Anda di halaman 1dari 16

Neuroanatomi

Heroin/Opioid
Kelompok 4
Maluenseng Priska P. 2013060019
Fidel Corona
2013060030
Latjandu Tiffany M. 2013060031
Bernadette Vania L. A. 2013060049
Ulfha Aldyani 2013060053
Brian Soesanto 2013060071
Johana Tania 2013060112
Wendy Adelia 2013060113
Devina Ciayadi 2013060121
Klemens Edward 2013060242

Reward System

Reward system merupakan suatu kesatuan


struktur yang menimbulkan rasa senang
terhadap kegiatan yang dilakukan
seseorang, seperti makan, minum dan
hubungan seksual. Rasa senang ini yang
memicu seseorang untuk mengulangi
perilaku yang sama.

Bagian-bagian yang berperan dalam


reward system antara lain :
- Ventral Tegmental Area (VTA)
- Nucleus Accumbens
- Prefrontal Cortex
Neuron VTA memiliki neurotransmitter
dopamine yang dilepas di nucleus
accumbens dan prefrontal cortex.

Heroin

Heroin adalah obat adiktif, meskipun tidak semua


pengguna menjadi adiksi. Faktor lingkungan dan
kepribadian pengguna penting dalam adiksi.
Heroin menyebabkan euphoria. Injeksi ke otak
lebih cepat. Inhalasi -> lebih lambat, efek lebih
lama
Di otak, heroin dikonversi menjadi morfin oleh
enzim. Morfin terikat dengan reseptor opioid di
bagian otak seperti area jalur reward (cerebral
cortex, VTA, nucleus accumbens) dan jalur nyeri
(thalamus, batang otak, dan spinal cord).
Pengikatan morfin pada area dalam jalur nyeri
menyebabkan analgesia.

Pada sinaps nucleus accumbens, terdapat tiga


neuron dalam aktivitas opiate: pelepas dopamine,
neuron terminal lain yang bersebelahan dan
terdiri dari neurotransmitter lain (misalnya GABA),
dan sel post-synaptic dengan reseptor dopamine.
Opiate akan terikat pada reseptornya (warna
kuning) pada neuron terminal lain. Aktivasi
reseptor opiate ini menurunkan pelepasan
GABA(penghambat pelepasan dopamine)
sehingga akan mengirim signal ke terminal
dopamine untuk melepas lebih banyak dopamine.

Toleransi

Seseorang tidak lagi merespon pada pemberian


obat yang sama seperti sebelumnya.
Pada penggunaan morfin atau heroin, terjadi
toleransi pada level seluler.
Ketika morfin terikat pada reseptor opiate, terjadi
peningkatan inhibisi enzim (adenylate cyclase)
yang berperan dalam mempertahankan impuls.
Setelah aktivasi reseptor berulang oleh morfin,
enzim pun beradaptasi sehingga morfin tidak
dapat menyebabkan perubahan pada sel
sehingga efek pada pemberian dosis tersebut
telah hilang.

Pada proses toleransi efek


analgesik, terlibat area otak
seperti thalamus dan spinal
cord, berbeda dengan jalur
reward. Area ini berperan
dalam pengiriman sensasi
nyeri dan efek analgesik
morfin.

Dependensi dan
Withdrawal

Pada penggunaan berulang heroin, dapat


pula terjadi dependensi. Dependensi
terjadi ketika neuron beradaptasi terhadap
paparan obat berulang dan hanya
berfungsi normal saat adanya obat.
Ketika obat berhenti digunakan, beberapa
reaksi fisiologis dapat terjadi (withdrawal
syndrome). Pada kasus withdrawal heroin,
pengguna akan terus menggunakan heroin
untuk menghindari gejala putus zat.

Dependensi dan Withdrawal

Dependensi Opioid dan beberapa gejala withdrawal


berhubungan dengan sistem otak lainnya, di basal otak
locus ceruleus (LC). Neurons di LC memproduksi senyawa,
noradrenaline (NA), dan mendistribusikannya ke bagian
otak lain uang menstimilasi kesadaran, napas, tekanan
darah dan kewaspadaan umum,
Molekul opiod dan reseptor mu yang berikatan di LC
menyebabkan supresi pelepasan NA, sehingga
menyebabkan mengantuk, melambatnya napas, rendahnya
tekanan darah.
Dengan eksposur berulang, neruron LC menyesuaikan
dengan meningkatkan level aktivitas, sehingga ketika tidak
ada opioid, NA tetap di produksi menyebabkan jitters,
anxiety, muscle cramps, and diarrhea.

Area otak yang berperan pada


adiksi morfin (jalur reward)
berbeda dengan dependensi
morfin (thalamus dan batang
otak). Sehingga, dependensi tidak
selalu diikuti oleh adiksi.
Misalnya, pada terapi nyeri kronis
dengan morfin. Pasien dapat
mengalami dependensi (ketika
obat dihentikan akan timbul
gejala withdrawal) namun pasien
tidak mengalami dorongan
kompulsif untuk menggunakan
morfin (tidak adiksi) meskipun
pasien juga merasakan sensasi
euphoria, namun efek sedasi dan
analgesik lebih dominan.

Jenis Zat

Mekanisme Kerja di Efek Jangka


Otak
Panjang terhadap
Otak

Opioida

Mengaktifkan
reseptor-reseptor
opioida mu dan delta.
Reseptor-reseptor
tersebut berlimpah di
area-area otak yang
terlibat dalam respon
terhadap zat-zat yang
adiktif seperti pada
jalur dopamin
mesolimbik

Perubahan panjang
terhadap reseptor
opioida dan peptida;
adaptasi dalam
respon ganjaran
(reward),
pembelajaran dan
stres

Opioid

Opioid merupakan substansi yang memiliki


afinitas terhadap reseptor opioid
Terbagi menjadi dua jenis :
Opioid endogen
Prekursor utamanya adalah proenkephalin,
prodynorphin, dan pro-opiomelanocortin
yang kemudian dipecah oleh
aminopeptidase, dipeptidyl
carboxypeptidase, dan neutral endipeptidase
(peptidase inhibitor).
Opioid eksogen
Yang paling sering digunakan adalah kodein
dan morfin. Di samping itu juga terdapat zat
dengan aktivitas agonis parsial seperti
oxycodone, codeine, dan diacetylmorphine.

Reseptor Opioid

Reseptor opioid tersebar luas seluruh tubuh dan


disintesis di ganglion root dorsal. Reseptor tersebut
adalah protein G reseptor dan second messanger
berupa cAMP:
(OP1): analgesic lemah, dapat menyebabkan

komplikasi seperti kejang dan merupakan anxiolitik.


(OP2):analgesic buruk, dapat menyebabkan komplikasi
seperti katatonik, halusinasi, dan hipertermia.
(OP3): sebagai analgesia dan menyebabkan efek
samping seperti depresi nafas dan konstipasi.
Opioid-like reseptor (OP4): memblok analgesia dan
merupakan anxiolitik.

Tempat Kerja Zat

Reseptor opioid diaktivasi oleh peptide opioid.


Fungsi reseptor perifer meningkat ketika terjadi
inflamasi atau peningkatan pH. Hanya reseptor
memediasi analgesic di spinal cord, yang terdapat
pada lamina II. Reseptor ORL 1 juga terdapat pada
spinal cord dan menghambat nyeri pada dosis
tinggi. Cornu dorsalis tidak mengekspresikan
endorphin. Sumber utama opioid di cornu dorsalis
adalah interneuron dan axon supraspinal. Pada
sistem saraf sentral, sistem mesostriatal berperan
dalam mediasi nosisepsi.

Referensi

Abuse NI on D. The Neurobiology of Drug Addiction


[Internet]. [cited 2016 Jul 30]. Available from:
https://www.drugabuse.gov/publications/teaching-packets/n
eurobiology-drug-addiction
Abuse NI on D. Preface [Internet]. [cited 2016 Jul 30].
Available from:
https://www.drugabuse.gov/publications/drugs-brains-behavi
or-science-addiction/preface
Gupta R. Pain Management and Substance Abuse. In: Gupta
R, editor. Pain Management: Essential Topics for
Examinations [Internet]. Berlin, Heidelberg: Springer Berlin
Heidelberg; 2014. p. 3940. Available from: http://
dx.doi.org/10.1007/978-3-642-55061-4_38
Kosten TR, George TP. The Neurobiology of Opioid
Dependence: Implications for Treatment. Sci Pract Perspect.
2002 Jul;1(1):1320.

Anda mungkin juga menyukai