Anda di halaman 1dari 21

Skrining Kanker Serviks dengan

Metode IVA di Tingkat Puskesmas


Andrey Yonathan 102013026

Syarat Penyakit yang dapat


diskrining :
(1)prevalensi penyakit harus cukup tinggi
(2)Penyakit tersebut menunjukkan morbiditas
dan/atau mortalitas yang bermakna apabila tidak
diobati
(3)Harus tersedia terapi atau intervensi yang efektif
yang dapat mengubah perjalanan penyakit
(4)Pengobatan dini harus memberikan hasil yang
lebih baik dibandingkan dengan pengobatan
pada kasus yang lanjut

Epidemiologi
Di seluruh dunia 500.000 Ca serviks baru &
250.000 ()/tahun yang 80% terjadi di negaranegara berkembang.

Di Indonesia, insidens kanker serviks


40.000 kasus pertahun dan masih
merupakan kanker wanita yang tersering

Kanker Serviks
usia penderita antara 30-60 tahun, terbanyak antara 45-50 tahun.
Periode laten dari fase prainvasif menjadi invasif memakan waktu
selama 10 tahun.

Gejala :

pedarahan post-menopause,
perut terasa berat pada bagian bawah,
vagina terasa kering,
napsu makan berkurang,
berat badan turun,
lelah,
nyeri panggul, punggung, tungkai
keluar feses dari vagina

Faktor Resiko :
o
o
o
o
o
o
o

Hubungan Seksual
Karakteristik partner
Gejala ginekologis
Dietilstilbesterol (DES)
Agen infeksius
Virus Herpes Simpleks
Infeksi Trikomonas,
sifilis, dan gonokokus
o Merokok

Virus HPV 95% menular


dengan hubungan
seksual (vagina dan anal
seks), 5% menular
nonseksual : melalui kulit,
kuku,dsb.
HPV dapat juga ditularkan
di antara pasangan
berbeda jenis kelamin
maupun pasangan gay,
lesbian, dan
heteroseksual.
Bahkan ketika terinfeksi,
pasangan tersebut tidak
memiliki tanda-tanda
atau gejala

Pengendalian Kanker (WHO 2002)


1. Pencegahan penyakit
kanker

Edukasi perilaku gaya


hidup (konsumsi buah dan
sayur >500 gram/hari,
mengurangi konsumsi
lemak dll),
mempromosikan anti rokok
(termasuk menurunkan
resiko terpajan asap rokok),
perilaku seksual aman,
pemberiaan vaksin HPV,

Vaksanasi 9-26 thn


yang belum aktif secara
seksual 3x (bulan ke
0,1, 6)

2. Deteksi dini

Penapisan atau skrining


Penemuan dini (early
diagnosis)

3. Diagnosis dan terapi


Stadium evaluasi
besaran penyakit
terapi yang tepat

6. Pelayanan paliatif
meningkatkan kualitas
hidup pasien kanker

Pencegahan
Pencegahan Primer :
Menghindari faktor-faktor resiko
Vaksinasi : Cervicix dan Gardasil
Vaksin pencegahan untuk memicu kekebalan tubuh
humoral agar dapat terlindung dari infeksi HPV.
Vaksin Pengobatan untuk menstimulasi kekebalan tubuh
seluler agar sel yang terinfeksi HPV dapat dimusnahkan.

Pencegahan Sekunder Kanker


Serviks

1. Pap smear
2. Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam
Asetat)
3. Kolposkopi
4. Servikografi
5. Uji DNA-HPV
Jenis tes Tabel 1.Aman
Praktis
Perbandingan

IVATerjangkau
dengan TesEfektif
Penapisan Available

IVA

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya

Pap Smear

Ya

Tidak

Tidak

Ya

Tidak

HPV/DNA

Ya

Tidak

Tidak

Ya

Tidak

Cervicography

Ya

Tidak

Tidak

Ya

Tidak

Program IVA di Puskesmas : Early


Diagnosis dan Promp Threatment
- program skrining yang terorganisasi dengan sasaran perempuan
kelompok usia tertentu
- pembentukan sistem rujukan yang efektif pada tiap tingkat pelayanan
kesehatan,
- edukasi bagi petugas kesehatan dan perempuan usia produktif

Sasaran yang akan menjalani skrining:


(1) Perempuan 30-50 tahun,
(2) Perempuan dengan discharge vagina yang abnormal atau nyeri
abdomen bawah (bahkan jika di luar kelompok usia),
(3) perempuan yang tidak hamil #IVA tidak dimasukkan pelayanan klinik
antenatal

(4) perempuan yang mendatangi puskesmas, klinik KB yang secara


khusus menangani penapisan kanker leher rahim.

target pencapaian Ketua Yayasan


Kanker Indonesi Provinsi DKI Jakarta :
1.4 juta perempuan di DKI Jakarta
diperiksa untuk mendeteksi dini
kanker serviks ditahun 2017.
2007 sampai 2012 terdapat 53.815
perempuan yang telah diperiksa

Metode IVA (inspeksi visual dengan


aplikasi asam asetat)
Syarat IVA test:

sudah pernah melakukan hubungan seksual,


tidak sedang datang bulan/haid,
tidak sedang hamil,
24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual

Kelebihan metode skrining IVA:


(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

Mudah, praktis dan sangat mampu laksana,


Butuh bahan dan alat yang sederhana dan murah,
Sensivitas dan spesifisitas cukup tinggi,
Dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bukan dokter ginekologi,
Alat-alat yang dibutuhkan dan teknik pemeriksaan sangat sederhana.

Teknik Skrining dengan


Metode IVA

Tabel 3. Kategori Klasifikasi IVA


Klasifikasi IVA

Kriteria Klinis

Tes negative

Halus, berwarna merah muda, seragam, tidak berfitur, ektropion,


servisitis, ovula Nabothi, dan lesi acetowhite tidak signifikan

Tes positif

Bercak putih (acetowhite epithelium sangat jelas terlihat dengan batas


tegas dan meninggi, tidak mengkilap yang terhubung atau meluas SSK
(squamouscolumnar junction)

Dicurigai kanker

Pertumbuhan massa seperti kembang kol yang mudah berdarah atau


luka bernanah/ulcer

Gambar 1. Hasil yang dapat ditemukan pada IVA test.2

Tes Skrining
Validitas aktual dan akurat
ditentukan oleh spesifisitas dan spesifisitas

Reabilitas repeatability
.

Pembahasan Khasus
Pada skrining Ca Serviks di Puskesmas Warnasari pada kelompok
wanita lokalisasi tuna susila dengan menggunakan tes IVA. Dari
100 orang yang diperiksa, didapatkan 30 orang terdeteksi positif
tes IVA. Setelah diperiksa lebih lanjut dari yang positif tes IVA 6
orang positif terkena Ca Serviks dan dari orang yang negative tes
IVA, 3 orangTabel
positif
terkena Ca Serviks.
4. Data tentang Ca serviks di Puskesmas Warnasari
(+) Ca Serviks

(-) Ca Serviks

Total

IVA (+)

6 (a)

24 (b)

30

IVA (-)

3 (c)

467 (d)

470

Total

491

500

Sensitivitas = a/ (a+c) = 6/ (6+3) *


100 = 66,7%
Spesifisitas = d/ (b+d) = 467/ (467+24)
*100%
= 95.1%
Nilai prediktif
uji positif = a/ (a+b) = 6/ (6+24)
*100 = 20%
Nilai prediktif uji negatif = d/ (c+d) = 467/ (467+3)
*100% = 99,3%

Health Promotor
Cara Pendekatan [menurut Ewles dan Simnett (1994) ]:
1. Pendekatan Medik
membebaskan dari penyakit dan kecacatan
yang didefinisikan secara medik,
Melibatkan : intervensi kedokteran metode
persuasif atau paternalistik
tindakan pencegahan medik tanggung
jawab profesi kedokteran kepastian bahwa
pasien patuh pada prosedur yang dianjurkan

2. Pendekatan Perubahan Perilaku


bertujuan mengubah sikap dan perilaku
individual masyarakat mengadopsi
gaya hidup sehat
mendorong sebanyak mungkin orang
guna mengadopsi gaya hidup sehat
yang mereka anjurkan
mengajari orang bagaimana: menghentikan
merokok, pendidikan tentang minum alkohol,
mendorong orang melakukan kegiatan olahraga.

3. Pendekatan Pendidikan
Bertujuan: memberikan informasi dan
memastikan pengetahuan dan pemahaman
tentang perilaku kesehatan + membuat
keputusan yang ditetapkan atas dasar informasi
yang ada

4. Pendekatan berpusat pada klien


bekerja dengan klien agar dapat membantu
mereka mengidentifikasi apa yang ingin mereka
ketahui dan lakukan, dan membuat keputusan
dan pilihan mereka sendiri sesuai kepentingan
dan nilai mereka
Facilitator

5. Perubahan Sosial
melakukan perubahan-perubahan pada
lingkungan fisik, sosial, dan ekonomi
dalam upaya membuatnya lebih
mendukung untuk keadaan sehat.
Mengubah masyarakat, bukan perilaku
individu

Kesimpulan
Tes skrining metode IVA sering digunakan sebagai metoda untuk
melakukan pemeriksaan skrining di PUSKESMAS karena dapat
dilakukan dengan

sumber daya yang terbatas, dan

hasil yang cepat.


Skrining Ca Serviks dengan IVA memiliki sensitivitas 66,7% yang
artinya dari 100% sampel yang terkena Ca Serviks tes IVA positif
pada 66,7% sampel saja.
Spesifitasnya adalah 95,1% yang artinya pada 100% sampel
yang sehat tes IVA negative pada 95,1% sampel saja.
Nilai prediktif uji positif adalah 20 % yang artinya, IVA dapat
mendeteksi positif benar hanya pada 20% populasi yang terkena Ca
Serviks.
Nilai prediktif uji negative adalah 99,3% yang artinya, IVA dapat
mendeteksi negative benar pada 99,3% orang tanpa Ca Serviks.

Anda mungkin juga menyukai