIS:
Anamnesis
(pernah) bekerja di lingkungan bising
Otoskopik
Normal
Tes Penala
Rinne (+), Weber lateralisasi ke telinga sehat, Schawabach
memendek
Audiometri nada murni
tuli SN pada frekuensi 3000-6000 Hz, notch pada frekuensi 4000
Hz
Audiologi khusus
fenomena rekrutmen (+) = telinga tuli jadi lebih sensitif
terhadap kenaikan intensitas bunyi yang kecil
TATALAKSANA:
Pindah tempat kerja
Alat pelindung telinga (ear plug, ear muff, helmet)
ABD
Psikoterapi
PROGNOSIS:
Dubia ad malam menetap & tidak dapat diobati
PENCEGAHAN:
Redam sumber bunyi
Alat pelindung bising
Gangguan Pendengaran
Akibat Obat Ototoksik
MEKANISME:
Gangguan fungsional telinga dalam: degenerasi:
D. stria vaskularis
D. sel epitel sensori
D. sel ganglion
OBAT
MACAM
GEJALA
Aminoglikosida
Streptomisin =
Gentamisin > Netilmisin
> Sisomisin
Ertiromisin
Vankomisin, Viomisin,
Capreomisin, Minosiklin
Kurang pendengaran,
tinitus, tuli SN nada tinggi
bilateral
Loop Diuretics
Furosemide, bumetanide,
ethycrynic acid
Antiinflamasi
Aspirin, salisilat
Antimalaria
Kina, Klorokuin
Antitumor
CIS Platinum
Tetes Telinga
Tetes mengandung
antibiotik
idem
TATALAKSANA:
Stop obat penyebab
Rehabilitasi, psikoterapi
ABD, implan koklea
PENCEGAHAN
Pertimbangkan semua detail tentang penggunaan obat2
PROGNOSIS
Dubia ad malam
Kongenital
Fistula preaurikula
Depan tragus
Bentuk bulat / lonjong
Seukuran ujung pensil
Keluar cairan dr kel.
sebasea
Kelainan didapat
Hematoma akibat trauma
Tx: keliarkan secara steril
Perikondritis radang pada tl. rawan
biasa akibat kecelakaan, OP daun telinga,
komplikasi pseudokista
Tx: Antibiotik
Komplikasi: antibiotik gagal
cauliflower ear
Membersihkan serumen:
Lembek kapas
Keras pengait / kuret
dapat keluar dilunakan dengan
karbolgliserin 10% / irigasi dulu
dg air
hangat
Corpus alienum
sering pada anak
Tx: hati2 mengeluarkan
Bila hidup masukan tampon basah dulu
lalu
teteskan cairan ambil
dengan
pinset / irigasi
Bila korosif, jangan dibasahi
Besar pengait serumen
Kecil cuman / pengait
Otitis eksterna
Radang liang telinga akut / kronis akibat
bakteri/jamur/virus
Faktor: pH liang telinga (normal / asam)
bila basa proteksi menurun, udara
lembab & hangat, trauma ringan akibat
mengorek telinga
OME akut
OME sirkumskripta
Infeksi pada pilosebaseus (1/3 luar
liang)
plg sering Staph. aureus / Staph. albus
Gejala: Nyeri hebat, terutama saat
membuka
mulut, gg
pendengaran (bila besar)
Tx: tergantung keadaan furunkel
Bila abses aspirasi steril
Lokal : antibiotik salep (polymixin
B/bacitracin / asam asetat
2-5%
dalam alkohol)
OME difus
Biasanya pada 2/3 dalam
Plg sering Staph. albus
Gejala: Nyeri tekan tragus, liang telinga
sempit,
KGB membesar, bau
Tx: Dibersihkan
Memasukan tampon dengan
antibiotika
Kadang perlu antibiotik sistemik
Otomikosis
Biasanya pada 2/3 dalam
Plg sering Pitryosporum, Aspergillus
Gejala: Gatal, rasa penuh, sering juga
keluhan
Tx: Dibersihkan
Asam asetat 2% dalam alkohol
Iodium Povidon 5%
Tetes telinga
Memasukan tampon dengan
antibiotika
Kadang perlu antibiotik sistemik
Anti jamur topikal (nistatin ,
klotrimazol)
Tuba
nasofaring
Fungsi:
Drainasi sekret
Ventilasi
Perpindahan sekret
Estrogen pd
Peny.
kronis
Hilangnya lemak
sekitar mulut tuba
Gg. Otot
Keluhan
- Rasa penuh
pada telinga
- Autofoni
Pemeriksaan Fisik
- Membran
timpani atrofi,
tipis dan
bergerak pada
respirasi (a
telltale
Pengobatan
- Obat
penenang
- Pertimbangka
n
pemasangan
pipa ventilasi
(Grommet)
Obstruksi tuba
Etiologi :
- Peradangan
nasofaring
- Peradangan
adenoid
- Tumor nasofaring
- Tampon posterior
- Sikatriks
Terbentuk
cairan di
telinga
tengah
Barotrauma
Perubahan
tekanan tiba2
Perbedaan
tekanan
>90mmHg
Tekanan (-)
pada telinga
tengah
Cairan keluar
dr kapiler
Ruptur PD
Tuba gagal
membuka
Keluhan
- Pendengaran
- Nyeri dlm telinga
- Autofoni
- Rasa ada air dlm telinga Prevensi
- Tinnitus & vertigo
- Mengunyah
- Valsava
maneuver
Pengobatan
- Dekongestan lokal
- Valsava maneuver
- Cairan menetap beberapa
minggu Myringotomy /
Grommet
Otitis Media
Peradangan pada mukosa telinga tengah,
tuba eustachius, antrum mastoid dan sel
mastoid
OMA
Keluhan
- Bayi Suhu >39.5 (stad. supurasi),
gelisah, diare, kejang, pegang telinga
saat menangis
- Anak nyeri telinga, demam, riw.
batuk pilek
- Anak lbh besar nyeri telinga, rasa
penuh, rasa krg dengar
- Setelah ruptur anak tenang
Oklusi
tuba
Supurasi
Perforas
i
Resolusi
Pengobatan
Komplikasi
- Abses sub-periosteal
- Meningitis
- Abses otak
Dengan antibiotik jarang
Pungsi
membra
n
timpani
Insisi
pars
tensa
OMSK AMAN
- Hanya pada mukosa, tidak mengenai
tulang
- Perforasi pada sentral
- Tidak terdapat kolesteatoma (kista
epiterial berisi keratin)
OMSK BAHAYA
- Disertai kolesteatoma
- Perforasi marginal / atik / subtotal
- Tipe lanjut fistel / jar. Granulasi
retroaurikuler
- Sekret bentuk nanah, bau khas
Diagnosis
- Gejala klinik
- Pemeriksaan THT (otoskop, penala,
pure tone audiometry, speech
audiometri, BERA)
- Rontgen mastoid
- Kultur sekret
Terapi
OMSK Aman
H2O2 3% 3-5 hari
Obat tetes dg antibiotik ampisilin /
eritromisin / ampisilin a. clavulanat (max.
10 hari, tdk pada OMSK yg sdh tenang)
Sekret kering, perforasi (+) obs. 2 bln
Pertimbangkan miringotomi /
timpanoplasti
Terapi
OMSK Bahaya
Mastoidektomi dg / tanpa timpanoplasti
Medikamentosa hanya u/ sebelum bedah
Abses retroaurikular = insisi abses sblm
mastoidektomi
Gejala
- Telinga tersumbat
- Diplaacusis binauralis
- Terasa cairan bergerak dlm telinga
- Tidak nyeri pada virus / alergi
- Tinitus, vertigo
- Sering pada dewasa
Pemeriksaan Fisik
- MT retraksi
- Gelembung udara / permukaan cairan
dlm kavum timpani
OM Serosa Akut
Terapi
- Tetes hidung
- Antihistamin
- Valsava maneuver
- Dlm 2 minggu gejala menetap
miringotomi
- Ttp tidak sembuh miringotomi +
grommet
Gejala
- Sering pada anak
- Jika unilateral pada dewasa, hati2 KNF
- Perasaan tuli lebih menonjol
Pemeriksaan Fisik
- Sekret kental spt lem
- Otoskop MT retraksi, suram, kuning
kemerahan/ keabuan
Terapi
- Miringotomi & Grommet
- Kasus baru anti histamin
dekongestan per oral
- Antibiotik 3bln, tidak membaik OP
- Obati alergi, pembesaran
adenoid/tonsil, inf hidung & sinus
Otosklerosis
Spongiosis kaki stapes kaku getaran
suara buruk
Gejala Awalnya tuli konduktif tuli
campur tuli sensori neural (jika sampai
koklea)
Tinitus, vertigo
Pemeriksaan fisik Tuba paten
MT utuh
Pelebaran PD promontium (Schwartes
sign)
Pendengaran membaik pd suasana
Terapi
- Stapedektomi / stapedotomi
- ABD
PENYEBARAN PENYAKIT
Komplikasi terjadi jika sawar pertahanan telinga tengah dilewati
Pertahanan 1 : Mukosa kavum timpani
Pertahanan 2 : Dinding tulang kavum timpani dan sel mastoid
Pertahanan 3 : Jaringan granulasi terbentuk
Jalan yg sudah
ada
Penyebaran :
Hematogen
Erosi Tulang
1. Komplikasi
Terjadi beberapa
minggu atau lebih
setelah awal penyakit
Gejala prodromal
infeksi lokal biasanya
mendahului gejala
infeksi yg lebih luas
Ada serangan
meningitis atau
labirinitis berulang,
dapat ditemukan
fraktur tengkorak,
riwayat operasi tulang
atau riwayat OM yg
sudah sembuh.
Lapisan tulang yg
rusak di antara fokus
supurasi dengan
struktur sekitarnya
Jalan penjalaran
melalui sawar tulang
yang bukan oleh
karena erosi
2. Gejala prodromal
3. Operasi
Souza :
Komplikasi Intratemporal
Komplikasi Ekstratemporal
Shambough :
Komplikasi Intratemporal
Komplikasi Ekstratemporal
Komplikasi Intrakranial
KOMPLIKASI DI TELINGA
TENGAH
Tuli konduktif
Pada MT utuh, rangkaian tulang pendengaran terputus tuli
konduktif berat
Paresis nervus fasialis :
OMA Infeksi langsung dekompresi (?)
OMK kerusakan terjadi oleh erosi tulang oleh kolesteatom atau
oleh jaringan granulasi, disusul oleh infeksi harus segera
dekompresi
KOMPLIKASI DI TELINGA
DALAM
Produk infeksi tekanan telinga tengah ke telinga dalam
via fenestra rotundum
Jika kerusakan hingga koklea = MASALAH
Indikasi miringotomi pada OMA tidak membaik dgn
medikamentosa 48 jam
Penyebaran oleh proses destruksi seperti oleh kolesteatoma
atau infeksi langsung ke labirin gangguan keseimbangan dan
pendengaran
Fistula Labirin
OMSK (+ Kolesteatoma) kerusakan pada vestibuler labirin
fistula infeksi dapat masuk labirinitis komplikasi tuli
total atau meningitis
Tes Fistula : otoskop Siegel
CT Scan terkadang dapat membantu
WAJIB OPERASI!!! (Hilangkan infeksi, tutup fistula)
Labirinitis
Umum
(general)
Labirinitis
Terbatas
(Sirkumskript
a)
Vertigo berat
& tuli saraf
berat
Vertigo
Tuli saraf
Labirinitis
Difus
Serosa
Sirkumskrip
ta
Labirinitis
Akut Difus
Supuratif
Kronik Difus
KOMPLIKASI KE
EKSTRADURAL
Petrositis :
1/3 populasi manusia, tulang temporalnya mempunyai sel2
udara sampai ke apeks os petrosum
Cara penyebaran tersering : penyebaran langsung
Tanda2 : diplopia (N.VI), rasa nyeri di daerah parietal, temporal,
atau oksipital (N.V) + otore persisten Sindrom Gradenigo
Operasi + antibiotik protokol komplikasi intrakranial
KOMPLIKASI KE
EKSTRADURAL
Tromboflebitis Sinus Lateralis :
Jarang terjadi
Tanda2 : demam yg tidak jelas penyebabnya sepsis, rasa
nyeri yg tidak jelas, kultur darah (+)
Operasi
Jika sudah terbentuk trombus drenase sinus, keluarkan
trombus
KOMPLIKASI KE
EKSTRADURAL
Abses Ekstradural :
Terkumpulnya nanah di antara duramater dan tulang
Gejala : nyeri telinga hebat, nyeri kepala
Rontgen mastoid Schuller kerusakan di lempeng tegmen
(tegmen plate) yang menandakan tertembusnya tegmen
KOMPLIKASI KE
EKSTRADURAL
Abses Subdural :
Gejala : demam, nyeri kepala, penurunan kesadaran koma
Gejala kelainan SSP : kejang, hemiplegia, kernig (+)
Lumbal pungsi (bedakan dgn meningitis) :
Abses subdural kadar protein (N), bakteri
Abses ekstradural nanah keluar saat mastoidektomi
Abses subdural nanah harus dikeluarkan
sebelum mastoidektomi
neurosurgical
KOMPLIKASI KE SSP
Meningitis :
Paling sering
Sesuai gejala klinis meningitis
LP : kadar gula menurun, kadar protein meninggi
Obati meningitisnya dulu dgn antibiotik mastoidektomi
KOMPLIKASI KE SSP
Abses Otak :
Lokasi : serebelum (fosa kranial posterior) atau temporal (fosa
kranial media)
Umumnya didahului oleh suatu abses ekstradural
Abses serebelum ataksia, disdiadokokinetis, dll
Abses temporal afasia
Tanda nyata : nadi lambat, serangan kejang
LP : kadar protein dan tekanan likuor naik
Tentukan lokasi : angiografi, ventrikulografi, CT Scan
Antibiotik parenteral dosis tinggi OP
Mastoidektomi jika KU sudah membaik
KOMPLIKASI KE SSP
Hidrosefalus Otitis :
Ditandai : Peningkatan tekanan LSP yg hebat tanpa adanya
kelainan kimiawi, edema papil, gejala TTIK
Diperkirakan disebabkan oleh tertekannya sinus lateralis
kegagalan absorbsi LSP oleh lapisan araknoid
TATALAKSANA KOMPLIKASI
INTRAKRANIAL
Prinsipnya :
Antibiotika dosis tinggi secepatnya
Operasi infeksi primer di mastoid pada saat yg optimum
Bedah syaraf bila diperlukan
Sedini mungkin
American Joint Committee on Infant Hearing (2000) : upaya habilitasi
sudah harus dimulai sebelum usia 6 bulan
Pemasangan ABD merupakan upaya pertama dalam habilitasi
pendengaran yg akan dikombinasikan dengan terapi wicara atau terapi
audio verbal
Beberapa strategi habilitasi pendengaran :
1.
2.
3.
Implantasi koklea
ABD
Suatu perangkat elektronik yg berguna untuk memperkeras
(amplifikasi) suara yg masuk ke dalam telinga
Komponen utama ABD : mikrofon, amplifier, receiver, dan
batere
Fasilitas tambahan : telecoil, audio input, dan tone control
ABD sangat kecil pakai remote control
Sistem ABD : analog (2 frekuensi) & digital (8 frekuensi)
Jenis ABD
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Jenis Saku
Keuntungan :
Untuk tuli berat/ sangat berat
Pakai batere silinder biasa (AAA) = murah dan mudah
Tombol pengatur mudah disesuaikan
Kerugian :
Kosmetik kurang
Kemampuan mikrofon kurang
Tidak praktis
Kabel dapat putus
Timbul bunyi gesekan antara ABD dengan saku
Jenis ITE
Dipasang pada bagian concha daun telinga
Komponen ABD menyatu dengan ear mould
Kemampuan amplifikasi terbatas = cocok dengan tuli derajat
sedang
Jenis ITC
Pemasangan sampai setengah bagian luar liang telinga
Amplifikasi baik untuk frekuensi tinggi, karena dipasang cukup
dalam pada liang telinga
Hanya bermanfaat untuk tuli derajat sedang
Jenis CIC
Dapat dikelompokkan sebagai ITC
ABD terkecil
Dipasang pada sisi dalam liang telinga
Pengaturan manual lebih sulit
Terbaru : dilengkapi dengan remote control
2.
Sistem kabel
2.
3.
4.
Induction Loops
Implan Koklea
Perangkat elektronik yg mempunyai kemampuan menggantikan
fungsi koklea untuk meningkatkan kemampuan mendengar dan
berkomunikasi pada pasien tuli saraf berat dan total bilateral
Indikasi : tuli saraf berat bilateral atau tuli total bilateral yg
tidak/sedikit mendapat manfaat dengan alat bantu
konvensional, usia 12 bulan 17 tahun, tidak ada kontraindikasi
medis dan mempunyai perkembangan kognitif yg baik
Soal
1. Seorang anak perempuan berusia 5
tahun didiagnosa memiliki tuli saraf
berat bilateral, tidak ada kelainan lain
pada anak tersebut. Apakah alat yang
anda rekomendasikan untuk membantu
pendengaran anak tersebut?
A. ABD jenis saku
B. Implan koklea
C. ALDD. AB
D jenis BICROSE. AB
D jenis ITE
pendek
dan
Staph. Aureus
Strep. Hemolitikus
Pseudomonas
Mycobacterium tuberkulosis
Eschericia coli
Terima
kasih