Dindin Wahidin
10070108024
LATAR BELAKANG
*Potensi Batugamping Sumatra Utara
- Kabupaten Karo,
- Kabupaten Deli Serdang
- Kabupaten Langkat
*Gambaran Bawah Permukaan Batugamping
- Pemboran 4 titik
- Ketebalan bervariasi
- Lokasi bor tersebar acak
*Penambahan Data bawah Permukaan
- Variasi dimensi bahan galian
- Luas Daerah Penelitian 72 Ha
*Geolistrik Tahanan Jenis
- mempunyai kelebihan dalam pendeteksian lapisan batuan non homogen,
- memperkirakan ketebalan lapisan batuan,
- pengerjaan yang relatif mudah,
- Tidak memerlukan peralatan yang banyak dan waktu pengerjaan relatif singkat,
Parameter yang berpengaruh
- jenis batuan,
- umur batuan,
- kandungan fluida dalam batuan
- Gaya gaya Geologi
TUJUAN
PERUMUSAN MASALAH
MASALAH PENELITIAN
1. Metode geolistrik tahanan jenis merupakan metode eksplorasi tidak langsung sehingga data
yang dihasilkan mempunyai tingkat keyakinan yang rendah;
2. Nilai tahanan jenis hasil pengukuran akan dipengaruhi oleh jenis batuan, umur batuan,
kandungan fluida dalam batuan, tekstur batuan serta gaya gaya geologi yang terjadi pada
batuan;
3. Data kedalaman yang dihasilkan pada pengukuran tahanan jenis tergantung pada panjang
bentangan elektroda;
4. Bentuk topografi yang tidak rata akan mempengaruhi distribusi arus yang diinjeksikan kedalam
permukaan;
5. Adanya persamaan rentang nilai tahanan jenis batuan akan menyulitkan interpretasi
berdasarkan nilai tahanan jenis.
BATASAN MASALAH
1. Pemodelan bawah permukaan menggunakan data hasil interpretasi tahanan jenis yang
digabungkan dengan data hasil pemboran;
2. Data tahanan jenis yang digunakan merupakan hasil pengukuran menggunakan teknik vertical
electric sounding (VES) dengan konfigurasi schlumberger;
3. Pengolahan data pengukuran tahanan jenis dilakukan dengan menggunakan bantuan perangkat
lunak Resint53;
4. Interpretasi nilai tahanan jenis dilakukan dengan membandingkan nilai tahanan jenis batuan
menurut para ahli (Ward, 1990; Reynold, 1990; telford, 1990; dan keller, 1966) yang
disesuaikan dengan kondisi geologi hasil pemetaan permukaan dan pemboran;
5. Data bentuk permukaan menggunakan data Digital Elevation Model (DEM) yang diunduh pada
situs http://asterweb.jpl.nasa.gov/gdem.asp.
METODOLOGI PENELITIAN
1.
2.
3.
4.
Persiapan;
Pengumpulan Data;
Pengolahan Data;
Analisis dan Kesimpulan.
Lokasi
Keadaan Penduduk
Curah Hujan
Tahun
Rata-rata
2011
Curah
Hari
2012
Curah
Hari
2013
Curah
Hari
2014
Curah
Hari
Hujan
Hujan
Hujan
Hujan
Hujan
Hujan
Hujan
(mm)
(hari)
(mm)
(hari)
(mm)
(hari)
Januari
188,76
15
222,29
14
221,4
Februari
75,47
121,88
11
Maret
370,06
20
200,76
April
157,59
10
Mei
229,06
Juni
Curah
Hari
Hujan
Hujan
Hujan
(mm)
(hari)
(mm)
(hari)
21
42,6
11
156,96
14
207,6
23
30,28
93,74
14
71,32
56,16
171,18
11
275,53
17
162,24
16
108,28
156,69
12
15
370,24
17
199,08
23
137,35
10
214,62
15
251,71
13
150,12
155,28
18
228,59
14
202,86
13
Juli
173
12
231,24
13
163,72
13
221,06
13
202,02
13
Agustus
222,41
17
305,06
13
199,68
17
150,76
12
205,73
14
September
307,35
18
376,88
15
228,44
19
206,53
14
265,15
16
Oktober
373,18
20
357,41
17
404,04
23
168,47
13
294,31
17
November
226,47
18
408,88
18
173,12
18
362,71
18
306,78
18
Desember
256,94
16
269,65
15
352,64
21
257,71
16
278.,93
17
Bulan
TOPOGRAFI SULKAM
GEOMORFOLOGI
GEOLOGI REGIONAL
PEMETAAN PERMUKAAN
PEMBORAN
Titik
Kedalaman
Ketebalan
Pemboran
(m)
(m)
0,00 - 5,15
5,15
5,15 -106,00
100,85
0,00 - 5,00
Soil
5,00 - 30,00
25
Batugamping
30,00 - 123,00
93
Lithologi
Soil
TIG 08
Batugamping
TIG 20
Batulempung
karbonatan
0,00 - 1,30
1,30
1,30 - 134,12
132,82
Soil
Batugamping
TIG 19
134,12 -
Batulempung
25,88
160,00
karbonatan
0,00 - 5,00
Soil
5,00 - 51,00
45
Batugamping
TIG 30
Titik
Pengukuran
GL 01
GL 02
GL 03
GL 04
GL 05
420366
420368
420352
420313
420322
East
(mE)
367983
367860
367726
367544
367419
Elevasi
(m)
360
342
398
364
355
Kedalaman
(m)
Ketebalan
(m)
Tahanan Jenis
(m)
0,7
373,1
Tanah Penutup
0,7
2,1
189,6
Tanah Penutup
2,8
5,7
36,8
Lempung
8,5
7,6
387,1
Piroklastika
16,1
33,6
64,7
Lempung
49,7
(Max 166)
2169,1
Batugamping
0,2
171,8
Tanah Penutup
0,2
1,8
1055,9
Aluvial
147,4
Piroklastik
29,2
644,8
Batugamping
35,2
(Max 166)
647,3
Batugamping
0,2
480,6
Tanah Penutup
0,2
2,2
585,3
Aluvial
2,4
1,6
31,6
Lempung
80,4
658,4
Batugamping
84,4
(Max 166)
110
Piroklastika
0,2
130
Tanah Penutup
0,2
3,7
1579,1
Aluvial (Boulder)
3,9
28
157,8
Piroklastika
31,9
(Max 166)
1998
Batugamping
0,4
171,3
Tanah Penutup
0,4
4,9
1765,7
Aluvial (Boulder)
5,3
50,6
154,3
Piroklastik
55,9
(Max 166)
1064,9
Batugamping
Interpretasi
Interpretasi
GL 06
GL 07
GL 08
GL 09
GL 10
420533
420770
420787
420729
420733
367762
367804
367720
367580
367416
412
444
466
493
508
3,8
956,9
Tanah Penutup
3,8
13,4
206,3
Batugamping
17,2
1,9
5,2
19,1
(Max 166)
649,3
Batugamping
1,3
1340,5
Tanah Penutup
1,3
0,8
1260,3
Tanah Penutup
2,1
4,9
267,1
Batugamping (Jenuh)
(Max 66)
874,4
Batugamping
1,5
1466,9
Tanah Penutup
1,5
14,3
413,1
Batugamping (Jenuh)
15,8
24,6
743
Batugamping
40,4
(Max 166)
3753,5
Batugamping
0,7
2576,7
Tanah Penutup
0,7
6,7
1002,5
Batugamping
7,4
15,4
113,1
Batugamping (Jenuh)
22,8
(Max 166)
963,5
Batugamping
0,9
1178,6
Tanah Penutup
0,9
2,5
1478,6
Tanah Penutup
24,3
118,2
Batugamping (Jenuh)
25,3
(Max 166)
2197,8
Batugamping
Lempung (Sisipan)
Titik
Pengukuran
GL 11
GL 12
GL 13
GL 14
GL 15
420913
421051
421074
421038
421074
East
(mE)
367631
367765
367598
367453
367290
Elevasi
(m)
453
447
432
510
521
Kedalaman
(m)
Ketebalan
(m)
Tahanan Jenis
(m)
3221,5
Tanah Penutup
4,8
1101,5
Batugamping
5,8
36,5
235,4
Batugamping (Jenuh)
42,3
(Max 166)
6010,8
Batugamping
1,3
628,3
Tanah Penutup
1,3
1,2
461,5
Tanah Penutup
2,5
12,1
306,2
Piroklastik
14,6
58,4
973,3
Batugamping
73
(Max 166)
415,6
Batugamping (jenuh)
575,8
Tanah Penutup
29,1
383,9
31,1
(Max 133)
2028,1
1,7
1873,3
Batugamping (jenuh)
Batulempung
(massive)
Tanah Penutup
1,7
6,7
576,4
Batugamping (Jenuh)
8,4
(Max 66)
3718,2
Batugamping
3,1
961,1
Tanah Penutup
3,1
8,3
156,6
Batugamping (Jenuh)
11,4
25,1
1532,6
Batugamping
36,5
(Max 166)
1128,1
Batugamping
Interpretasi
PEMBAHASAN
Analisis Kerapatan Titik Pengamatan
Penafsiran Nilai Tahanan Jenis Batugamping
Bentuk dan Penyebaran Batugamping
PEMBAHASAN
Analisis Kerapatan Titik Pengamatan
PEMBAHASAN
Penafsiran Nilai Tahanan Jenis Batugamping
Hasil pengamatan di daerah penelitian menunjukan batugamping dengan tekstur kristalin berwarna keabu abuan
berstruktur rekahan rekahan horizontal di permukaan yang teramati pada singkapan SKG 01. Hasil pemboran
menunjukan batugamping bertekstur kristalin berada di atas lapisan batugamping bertekstur klastik dan dialasi lapisan
batulempung karbonatan. Batugamping bertekstur kristalin yang teramati pada hasil pemboran menunjukan adanya
vein vein kalsit yang saling bersilangan, serta terdapat banyak lose core pada beberapa kedalaman terutama yang
dekat dengan permukaan. Di bawah lapisan batugamping terdapat lapisan batulempung karbonatan, sebagian hasil
pemboran menunjukan batulempung telah mengalami proses metamorfisme serta sifat karbonatan yang ada pada
batulempung berasal dari fragmen fragmen foram yang menghilang seiring dengan kedalaman.
Berdasarkan hasil pengukuran nilai tahanan jenis menggunakan konfigurasi schlumberger, diketahui bahwa nilai
tahanan jenis batugamping di daerah penelitian berkisar antara 113,1 m 6010,8 m. Hasil pengolahan nilai
tahanan jenis dan interpretasi lithologi batuan menunjukan pada kedalaman di bawah 20 meter, batugamping
mempunyai nilai tahanan jenis lebih kecil dari 1.000 m terutama di sebelah tenggara daerah penelitian seperti yang
terdeteksi pada titik pengukuran GL 09, GL10, GL 11, GL 13, dan GL 15. Batugamping dengan nilai tahanan jenis lebih
kecil dari 1.000 m terdeteksi di bawah lapisan tanah penutup. Nilai tahanan jenis yang kecil pada kondisi batuan
yang kompak dapat dihasilkan karena kondisi jenuh pada batuan tersebut (Willis D. Weight, 2009).
Jika melihat hasil pemetaan di permukaan dan hasil pemboran, batugamping yang dekat dengan permukaan
mempunyai struktur rekahan horizontal, rekahan rekahan pada batugamping merupakan tempat terjadinya
pelapukan akibat air pada batugamping. Pengukuran yang dilakukan pada saat curah hujan tinggi mengakibatkan nilai
tahanan jenis yang rendah terdeteksi, air hujan meresap dengan cepat pada rekahan rekahan yang ada sehingga
kondisi permukaan akan cepat mengering dan kondisi batugamping akan jenuh pada rekahan rekahan yang dilalui
oleh air.
Di sebelah barat nilai tahanan jenis batugamping yang rendah terdeteksi pada titik pengukuran GL 02 (644,8 m
647,3 m) dan GL 03 (658,4 m) hingga kedalaman di lebih dari 30 meter di bawah permukaan. Hasil pengamatan di
permukaan menunjukan adanya aliran sungai L. Ketekuken yang berada 20 meter di sebelah barat titik GL 02, menurut
informasi warga sekitar aliran sungai ketekuken menghilang ke bawah permukaan pada saat musim kemarau atau pada
saat debit air sedang kecil. Pada saat pengukuran dilakukan aliran sungai L. Ketekuken berada di permukaan, sehingga
diduga bahwa pada saat pengukuran dilakukan rekahan rekahan pada batuan di bawah sungai L. Ketekuken sedang
dalam kondisi jenuh, hasil pengolahan data tahanan jenis juga menunjukan bahwa pada titik titik pengukuran yang
dekat dengan sungai L. Ketekuken memberikan respon yang rendah.
PEMBAHASAN
Bentuk dan Penyebaran Batugamping
Batugamping di daerah penelitian berada di bukit sebelah selatan dengan batas utara sungai L. Bekerah dan
sebelah barat dibatasi sungai L. Ketekuken. Hasil pemboran menunjukan batugamping teramati hingga kedalaman
lebih dari 100 meter di sebelah Selatan (TIG 19). Peningkatan ketebalan batugamping seiring dengan
bertambahnya ketinggian pada bukit yang memanjang ke arah Tenggara.
Hasil korelasi titik pemboran yang digabungkan dengan hasil interpretasi nilai tahanan jenis menunjukan bahwa
batugamping pada penampang 1 terdeteksi hingga lebih dari 50 meter dengan nilai tahanan jenis menunjukan
peningkatan nilai ke arah Selatan mengidentifikasikan bahwa semakin ke arah Selatan batugamping semakin
kompak. Hasil interpretasi nilai tahanan jenis pada penampang 1 menunjukan adanya lapisan piroklastika dengan
nilai tahanan jenis 110 - 157,8 m yang diduga merupakan satuan dari Formasi Bekulap. Lapisan ini diduga
menyisip pada rekahan batugamping. Gambaran bawah permukaan pada penampang 2 yang berada 400 meter di
timur penampang 1 menunjukan endapan batugamping terdeteksi hingga kedalaman lebih dari 100 m.
Berdasarkan interpretasi nilai tahanan jenis, batugamping yang kompak barada di sebelah Selatan. Nilai tahanan
jenis batugamping yang rendah terdeteksi dengan lapisan tanah penutup. Kondisi ini terjadi dikarenakan
batugamping yang dekat dengan permukaan telah mengalami pelapukan sehingga nilai tahanan jenis yang
terdeteksi lebih kecil. Menurut burger 1992 batuan yang mempunyai rekahan yang terisi dengan tanah kering
memiliki nilai tahanan jenis lebih rendah dari 1.000 m.
Gambaran bawah permukaan pada penampang 4 yang berada di sebelah utara berarah relatif barat timur
menunjukan endapan batugamping hingga kedalaman 100 m. Di antara titik pengukuran GL 07 dan TIG 20 diduga
merupakan jalur sesar (Cameron et, al 1982), hal ini terlihat pada hasil pemboran pada titik TIG 20 menunjukan
adanya lapisan batulempung karbonatan pada kedalaman 30 meter, sedangkan pada titik GL 07 tidak terdeteksi
nilai tahanan jenis yang menunjukan indikasi batulempung. Bentuk dan penyebaran batugamping di daerah
penelitian terlihat pada konseptual model bawah permukaan (Gambar 5.2 dan Gambar 5.3).
PEMBAHASAN
Bentuk dan Penyebaran Batugamping
PEMBAHASAN
Bentuk dan Penyebaran Batugamping
Penambahan informasi bawah permukaan dengan menggunakan pendekatan geolistrik tahanan jenis
dilakukan pada 7 lintasan dengan arah lintasan Utara Selatan sebanyak 3 lintasan dan arah Barat
Timur sebanyak 4 Lintasan dengan jumlah titik sebanyak 15 titik pengukuran;
Nilai tahanan jenis batugamping yang ada di daerah penelitian berkisar antara 113,1 m 6010,8
m, dengan penyebaran nilai tahanan yang relatif rendah di bawah 1.000 m berada pada
kedalaman di bawah 20 meter dan semakin tinggi hingga kedalaman lebih dari 60 meter;
Bentuk endapan batugamping di permukaan mengikuti bentuk topografi bukit dengan puncak
tertinggi pada elevasi 525 m dpl di sebelah Selatan dengan batas sungai L.Bekerah di sebelah utara
dan sungai L. Ketekuken di sebelah barat. Hasil pemodelan bawah permukaan menunjukan
penebalan lapisan batugamping ke arah Selatan dan Barat Daya hingga 132 meter dan penipisan
ketebalan batugamping terjadi ke arah utara dan timur hingga 10 meter. Hasil pendeteksian
batugamping berdasarkan nilai tahanan jenis menunjukan penyebaran batugamping cenderung
kompak ke arah Selatan dan Tenggara. Bentuk endapan batugamping hasil pemodelan menunjukan
adanya penyisipan satuan piroklastika di sebelah Barat daerah penelitian. Di antara titik pengukuran
GL 07 dan pemboran TIG 20 terdapat dugaan jalur sesar berdasarkan hasil studi peta geologi lembar
Medan serta hasil data pemboran TIG 20 dan Pengukuran Tahanan Jenis GL 07.