Prasarana Transportasi yang Menghubungkan SumateraJawa (Aspek Geologi) dan Perbandingannya dengan JawaMadura
Anggota Kelompok :
Vicky Anggia Ferdina
(1310921025)
(1310922045)
Prasarana Transportasi
Penghubung
Pulau Sumatra-Jawa
Prof. Wiratman Wangsadinata dan juga DR. Jodi Firmansyah yang telah berihtiar
menanggapi mimpi pembangun jembatan yang menghubungkanJawa danSumatera
melintasi
selat
Sunda
dengan
mengajukan
usulan-usulan
jembatan
untuk
dipertimbangkan dan dikaji.
Menurut DR. Jodi Firmansyah, bahwa masalah dalam pembangunan tersebut adalah
pelaksanaan pilar jembatan pada laut dalam, dan hal tersebut teknologinya sudah ada.
Sisi lain beliau menekankan bahwa sebaiknya pelaksanaan jembatan selat Sunda
memakai teknologi yang sudah dikuasai oleh bangsa ini, khususnya yang berkaitan
dengan bentang jembatan yang memang beliau sudah sering kerjakan.
Prasarana Transportasi
Penghubung
Pulau Sumatra-Jawa
Tapi apa benar Indonesia sudah menguasai teknologi yang dimaksud, karena jelas lokasi
dan kondisi jembatan yang akan dibangun di atas selat Sunda adalah istimewa dari
sisiengineering. Tidak hanya dari segi bentang atau panjang jembatan yang akan
dibangun, tetapi dalam hal ini beberapa aspek utama yang perlu diperhatikan :
merupakan wilayah gempa yang cukupngegirisidi Indonesia
angin yang kencang, pertemuan laut terbuka (samudera Hindia) dan laut tertutup (laut
Jawa)
arus laut yang kencang
karena merupakan tempat lalu lintas kapal maka tentu diperlukan ketinggian
jembatan yang cukup istimewa
Daerah sekitar Selat Sunda dari sudut geologi merupakan daerah yang labil. Salah
satu kunci untuk memahami proses deformasi kerak bumi yang terjadi dilokasi ini
adalah dengan cara mengamati dan mempelajari mekanisme sesar Sumatera,
khususnya pada segmen sesar Semangko. Adanya gunung Krakatau di Selat Sunda
juga erat hubungannya dengan sesar ini. Sesar Sumatera ini memanjang dari Aceh
sampai ke Selat Sunda.
Prasarana Transportasi
Penghubung
Pulau Sumatra-Jawa
Berdasarkan data tersebut, gempa terbesar di daerah Selat Sunda yang pernah terjadi di sekitar lokasi
perencanaan jembatan tidak melebihi Mw = 7 dengan kedalaman menengah. Kecuali magnitude maka dapat
dilihat juga kedalaman sumber gempa yang terjadi. Seperti diketahui bahwa meskipun secara horizontal dekat
tetapi kalau sumber gempa jauh didasar bumi maka pengaruhnya relatif kecil.
Berkaitan dengan hal tersebut, Prof Wiratman mencoba mendekati dari sisi teknologi yang mempunyai
kemampuan untuk mengatasi gempa dan angin, yang merupakan dua faktor paling dominan yang perlu
mendapat perhatian dari yang lain-lain.
Mengenai letusan gunung Anak Krakatau tidak disinggung terlalu detail, tetapi dalam makalah DR. Jodi
disebutkan bahwa hal tersebut bukan merupakan hal yang signifikan karena untuk mendapatkan letusan
dahyat, sepertiratusan tahun yang lalu, maka diperlukan periode ulang yang lama sekali (ratusan tahun
juga). Jadi pengaruhnya saat ini hanya pada gempa vulkanik saja, dan itu sudah dicover dalam penjelasan
prof. Wiratman.
Untuk mengatasi gempa maka strategi prof Wiratman cukup menarik, sepeti diketahui besarnya gaya gempa
pada suatu struktur dipengaruhi oleh dua hal yaitu massadankekakuanstruktur. Semakin kecil massa
bangunan dan semakin lentur suatu struktur maka gaya gempa yang diterima struktur tersebut akan semakin
kecil. Oleh karena itu, untuk mendapatkan kekakuan dan massa yang relatif kecil maka digunakansistem
jembatan gantung dari baja. Jembatan gantung diusahakan mempunyai bentang yang panjang,semakin
panjang maka kekakuan struktur semakin kecil.