Anda di halaman 1dari 41

BLOK GINJAL DAN SALURAN KEMIH

SKENARIO 3
TIDAK BISA BUANG AIR KECIL
Kelompok A-7

Anggota
Ketua : Farizal Arief (1102014095)
Sekretaris
Anggota

: Khaulah Nurul Fadhilah(1102014144)


: Fadhlan Hakiki (1102011092)

Destia Nahla Iqmalia

(1102013076)

Ain Fitrah Aulia Nur (1102014008)


Bella Bonita (1102014057)
Febrian Alam Vedaxena (1102014098)
Hani Hanifah (1102014119)

Skenario:
Laki-laki, 65 tahun dating ke poliklinik Bedah dengan keluhan
tidak bisa kencing sejak 1 hari yang lalu, meskipun merasa sangat
ingin kencing. Sebelumnya riwayat LUTS ( Lower Urinary Tract
Syndrome) seperti hesistensi, Nokturia, Urgensi, Frekuensi, dan
Terminal dribbling sering dirasakan sebelumnya. IPSS ( International
Prostate Symptom Score) >30 dan skor kualitas hidup (QoL) >5. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan region supra pubik bulging dan pada
pemeriksaan colok dubur didapatkan prostate membesar. Oleh dokter
yang memeriksanya dianjurkan untuk dipasang kateter urin dan
dilakukan pemeriksaan BNO-IVP.

Hipotesa:
Faktor penuaan menurunkan kemampuan fisiologis. Pada pria
terjadi penurunan hormon testosterone, sehingga estrogen lebih
dominan, dan mengakibatkan hiperplasia pada sel-sel prostat, serta
terdapat peran DHT dalam proliferasi. Karena terjadi pembesaran pada
prostat, uretra menjadi tertekan mengakibatkan retensi urin pada
vesika urinaria. Vesika urinaria akan kehilangan kontrol miksi
sehingga terjadi urgensi, frekuensi, dan terminal dribbling. Skor pada
IPSS dan QoL membantu menegakkan diagnosis yaitu BPH (Benign
Prostat Hiperplasia). Pemeriksaan tambahan dilakukan BNO-IVP.

Sasaran Belajar
1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Prostat
1.1. Makroskopis
1.2. Mikroskopis

2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Prostat


3. Memahami dan Menjelaskan BPH
3.1. Definisi
3.2. Epidemiologi
3.3. Etiologi
3.4. Klasifikasi
3.5. Patofisiologi
3.6. Manifestasi Klinis
3.7. Diagnosis dan Diagnosis Banding
3.8. Tatalaksana
3.9. Pencegahan
3.10. Prognosis
3.11. Komplikasi

4. Memahami dan Menjelaskan Pemeriksaan Penunjang BPH


5. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam terhadap Pemeriksaan Lawan Jenis

1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Prostat

1.1. Makroskopis
Prostat merupakan organ kelenjar fibromuskular yang mengelilingi
urethra pars prostatica. Prostata mempunyai panjang + 3 cm dengan berat
+ 20 gram dan terletak di antara collum vesicae di atas dan diaphragma
urogenitale di bawah.
Prostat dikelilingi oleh capsula fibrosa. Di luar capsula terdapat
selubung fibrosa, yang merupakan bagian lapisan visceral fascia pelvis.
Prostat yang berbentuk kerucut mempunyai basis prostatae yang terletak
superior dan berhadapan dengan collum vesicae; dan apex prostatae
yang terletak di inferior dan berhadapan dengan diaphragma urogenitale.

Vaskularisasi Prostata
Cabang arteria vesicalis inferior dan arteria rectalis media.
Venae membentuk plexus venosus prostaticus, yang terletak di antara capsula
prostatica dan selubung fibrosa. Plexus venosus prostaticus menampung darah
dari vena dorsalis profunda penis dan sejumlah venae vesicales, selanjutnya
bermuara ke vena iliaca interna.
Persarafan Vesica Urinaria
Persarafan prostat berasal dari plexus hypogastricus inferior. Saraf simpatis
merangsang otot polos prostat saat ejakulasi.

1.2. Mikroskopis
Secara histologi, prostat dapat dibagi menjadi 3 bagian atau zona, yakni :
Zona perifer, memenuhi hampir 70% dari bagian kalenjar prostat di mana ia
mempunyai duktus yang menyambung dengan urethra prostat bagian distal.
Zona perifer merupakan tempat prediksi timbulnya kanker prostat .
Zona sentral atau bagian tengah pula mengambil 25% ruang prostat dan juga
seperti zona perifer tadi, ia juga memiliki duktus akan tetapi menyambung
dengan uretra prostat di bagian tengah, sesuai dengan bagiannya.
Zona transisi, atau bagian yang terakhir dari kelenjar prostat terdiri dari dua
lobus.Pada zona ini mempunyai arti medis yang penting karena merupakan
tempat asal sebagian besar hiperplasia prostat jinak.

Pada histologi prostat juga terdapat:


Memiliki mukosa kelenjar berlipatlipat, dilapisi oleh epitel torak atau
epitel bertingkat torak.
Di dalam lamina propria terdapat seratserat otot polos.
Pada lumen sering terlihat concremen
berwarna merah homogen.

(Dikutip dari: Wheather's Functional


Histology: A text and Colour Atlas 4th Edition
(Young, et al. 2000 , Junqueira, et al. 2007)

2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Prostat


Kelenjar prostat mensekresi cairan encer, yang mengandung ion sitrat,
kalsium, dan ion fosfat, enzim pembeku, dan profibrinolisis
Cairan prostat bersifat basa yang berperan dalam keberhasilan fertilisasi
ovum, karena cairan vas deferens relatif asam akibat adanya asam sitrat
dan hasil akhir metabolisme sperma, sehingga menghambat fertilisasi
sperma
Sekret vagina juga bersifat asam (ph 3.5 4). Sperma tidak dapat
bergerak optumal sampai pH sekitarnya meningkat kira kira 6 6.5.
Sehingga cairan prostat menetralkan sifat asam dari cairan lainnya
setelah ejakulasi dan juga meningkatkan moyilitas dan fertilisasi sperma.

Kelenjar prostat secara relatif tetap kecil sepanjang masa kanak kanak
dan mulai tumbuh pada masa pubertas di bawah rangsangan testosteron
Dimana sel-sel leydig mengasilkan testosteron yang menyebabkan proses
diferensiasi dari vasa deferens dan vesikula seminalis; metabolit dari
testosteron menghasilkan dihidrotestosteron (DHT) yang merangsang
proses diferensiasi dari prostat dan genitalia eksterna.
Mencapai ukuran tetap pada usia 20 tahun sampai pada usia kira kira
50 tahun. Pada lansia kelenjar prostat mulai berinvolusi, bersamaan
dengan penurunan pembentukan testosteron oleh testis
Zat lainnya yang dibuat oleh prostat dan vesicula seminalis yaitu : zinc,
sitrat dan fruktosa sebagai sumber energi sperma untuk menempuh
perjalanan mencapai sel telur.

3. Memahami dan Menjelaskan BPH

3.1. Definisi
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) atau disebut tumor prostat jinak
adalah pembesaran dari prostat yang biasanya terjadi pada orang berusia
lebih dari 50 tahun yang mendesak saluran perkemihan.

3.2. Epidemiologi
Hiperplasia prostat merupakan penyakit pada pria tua
Jarang ditemukan sebelum usia 40 tahun.
Pada usia lanjut beberapa pria mengalami pembesaran prostat benigna.
Keadaan ini dialami oleh 50% pria yang berusia 60 tahun dan kurang
lebih 80% pria yang berusia 80 tahun
Di Indonesia hiperplasia prostat merupakan kelainan ke-2 tersering
setelah batu saluran kemih.

3.3. Etiologi
1. Teori Hormonal
2. Teori Growth Factor (faktor pertumbuhan)
3. Teori Peningkatan Lama Hidup Sel-sel Prostat karena Berkurangnya Sel yang Mati
4. Teori Sel Stem (stem cell hypothesis)
5. Teori Dihydro Testosteron (DHT)
6. Teori Reawakening
Selain teori-teori di atas masih banyak lagi teori yang menerangkan tentang penyebab terjadinya
BPH seperti teori tumor jinak, teori rasial dan faktor sosial, teori infeksi dari zat-zat yang belum
diketahui, teori yang berhubungan dengan aktifitas hubungan seks, teori peningkatan kolesterol
dan Zn yang kesemuanya tersebut masih belum jelas hubungan sebab-akibatnya. (De Jong. 2004)

3.4. Klasifikasi
Derajat Rektal

Derajat Klinik

Sebagai ukuran dari pembesaran kelenjar prostat


ke arah rektum. Ukuran dari pembesaran kelenjar
prostat dapat menentukan derajat rectal yaitu
sebagai berikut:
1. Derajat O: Ukuran pembesaran prostat 0-1 cm
2. Derajat I: Ukuran pembesaran prostat 1-2 cm
3. Derajat II: Ukuran pembesaran prostat 2-3 cm
4. Derajat III: Ukuran pembesaran prostat 3-4
cm
5. Derajat IV: Ukuran pembesaran prostat lebih
dari 4 cm

Berdasarkan kepada residual urine yang terjadi.


Klien disuruh BAK sampai selesai dan puas,
kemudian dilakukan kateterisasi. Urine yang
keluar dari kateter disebut sisa urine atau residual
urine. Residual urine dibagi beberapa derajat
yaitu sebagai berikut:
1. Normal sisa urine adalah nol
2. Derajat I sisa urine 0-50 ml
3. Derajat II sisa urine 50-100 ml
4. Derajat III sisa urine 100-150 ml
5. Derajat IV telah terjadi retensi total atau klien
tidak dapat BAK sama sekali.

Derajat Intra Vesikal

Derajat Intra Uretral

Derajat ini dapat ditentukan dengan


Derajat ini dapat ditentukan dengan
mempergunakan foto rontgen, cystogram, atau
menggunakan panendoscopy untuk melihat
panendoscopy.
sampai seberapa jauh lobus lateralis menonjol
keluar lumen uretra.
Bila lobus medialis melewati muara uretra,
berarti telah sampai pada stadium tiga derajat Pada stadium ini telah terjadi retensi urine
intra vesikal.
total.

3.5. Patofisiologi

3.6. Manifestasi Klinis


Gejala pada saluran kemih bagian bawah:
a.Gejala obstruktif disebabkan oleh karena penyempitan Uretra pars prostatika karena didesak oleh
prostat yang membesar dan kegagalan otot detrusor untuk berkontraksi cukup kuat dan atau cukup
lama sehingga kontraksi terputus-putus
b.Gejala iritatif disebabkan oleh karena pengosongan vesica urinaria yang tidak sempurna pada saat
miksi atau disebabkan oleh hipersensitivitas otot detrusor karena pembesaran prostat menyebabkan
rangsangan pada vesica, sehingga vesica sering berkontraksi meskipun belum penuh.
Obstruktif

Iritatif

Hesistancy

Frequency

Intermittency

Urgency

Poor Stream

Nocturia

Terminal Dribbling

Disuria

Sensation of Incomplete bladder emptying

3.7. Diagnosis dan Diagnosis Banding


Anamnesis :
Keluhan yang dirasakan dan seberapa lama keluhan itu telah mengganggu
Riwayat penyakit lain dan penyakit pada saluran urogenitalia (pernah mengalami cedera, infeksi,
atau pem-bedahan)
Riwayat kesehatan secara umum dan keadaan fungsi seksual
Obat-obatan yang saat ini dikonsumsi yang dapat menimbulkan keluhan miksi
Tingkat kebugaran pasien yang mungkin diperlukan untuk tindakan pembedahan.

Dilihat dari skor I-PSS itu dapat dikelompokkan gejala LUTS dalam 3 derajat, yaitu:
- Ringan : skor 0-7
- Sedang : skor 8-19
- Berat : skor 20-35
Didiagnosis penyakit : Benign prostat hyperplasia

Pemeriksaan Fisik :
Akan didapatkan buli-buli terisi penuh dan teraba massa kistus di daerah supra simfisis
akibat retensi urin.
Pemeriksaan colok dubur dapat memberikan gambaran tentang keadaan tonus spingter ani,
reflek bulbo cavernosus, mukosa rektum, adanya kelainan lain seperti benjolan di dalam
rektum dan tentu saja teraba prostat. Pada perabaan prostat harus diperhatikan :
1. Konsistensi prostat (pada hiperplasia prostat konsistensinya kenyal)
2. Adakah asimetris
3. Adakah nodul pada prostate
4. Apakah batas atas dapat diraba
5. Sulcus medianus prostate
6. Adakah krepitasi

Diagnosis banding :
Kelemahan detrusor kandung kemih
a) Gangguan neurologik
b) kelainan medula spinalis
c) neuropatia diabetes mellitus
d) pasca bedah radikal di pelvis
e) farmakologik
)Kandung kemih neuropati, disebabkan oleh :
a) kelainan neurologik
b) neuropati perifer
c) diabetes mellitus
d) alkoholisme
e) farmakologik (obat penenang, penghambat alfa dan parasimpatolitik)

Obstruksi fungsional :
a) dis-sinergi detrusor-sfingter terganggunya koordinasi antara kontraksi detrusor dengan relaksasi sfingter
b) ketidakstabilan detrusor
)Kekakuan leher kandung kemih :fibrosis
)Resistensi uretra yang meningkat disebabkan oleh :
a) hiperplasia prostat jinak atau ganas
b) kelainan yang menyumbatkan uretra
c) uretralitiasis
d) uretritis akut atau kronik
e) striktur uretra
f) Prostatitis akut atau kronis

Kategori/ tingkatan BPH

Gejala dan tanda klinis

Ringan

IPSS <8, laju aliran urin


maksimal >15 ml/mnt

Sedang

IPSS 9-18,laju aliran urin


maksimal 10-15 ml/mnt

Berat

IPSS > 18, laju aliran urin


maksimal < 10 ml/mnt

3.8. Tatalaksana
Observasi

Medikamentosa

Terapi Intervensi
Pembedahan

Watchful waiting

Antagonis
adrenergik-
Inhibito reduktase5
Fitoterapi

Prostatektomi
terbuka
Endourologi:
TURP
TUIP
TULP
Elektrovaporisasi

Invasif Minimal
TUMT
HIFU
Stent uretra
TUNA
ILC

3.9. Pencegahan
Menghidari terjadinya penyakit ini sangat penting utuk dilakukan oleh kaum
pria. Dan cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit ini
pada kaum pria antara lain :
1. BPH dapat dicegah secara dini dengan obat-obatan anti pembentukan DHT
(Proscar dan Avodart).
2. Banyak mengkonsumsi vitamin A, E, dan C, antioksidan yang berperan penting dalam
mencegah pertumbuhan sel kanker, karena menurut penelitian, 5-10% kasus BPH dapat
berkembang menjadi kanker prostat. Vitamin B1, B2, dan B6, yang dibutuhkan dalam proses
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein, sehingga kerja ginjal dan organ tubuh lain tidak
terlalu berat
3. Mengurangi makanan kaya lemak hewan
4. Meningkatkan makanan kaya lycopene (dalam tomat), selenium (dalam makanan laut), vitamin
E, isoflavonoid (dalam produk kedelai)
5. Makan sedikitnya 5 porsi buah dan sayuran sehari
6. Berolahraga secara rutin
7. Pertahankan berat badan ideal
8. Jangan sering manahan air kencing

3.10. Prognosis
1. Tergantung dari lokasi, lama dan kerapatan retensi.
2. Keparahan obstruksi yang lamanya 7 hari dapat menyebabkan kerusakan
ginjal. Jika keparahan obstruksi diperiksa dalam dua minggu, maka akan
diketahui sejauh mana tingkat keparahannya. Jika obstruksi keparahannya
lebih dari tiga minggu maka akan lebih dari 50% fungsi ginjal hilang.
3. Prognosis yang lebih buruk ketika obstruksi komplikasi disertai dengan
infeksi.
4. Umumnya prognosis lebih bagus dengan pengobatan untuk retensi urine.

3.11. Komplikasi
1. Perdarahan
2. Pembentukan bekuan
3. Obstruksi kateter
4. Disfungsi seksual tergantung dari jenis pembedahan.
5. Stasis urin
6. Infeksi saluran kencing (ISK)
7. Batu ginjal
8. Dinding kandung kemih trabeculation
9. Otot detrusor hipertrofi
10. Kandung kemih divertikula dan saccules
11. Stenosis uretra
12. Hidronefrosis
13. Paradoks (overflow) inkontinensia
14. Gagal ginjal akut atau gagal ginjal kronis
15. Akut postobstructive diuresis
16. Komplikasi yang lain yaitu perubahan anatomis pada uretra posterior
17. Kandung kemih yang tidak terkuras sepenuhnya meningkatkan risiko infeksi saluran kemih(cystitis).

4. Memahami dan Menjelaskan Pemeriksaan


Penunjang BPH
Pemeriksaan Laboratorium :
Pemeriksaan laboratorium berperan dalam menentukan ada tidaknya komplikasi.
Darah : - Ureum dan Kreatinin
Elektrolit
Blood urea nitrogen
Prostate Specific Antigen (PSA)
Gula darah
Urin : - Kultur urin + sensitifitas test
Urinalisis dan pemeriksaan mikroskopik
Sedimen
Pemeriksaan fungsi ginjal

Pencitraan :
BNO
IVP
USG dapat dilakukan secara :
Trans Abdominal Ultra Sonography (TAUS)
Trans Uretral Ultra Sonography (TRUS)
Uroflowmetri

Pemeriksaan Patologi Anatomi

Jaringan prostat terdiri dari stroma dan asini kelenjar prostat.Asini dilapisi epitel kubis
proliferative, sebagian asini dengan lumen melebar kistik, dalam lumen terdapat corpora
amylaceae. Stroma jaringan ikat fibromuskuler berserbukan sel limfosit.

5. Memahami dan Menjelaskan Pemeriksaan


Colok Dubur Dalam Islam
Dalam
batas-batas
tertentu,
mayoritas
ulama
memperbolehkan berobat kepada lawan jenis jika
sekiranya yang sejenis tidak ada, dengan syarat
ditunggui oleh mahram atau orang yang sejenis.
Alasannya, karena berobat hukumnya hanya sunnah dan
bersikap pasrah (tawakkal) dinilai sebagai suatu
keutamaan (fadlilah).
Pemeriksaan kelainan pada saluran kemih laki-laki
termasuk rukhsah. Rukhsah adalah keringanan bagi

Ulama sepakat bahawa pembolehan yang diharamkan dalam


keadaan darurat, termasuk pembolehan melihat aurat orang
lain,ada batasnya yang secara umum ditegaskan dalam al-quran








Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah,
daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama)
selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa
(memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula)
melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Q.S Al-baqarah : 173)

Daftar Pusaka
de Jong, Wim. Sjamsuhidajat. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC
Deters, Levi A 2011. Benign Prostatic Hypertrophy. Medscape Reference. Diakses pada 9 April
2016 , 15.00 WIB
Eroschenko Victor P.(2014).Atlas Histologi di Fiore dengan Korelasi Fungsional. Jakarta.EGC
Gunawan, SG. (2007). Farmakologi dan Terapi, Edisi 5. Jakarta : Departement Farmakologi dan
Terapeutik FKUI
Junqueira, Luiz. 2007. Histologi Dasar Teks dan Atlas Ed. 10. Jakarta: EGC
Katzung, Bertram G. (1997). Farmakologi Dasar dan Klinik edisi VI, Jakarta : EGC
Price A, et al. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Vol. 2. Jakarta: EGC
Robbins. 2007. Buku ajar patologi. Ed. 7. Jakarta : EGC
Sjamsuhidajat R, de Jong W. (2007). Buku Ajar Ilmu Bedah.Edisi 2, Jakarta : EGC
Putz, Reinhard & Reinhard Pabst. 2006. Atlas Anatomi Manusia Sobotta, 2nd Vol, 22nd Ed. Jakarta:
EGC.
L., Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem, Edisi 2. Jakarta: EGC
Sudoyo A, et al. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi VI Jilid 2. Jakarta: InternaPublishing
Yanuar 2012 . Al Quran online
http://quran.ittelkom.ac.id/?sid=16&pid=arabicid&vid=12.Diakses pada 10 April 2016 , 12.20 WIB
Purnomo B.P.(2000). Buku Kuliah Dasar Dasar Urologi, Jakarta : CV.Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai