Anda di halaman 1dari 25

Partisipasi dan Pemberdayaan

Kelompok
B. Soehakso Notohatmodjo, S.Sos., M.Si
Politeknik Sawunggalih Aji Kutoarjo

Presentasi di SMK Pancasila 1


Purworejo, 14 November 2016

Pengertian Masyarakat

Selo Soemardjan (1968) menyatakan bahwa masyarakat


adalah orang-orang yang hidup bersama, yang
menghasilkan kebudayaan, sedangkan Soerjono Soekanto
(1982) mengenali masyarakat dengan mengungkap
beberapa unsur-unsur yang mampu ditelusuri melalui
berbagai definisi dari berbagai ahli: (1) manusia yang
hidup bersama, (2) bercampur untuk waktu yang cukup
lama, (3) kesadaran akan sebagai kesatuan, (4) adanya
sistem yang terbentuk.

Oleh karena itu di dalam kegiatan bermasyarakat tentunya


akan terbentuk kelompok-kelompok atau organisasi
kemasyarakatan yang memiliki maksud dan tujuan tertentu.
Kelompok-kelompok di dalam masyarakat ini dapat dikelola
sedemikian rupa untuk digerakan / diberdayakan untuk
mencapai tujuan akhir yaitu kesejahteraan / kemakmuran

Model Pembangunan Indonesia


Indonesia sudah pernah melaksanakan 3 model ini dalam
pembangunan, yaitu
1.

Model pembangunan berorientasi pada pertumbuhan

2.

Model pembangunan berorientasi pada kebutuhan dasar

3.

Model pembangunan berorientasi pada manusia

1.

Model pertama menghasilkan pembangunan terpusat pada


produksi,
sementara
penghapusan
kemiskinan,
pengangguran dan ketidakadilan menduduki urutan kedua
atau nanti-nanti saja. Hal ini dikarenakan masyarakat
dianggap sebagai obyek dari pembangunan saja dan bukan
merupakan subyek dari pembangunan. Partisipasi
masyarakat dianggap tidak perlu, hal ini bisa dilihat pada
masa Orde Baru terjadinya ketimpangan kaum miskin dan
kaya yang semakin tajam

2.

Model kedua memfokuskan diri pada bagian penduduk


yang miskin dan menegaskan bahwa kemiskinan terjadi
akibat marjinalisasi masyarakat dari proses pembangunan.
Artinya pembangunan model kedua ini merupakan
program
bantuan
pemerintah
untuk
mencapai
kesejahteraan bagi masyarakat sangat miskin untuk
pemenuhan kebutuhan dasar mereka, yang mencakup
kesempatan memperoleh penghasilan dan akses terhadap
pelayanan publik seperti pendidikan, kesehatan, air
bersih, transportasi, penerangan dan lain2.

3.

Model ketiga memfokuskan diri kepada pembangunan yang


berpusat pada manusia. Intinya adalah bagaimana manusia
dapat ditingkatkan kualitasnya agar dapat meningkatkan
partisipasi secara nyata dalam aktivitas kehidupan untuk
mendorong terciptanya kegiatan produktif yang bernilai
tinggi, sehingga di dalam hal ini masyarakat bergerak
secara aktif dan berkembang.

Argumentasi Model Ketiga


Argumentasi dari Model Pembangunan Ketiga adalah :
1.

Masyarakat adalah fokus sentral dan tujuan akhir dari pembangunan maka
partisipasi masyarakat merupakan jawaban

2.

Partisipasi menimbulkan rasa harga diri dan kemampuan pribadi untuk turut
serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat

3.

Partisipasi akan menciptakan umpan balik bagi masyarakat itu sendiri tentang
sikap, aspirasi dan kebutuhan yang dibutuhkan oleh masyarakat itu sendiri.

4.

Partisipasi menyediakan lingkungan yang kondusif dan dapat melihat potensi


yang ada di dalam lingkungan

5.

Partisipasi dipandang sebagai pencerminan hak demokrastis individu untuk


turut serta dalam pembangunan masyarakat

Konsep dan Manajemen Partisipasi


Pemberdayaan masyarakat adalah upaya mendorong
masyarakat
untuk
mandiri
serta
memiliki
kemampuan untuk mengambil keputusan sendiri,
prakarsa sendiri, dan memperbaiki hidup sendiri.
Keterlibatannya, dapat berupa aktifitas dalam
wujud sumbangan pikiran, pendapat maupun
tindakan, dapat pula berupa sumbangan biaya,
material untuk perbaikan lingkungannya

Pemberdayaan masyarakat ialah harus membuat


masyarakat memenuhi 3 kriteria, yaitu :
1.

Swadiri : yaitu mampu mengurusi diri sendiri

2.

Swadana : yaitu mampu membiayai keperluan


sendiri

3.

Swasembada
:
yaitu
mampu
memenuhi
kebutuhannya sendiri secara berkelanjutan.

Konsep
pemberdayaan
masyarakat
mencakup
pengertian
pembangunan
masyarakat
(community
development)
dan
pembangunan yang bertumpu pada masyarakat (community-based
development)

Menurut WHO (2002) dalam Heritage (2009), partisipasi masyarakat


adalah proses di mana masyarakat dimungkinkan menjadi aktif dan
terlibat dalam mendefinisikan isu-isu di masyarakat, pengambilan
keputusan tentang faktor yang berdampak pada kehidupan, menyusun
dan
mengimplementasikan
kebijakan,
merencanakan,
mengembangkan dan memberikan pelayanan dan mengambil tindakan
untuk mencapai perubahan

Jenis Partisipasi

Ciri Khas Partisipasi


Ciri khas Partisipasi :
1.

Bersifat proaktif dan bukan reaktif, artinya masyarakat ikut


menalar baru bertindak

2.

Ada kesepakatan yang dilakukan oleh semua pihak yang terlibat

3.

Ada tindakan yang mengisi kesepakatan tersebut

4.

Ada pembagian wewenang dan tanggung jawab dalam


kedudukan yang setara

Pemberdayaan di tingkat lokal


1.

Proses pengembangan hubungan yang lebih setara, adil dan tanpa dominasi
di suatu komunitas. Pemberdayaan memerlukan proses penyadaran secara
kritis masyarakat tentang hak-hak dan kewajibannya. Pemberdayaan juga
memerlukan proses pengembangan kepemimpinan lokal yang egaliter dan
memiliki legitimasi pada rakyatnya

2.

Proses untuk memberi daya/kekuasaan (power) kepada pihak yang lemah,


dan mengurangi kekuasaan (disempower) kepada pihak yang terlalu
berkuasa sehingga terjadi keseimbangan

3.

Membutuhkan pembagian kekuasaan (power sharing) antara kepemimpinan


lokal dengan masyarakat secara adil. Pembagian kekuasaan yang adil
berarti adalah penyelenggaraan sistem demokrasi di tataran komunitas
(community democracy)

Participatory Rural Appraisal


Di bahasa Indonesiakan menjadi Pengkajian
(keadaan) Desa (secara) Partisipatif atau secara
jelasnya adalah
Sekumpulan pendekatan dan metode yang
mendorong masyarakat (pedesaan) untuk turut serta
meningkatkan dan menganalisis pengetahuan
mereka mengenai hidup dan kondisi mereka sendiri
agar mereka dapat membuat rencana dan tindakan

Pendamping sebagai Agen Perubahan


Pendamping bertindak sebagai Agen Perubahan maka harus
dapat bertindak sebagai fasilitator yang baik, terjadinya
proses saling belajar antara berbagai pihak (masyarakat,
LSM, lembaga pemerintah), dan tumbuhnya sikap perilaku
yang
mengkondisikan
proses
tersebut
(saling
mendengarkan, saling belajar, saling menghargai, serta
adanya motivasi yang kuat bahwa setiap orang bisa belajar
dan berbuat)

Pendamping sebagai Fasilitator dan


Mediator
Tugas Utama dari seorang Pendamping adalah menjadi
Pendengar yang baik. Mendengar artinya menyerap informasi
yang ada di dalam kelompok, termasuk kekuatan dan
kelemahan dalam kelompok.
Kemudian memfasilitasi menjadi sebuah kegiatan kelompok
yang berjalan dengan baik dan menjembatani kegiatan
kelompok dengan beberapa pihak yang dapat diajak untuk
bekerja sama.

Kunci Utama Peningkatan Partisipasi


1.

Menentukan tingkat Partisipasi


1.

Informasi memberitahu rencana yang akan dilakukan

2.

Konsultasi Mendiskusikan dengan pendamping

3.

Memutuskan Bersama menggali ide baru dan pengambilan


keputusan bersama yang disepakati dan dijalankan bersama,
pendamping bertugas mengingatkan komitmen ini terus menerus

4.

Beraksi Bersama Keputusan kelompok yang sudah ditetapkan


dijalankan, disini tugas pendamping adalah mendampingi proses
kegiatan berjalan sebagaimana mestinya

5.

Dukungan dari Komunitas Desa Pendamping dan Pemimpin


Kelompok meminta dukungan dari Pemerintah Desa dan Masyarakat.

2.

Inisiasi dan Proses peningkatan partisipasi anggota kelompok dapat berjalan


apabila masing-masing anggota berkomitmen pada proses yang dilaksanakan
secara kontinyu

3.

Kontrol Pendamping melakukan pengawasan terhadap kegiatan kelompok


untuk mempertahankan ritme partisipasi anggota kelompok

4.

Kekuatan dan Tujuan Pemberdayaan dapat berjalan apabila anggota


kelompok dapat mencapai apa yang sudah ditetapkan bersama, oleh karena
itu tetap perlu adanya peningkatan kompetensi anggota kelompok dalam
bentuk pelatihan berkelanjutan

5.

Contoh dari Praktisi Praktisi yang memberikan pelatihan dapat memberikan


contoh jatuh bangunnya sebuah kegiatan kelompok dan menjadi pemacu
semangat anggota kelompok yang baru

6.

Komunitas Desa dan Stakeholders Kelompok membutuhkan


dukungan dari masyarakat itu sendiri dan Pemerintah Desa

7.

Kepemilikan Ide Terbaru Pastikan setiap anggota kelompok


berkreasi dengan ide/kreativitas nya. Fasilitasi ide tersebut
atau bila susah, sebagai pendamping maka ambil aksi untuk
pacu dengan ide berdasarkan kondisi kelompok

8.

Kepercayaan Diri dan Kapasitas sebagai pendamping, yakinkan


mereka untuk percaya diri dan terus meningkatkan
kapasitas/kemampuan kelompok untuk menghasilkan karya

Strategi Pendekatan Pendamping dalam


Pemberdayaan Kelompok

Kenali dan pahami karakteristik kelompok sebaik mungkin


(remaja/karang taruna, dewasa, orang tua, lansia)
1.

Kejelasan program (tujuan dan hasil yang diharapkan)

2.

Setting waktu

3.

Lokasi dan Lama pelaksanaan

4.

Potensi SDA dan SDM

5.

Materi program

Melibatkan kelompok dan anggotanya dalam seluruh


rangkaian kegiatan
1. Proses

penemuan masalah dan melihat masalah

2. Proses

penentuan prioritas

3. Proses

pengambilan kebijaksanaan

4. Proses

pelaksanaan

5. Proses

menilai perkembangan

Contoh Hasil Dampingan Bina Desa Polsa

Salusi Handsoap : Sabun Cair ekstrak


Daun Kemangi

Anda mungkin juga menyukai