Anda di halaman 1dari 20

STUDI KASUS KONDISI BIOTA LAUT

TERUMBU
DI PULAU BATAM AKIBAT PEMBUANGAN
LIMBAH KAPAL MINYAK
Di Batam
Dosen Pengajar: Bapak Dosen Hendrawan Syafrin, S.PI. M.SI
Di susun oleh:
Anisa Nurainy ( 051503503125020 )
Amsah Oktaviany ( 041501503125063 )
Putri Tunjung Sari ( 051503503125128 )
Intan Rahma Wati ( 051503503125054 )
Devianti Yulia N.S (041501503125068)

Pengenalan Kawasan Pesisir


Batam,Riau
Kawasan

pesisir dan laut Indonesia dengan potensi sumberdaya


alamnya memiliki peranan yang sangat penting dalam
pembangunan suatu daerah, terutama bagi daerah-daerah yang
memiliki wilayah pesisir dan lautan yang lebih besar daripada
wilayah daratan. Seperti halnya Kota Batam, yang memiliki
wilayah pesisir dan lautan seluas 2.950 Km atau 73,93% dari luas
total 3.990 Km (Batam Dalam Angka 2010), dimana sumberdaya
pesisir dan laut di Kota Batam sangat potensial untuk
dikembangkan dalam rangka peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Selain itu, Kota Batam juga merupakan wilayah yang
sangat strategis karena terletak berdampingan dengan negaranegara tetangga Indonesia, bahkan pada bagian utara wilayahnya
berbatasan dengan Singapura/Malaysia. Melihat pada potensi
yang ada serta letak geografis Batam yang sangat strategis, yaitu
berada di Selat Singapura yang dilalui oleh jalur pelayaran yang
sangat ramai maka Pemerintah mengembangkan daerah Batam
menjadi daerah industri, yang akan mempunyai arti penting bagi
kehidupan ekonomi nasional pada umumnya.

Melalui Keputusan Presiden No. 41 Tahun 1973 (dirubah


dengan Keppres No. 113/2000) Pemerintah Republik Indonesia
menetapkan seluruh wilayah Pulau Batam menjadi kawasan
pengembangan industri dibawah suatu lembaga otorita, yaitu
Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau (OPDIP) Batam
atau Otorita Batam. Sejak Pulau Batam dan beberapa pulau di
sekitarnya dikembangkan menjadi daerah industri,
perdagangan, alih kapal dan pariwisata, pertumbuhan wilayah
Kota Batam terus meningkat, terutama pengembangan sektor
industrinya, dimana pada kurun waktu 1999-2003 sektor
industri besar (dengan tenaga kerja 100 orang atau lebih)
mengalami peningkatan. Pada tahun 1999 tercatat jumlah
industri besar 108 buah dan pada tahun 2003 bertambah
menjadi 138 buah. Hal ini membuktikan bahwa Batam
mempunyai daya tarik tersendiri bagai para investor untuk
melakukan investasi serta bagi para pendatang yang ingin
mendapatkan lapangan pekerjaan di daerah ini.

Pencemaran air telah banyak ditemukan di Dunia


dan Indonesia. Baik itu dari limbahbuangan dari
Kapal Minyak maupun dari Perusahaan Industri.
Limbah buangan dariPerusahaan Industri sudah
banyak ditemukan. Limbah buangan tersebut bisa
diakibatkankarena ketidaksengajaan dari pihak
pengelola atau memang mereka dengan
mudahnyamembuang limbah ke laut.
Awal mula pencemaran laut oleh Kapal Minyak
dimulai sejak peluncuran kappal pengangkut
minyak pertama Gluckauf pada 1885, dan
penggunaan pertama mesin dieselkapal tiga tahun
kemudian. Sebelum Perang Dunia Kedua, sudah
ada usaha-usaha untuk membuat peraturan
mengenai pencegahan dan penanggulangan
pencemaran laut. Namun,baru terpikirkan setelah
terbentuk International Maritime Organization
(IMO) dari Badan Perserikatan Bangsa Bangsa
(PBB) pada 1948.

Usaha membuat peraturan yang dapat dipatuhi semua pihak dalam


organisasi tersebutmasih ditentang banyak pihak. Baru pada 1954 atas
prakarsa dan pengorganisasian yangdilakukan pemerintah Inggris (UK),
lahirlah Oil Pollution Convention yang mencari carauntuk mencegah
pembuangan campuran mintak dari pengoperasian kapal minyak dari
kamarmesin. Selanjutnya disusul amandemen tahun 1962 dan 1969 untuk
menyempurnakan keduaperaturan tersebut. Jadi sebelum tahun 1970
masalah
Maritime
Pollution
baru
pada
tingkatprosedur
operasi
Pada tahun 1967 terjadi pencemaran terbesar, ketika minyak Torrey Canyon
yangkandas di Pantai Selatan Inggris menumpahkan 35 juta gallons crudel oil
dan telah merubahpandangan masyarakat Internasional di mana sejak saat
itu mulai dipikirkan bersamapencegahan pencemaran secara serius. Sebagai
hasilnya adalah International Convention forthe Prevention of Pollution from
Ships pada tahun 1973 yang kemudian disempurnakanmenjadi Oil Safety
and Pollution Prevention Protocol pada tahun 1978 dan konvensi inidikenal
dengan
nama
MARPOL
1973/1978

Aspek Biologi dalam Pencemaran


Air
Pembuangan

bahan kimia, limbah, maupun pencemar lain ke


dalam air akan mempengaruhi kehidupan dalam air itu.
Seberapa jauh makhluk hidup ini dipengaruhinya perlu
dipelajari. Tetapi mengukur populasi dalam air tidak cukup
hanya dengan menggunakan bahan biologi saja. Pengujian
secara kimia bersama-sama dengan data biologi barulah dapat
memberikan gambaran menyeluruh mengenai kualitas air.
Suatu pencemaran dalam suatu ekosistem mungkin cukup
banyak sehingga akanmeracuni semua organisme yang ada di
sana. Biasanya suatu pencemar cukup banyak
untukmembunuh spesies tertentu, tetapi tidak
membahayakan spesies lainnya. Sebaliknya ada kemungkinan
bahwa suatu pencemar justru dapat mendukung
perkembangan spesies tertentu. Jadi bila air tercemar, ada
kemungkinan pergeseran-pergeseran dari jumlah spesies
yangbanyak dengan ukuran yang sedang populasinya, kepada
jumlah spesies yang sedikit tetapiberpopulasi yang tinggi.

Pencemaran limbah minyak yang berada di


Batam tidak hanya merusak biota laut,tetapi
telah menghilangkan penghasilan nelayan
sehari-hari.
Populasi
ikan
menjadi
menurun.Begitu pula kondisi terumbu karang
yang ada di Batam. Terumbu karang semakin
rusak akibat pencemaran limbah ini. Perlu
adanya tindak lanjut yang lebih baik agar
kondisiterumbu karang dan biota laut lainnya
dapat diselamatkan. Jika tidak ada tindak lanjut
yangdilakukan oleh Pemerintah, ekosistem yang
ada
akan
terganggu.
Begitu
pula
penghasilanmasyarakat
sekitar
semakin
menurun.

Kondisi Biota Laut Terumbu Karang


di Batam
Seorang nelayan di Tanjung Bemban,
Kecamatan Batu Besar, Batam, Kepulauan
Riau, menyekop cairan limbah minyak
hitam (sludge oil) yang mencemari pesisir
TanjungBemban. Setiap harinya ada 10
nelayan yang membersihkan limbah minyak
hitam.
Limbahminyak
hitam
yang
mencemari pesisir Tanjung Bemban berasal
dari kapal-kapal minyak yang membuang
minyak dari perairan internasional di Selat
Singapura. Dampak dari limbahminyak
tersebut sangat besar. Selain menghabiskan
biaya untuk pembersihan, pesisir danpantai
yang menjadi objek wisata menjadi kotor
dan tercemar. Sehingga wisatawan tidak
ingin datang yang membuat pelaku
pariwisata, seperti restoran dan penyewaan
pelampung, terhenti sesaat.

Limbah minyak hitam juga


mengganggu
aktivitas
nelayan.
Plankton dan biota laut disekitar
pesisir pantai terancam hilang. Ritual
pembersihan limbah minyak hitam di
wilayah tersebut menjadi acara rutin
setiap tahun. Acara ini tidak memiliki
kemajuan
yang
berarti.Karena
perilaku seseorang tidak akan
berubah ketika limbah setiap tahun
dibersihkan.Cenderung pihak kapal
minyak akan terus membuang limbah
ke laut. Pencemaran laut akibatlimbah
minyak tidak hanya merugikan
nelayan, tetapi juga mengganggu
fungsi ekosistem laut. Organisme
akuatik seperti terumbu karang, hutan
mangrove
dan
ikan
semakin
terganggu

Proses berkelanjutan yang diberikan dalam mengatasi Pencemaran Limbah Kapal


Minyak di Batam terdiri dari tiga proses. Pertama, penyediaan alat untuk mendeteksi
kapal-kapal yang akan membuang limbah di perairan Batam maupun daerah lain di
Indonesia. Alatini sudah digunakan oleh Negara tetangga, yaitu Singapura. Biaya yang
dikeluarkan mungkin tidak sedikit. Tetapi ketika alat ini sudah digunakan di perairan
Indonesia, kualitas air Indonesia semakin terjaga. Serta kondisi biota laut terutama
terumbu
karang
menjadi
terjaga.
Kedua, penegakan hukum yang tegas. Indonesia sampai saat ini belum ada
tindakantegas, tidak hanya pencemaran air dari limbah kapal minyak, tetapi masalahmasalah lain.Seperti penebangan hutan mangrove di kawasan konservasi yang terdapat
di KalimantanTimur, penebangan hutan mangrove untuk lahan tambak di Sumatera
Utara, dan kasus-kasus lingkungan lainnya. Kepentingan ekonomi lebih ditingkatkan
dari pada kepentingan lingkungan. Lingkungan semakin terkikis akibat kekuasaan
ekonomi
yang
meluas
ataslingkungan.
Ketiga, pengontrolan dari peraturan yang ada. Seringkali terjadi, peraturan
dijalankanhanya pada tahap awal untuk membuktikan bahwa perusahaan tersebut
peduli terhadaplingkungan. Kemudian, mereka melakukan kerusakan lingkungan
kembali. Pengontrolan bertugas untuk penjagaan lingkungan yang dilakukan oleh
perusahaan dapat berjalan secara terus menerus. Ketiga proses ini, akan mendapatkan
suatu pembangunan berkelanjutan, yangtidak hanya menjaga lingkungan, tetapi
mempertahankan
penghasilan
nelayan
dalam
melaut.

Akibat Tumpahan Kapal Minyak


yang berpengaruh dengan Air Laut
Pertumbuhan

fitoplankton laut akan terhambat akibat keberadaan senyawa beracun


dalam komponen minyak bumi, juga senyawa beracun yang terbentuk dari proses
biodegradasi. Jika jumlah fitoplankton menurun, maka populasi ikan, udang, dan
kerang juga akan menurun. Padahal hewan-hewan tersebut dibutuhkan manusia
karena memiliki nilai ekonomi dan kandungan protein yang tinggi.
Penurunan populasi alga dan protozoa akibat kontak dengan racun slick (lapisan
minyak di permukaan air). Selain itu, terjadi kematian burung-burung laut. Hal ini
dikarenakan slick membuat permukaan laut lebih tenang dan menarik burung untuk
hinggap di atasnya ataupun menyelam mencari makanan. Saat kontak dengan
minyak, terjadi peresapan minyak ke dalam bulu dan merusak sistem kekedapan air
dan isolasi, sehingga burung akan kedinginan yang pada akhirnya mati
Rusaknya estetika pantai akibat bau dari material minyak. Residu berwarna gelap
yang terdampar di pantai akan menutupi batuan, pasir, tumbuhan dan hewan.
Gumpalan tar yang terbentuk dalam proses pelapukan minyak akan hanyut dan
terdampar di pantai.
Kerusakan biologis, bisa merupakan efek letal dan efek subletal. Efek letal yaitu reaksi
yang terjadi saat zat-zat fisika dan kimia mengganggu proses sel ataupun subsel pada
makhluk hidup hingga kemungkinan terjadinya kematian. Efek subletal yaitu
mepengaruhi kerusakan fisiologis dan perilaku namun tidak mengakibatkan kematian
secara langsung. Terumbu karang akan mengalami efek letal dan subletal dimana
pemulihannya memakan waktu lama dikarenakan kompleksitas dari komunitasnya.

Kasus tumpahan Kapal Minyak yang terjadi di beberapa


Negara di dunia terjadi pulau di Indonesia. Seperti kasus yang
terjadi di Balikpapan. Akibat tumpahan minyak yang
merekasebut dengan Lantung selama enam bulan, nelayan di
sana tidak dapat mencari ikan.Wilayah yang paling rentan
dari pencemaran lingkungan akibat tumpahan minyak tersebu
tterdapat di wilayah pesisir. Karena 70 persen pengeboran
minyak ada di lepas pantai. Kasus seperti ini hanya menjadi
catatan pemerintah tanpa penanggulangan tuntas. Contoh
yang lain adalah kasus pencemaran di Teluk Jakarta dan
Kepulauan Seribu. Diketahui pencemaran ini sudah terjadi
sejak tahun 2003 dan dalam kurun waktu 2003 sampai 2004,
tercatat berlangsung enam kali kejadian.
Namun sampai saat ini pemerintah belum mampu
mengangkat kasus ini ke pengadilan untuk menghukum
pelaku apalagi membayar ganti rugi kepada masyarakat
sekitar. Fakta yang telah disebutkan ini menunjukkan bahwa
Indonesiamasih lemah dalam koordinasi antar instansi
pemerintah dan kepolisian dalam menuntaskankasus.
Indonesia tertinggal dengan Negara-negara lain dalam hal

Jenis Pemantauan yang


Harus Di Lakukan
Pengamatan secara visual

Pengamatan penginderaan
jauh

Pengamatan secara visual merupakan pengamatan


yang menggunakan pesawat. Teknik ini melibatkan

Metode penginderaan jarak jauh dilakukan dengan

banyak pengamat, sehingga laporan yang diberikan

berbagai macam teknik, seperti Side-looking Airborne

sangat bervariasi. Pada umumnya, pemantauan dengan


teknik ini kurang dapat dipercaya. Sebagai contoh,
pada tumpahan jenis minyak yang ringan akan
mengalami penyebaran (spreading), sehingga menjadi
lapisan sangat tipis di laut. Pada kondisi pencahayaan

Radar (SLAR). SLAR dapat dioperasikan setiap waktu


dan cuaca, sehingga menjangkau wilayah yang lebih
luas

dengan

hasil

penginderaan

lebih

detail.

Namun,teknik ini hanya bisa mendeteksi lapisan minyak


yang tebal. Teknik ini tidak bisa mendeteksi minyak
yang berada dibawah air dalam kondisi laut yang tenang.

ideal akan terlihat warna terang. Namun, penampakan

Selain

lapisan ini sangat bervariasi tergantung jumlah cahaya

Radiometer, Infrared-ultraviolet Line Scanner, dan

matahari, sudut pengamatan dan permukaan laut,

Landsat Satellite System. Berbagai teknik ini digunakan

sehingga laporannya tidak dapat dipercaya.

untuk menghasilkan informasi yang cepat dan akurat

SLAR

digunakan

juga

teknik

Micowave

Tingkat Pengawasan Pemerintah


Daerah
Tingkat

pengawasan Pemerintah Daerah dalam Pembuang Limbah


Kapal Minyak diBatam masih kurang. Tidak adanya upaya
pengusutan ketika ada praktek pembuangan limbahdari kapalkapal tersebut. Proses pengusutan ini memang tidak mudah.
Tetapi Pemerintah Daerah seharusnya perlu melakukan kerja sama
dengan Negara-negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura.
Kerja sama ini bertujuan untuk mencegah pembuangan
minyakhitam dari kapal-kapal minyak di Selat Singapura serta
Selat Malaka.
Sebagai perbandingan, Pemerintah Malaysia, termasuk Singapura,
serius dalammenyelesaikan persoalan limbah asap ketika terjadi
kebakaran hutan di Indonesia. Begitupula dalam upaya
pencegahan pembuangan dan pencemaran limbah minyak hitam
di perairan Selat Singapura, termasuk Selat Malaka, tidak dapat
dilakukan oleh Pemerintah Daerah sendirian. Perlu adanya kerja
sama antar Negara di bidang lingkungan hidup untuk mengatasi
pencemaran dari kapal-kapal minyak di perairan interasional

Penjelasan di atas menyebutkan bahwa Indonesia masih kurang dalam


pengawasan mengenai pengaturan pembuangan limbah ke laut. Ada
aspek oknum yang mengatur mudahnya kapal minyak melakukan
pembuangan limbah. Selain oknum, ada perilaku yangmelihat bahwa
ketika limbah dibuang ke laut, sudah ada pihak lain yang dapat
membersihkanlimbah tersebut. Pernyataan ini termasuk pernyataan
yang salah. Tidak dapat menyelesaikan masalah, melainkan
menimbulkan masalah baru. Biota laut semakin berkurang, berakibat
penghasilan nelayan semakin menurun.
Pencemaran limbah yang dilakukan oleh kapal minyak ini perlu
diatasi. Bukan diatasidengan membersihkan limbah setiap tahunnya.
Tetapi dengan adanya pencegahan dari pembuangan limbah tersebut.
Serta tindakan tegas kepada perusahaan kapal minyak tersebut yang
telah mencemari laut dengan pembuangan limbah. Solusi yang
ditawarkan harus bersifat berkelanjutan, bukan bersifat sementara.

Penanggulangan Tumpahan
Minyak

Beberapa teknik penanggulangan tumpahan minyak diantaranya in-situ burning, penyisihan secara mekanis,
bioremediasi, penggunaan sorbent, penggunaan bahan kimia dispersan, dan washing oil.

In-situ

burning adalah pembakaran minyak pada permukaan laut, sehingga mengatasi kesulitan pemompaan minyak
dari permukaan laut, penyimpanan dan pewadahan minyak serta air laut yang terasosiasi. Teknik ini membutuhkan
booms (pembatas untuk mencegah penyebaran minyak) atau barrier yang tahan api. Namun, pada peristiwa
tumpahan minyak dalam jumlah besar sulit untuk mengumpulkan minyak yang dibakar. Selain itu, penyebaran api
sering tidak terkontrol.

Penyisihan

minyak secara mekanis melalui 2 tahap, yaitu melokalisir tumpahan dengan menggunakan booms dan
melakukan pemindahan minyak ke dalam wadah dengan menggunakan peralatan mekanis yang disebut skimmer.

Bioremediasi

yaitu proses pendaurulangan seluruh material organik. Bakteri pengurai spesifik dapat diisolasi
dengan menebarkannya pada daerah yang terkontaminasi. Selain itu, teknik bioremediasi dapat menambahkan
nutrisi dan oksigen, sehingga mempercepat penurunan polutan.

Penggunaan

sorbent dilakukan dengan menyisihkan minyak melalui mekanisme adsorpsi (penempelan minyak pada
permukaan sorbent) dan absorpsi (penyerapan minyak ke dalam sorbent). Sorbent ini berfungsi mengubah fasa
minyak dari cair menjadi padat, sehingga mudah dikumpulkan dan disisihkan. Sorbent harus memiliki karakteristik
hidrofobik, oleofobik, mudah disebarkan di permukaan minyak, dapat diambil kembali dan digunakan ulang.

Keadaan Terumbu Karang di


Indonesia
Terumbu

karang merupakan sekumpulan hewan karang


yang saling bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga.
Kumpulan karang dibentuk oleh ribuan hewan kecil
yang disebut polip, polip ini kemudian berkembang
hingga jutaan dan terbentuklah struktur dasar dari
terumbu karang. Di perairan indonesia yang notabene
merupakan perairan tropis, karang dapat tumbuh subur
karena suhu perairannya berkisar antara 21 29 derajat
celcius, sementara bila di perairan yang suhunya lebih
rendah pertumbuhan karang akan lebih lambat. Selain di
perairan tropis, karang pun dapat tumbuh subur di
perairan subtropis contohnya di jepang selatan dan
florida amerika.

Sebagai negara maritim,


indonesia memiliki kekayaan
biota laut yang sangat beragam.
salah satu kekayaan biota laut
yang terdapat di indonesia adalah
terumbu karang. Bahkan
indonesia merupakan negara
yang memiliki terumbu karang
terkaya di dunia.
Sekitar 85.200 km2 atau 18%
dari seluruh terumbu karang di
dunia yang jumlahnya 284.300
km2 berada di hamparan dalam
samudra di indonesia. Negara
kita ini memiliki 93 ribu km2
wilayah perairan yang di
dalamnya terdapat 4000 jenis
hewan laut (ikan dan udangudangan), 600 jenis batu
karang,dan 2500 jenis moluska.

Sayangnya, keberadaan terumbu


karang di dunia khususnya di
indonesia mulai teancam. Di
indonesia saja persentase perusakan
terumbu karang tiap tahunnya
menunjukan kenaikan yang
signifikan, dalam kurun waktu 4
tahun (2004-2008) 34% terumbu
karang di indonesia berkondisi sangat
buruk, dan ironisnya hanya 3 %
terumbu karang yang dalam keadaan
sangat baik.Data yang muncul
mengisyaratkan apabila tidak diambil
langkah-langkah progresif, dapat
dipastikan laju degradasi terumbu
karang di negara kita akan semakin
menghawatirkan, bila tidak ingin
dikatakan mengarah punah.
.

Peraturan Pemerintah tentang


ekosistem Terumbu Karang
Dalam

UU 1945 pasal 33 ayat 3 dinayatakan, Bumi dan air dan kekayaan


alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.Pasal 33 ayat 3 ini merupakan
landasarn yuridis dan sekaligus merupakan arah bagi pengaturan terhadap
hal yang berkaitan dengan sumberdaya terumbu karang. Karena itu,
terumbu karang di sebagai salah satu sumberdaya alam yang ada di
Indonesia, pengelolaannya harus di dasarkan pada peraturan peraturan,
di antaranya :

a.
b.
c.
d.
e.
f.

UU RI No. 4/1982, tentang ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan


lingkungan hidup
UU RI No. 9/1985. Tentang perikanan
UU RI No. 5/1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan
ekosistem
UU RI No. 9/1990 Tentang Kepariwisataan
Peraturan pemerintah No. 29/1986 tentang analisa dampak lingkungan
Keputusan menteri kehutanan No. 687/Kpts.II/1989tanggal 15 Nopember
1989 tentang pengusaha hutan wisata, Taman Nasional, Taman Hutan
Raya dan Taman Hutan Laut

KESIMPULAN
Kondisi biota laut terutama terumbu karang di Batam akibat pembuangan limbah
dari Kapal Minyak semakin menurun. Diakibatkan adanya minyak hitam yang
terkandung daripembuangan limbah tersebut. Tidak hanya kondisi biota laut yaitu
terumbu karang yangmenurun, tetapi hasil dari mata pencaharian nelayan juga semakin
menurun. Karena ikan-ikan menjadi mati.
Tingkat pengawasan yang dilakukan Pemerintah Daerah semakin berkurang.
Adanyaoknum yang melakukan praktek dalam kegiatan ini. Kepentingan ekonomi
lebih diutamakandaripada kepentingan lingkungan. Tidak tersedianya alat-alat yang
dimiliki Indonesia untuk mendeteksi kapal-kapal yang akan melakukan pembuangan
limbah di perairan Batam dan wilayah Indonesia lainnya.
Program berkelanjutan yang harus dilakukan ada tiga cara. Pertama, penyediaan
alat-alat pendeteksi kapal-kapal yang akan membuang limbah di perairan Batam dan
wilayahIndonesia lainnya. Kedua, penegasan dalam pengakan hukum lingkungan
mengenaipencemaran limbah oleh kapal minyak. Ketiga, pengontrolan dari
pelaksanaan hukum lingkungan tersebut. Agar tidak terjadi pentaatan hanya pada awal
pelaksanaan, tetapi harusberlanjut terus menerus.

Anda mungkin juga menyukai