Peritonitis
Elsavina Rizky
1008113558
Latar Belakang
Peritonitis merupakan suatu keadaan yang
mengancam jiwa yang sering bersamaan
dengan kondisi bakteremia dan sindroma sepsis.
Peritonitis adalah suatu proses inflamasi
membran serosa yang membatasi rongga
abdomen dan organ-organ yang terdapat
didalamnya.
bersifat lokal maupun generalisata, bakterial
ataupun kimiawi.
Peradangan peritoneum dapat disebabkan oleh
bakteri, virus, jamur, bahan kimia iritan, dan
benda asing.
Peritonitis
peradangan pada peritoneum yang
merupakan pembungkus visera
dalam rongga perut.
dapat terjadi akibat suatu respon
inflamasi atau supuratif dari
peritoneum yang disebabkan oleh
iritasi kimiawi atau invasi bakteri.
Anatomi
Peritoneum adalah mesoderm lamina
lateralis yang tetap bersifat epitelial.
Lapisan peritoneum dibagi menjadi 3,
yaitu:
1.lembaran yang menutupi dinding usus,
disebut lamina visceralis.
2.Lembaran yang melapisi dinding dalam
abdomen disebut lamina parietalis.
3.Lembaran yang menghubungkan lamina
visceralis dan lamina parietalis.
Klasifikasi
Bila ditinjau dari penyebabnya, peritonitis
terbagi atas:
1.Peritonitis primer: peritonitis spontan
2.Penyebab sekunder: berkaitan dengan
proses patologis dari organ visera.
3.Penyebab tersier: infeksi rekuren atau
persisten sesudah terapi awal yang
adekuat, timbul pada pasien dengan kondisi
komorbid sebelumnya, dan pada pasien
imunokompromais.
Etiologi
1. Penyebaran infeksi dari organ perut yang terinfeksi.
2. Pemaparan terus menerus terhadap sumber infeksi.
3. Penyakit radang panggul pada wanita yang masih aktif
melakukan kegiatan seksual
4. Infeksi dari rahim dan saluran telur, yang mungkin
disebabkan oleh beberapa jenis kuman (termasuk yang
menyebabkan gonore dan infeksi chlamidia)
5. Kelainan hati atau gagal jantung, dimana cairan bisa
berkumpul di perut (asites) dan mengalami infeksi
6. Peritonitis dapat terjadi setelah suatu pembedahan.
7. Dialisa peritoneal (pengobatan gagal ginjal) sering
mengakibatkan peritonitis.
8. Iritasi tanpa infeksi.
9. Peritonitis ini dapat terjadi karena iritasi bahan-bahan
kimia
Manifestasi klinis
Demam tinggi, atau pasien yang sepsis bisa
menjadi hipotermia
Takikardia, dehidrasi hingga menjadi hipotensi
Nyeri abdomen yang hebat
Bising usus menurun sampai menghilang.
Nyeri pada setiap gerakan yang menyebabkan
pergeseran pertonium dengan peritonium.
Pada penderita wanita diperlukan
pemeriksaan vagina bimanual untuk
membedakan nyeri akibat radang panggul,
namun pemeriksaan ini jarang dilakukan pada
keadaan peritonitis yang akut.
Pemeriksaan Fisik
INSPEKSI:perlu dicurigai bila
tampakpernapasan torakal pada penderita
yang abdomennya terlihat tegang.
AUSKULTASI: pada peritonitis akibat perforasi,
peristaltik sering lemah atau hilang sama sekali
karena terjadi ileus paralitik.
PERKUSI: pekak hepar yang hilang pada perkusi
menunjukkan adanya udara bebas di bawah
diafragma dan ini menandakan terjadinya
perforasi saluran cerna.
PALPASI: Defans muskular menunjukkan adanya
iritasi peritoneum, misalnya karena perforasi.
Diagnosis Banding
Apendisitis
Pankreatitis
Gastroenteritis
Kolesistitis
Salpingitis
kehamilan ektopik terganggu, dan
lain-lain.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan peritonitis secara kausal ialah
eradikasi kuman yang menyebabkan radang di
peritoneum. S
Secara non-invasif dapat dilakukan dengan
drainase abses dan endoskopi perkutan, lebih
umum dilakukan ialah laparotomi eksplorasi
rongga peritoneum.
Tata laksana terhadap penyakit yang
mendasarinya,
pemberian antibiotik dan terapi suportif untuk
mencegah komplikasi sekunder akibat gagal
sistem organ.
Komplikasi
Komplikasi dini:
1.Septikemia dan syok septik
2.Syok hipovolemik
3.Sepsis intra abdomen rekuren yang tidak
dapat dikontrol dengan kegagalan multi
sistem
4.Abses residual intraperitoneal
5.Portal Pyemia (misal abses hepar).
Komplikasi lanjut
1.Adhesi
2.Obstruksi intestinal rekuren.
Identitas Pasien
Nama Pasien
Umur
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Tanggal MRS
:
:
:
:
:
Tn. KA
42 tahun
Laki-laki
Swasta
5 April 2015
Anamnesis
Keluhan Utama
Nyeri pada perut sejak 2 hari SMRS
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan umum
:
Tampak sakit berat
Kesadaran : Komposmentis
Vital Sign
TD
: 100/70 mmHg
Nadi
: 84 x/i
Nafas
: 23 x/i
Suhu
: 36,8 oC
Pemeriksaan Thoraks
Paru :
Inspeksi : gerakan dada simetris kiri dan kanan,
retraksi (-)
Palpasi : vokal fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi
: suara nafas vesikuler, ronkhi (-),
wheezing (-)
Jantung :
Inspeksi
: ictus cordis tidak
terlihat
Palpasi
: ictus cordis tidak teraba
Perkusi
: batas jantung dbn
Auskultasi : bunyi jantung I dan II
(+) normal, murmur (-), gallop (-)
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
: sedikit distensi
Auskultasi : bising usus menurun
Palpasi : nyeri perut seluruh regio,
konsistensi keras, defens muskular (+),
hepar tidak teraba, ginjal tidak teraba,
massa (-), lien tidak membesar.
Perkusi: sulit dinilai karena nyeri
Pemeriksaan Ekstremitas
Akral hangat, CRT < 2 detik, edema
(-), sianosis (-)
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium darah rutin
Hb : 15,4 gr/dl
Ht : 38 %
Leukosit
: 30.200/uL
Trombosit : 289.000/mm3
kimia darah
glukosa
: 90 mg/dl
ureum : 58,7 mg/dl
creatinin
: 0,75 mg/dl
Elektrolit
Na+:
130,4 mmol/L
K+ :
3,97 mmol/L
Cl :
101,9 mmol/L
Radiologi
Penatalaksanaan
Non-farmakologis
1.Rawat inap
2.Laparotomy eksplorasi
3.Repair perforasi gaster
Farmakologis
1.IVFD RL 20 gtt/menit
2.Ceftriakson 2x1
3.Ketorolac 2x1
PROGNOSIS : Dubia
Terimakasih