Anda di halaman 1dari 35

Kelompok 1

FK UKRIDA JAKARTA
Gangguan nonpsikotik yang kronik atau
rekuren
Diekspresikan dan dialami langsung atau
melalui mekanisme pertahanan
Gejalanya dirasakan dan mengganggu pasien
Tidak ada penyebab organik
Kebanyakan tanpa gangguan realita dan
pengaturan diri
Contoh : obsesif kompulsif, phobia, dll
Tidak mampu membedakan kenyataan
dan khayalan
Perilaku dapat bertentangan dengan
norma sosial umum
1. Kesadaran dan kognisi
2. Emosi
3. Perilaku motorik
4. Berpikir
5. Pembicaraan
6. Persepsi
7. Daya nilai dan tilikan
Kesadaran (sensorium): kondisi
kesigapan mental individu dalam
menanggapi rangsang dari luar maupun
dari diri sendiri
Sering merupakan tanda kerusakan
organik pada otak.
Berbagai tingkat kesadaran: compos
mentis, apatis, somnolensi, sopor, koma,
kesadaran berkabut, delirium, dream
like state, twilight state
Kognisi: kemampuan mengenal atau
mengetahui benda atau keadaan atau situasi,
yang dikaitkan dengan pengalaman,
pembelajaran, dan kapasitas intelegensi
seseorang.
Mencakup:
Memori/daya ingat
Konsentrasi/perhatian
Orientasi
Kemampuan berbahasa; berhitung; visuospasial;
fungsi eksekutif; abstraksi; tahap intelegensi
Bagian kognisi Pembagian Jenis gangguan
Memori/ daya ingat Memori segera Amnesia (anterograd,
(immediate memory), retrograd), paramnesia
memori baru (recent (konfabulasi, dejavu,
memory), memori Jamais vu,
jangka menengah Hiperamnesia, Screen
(recent past memory), memory, Letologika
memori jangka
panjang
Konsentrasi/perhatian Distraktibilitas,
Inatensi selektif,
kewaspadaan berlebih
(hyper-vigilance)
Orientasi Orientasi personal,
orientasi ruang/spasial,
orientasi waktu
Kemampuan
berbahasa; berhitung;
visuospasial; fungsi
Amnesia
ketidakmampuan parsial atau total untuk
mengingat kejadian masa lalu. (organik atau
emosional)
Anterograd, amnesia terhadap kejadian yang
terjadi setelah waktu tertentu.
Retrograd, amnesia terhadap kejadian yang
terjadi sebelum waktu tertentu.
Paramnesia

Pemalsuan memori akibat distrosi daya ingat.


Fausse reconnaissance, pengenalan yang salah
Falsifikasi retrospektif, distorsi memori tanpa sadar dipengaruhi
pengalaman, kognisi dan emosi.
Konfabulasi, memori yang tidak sesuai dengan kenyataan dan
muncul dari bayangan sendiri secara tidak sadar.
Dj vu, ilusi pengenalan visual yaitu situasi yang dikenali secara
salah sebagai ulangan memori yang telah di alami sebelumnya.
Deja entendu, ilusi pengenalan auditorik
Deja pense, ilusi bahwa suatu pikiran yang baru
dikenali sebagai pikiran yang sebelumnya telah dialami.
Jamais vu, perasaan yang salah; seseorang tidak
merasa familiar dengan situasi yang sebelumnya telah
dia alami.
Memori palsu, pengingat kembali dan keyakinan oleh
seseorang mengenai suatu kejadian yang sebenarnya
tidak terjadi.
Hipermnesia :
pengingatan kembali memori yang berlebihan
Citra eidetik :
memori visual yang sangat jelas, hampir seperti halusinasi
Memori layar :
memori yang ditoleransi secara sadar untuk menutupi memori
yang menyakitkan.
Represi :
mekanisme difensif yang ditandai dengan melupakan secara sadar
hal yang ridak dapat diterima.
Lethologika :
ketidakmampuan sementara untuk mengingat nama atau kata
benda yang tepat.
Blackout :
amnesia yang dialami alkoholik tentang perilaku selama meminum
alkohol
Segera : mengingat hal yang diterima dalam
jangka waktu detik atau menit.
Jangka pendek : mengingat peristiwa yang
terjadi selama beberapa hari sebelumnya.
Jangka menengah : mengingat peristiwa yang
terjadi dalam beberapa bulan sebelumnya
Jangka panjang : mengingat peristiwa yang
terjadi jauh di masa lampau.
Kemampuan untuk memahami,
mengingat kembali, memobilisasi, dan
mengintegrasikan pelajaran dimasa
lalu dalam menghadapi situasi baru.
Retardasi Mental
kurangnya intelegensi hingga
mencapai suatu derajat terdapatnya
gangguan kinerja sosial dan pekerjaan.
ringan (IQ 50/55 70)
sedang (IQ 35/40 50/55)
Berat (IQ 20/25 35/40)

Sangat berat (IQ < 20/25)


Demensia
Penurunan fungsi intelektual yang bersifat
global dan organik tanpa gangguan
kesadaran.
Diskalkulia, hilangnya kemampuan untuk
melakukan kalkulasi.
Disgrafia, hilangnya kemampuan untuk menulis
miring, hilangnya struktur kata.
Aleksia, hilangnya kemampuan membaca yang
awalnya dimiliki, bukan disebabkan gangguan
visual.
Pseudodemensia
menyerupai dimensia namun bukan
disebabkan oleh kondisi organik, paling
sering karena depresi.
Pemikiran Konkret
cara berpikir secara harafiah,
penggunaan metafora terbatas tanpa
mengetahui maknanya.
Pemikiran abstrak
kemampuan untuk memahami nuansa
makna pemikiran dan kemampuan
menggunakan metafora dan hipotesis
secara tepat.
Suasana perasaan yang dihayati secara sadar,
bersifat kompleks, melibatkan pikiran, persepsi dan
perilaku individu.
Dibedakan menjadi: mood dan afek
Mood dibedakan menjadi: mood eutinimia, mood
hipotimia, mood disforia, mood hipertimia, mood
eforia, mood ekstasia, aleksitimia, anhedonia, mood
kosong, mood labil, mood iritabel
Afek dibedakan menjadi: afek luas, afek menyempit,
afek tumpul, afek mendatar, afek serasi, afek tidak
serasi, afek labil
Perilaku adalah ragam perbuatan
manusia yang dilandasi motif dan
tujuan tertentu serta melibatkan
seluruh aktivitas mental individu.
Perilaku motorik adalah ekspresi
perilaku individu yang terwujud dalam
ragam aktivitas motorik.
1. Stupor katatonia : penurunan
aktifitas motorik secara ekstrim,
gerakan lambat hingga tidak bergerak.
dijumpai pada skizofrenia katatonik
2. Furor katatonia : terjadi agitasi
motorik yang ekstrim, kegaduhan
motorik tak bertujuan, tanpa motif
yang jelas dan tidak dipengaruhi
stimulus eksternal
3. Katelepsia : keadaan mempertahankan
posisi tertentu dalam waktu lama
4. Flexibilitas cerea : sikap tubuh yang
sangat luwes
5. Akinesia : menggambarkan suatu
kondisi aktivitas motorik yang sangat
terbatas
6. Bradikinesia : perlambatan gerakan
motorik yang biasa terjadi pada pasien
parkinson
Proses pikir primer: terminologi yang
umum untuk pikiran yang dereistic,
tidak logis, magis
1. Gangguan bentuk pikir/arus pikir
a. Asosiasi longgar
b. Inkoherensia
c. Flight of Ideas
2. Sirkumstantial
3. Tangensial
Di sini yang terganggu adalah buah
pikirannya/keyakinannya dan bukan
cara penyampaiannya.
Dapat berupa miskin isi pikir, waham,
obsesi, fobia, dan lain-lain
pikiran yang hanya menghasilkan
sedkit informasi dikarenakan
ketidakjelasan, pengulangan yang
kosong, atau frase yang tidak dikenal
satu perasaan keyakinan atau
kepercayaan yang keliru, berdasarkan
simpulan yang keliru tentang
kenyataan eksternal, tidak konsisten
dengan intelegensia dan latar belakang
budaya pasien, dan tidak bisa diubah
lewat penalaran atau dengan jalan
penyajian fakta
a. Waham bizzare : keyakinan yang keliru, mustahil
dan aneh
b. Waham sistematik : keyakinan yang tergabung
dengan suatu tema
c. Waham nihilistik
d. Waham somatik : keyakinan yang keliru yang
melibatkan fungsi tubuh
e. Waham paranoid : termasuk didalamnya waham
kebesaran, waham kejaran, waham rujukan, dan
waham dikendalikan
f. Waham cemburu : waham tentang pasangan
yang tidak setia
g. Erotomania : keyakinan yang keliru biasanya
pada wanita, merasa yakin bahwa seseorang
sangat mencintainya
Obsesi: satu ide yang tegar menetap
dan seringkali tidak rasional
Kompulsi: kebutuhan dan tindakan
patologis untuk melaksanakan suatu
impuls, jika ditahan akan
menimbulkan kecemasan
Fobia: ketakutan patologis yang persisten,
irasional, berlebihan, dan selalu terjadi
berhubungan dengan stimulus atau situasi spesifik
yang mengakibatkan keinginan yang memaksa
untuk menghindari stimulus tersebut.
Beberapa contoh di antaranya: Fobia spesifik;
Fobia sosial; Akrofobia; Agorafobia; Klaustrofobia;
Ailurofobia; Zoofobia; Xenofobia; Fobia jarum
Ide, pikiran, perasaan -> diekspresikan
-> bahasa
Gangguan cara bicara : tekanan
berbicara, suka mengoceh, miskin
bicara, gaya bicara tidak spontan,
miskin isi pembicaraan, disprosodi,
disatria, gaya bicara yang sangat keras
atau sangat pelan, gagap, latah,
akulalia, bradilalia, disfonia
Gangguan afasik (gangguan hasil
akhir bahasa) : afasia motorik,
sensorik, nominal, sintaktis, jargon,
global, alogia, koprofasia
1. Depersonalisasi : merasakan diri
sendiri sebagai tidak nyata atau khayal
2. Derealisasi : merasa lingkungannya
asing dan tidak nyata
3. Ilusi : persepsi yang keliru atau
menyimpang dari stimulus eksternal
yang nyata
4. Halusinasi : terdiri dari halusinasi
hipnagogik, hipnapompik, audiotorik,
visual, penciuman, pengecapan, taktil,
somatik, liliput
Kemampuan seseorang untuk menilai
realitas. Kemampuan ini akan
menentukan persepsi, respons emosi
dan perilaku dalam berelasi dengan
realitas kehidupan

PSIKOPATOLOGI-DH 32
1. Daya nilai sosial : Kemampuan
seseorang untuk menilai situasi
secara benar, dan bertindak dalam
sesuai dengan situasi tersebut
2. Uji daya nilai : kemampuan untuk
menilai situasi secara benar dan
bertindak yang sesuai dalam situasi
imajiner yang diberikan
Jenis-jenis tilikan:
1. Derajat 1 : penyangkalan total
terhadap penyakitnya
2. Derajat 2 : ambivalensi terhadap
penyakitnya
3. Derajat 3 : menyalahkan faktor lain
sebagai penyebab penyakitnya
4. Derajat 4 : menyadari dirinya sakit
dan butuh bantuan namun tidak
memahami penyakitnya
1. Derajat 5 : menyadari penyakitnya
dan faktor yang berhubungan dengan
penyakitnya namun tidak menerapkan
dalam perilaku praktisnya
2. Derajat 6 : menyadari sepenuhnya
tentang situasi dirinya, disertai
motivasi untuk mencapai perbaikan

Anda mungkin juga menyukai