Anda di halaman 1dari 30

Laporan kasus

Peritonitis

Elsavina Rizky
1008113558

Latar Belakang
Peritonitis merupakan suatu keadaan yang
mengancam jiwa yang sering bersamaan
dengan kondisi bakteremia dan sindroma sepsis.
Peritonitis adalah suatu proses inflamasi
membran serosa yang membatasi rongga
abdomen dan organ-organ yang terdapat
didalamnya.
bersifat lokal maupun generalisata, bakterial
ataupun kimiawi.
Peradangan peritoneum dapat disebabkan oleh
bakteri, virus, jamur, bahan kimia iritan, dan
benda asing.

Peritonitis salah satu penyebab kematian


tersering pada pasien bedah
Suatu perforasi dapat terjadi akibat trauma dan
non trauma.
Pada non trauma misalnya akibat volvulus,
spontan pada bayi baru lahir, obat-obatan, tukak,
malignansi, dan benda asing. Pada trauma dapat
berupa trauma tajam maupun trauma tumpul,
Perforasi gaster dapat disebabkan oleh ulkus
peptikum.
Di Indonesia ulkus peptikum ditemukan antara 615% pada usia 20 50 tahun, terutama pada
nyeri yang hilang timbul

Peritonitis
peradangan pada peritoneum yang
merupakan pembungkus visera
dalam rongga perut.
dapat terjadi akibat suatu respon
inflamasi atau supuratif dari
peritoneum yang disebabkan oleh
iritasi kimiawi atau invasi bakteri.

Anatomi
Peritoneum adalah mesoderm lamina
lateralis yang tetap bersifat epitelial.
Lapisan peritoneum dibagi menjadi 3,
yaitu:
1.lembaran yang menutupi dinding usus,
disebut lamina visceralis.
2.Lembaran yang melapisi dinding dalam
abdomen disebut lamina parietalis.
3.Lembaran yang menghubungkan lamina
visceralis dan lamina parietalis.

Organ- organ yang terdapat di


cavum peritoneum yaitu:
Intraperitoneum: gaster, hepar,
vesica fellia, lien, ileum, jejunum,
kolon transversum, kolon sigmoid,
saecum, dan appendik.
Retroperitoneum: pankreas,
duodenum, kolon ascenden dan
descenden, ginjal dan ureter.

Klasifikasi
Bila ditinjau dari penyebabnya, peritonitis
terbagi atas:
1.Peritonitis primer: peritonitis spontan
2.Penyebab sekunder: berkaitan dengan
proses patologis dari organ visera.
3.Penyebab tersier: infeksi rekuren atau
persisten sesudah terapi awal yang
adekuat, timbul pada pasien dengan kondisi
komorbid sebelumnya, dan pada pasien
imunokompromais.

Bila dilihat dari organ yang menyebabkan peritonitis,


maka penyebabnya dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
Esofagus: keganasan, trauma, iatrogenik, dan
sindrom Boerhaave
Lambung: perforasi ulkus peptikum,
adenokarsinoma, limfoma, tumor stroma GIT,
trauma dan iatrogenik
Duodenum: perforasi ulkus duodenum, trauma,
dan iatrogenik.
Pankreas: pankreatitis, trauma dan iatrogenik.
Kolon ascendens: iskemia kolon, hernia inkaserata,
keganasan, dan trauma.
Kolon decendens dan appendik: divertikulitis,
keganasan, appendisitis, trauma, dan iatrogenik.
Salping, uterus, dan ovarium: radang panggul,
keganasan dan trauma.

Menurut agen-nya, peritonitis dapat


dibedakan menjadi dua kelompok
sebagai berikut:
Peritonitis steril atau kimiawi:
disebabkan karena iritasi bahanbahan kimia
Peritonitis bakterial:
- Peritonitis bakterial spontan
- Peritonitis sekunder

Etiologi
1. Penyebaran infeksi dari organ perut yang terinfeksi.
2. Pemaparan terus menerus terhadap sumber infeksi.
3. Penyakit radang panggul pada wanita yang masih aktif
melakukan kegiatan seksual
4. Infeksi dari rahim dan saluran telur, yang mungkin
disebabkan oleh beberapa jenis kuman (termasuk yang
menyebabkan gonore dan infeksi chlamidia)
5. Kelainan hati atau gagal jantung, dimana cairan bisa
berkumpul di perut (asites) dan mengalami infeksi
6. Peritonitis dapat terjadi setelah suatu pembedahan.
7. Dialisa peritoneal (pengobatan gagal ginjal) sering
mengakibatkan peritonitis.
8. Iritasi tanpa infeksi.
9. Peritonitis ini dapat terjadi karena iritasi bahan-bahan
kimia

Gaster relatif bebas dari bakteri dan


mikroorganisme lainnya karena
keasaman yang tinggi. Kebanyakan
orang yang mengalami trauma
abdominal memiliki fungsi gaster
yang normal dan tidak berada pada
resiko kontaminasi bakteri yang
mengikuti perforasi gaster.
Kebocoran asam lambung ke dalam
rongga peritoneum peritonitis
kimia.

Bila kebocoran tidak ditutup dan


partikel makanan mengenai rongga
peritoneum, peritonitis kimia akan
diperparah oleh perkembangan yang
bertahap dari peritonitis bakterial.

Manifestasi klinis
Demam tinggi, atau pasien yang sepsis bisa
menjadi hipotermia
Takikardia, dehidrasi hingga menjadi hipotensi
Nyeri abdomen yang hebat
Bising usus menurun sampai menghilang.
Nyeri pada setiap gerakan yang menyebabkan
pergeseran pertonium dengan peritonium.
Pada penderita wanita diperlukan
pemeriksaan vagina bimanual untuk
membedakan nyeri akibat radang panggul,
namun pemeriksaan ini jarang dilakukan pada
keadaan peritonitis yang akut.

Pemeriksaan Fisik
INSPEKSI:perlu dicurigai bila
tampakpernapasan torakal pada penderita
yang abdomennya terlihat tegang.
AUSKULTASI: pada peritonitis akibat perforasi,
peristaltik sering lemah atau hilang sama sekali
karena terjadi ileus paralitik.
PERKUSI: pekak hepar yang hilang pada perkusi
menunjukkan adanya udara bebas di bawah
diafragma dan ini menandakan terjadinya
perforasi saluran cerna.
PALPASI: Defans muskular menunjukkan adanya
iritasi peritoneum, misalnya karena perforasi.

Diagnosis Banding

Apendisitis
Pankreatitis
Gastroenteritis
Kolesistitis
Salpingitis
kehamilan ektopik terganggu, dan
lain-lain.

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan peritonitis secara kausal ialah
eradikasi kuman yang menyebabkan radang di
peritoneum. S
Secara non-invasif dapat dilakukan dengan
drainase abses dan endoskopi perkutan, lebih
umum dilakukan ialah laparotomi eksplorasi
rongga peritoneum.
Tata laksana terhadap penyakit yang
mendasarinya,
pemberian antibiotik dan terapi suportif untuk
mencegah komplikasi sekunder akibat gagal
sistem organ.

Komplikasi
Komplikasi dini:
1.Septikemia dan syok septik
2.Syok hipovolemik
3.Sepsis intra abdomen rekuren yang tidak
dapat dikontrol dengan kegagalan multi
sistem
4.Abses residual intraperitoneal
5.Portal Pyemia (misal abses hepar).
Komplikasi lanjut
1.Adhesi
2.Obstruksi intestinal rekuren.

Identitas Pasien
Nama Pasien
Umur
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Tanggal MRS

:
:
:
:
:

Tn. KA
42 tahun
Laki-laki
Swasta
5 April 2015

Anamnesis
Keluhan Utama
Nyeri pada perut sejak 2 hari SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang


2 hari SMRS pasien mengeluhkan perut yang
terasa nyeri di semua bagian perut. Nyeri muncul
mendadak, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk.
Nyeri dirasakan terus menerus dan dirasakan
semakin berat saat bergerak. Nyeri berkurang
saat berbaring. Mual (+) muntah (-), nafsu makan
menurun.
Pasien merasa lemas, perut terasa kembung.
BAK berwarna seperti teh, BAB (-)
Beberapa tahun terakhir, pasien sering
mengeluhkan nyeri pada ulu hati, yang dirasakan
hilang timbul.
pasien berobat ke Puskesmas setelah dilakukan
pemeriksaan pasien didiagnosis peritonitis. Lalu
pasien dirujuk ke RSUD AA.

Riwayat Penyakit Dahulu


Tidak pernah ada keluhan seperti ini
sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga yang mengeluhkan hal yang


sama.

Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan umum
:
Tampak sakit berat
Kesadaran : Komposmentis
Vital Sign
TD
: 100/70 mmHg
Nadi
: 84 x/i
Nafas
: 23 x/i
Suhu
: 36,8 oC

Pemeriksaan Kepala dan Leher


Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Leher: Pembesaran KGB (-), tiroid tidak membesar

Pemeriksaan Thoraks
Paru :
Inspeksi : gerakan dada simetris kiri dan kanan,
retraksi (-)
Palpasi : vokal fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi
: suara nafas vesikuler, ronkhi (-),
wheezing (-)

Jantung :
Inspeksi
: ictus cordis tidak
terlihat
Palpasi
: ictus cordis tidak teraba
Perkusi
: batas jantung dbn
Auskultasi : bunyi jantung I dan II
(+) normal, murmur (-), gallop (-)

Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
: sedikit distensi
Auskultasi : bising usus menurun
Palpasi : nyeri perut seluruh regio,
konsistensi keras, defens muskular (+),
hepar tidak teraba, ginjal tidak teraba,
massa (-), lien tidak membesar.
Perkusi: sulit dinilai karena nyeri

Pemeriksaan Ekstremitas
Akral hangat, CRT < 2 detik, edema
(-), sianosis (-)

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium darah rutin

Hb : 15,4 gr/dl
Ht : 38 %
Leukosit
: 30.200/uL
Trombosit : 289.000/mm3
kimia darah

glukosa
: 90 mg/dl
ureum : 58,7 mg/dl
creatinin
: 0,75 mg/dl

Elektrolit
Na+:
130,4 mmol/L
K+ :
3,97 mmol/L
Cl :
101,9 mmol/L

Radiologi

Penatalaksanaan
Non-farmakologis
1.Rawat inap
2.Laparotomy eksplorasi
3.Repair perforasi gaster

Farmakologis
1.IVFD RL 20 gtt/menit
2.Ceftriakson 2x1
3.Ketorolac 2x1

PROGNOSIS : Dubia

Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai