Laserasi Serviks
Shibghy Syahida
1210211139
Ruptura uteri
Insidensi
di RS besar di Indonesia berkisar antara 1:92
s.d 1:294persalinan.
sangat tinggi jika dibanding kan dengan
negara-negara maju (antara 1:1250 dan
1:2000persalinan).
Etiologi
- Riwayat pembedahan terhadap fundus atau korpus
uterus
- Induksi dengan oksitosin yang sembarangan atau
persalinan yang lama
- Presentasi abnormal ( terutama terjadi penipisan
pada segmen bawah uterus ).
Klasifikasi
Ruptur uteri dapat dibagi menurut beberapa
cara :
1. Menurut waktu terjadinya
a) R. u. Gravidarum
Waktu sedang hamil
Sering lokasinya pada korpus
b) R. u. Durante Partum
Waktu melahirkan anak
Ini yang terbanyak
2. Menurut lokasinya
a) Korpus uteri, biasanya terjadi pada rahim yang sudah
pernah mengalami operasi seperti seksio sesarea klasik
( korporal ), miomektomi
b) Segmen bawah rahim ( SBR ), biasanya terjadi pada
partus yang sulit dan lama tidak maju, SBR tambah lama
tambah regang dan tipis dan akhirnya terjadilah ruptur uteri
yang sebenarnya
c) Serviks uteri ini biasanya terjadi pada waktu melakukan
ekstraksi forsipal atau versi dan ekstraksi sedang pembukaan
belum lengkap
d) Kolpoporeksis, robekan-robekan di antara serviks dan
vagina
4. Menurut etiologinya
a) Ruptur uteri spontanea
1) Karena dinding rahim yang lemah dan cacat
- bekas seksio sesarea
- bekas miomectomia
- bekas perforasi waktu keratase
- bekas histerorafia
- bekas pelepasan plasenta secara manual
- pada gravida dikornu yang rudimenter dan
graviditas interstitialis
- kelainan kongenital dari uterus
Diagnosis
Gejala Ruptur Uteri Iminens/mengancam :
Dalam anamnesa dikatakan telah ditolong/didorong oleh dukun/bidan, partus
sudah lama berlangsung
Pasien tampak gelisah, ketakutan, disertai dengan perasaan nyeri diperut
Pada setiap datangnya his pasien memegang perutnya dan mengerang
kesakitan bahkan meminta supaya anaknya secepatnya dikeluarkan.
Pernafasan dan denyut nadi lebih cepat dari biasa.
Ada tanda dehidrasi karena partus yang lama(prolonged labor), yaitu mulut
kering, lidah kering dan haus, badan panas (demam).
His lebih lama, lebih kuat dan lebih sering bahkan terus-menerus.
Ligamentum rotundum teraba seperti kawat listrik yang tegang, tebal dan
keras terutama sebelah kiri atau keduanya.
Pada waktu datang his, korpus uteri teraba keras (hipertonik) sedangkan SBR
teraba tipis dan nyeri kalau ditekan
Bila ruptur uteri yang mengancam dibiarkan terus, maka suatu saat akan
terjadilah ruptur uteri sebenarnya.
1.) Anamnesis dan Inspeksi
-Pada his yg kuat sekali, pasien merasa kesakitan yang luar biasa, menjerit
kemudian jadi gelisah, takut, pucat, keluar keringat dingin sampai kolaps.
-Pernafasan jadi dangkal dan cepat, kelihatan haus.
-Muntah-muntah karena perangsangan peritoneum.
-Syok, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun bahkan tidak terukur.
-Keluar perdarahan pervaginam yang biasanya tak begitu banyak, lebih-lebih
kalau bagian terdepan atau kepala sudah jauh turun dan menyumbat jalan lahir.
-Kadang-kadang ada perasaan nyeri yang menjalar ke tungkai bawah dan
dibahu.
- Kontraksi uterus biasanya hilang.
-Mula-mula terdapat defans muskulaer kemudian perut menjadi kembung dan
meteoristis (paralisis usus).
2.) Palpasi
-Teraba krepitasi pada kulit perut yang menandakan adanya
emfisema subkutan.
-Bila kepala janin belum turun, akan mudah dilepaskan dari
pintu atas panggul.
- Bila janin sudah keluar dari kavum uteri, jadi berada di
rongga perut, maka teraba bagian-bagian janin langsung
dibawah kulit perut dan disampingnya kadang-kadang teraba
uterus sebagai suatu bola keras sebesar kelapa.
-Nyeri tekan pada perut, terutama pada tempat yang robek.
3.) Auskultasi
Biasanya denyut jantung janin sulit atau tidak terdengar lagi
beberapa menit setelah ruptur, juga saat bila plasenta juga
ikut terlepas dan masuk ke rongga perut.
Penanganan
Bila keadaan umum penderita mulai membaik, selanjutnya dilakukan laparotomi
dengan tindakan jenis operasi:
(1)Histerektomi, baik total maupun subtotal.
(2) Histerorafia, yaitu tepi luka dieksidir lalu dijahit sebaik-baiknya.
(3) Konservatif, hanya dengan tamponade dan pemberian antibiotik yang
cukup.
Tindakan aman yang akan dipilih, tergantung dari beberapa faktor, antara lain:
-Keadaan umum
- Jenis ruptur, inkompleta atau kompleta
- Jenis luka robekan
- Tempat luka
- Perdarahan dari luka
- Umur dan jumlah anak hidup
- Kemampuan dan keterampilan penolong
Prognosis
Angka mortilitas : 50 - 70 %
jika janin masih hidup pada saat terjadinya
peristiwa tersebut persalinan segera, melalui
laparotomi.
Jika tidak diambil tindakan, kebanyakan wanita
akan meninggal karena perdarahan atau mungkin
pula karena infeksi yang terjadi kemudian
Diagnosis cepat, tindakan operasi segera,
ketersediaan darah dalam jumlah yang besar dan
terapi antibiotik sudah menghasilkan perbaikan
prognosis yang sangat besar
LASERASI serviks
Laserasi serviks dan vagina
Menyebabkan :
Perdarahan
Jaringan parut
Infeksi
Nyeri saat bersenggama
Kematian
Robekan serviks
3. Persalinan Presipitatus
Secara spontan atau distimulasi
dengan oksitosin
4. Kegagalan serviks untuk
berdilatasi karena kelainan
kongenital atau jaringan parut
akibat luka terdahulu
Komplikasi Awal
1. Perdarahan
Pembuluh darah yang tidak terikat dengan
baik. Pastikan bahwa perdarahan tidak
berasal dari uterus yang atonik
2. Hematoma
Mengumpulnya darah pada dinding vagina
yang
biasanya terjadi akibat komplikasi luka pada
vagina.
Terlihat pembengkakan vagina/vulva,nyeri
hebat
3. Retensio urine
Maternal harus dianjurkan untuk berkemih,jika tidak bisa
kateter.
Menghindari ketegangan kandung kemih
4. Infeksi
Infeksi saat menjahit robekan, jika infeksi
jahitan harus dilepas dan dijahit ulang
Komplikasi Lanjut
- Jaringan parut dan stenosis
(penyempitan) vagina
- Nyeri senggama
- Persalinan macet pd persalinan
berikut
- Jaringan parut pada serviks
- Vesiko-vagina,vesiko-serviks/fistula
rekto-vagina
Tatalaksana
Ggn. Pembekuan
darah
Pregnancy- induced
coagulation change
Terjadi perubahan pada koagulasi dan fibrinolisis
Konsentrasi F I (fibrinogen), VII, VIII, IX, X.
Kadar plasminogen meningkat, juga plasminogen
activator inhibitor (PAI-1 dan PAI-2)
Penurunan trombosit
Peningkatan fibrinopeptide A, B-thromboglobulin,
platelet factor 4, dan fibrinogen fibrin
menurunnya konsentrasi antikoagulan protein S,
hipercoagulability, fibrinolysis terjadi jg
augmentasi yet compensated- koagulasi iv
Deplesi faktor koagulasi dan trombosit
perdarahan
Patologi
Tidak terkontrolnya konversi fibrinogen mjd fibrin
oleh trombin deposit di PD ( trjd stimulasi
fibrinolisis oleh monomer fibrin yg dihasilkan oleh
proses koagulasi) organ failure
Monomer fibrin berkombinasi dg tissue
plasminogen activator dan plasminogen
plasmin melisis fibrinogen dan fibrin derivat :
FDP dan D-dimer
Faktor predisposisi
Solusio plasenta
IUFD
Eklamsia
Emboli cairan ketuban
sepsis
Talak
Transfusi darah dan produknya ; plasma beku
segar, trombosit, fibrinogen
Heparinisasi
Pemberian EACA (epsilon amnio caproic acid)
Terimakasiih