Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN KENIKIR (Tagates erecta)

TERHADAP MORTALITAS HAMA ULAT GAYAS (Agrotis sp.)

DISUSUN OLEH:
1. DIAN NURAINI 14030244003
2. RIZKA EFI MAWLI 14030244007
3. QURROTUL AINI W. 14030244021
4. LAILA ALVI NURIN 14030244028
5. DESITA AYU F. 14030244040
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI 2014
2016

PENDAHULUAN

Hama Ulat gayas (Agrotis sp.) merupakan salah satu jenis


hama ulat perusak tanaman yang banyak dikeluhkan para
petani, terutama petani hortikultura. Hama ulat gayas
seringkali menyerang batang tanaman muda, baik di
persemaian maupun setelah pindah tanam.
Tingkat serangan hama ulat gayas (Agrotis sp.) tergolong
tinggi, bahkan jika hal ini tidak diantisipasi, kemungkinan
serangan ulat gayas bisa mencapai 50% dari total tanaman
budidaya. Alhasil, pertumbuhan tanaman tidak seragam karena
banyak tanaman sulaman.
Kenikir (Cosmos caudatus) merupakan salah satu tanaman
antagonis yang dapat mengendalikan hama ulat gayas. Kenikir
mengandung derivat thiophene dan -terthienyl dari ekstraksi
daun. Tanaman ini dapat secara langsung ditanam pada areal
yang terinfeksi atau juga dapat dibuat ekstraknya (Natasasmita
dan Sunarto, 2006).

Tanaman kenikir merupakan tanaman yang mengandung bahan aktif/


bahan kimia. Bahan kimia dalam tanaman disebut sebagai allelokimia
yang berfungsi sebagai komunikasi antara hewan dengan tanaman.
Pada tanaman kenikir allelokimia termasuk kedalam jenis allomon
yakni yang menguntungkan bagi tanaman tersebut, karena senyawa
tersebut dapat berfungsi sebagai perlindungan diri tanaman terhadap
serangan mangsa misalnya serangga hama. Pada larva allomon
berfungsi sebagai zat antibiotik yang mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan normal larva, menurunkan umur dan fekunditas
imago.
Bahan aktif pada tanaman memiliki fungsi yang berbeda dan
bermanfaat untuk tumbuhan yakni, minyak atsiri memberikan bau
pada tanaman. Flavonoid berfungsi sebagai pengatur tumbuh,
fotosintesis, sebagai antimikroba dan anti virus, dan kerja terhadap
serangga.

METODE

Penelitian
Penelitian ini
ini termasuk
termasuk penelitian
penelitian eksperimental
eksperimental dengan
dengan variabel
variabel manipulasi
manipulasi berupa
berupa
konsentrasi
konsentrasi ekstrak
ekstrak etanol
etanol daun
daun kenikir
kenikir yaitu
yaitu 0%,
0%, 10%,
10%, 15%
15% dan
dan 20%,
20%, serta
serta
variabel
variabel respon
respon berupa
berupa mortalitas
mortalitas ulat
ulat tanah
tanah (Agrotis
(Agrotis sp.)
sp.)

Alat
Alat yang
yang digunakan
digunakan
dalam
dalam penelitian
penelitian ini
ini
adalah
adalah oven,
oven, blender,
blender,
evaporator,
evaporator,
Erlenmeyer.
Erlenmeyer. Timbangan
Timbangan
elektrik.
elektrik. gelas
gelas ukur
ukur dan
dan
baskom.
baskom.

Bahan
Bahan yang
yang digunakan
digunakan
adalah
adalah ulat
ulat tanah
tanah
(Agrotis
(Agrotis sp.)
sp.) sebanyak
sebanyak
120
120 individu,
individu, daun
daun
kenikir
kenikir 4
4 kg,
kg, etanol
etanol 96%
96%
1.400
1.400 ml,
ml, aquades,
aquades,
batang
batang dan
dan daun
daun muda
muda
tumbuhan
tumbuhan sebagai
sebagai
pakan
pakan ulat
ulat dan
dan tanah.
tanah.

Daun kenikir dibersihkan dan ditimbang. Kemudian kering


anginkan selama
Langkah
Langkah kerja
kerja
5 hari.
Daun kenikir di oven selama 2 x 24 jam dengan suhu 45C .
Blender daun kenikir hingga menjadi serbuk (simplisia) dan
ditimbang.
Maserasi simplisia yang sudah berupa serbuk dalam toples.
Dengan etanol
96% sebanyak 3 kali.
Perbandingan serbuk kenikir dan etanol 96% yaitu 1:3 untuk
perendaman
yang pertama, sedangkan untuk perendaman yang kedua dan
ketiga 1:2,
masing masing selama 24 jam.
Hasil maserasi di saring dengan kertas saring.
Filtrat yang di peroleh diuapkan dengan rotary vacum
evaporator, yang
menghasilkan ekstrak kental kenikir. Ekstrak tersebut kemudian
diencerkan
dengan menggunakan aquades.
pengenceran dari ekstrak kenikir dengan konsentrasi 10%,
15%, 20% dan
0% sebagai kontrol tanpa campuran ekstrak kenikir.
Siapkan baskom untuk perlakuan ulat gayas, kemudian diberi
pakan yang

HASIL

PEMBAHASAN

Pengujian dilakukan dengan menyemprotkan


ekstrak pada seresah daun sebagai makanan
(media hidup) ulat dengan taraf konsentrasi
10%, 15%, 20% dan Berdasarkan hasil
pengamatan perlakuan menggunakan ektrak
daun kenikir pada berbagai konsnetrasi
menunjukan pengaruh terhadap mortalitas
ulat yang mati, hal tersebut sebagai bukti
bahwa ektrak daun kenikir bersifat toksik
untuk ulat gayas.

Ulat gayas yang terinfeksi, warna kulitnya berubah


menjadi pucat, gerakannya melemah, tidak peka
rangsang, kemudian warnanya coklat kehitaman, hal
ini diduga disebabkan oleh adanya bau tajam dari
perasan daun kenikir serta racun yang telah bekerja
didalam tubuh larva sehingga dengan bau tersebut
akan menyebabkan larva tidak mengkonsumsi daun.
Hal ini disebabkan karena cara kerja insektisida
nabati ekstrak daun kenikir adalah masuk ke dalam
tubuh hewan uji sebagai racun perut, atau disebut
dengan insectisida racun perut yang dikhususkan
untuk pengendalian serangga hama (Darwiati. 2003)

Senyawa dari ekstrak daun kenikir


mengandung allelokimia yang berfungsi
sebagai komunikasi antara hewan dengan
tanaman. Pada tanaman kenikir allelokimia
termasuk kedalam jenis allomon yakni
yang menguntungkan bagi tanaman
tersebut, karena senyawa tersebut dapat
berfungsi sebagai perlindungan diri
tanaman terhadap serangan mangsa
misalnya serangga hama.

Daun kenikir yang berfungsi sebagai larvasida nabati,


memiliki kandungan bahan aktif yang bersifat racun perut
dan saraf. (Sutanto, 2006).
Tanin sebagai pertahanan
tanaman terhadap serangga
dengan cara menghalangi
serangga dalam mencerna
makanan. karena tanin akan
mengikat protein dalam
sistem pencemaan
yangdiperlukan serangga
untuk pertumbuhan
sehingga proses penyerapan
protein dalam sistem
pencemaan menjadi
terganggu.

Minyak atsiri memberikan


bau pada tanaman

Flavonoid berfungsi sebagai


pengatur tumbuh, fotosintesis,
sebagai antimikroba dan anti
virus, dan kerja terhadap
serangga.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan, konsentrasi ekstrak
daun
kenikir
yang
menyebabkan
tingkat mortalitas paling tinggi adalah
konsentrasi 20%.

Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai