Saharman Leman
PENDAHULUAN
SKA Angka perawatan (pusat jantung
nasional) >> pada th 2003
Penatalaksanaan
ACC/AHA :
KLASIFIKASI
Intensitas Pengobatan
7
PATOGENESIS
8
9
Gambar 1. Patofisiologi terjadinya angina tak stabil (kutip 2)
DIAGNOSIS
ANAMNESIS
Nyeri dada >>
Rasa ditekan atau berat retrosternal, menjalar ke
lengan kiri, leher atau rahang merupakan paling
sering.
gejala lain diaforesis, nausea, nyeri abdomen,
dispnea dan sinkop.
Presentasi atipik meliputi nyeri epigastrium, salah
pencernaan, nyeri dada rasa ditusuk, nyeri dada
dengan gambaran pleuritik, atau meningkatnya
dispnea.
Keluhan atipik >> pasien muda (25-40 tahun) dan
lebih tua (>75 tahun), pada wanita dan pada pasien
dengan diabetes, GGK atau demensia
10
DIAGNOSIS
Presentasi klinis SKA-NSTE variasi gejala
luas.
Nyeri angina >20 menit saat istirahat.
Onset baru (de novo) angina berat kelas III
pada klasifikasi Canadian Cardiovascular
Society (CCS).
Destabilisasi baru angina stabil sebelumnya
dengan karakteristik minimal angina CCS III
(angina crescendo), atau
Angina post MI
11
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN FISIK
sering normal
Adanya tanda gagal jantung atau
instabilitas hemodinamiksegerakan D/
dan th/.
Tujuan mengeksklusi penyebab non-
kardiak
12
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN FISIK
mengidentifikasi faktor pencetus dan
kondisi lain
Keadaan disfungsi ventrikel kiri (hipotensi,
ronki dan gallop S3) prognosis buruk.
Adanya bruit di karotis atau penyakit
vaskular perifer menunjukkan bahwa pasien
memiliki kemungkinan juga menderita PJK
13
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN PENUNJANG
EKGpenting untuk diagnosis maupun stratifikasi
risiko
depresi segmen ST yang baru kemungkinan
adanya iskemia akut.
Gelombang T negatif iskemia
Perubahan gelombang ST dan T yang
nonspesifikasi seperti depresi segmen ST kurang
dari 0,5mm dan gelombang T negatif kurang dari
2 mm, tidak spesifik untuk iskemia dan dapat
disebabkan karena hal lain.
APTS : 4% EKG normal, NSTEMI 1-6%
14
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sejumlah lead menunjukkan ST depresi dan
dalamnya ST depresi petunjuk luas dan
beratnya iskemia, berhubungan dengan
prognosis.
Depresi segmen ST 0,5 mm (0,05 mV)
pada 2 atau lebih lead yang berdekatan,
menunjukkan SKA-NSTE, berkaitan
dengan prognosis
15
DIAGNOSIS
19
Risiko rendah tidak punya angina sebelumnya, sudah
tidak ada serangan angina, sebelumnya tidak memakai
obat anti angina dan ECG normal atau tidak ada perubahan
dari sebelumnya; enzim jantung tidak meningkat termasuk
troponin, biasanya usia masih muda.
Intermediate 89 118 38
24
PENATALAKSANAAN
MEDIKAMENTOSA
bloker terutama pasien dengan hipertensi/ takikardia
25
Nitrat vasodilatasi pembuluh vena dan arteriol perifer,
dengan efek mengurangi preload dan afterload
mengurangin wall stress dan kebutuhan oksigen.
26
Nitrat I.V harus diberikan pada pasien :
Yang masih mengalami nyeri dada setelah
pemberian 3 tablet nitrat sublingual ( bila tidak
ada kontraindikasi seperti penggunaan sildenafil
dalam 24 jam terakhir)
EKG ada iskemia miokard ( menderita gagal
jantung). Pada normotensi TD sistolik tidak
boleh turun dibawah 110 mmHg, sedangkan pada
pasien hipertensi, TD rerata tidak boleh turun >
25%.
Nitrat oral dapat diberikan setelah 12-24 jam
periode bebas nyeri. Rebound angina bila nitrat
dihentikan mendadak.
27
bloker
33
Ticlopidine
36
Clopidogrel derivat thienopyridine baru dari
ticlopidine.
mempengaruhi aktivasi dependen ADP dari kompleks
glikoprotein IIb/IIIa dan secara efektif menghambat
agregasi platelet
ES << dari ticlopidine dan belum dilaporkan
menyebabkan netropenia.
penelitian th 1996, 19.185 pasien dengan penyakit
vaskular aterosklerotik; stroke iskemik, MCI, atau
penyakit vaskular perifer simtomatik secara random
dapat clopidogrel atau aspirin.
Setelah follow up selama 1,9 tahun clopidogrel terbukti
lebih efektif dari aspirin dalam mengurangi risiko stroke
iskemik, MCI atau kematian karena penyakit vaskular
(risiko 5,3% vs 5,8%; p=0,66) 37
Studi CAPRIE, pasien secara acak dipilih
menerima 325 mg/ hari ASA atau 75 mg/ hari
clopidogrel penurunan risiko relatif dari
kejadian iskemia, IMA atau kematian akibat
vaskular sebanyak 8,7%
38
Lim MJ dkk (2005) mengevaluasi dampak
kombinasi terapi clopidogrel dengan statin pada
15.693. pasien yang dirawat
denganNSTEMI/APTS kombinasi clopidogrel
dg statin berikan efek sinergis pada klinis pasien
SKA non ST elevasi
40
Glikoprotein IIb/IIIa inhibitor
suatu reseptor pada platelet untuk protein adhesive
seperti fibrogen dan faktor von Willebrand , secara
maksimal menghambat jalur umum terakhir yang
terlibat pada adhesi platelet, aktivasi dan agregasi.
48
Terapi antitrombin
antikoagulan menunjukkan kemampuannya mengurangi
risiko kematian dan /atau MI diatas komplikasi
perdarahan.
Antikoagulan direkomendasikan pada semua pasien
disamping antiplatelet, dan diseleksi berdasarkan risiko
iskemik dan perdarahannya.
Pilihan tergantung pada strastegi awal, tindakan
urgent/cito, tindakan awal/ strategi konservatif. Cito
UFH, enoxaparine atau bivalirudin harus dimulai segera.
keadaan tidak cito keputusan untuk melanjutkan
tindaka awal/ strategi konservatif dapat ditunggu.
Metanalisis 6 penelitian pemberian heparin bersama
aspirin mengurangi risiko sebesar 33% dibandingkan
49
dengan aspirin saja.
LMWH ikatan terhadap protein plasma kurang,
biovailabilitas lebih besar dan tidak mudah dinetralisir
oleh faktor 4, lebih besar pelepasan tissue factor pathway
inhibitor (TFPI) dan kejadian trombositipenia lebih
sedikit.
Fondaparinux direkomedasikan karena efikasi/ safety
paling baik.
Enoxaparin kurang bagus dibanding fondaparinux, hanya
dapat digunakan jika risiko perdarahan rendah.
Dalteparin sama efektifnya dengan heparin
penelitian dengan enoksparin menunjukkan berkurangnya
mortalitas atau infark sebesar 20% pada pasien yang
mendapat enoksparin dibandingkan heparin. 50
PRIME CARE Study (2005) membandingkan efikasi
LMWH, parnaparin dengan UH pada pasien APTS di
India, : penambahan parnaparin 6400 IU sc sekali sehari
selama 7 hari pada terapi standar APTS, secara signifikan
mengurangi insiden kematian, infark miokard dan
keperluan revaskularisasi jika dibandingkan dengan UFH.
Insiden perdarahan minor berkurang pada pasien yang
diterapi dengan parnaparin.
Antikoagulan dapat dihentikan dalam 24 jam saat prosedur
invasive dilakukan.
fondaparinux, enoxaparin dan LMWH dapat tetap
diberikan meski telah keluar dari RS.
51
Gambar 3. Role of Factor Xa and IIa (Thrombin) in Coagulan(kutip2)
52
Penelitian Efficacy and Safety of Subcutaneous
Enoxaparin in Non-Q-Wave Coronary Events insiden
end point gabungan kematian, MCI, atau angina rekuren
lebih rendah dengan enoxaparin dibandingkan UH pada 14
hari (insiden, 16,6% vs 19,8%; P=0,016) dan pada 30 hari
(19,8% vs 23,3%, P=0,016),
tidak ada perbedaan yang bermakna pada angka kematian
secara tersendiri (2,2% vs 2,3% pada 14 hari, P=0,92;
2,9% vs 3,6% pada 30 hari, P=0,25).
Penelitian Thrombolysis in Myocardial Infarction (TIMI)
11B enoxaparin lebih superior dari UH dalam
menurunkan end point gabungan MCI dan revaskularisasi
emergensi tanpa menyebabkan peningkatan kejadian
perdarahan mayor yang bermakna
53
Perdarahan minor dan mayor kurang pada LMWH
Pada hari ke-6 terapi pada studi FRIC, rata-rata
perdarahan mayor 1,1% dengan dalteparin dan 1%
dengan UH.
Pada studi FRAXIS, perdarahan pada kedua
kelompok nadroparin adalah 0,7% dan 1,3 % pada
hari ke 6, sedangkan dengan UH adalah 1%.
Pada penelitian TIMI IIB hasil juga sama.
54
Revaskularisasi Koroner
Revaskularisasi untuk NSTE-ACS untuk
melepaskan angina dan iskemia miokardial,
mencegah progresifitas MI atau kematian.
55
CABG APTS dengan anatomi koroner berisiko tinggi:
obstruksi lumen 50% atau lebih arteri koroner utama kiri
atau three-vessel disease dan fraksi ejeksi yang menurun
(<50 persen) atau diabetes melitus
60
KESIMPULAN DAN SARAN
Terapi medis menghilangkan manifestasi iskemia diberikan
terapi antiplatelet (aspirin atau ticlopidin atau clopidogrel jika aspirin
dikontraindikasikan), terapi antitrombotik, beta bloker, nitrat dan
mungkin CCB.
SARAN
62
Terimakasih
63