berdasarkan tekanan darah yang didapatkan pada saat kunjungan pre operatif, oleh karena itu perlu pertimbangan urgensi operasi dinilai berdasarkan kerusakan organ target akibat tekanan darah yang tidak stabil Introduksi
o Hipertensi menyerang lebih dari sejuta penduduk
dunia, dan merupakan faktor resiko terjadinya penyakit jantung koroner, infark miocard, gagal jantung, stroke, gangguan serebrovaskuler termasuk demensia, aterosklerosis, dan perburukan gagal ginjal
o Sebanyak 60% dari seluruh populasi dewasa
mengalami hipertensi, hal tersebut telah dipaparkan oleh The World Hypertension Society/International Society of Hypertension. Etiologi dan Klasifikasi
o Sebagian besar populasi penduduk
dunia penderita mengalami hipertensi esensial (95%) selebihnya, mengalami hipertensi sekunder dimana penyebabnya berasal dari berbagai factor Derajat keparahan hipertensi dibagi menjadi optimal, normal, high normal, dan stadium I-III.Beberapa ahli memasukkan kategori hipertensi stadium IV, Isolated hypertension dan pulse pressure hypertension sebagaimana yang tercantum pada table 1. Target Terapi
(2013) Joint National Committee on prevention, detection,
evaluation and treatment of high blood pressure (JNC8) menerbitkan guidelines di dalam Journal of the American Medical Association (JAMA) yang didalamnya terdapat target terapi hipertensi pada kelompok populasi usia tua, yaitu :
Pasien usia>60 tahun, mulai terapi pada tekanan darah
sistolik >150mmHg dan diastolic >90mmHg dan tekanan darah diturunkan sampai sistolik/diastolic <150/90 mmHg. Pasien usia <60 tahun, inisiasi dan target terapi adalah pada angka 140/90 mmHg, nilai tersebut juga menjadi ambang tekanan darah untuk inisiasi terapi pada pasien usia >18 tahun dengan chronic kidney disease (CKD) atau diabetes sebagai penyakit penyerta. Pada pasien usia>18 tahun, terapi awal maupun terapi tambahan harus diberikan agen ACE inhibitor atau ARB tanpa memandang ras dan status diabetes. American Heart Association (AHA) and American College of Cardiology (ACC) tidak mendukung guideline tersebut. Salah satu hal yang tidak disetujui adalah adanya peningkatan target terapi hipertensi pada kelompok usia>60 tahun yaitu dari 140mmHg menjadi 150mmHg Dix dan Howell pada tahun 2001 telah di publikasikan di dalam British Journal of Anaesthesia, kondisi sulit yang sering dihadapi oleh ahli anestesi adalah: Ditemukan pasien dalam keadaan hipertensi yang belum pernah menjalani terapi hipertensi Ahli anestesi hanya menemukan hipertensi pada pasien pada saat kunjungan preoperative, dan diagnosis tersebut hanya berdasarkan sekali kunjungan saja Pasien sudah menjalani terapi hipertensi namun tekanan darah pasien pada sesaat sebelum operasi masih diluar batas toleransi yang ditentukan oleh para ahli anestesi Pasien yang telah ditunda operasinya selama beberapa hari namun hanya menjalani terapi hipertensi selama beberapa hari saja Pasien hipertensi yang overdosis dalam terapi hipertensi memiliki tekanan darah yang terlampau rendah Tekanan darah pasien yang menjulang tinggi sesaat sebelum operasi dimulai. Kurangnya studi randomised controlled trials yang menunjukkan hipertensi mana yang ditemui pada kunjungan perioperative yang lebih beresiko untuk terjadinya kejadian buruk yang tak diharapkan. Pasien hipertensi yang mengalami peningkatan tekanan darah sebagi akibat dari penyakit penyerta lainnya, sebagai contoh pada pasien dengan gagal ginjal dimana tekanan darah tidak bisa dikendalikan secara adekuat.
Kerusakan Organ Target
Insidensi terhadap kejadian buruk (peningkatan kadar troponin atau kematian di rumah sakit) adalah mencapai angka 1,3% dan 2,8% pada kelompok dengan tekanan sistolik >200mmHg Organ mayor yang terkena sebagai efek dari hipertensi lama adalah jantung, ginjal, dan otak. Pemeriksaan fisik harus termasuk identifikasi kerusakan organ target berkaitan dengan jantung, ginjal, dan kelainan serebral Jantung Induksi tekanan mengalami penurunan akibat kurangnya perangsangan menghasilkan rendahnya tekanan diastolic yang dapat membatasi perfusi miokard. Autoregulasi subendokardial penyakit hipertensif yang berakibat tidak stabilnya tekanan darah. Respon pressor yang berlebihan dapat terjadi selama stimulasi berat pada saat operasi dan ekstubasi. Pasien penderita hipertensi diatas stadium III cenderung memiliki fluktuasi tekanan darah yang lebih besar selama proses anestesi dan pada level hipertensi ini dapat menjadi marker potensi penyakit jantung coroner, hal ini mengindikasikan bahwa pengendalian tekanan darah perioperative dapat mengurangi resiko terjadinya iskemik perioperative dan dapat mencegah terjadinya morbiditas cardio post operatif. Ginjal
Kegagalan fungsi autoregulasi ginjal pada pasien
penderita hipertensi akan meningkatkan resiko terjadinya gagal ginjal dengan episode hipotensi. Tatalaksana
White Coat Hypertension
White coat hypertension dinyatakan sebagai tekanan darah pre-operatif >140/90 mmHg dengan rata rata harian adalah <135/85 mmHg. Beberapa studi tidak menunjukkan peningkatan insidensi penyakit kardiovaskuler jangka panjang pada penderita hipertensi jenis ini.
Pseudo-Hypertension (Oslers sign)
ketika pembuluh darah mengalamim kalsifikasi dan non-compliant sehingga pembuluh darah tidak mengalami kolaps ketika manset tensi dikembangkan sehingga memberikan nilai tekanan sistolik yang palsu (false). Agen Anti Hipertensif Terapi antihipertensif harus tetap dilanjutkan sampai hari-H operasi dimulai Tiazid Beta Bloker ACE Inhibitor/ARB Operasi Emergensi Operasi emergensi harus ditunda karena peningkatan tekanan darah. Penurunan tekanan darah dengan menggunakan agen short acting sebelum induksi perlu dilakukan Hipertensi Post Operatif Penyebab hipertensi dieksklusikan adalah nyeri, kandung kemih overdistensi, perubahan ventilasi, hipotermi, gangguan serebral dan gangguan endokrin seperti tiroid, feokromositoma, dan pasien yang sudah pernah menjalani terapi hipertensi jangka panjang Tekanan darah harus diturunkan secara perlahan dalam waktu 30-60 menit dengan target mencapai tidak lebih dari 25% Mean Arterial Pressure (MAP) atau sampai <180/110 mmHg. Rekomendasi dan Kesimpulan
Tatalaksana pada pasien hipertensi saat perioperative masih
kontroversi karena kurangnya studi yang mendukung :
Pasien dengan hipertensi stadium I dan II yang tidak
mengalami disfungsi organ dan tanpa resiko lainnya (diabetes, disfungsi renal, dan merokok) boleh melanjutkan operasi. Pada pasien dengan control yang buruk, hipertensi stadium III, tindakan operasi harus ditunda untuk mencari kerusakan organ target dan inisiasi terapi. Pasien dengan hipertensi stadium IV memiliki resiko periporatif yang signifikan. Operasi selalu ditunda dengan alasan terapi sebagai bentuk persiapan sebelum operasi elektif. Pada pasien pasien dengan isolated systolic hypertension dimana tekanan sistolik >180 mmHg atau pulse pressure >80 mmHg masih menjadi perdebatan di kalangan para ahli. Pasien pasien tersebut harus menjalani terapi jangka panjang namun masih menjadi kontroversi apakah operasi elektif ditunda ataukah tetap dilanjutkan terutama pada pasien dengan kerusakan organ end stage. A
Control cepat tekanan darah untuk persiapan pembedahan tidak
direkomendasi pada pasien pasien yang akan menjalani operasi elektif karena dapat menyebabkan terjadinya hipoperfusi organ mayor pada saat proses anestesi berlangsung. Terima Kasih