Anda di halaman 1dari 71

MEKANISME DAN PENGARUH

SUHU TERHADAP PERTUMBUHAN


NANOPARTIKEL KITOSAN
DENGAN METODE GELASI IONIK

Disusun Oleh:
Wenny Rinda Handani
13/PTK/357084/PTK/09256

MAGISTER TEKNIK PENGENDALIAN


PENCEMARAN LINGKUNGAN
MEKANISME DAN PENGARUH SUHU
TERHADAP PERTUMBUHAN NANOPARTIKEL
KITOSAN DENGAN METODE GELASI IONIK

METODOLOGI
PENDAHULUAN PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA

KESIMPULAN

HASIL DAN
PEMBAHASAN
LATAR BELAKANG
Limbah cangkang
udang dan kepiting

Volume ekspor udang dan


kepiting mencapai 90.000
dan 4.000 ton
Sekitar 80-90% ekspor
udang dilakukan dalam
bentuk udang beku tanpa
kepala dan kulit

Penggunaan formalin
Menteri Kesehatan No
722/Menkes/Per/IX/198
8
LATAR BELAKANG

KITIN KITOSAN

biokimia, obat-obatan atau farmakologi, pangan dan gizi,


pertanian, mikrobiologi, penanganan air limbah, industri-
industri kertas, tekstil membran atau film, kosmetik dan
lain sebagainya
LATAR BELAKANG
Kitosan merupakan biopolimer alami yang memiliki
kelebihan diantaranya :
Biocompatibl
NANOKITOSAN
e Sebagai
bahan
pengawet
Biodegradabl makanan
e

Ratna dkk (2006) kitosan mampu


Non-toxic mengawetkan bakso hingga tiga hari
pada suhu ruang.

Antibacterial Prabasiwi (2015) membuktikan bahwa


nanokitosan mampu menjaga mutu dan
kesegaran ikan selama 12 jam.
LATAR BELAKANG

PREPARASI NANO-KITOSAN

Metode Gelasi Ionik


prosesnya sederhana dan
dapat dikontrol dengan mudah
Metode Spray
Drying

Metode
Penggabungan
Droplet Emulsi

Metode Polimerisasi
LATAR BELAKANG
Namun, nano-kitosan yang dipreparasi dengan metode gelasi
ionik ini pada umumnya memiliki tingkat stabilitas
rendah dan distribusi partikel yang sangat lebar ( indeks
polidipersitas yang tinggi)
Suptijah dkk (2014)
menambahkan tween 80
untuk menstabilkan emulsi
partikel dalam larutan dengan
cara mencegah timbulnya
penggumpalan (aglomerasi)
antar partikel

stabilitas nano-kitosan selama proses penyimpanan


KEASLIAN PENELITIAN
Nama Peneliti Judul Penelitian Keterangan

Mardliyati et al., Sintesis Nanopartikel Kitosan- Melakukan optimasi


(2012) Trypolyphosphate dengan pre-parasi nano-
Metode Gelasi Ionik : kitosan /
Pengaruh Konsentrasi dan Tripolyphosphate (TPP)
Rasio Volume Terhadap pada ukuran dibawah
Karakteristik Partikel 100nm dengan tingkat
keseragaman dan
stabilitas yang tinggi,
dengan melihat
pengaruh konsentrasi
dan rasio volume
kitosan dan TPP
terhadap ukuran,
indeks polidispersitas
dan potential zeta.
KEASLIAN PENELITIAN
Nama Peneliti Judul Penelitian Keterangan

Tsai et al., (2011) The storage stability of Stabilitas larutan


chitosan / tripolyphosphate nano-kitosan dengan
nanoparticles in a phosphate penambah buffer
buffer. fosfat (pH 7,5).
Prabasiwi, (2015) Penggunaan Nanokitosan Mempelajari pengaruh
sebagai Pengawet Alami pada konsentrasi kitosan
Ikan Nila (Oreochromis sp) untuk menekan
pertumbuhan bakteri.
Fan et al., (2012) Formation mechanism of Mempelajari pengaruh
monodisperse, low molecular konsentrasi kitosan,
weight chitosan nanoparticles konsentrasi TPP,
by ionic gelation technique konsentrasi asam
asetat, dan suhu
terhadap ukuran
partikel nano-kitosan.
KEASLIAN PENELITIAN
Nama Peneliti Judul Penelitian Keterangan

Suptijah et al., (2014) Produksi dan Karakterisasi Penambahkan tween


Nano Kitosan dari Cangkang 80 sebagai surfaktan
Udang Windu dengan Metode ke dalam larutan
Gelasi Ionik nano-kitosan.

Penelitian ini akan menyusun model matematis untuk


memprediksi mekanisme pertumbuhan partikel nano-kitosan serta
kestabilan larutan nano-kitosan selama proses penyimpanan
dengan mempelajari pengaruh variasi konsentrasi kitosan (0,2% ,
0,4% dan 0,6%) pada suhu ruang dan dingin (10-25 oC).
TUJUAN PENELITIAN

1. Menentukan mekanisme pertumbuhan partikel


nano-kitosan.

2. Mempelajari pengaruh suhu terhadap pertumbuhan


partikel nano-kitosan selama proses penyimpanan.
MANFAAT PENELITIAN
1. Mendapatkan model kecepatan pertumbuhan
partikel nano-kitosan yang sesuai untuk metode
yang dilakukan.

2. Memberikan teori dasar untuk perancangan


produksi nano-kitosan dalam skala komersial.

3. Mendorong pertumbuhan industri lokal untuk


memanfaatkan limbah cangkang udang dan
kepiting sebagai sumber kitosan untuk produksi
bahan antimikrobia.

4. Menjaga stabilitas larutan dalam proses


penyimpanan dan pengaruh suhu rendah terhadap
TINJAUAN PUSTAKA

Pada tinjauan pustaka ini akan diuraikan hasil


studi literatur yang memberikan informasi
lebih dalam mengenai kitosan, sifat-sifat
kitosan, pemanfaatan kitosan, modifikasi
kitosan menjadi nano-kitosan, metode
yang terbaik dalam proses pembuatan
kitosan, stabilitas larutan nano-kitosan,
serta permodelan matematis
pertumbuhan partikel nano-kitosan.
KITOSAN
Nama Kimia : Poly D-glucosamine ( (1-4) 2-amino-2-deoxy-D-
glucose)

Gambar 2.1 Struktur Kimia Kitosan

Kitosan tidak dapat larut dalam air dan beberapa pelarut organik
seperti dimetilsulfoksida (DMSO), dimetilformamida (DMF), pelarut
alkohol organik dan piridin. Kitosan larut dalam asam
organik/mineral encer melalui protonasi gugus amino (NH2
NH3+) pada pH kurang dari 6,5. Pelarut yang baik untuk kitosan
adalah asam format, asam asetat dan asam glutamat.
KITOSAN
Kitosan sebagai pengawet makanan

Karena sifatantibakterial ini kitosan sangat berpotensi untuk


dijadikan sebagai bahan pengawet karena kitosan memiliki
polikation bermuatan positif yang mampu menghambat
pertumbuhan bakteri dan kapang

Salah satu mekanisme kitosan sebagai pengawet yaitu


molekul kitosan memiliki kemampuan untuk berinteraksi
dengan senyawa pada permukaan sel bakteri kemudian
teradsorbsi membentuk semacam lapisan yang
menghambat saluran transportasi sel sehingga sel mengalami
kekurangan substansi untuk berkembang dan mengakibatkan
matinya sel
Sodium Tripolyphosphate (TPP)

Penambahan TPP bertujuan untuk membentuk silang ionik


antara molekul kitosan sehingga dapat digunakan sebagai bahan
penjerap

Gambar 3.2 Struktur Kimia Tripolifosfat

banyaknya ikatan silang yang terbentuk antara


Dengan semakin
kitosan dan TPP maka kekuatan mekanik matriks kitosan akan
meningkat sehingga partikel kitosan menjadi semakin kuat dan keras,
serta semakin sulit untuk terpecah menjadi bagian-bagian yang lebih
kecil
TWEEN 80
C64H124O26

Tween 80 adalah ester asam lemak polioksietilen sorbitan,


dengan nama kimia polioksietilen 20 sorbitan monooleat

Gambar 2.3 Struktur Kimia Tween 80

Fungsi penggunaan Tween 80 untuk menstabilkan emulsi partikel dalam larutan


dengan cara mencegah timbulnya penggumpalan (aglomerasi) antar partikel
NANOPARTIKEL KITOSAN
Nanopartikel merupakan koloid padat yang memiliki ukuran dengan
kisaran 1-1000 nm

Nanopartikel saat ini menjadi perhatian para peneliti karena


pengembangan material dalam skala nano dapat meningkatkan
sifat fisik, mekanik dan kimia suatu material tanpa harus
merusak struktur atomnya
Modifikasi bentuk fisik kitosan menjadi nanopartikel, dilakukan agar dapat
mengoptimalkan efektifitas kitosan sebagai antibakteri

partikel yanglebih besar memiliki kemampuan merusak membran


sel yang lebih rendah daripada kitosan dengan partikel yang
berukuran lebih kecil (Liu 2003)
METODE GELASI IONIK
Gelasi atau pembentukan gel merupakan penggabungan atau
pengikatan silang rantai-rantai polimer membentuk jaringan tiga
dimensi yang sinambung menjadi struktur yang kompak dan kaku

Gambar 2.4 Interaksi elektrostatik kitosan dengan TPP

Gelasi ionik didasarkan pada kemampuan makromolekul untuk bertaut


silang dengan adanya ion yang bermuatan berlawanan untuk
membentuk hidrogel. Metode gelasi ionik telah banyak digunakan pada
proses enkapsulasi polisakarida alam seperti alginat, pektin, kitosan, dan
karboksimetil selulosa
MEKANISME PEMBENTUKAN
NANOKITOSAN

Melarutkan kitosan ke dalam larutan asam

kitosan mengalami protonasi


pada gugus amina-nya
menjadi NH3+ Gambar 2.3 Proses Protonasi pada Kitosan

Larutan Kitosan Tween 80


MEKANISME PEMBENTUKAN
NANOKITOSAN

Proses Gelasi Ionik


Terjadi ikatan silang karena
adanya reaksi antara muatan
positif pada kitosan (-NH3+)
dengan muatan negatif pada
Natrium tripolifosfat (H3P3O102-)

Na5P3O10 + 5H2O 5Na+ +H5P3O10 +


5OH-

H5P3O10 + OH- H4P3O10- + H2O

H4P3O10- + OH- H3P3O102- + H2O


Gambar 2.4 Proses Cross-linking

Larutan Nano-Kitosan
STABILITAS NANOPARTIKEL
Stabilitas adalah sifat suatu produk untuk bertahan dalam
batas yang telah ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan
sama dengan yang
penggunaan, sifat dan karakteristiknya
dimilikinya pada saat pertama kali dibuat

Berdasarkan stabilitasnya, koloid dibagi menjadi dua yaitu koloid


stabil koloid tidak stabil. Koloid stabil adalah koloid
dan
yang partikel-partikelnya tidak saling melekat atau
teragregasi. Koloid tidak stabil adalah koloid yang mengalami
pengendapan atau tersedimentasi karena gaya yang
terjadi antar partikel.
PENGARUH KONSENTRASI

Konsentrasi kitosan mempengaruhiukuran partikel nanokitosan


yang terbentuk. Tsai et al (2011) telah mempelajari
pengaruh konsentrasi kitosan terhadap ukuran partikel kitosan.
Variasi konsentrasi dilakukan dari 0,1%, 0,2%, 0,4%, dan 1%,
bahwa kitosan pada konsentrasi
didapatkan hasil
rendah dapat membentuk nanopartikel lebih kecil
dan lebih stabil. Pada pembuatan nano-kitosan dengan
konsentrasi kitosan yang besar jika ditambahkan sedikit saja TPP
maka akan terbentuk partikel berukuran mikro dengan cepat,
yang ditandai dengan adanya kabut suspensi pada larutan.
PENGARUH SUHU
Faktor yang mempengaruhi swelling pada nanopartikel kitosan
suhu, dan pH. Pada penelitian yang telah dilakukan
adalah
Lopez et al, (2004) mempelajari penyimpanan larutan nano-
kitosan dengan variasi suhu yaitu -10oC, 5oC, dan 25oC. Pada suhu
-10oC diabaikan karena terjadi distabilisasi larutan nanopartikel
kitosan. Pada suhu 5oC, dan 25oC terjadi kenaikan ukuran
nanopartikel kitosan secara signifikan pada hari ke 15 dan 7.

Penyimpanan pada suhu dingin ini menjadi salah satu alternatif lain
selain penggunaan formalin sebagai bahan pengawet. Penelitian
yang telah dilakukan oleh Fan et al (2012) mengenai
pengaruh suhu terhadap ukuran nano-kitosan memberikan hasil
bahwa untuk suhu yang rendah yaitu 10-25 oC ukuran partikel
masih kecil.
KARAKTERISASI
NANO-KITOSAN

Ukuran dan distribusi partikel merupakan karakteristik yang paling


penting di dalam suatu sistem nanopartikel. Beberapa penelitian
membuktikan bahwa ukuran nanopartikel memiliki sejumlah
kelebihan dibandingkan dengan yang berukuran mikropartikel.

Pengukuran menggunakan alat Particle Size Analyzer (PSA) dilakukan


untuk mengukur jari-jari rerata dan distribusi ukuran nanopartikel
secara kuantitatif. PSA seri zetasizer (Horiba) banyak digunakan
untuk pengukuran nanopartikel, koloid, protein, zeta potensial, dan
berat molekul. Alat ini dapat mengukur partikel yang berada dalam
rentang 0,3 nm sampai 8 m.

keseragaman
Parameter yang digunakan untuk tingkat
ukuran adalah nilai indeks polidipersitas dari distribusi
ukuran partikel
LANDASAN TEORI
menentukan mekanisme pertumbuhan partikel nano-
kitosan yang sesuai dan mempelajari pengaruh suhu terhadap
kecepatan pertumbuhan partikel selama proses
penyimpanan

Selama proses penyimpanan larutan nano-kitosan terjadi


pertumbuhan partikel. Secara umum, model matematis yang
digunakan dalam menganalisis mekanisme pertumbuhan partikel
mengikuti model yang digunakan oleh Wen, et al (2014)
NERACA MASSA

Gambar 2.7 Profil Konsentrasi monomer disekitar


nanopartikel dan mekanisme transfer massa

Massa monomer (A) masuk Massa monomer (A) keluar = Massa monomer (A) akumulasi
NERACA MASSA
Massa monomer (A) masuk Massa monomer (A) keluar = Massa monomer (A) akumulasi

(2.1)
PERSAMAAN UMUM
Dilakukan penyederhanaan sehingga didapat persamaan umum :

(2.15a)
D = Diffusivitas (nm2/hari)
= volume monomer (nm3/molekul)
R = Jari-jari partikel (nm)
k = Koefisien transfer massa (nm/hari)
(2.16a) kB = Konstanta Boltzman
(J/molekul.K)
T = Suhu (K)
= Tegangan muka (J/nm2)

(2.17a)
MEKANISME PERTUMBUHAN

Proses pertumbuhan partikel nano-kitosan yang terjadi menurut


Wen (2014) dapat didekati dengan 3 macam proses yaitu :

1. Proses difusi yang mengontrol (diffusion controlling)

2. Proses adsorpsi yang mengontrol (adsorption controlling)

3. Proses diffusi dan adsorpsi yang mengontrol


PROSES DIFUSI
(Diffusion controlling)

Proses diffusi terjadi ketika kinetika dipermukaan partikel


berlangsung sangat cepat (D /k<< R), sehingga langkah yang
mengontrol adalah difusi monomer ke nanopartikel dari larutan

(2.19)

Dimisalkan
:

(2.19a)
PROSES ADSORPSI
(adsorption controlling)

Merupakan kondisi saat reaksi di interface (permukaan) sangat


lambat jika dibandingkan dengan difusi monomer (D/k >> R),
pertumbuhan partikel dikontrol oleh adsorpsi monomer pada
permukaan nanopartikel

(2.21)

Dimisalkan :

(2.21a)
PROSES DIFUSI DAN ADSORPSI
Terjadi pada beberapa kasus di mana pertumbuhan partikel
dikendalikan oleh diffusi dan adsorpsi pada pertumbuhan partikel

(2.22)

Dimisalkan :

(2.22a)
ALGORITMA PEMOGRAMAN

Gambar 2.8 Algoritma Pemograman


RINGKASAN HASIL PEMODELAN
Berdasarkan penjabaran model matematis pada landasan teori, berikut
disajikan hasil ringkasan atau penyederhanaan untuk
pemodelan mekanisme proses pertumbuhan nanopartikel kitosan :
1. Kontrol Adsopsi dan Diffusi (Adsorption and Diffusion Controlling)

(2.22)

Misal :

Model 3: (2.22a)
RINGKASAN HASIL PEMODELAN
2. Kontrol Diffusi (Diffusion Controlling)

(2.22)

Bentuk eksponensial :

Nilai x sangat kecil sehingga untuk suku kedua dan ketiga


diabaikan

(2.15a)
RINGKASAN HASIL PEMODELAN
(2.15a)

Jika nilai D/k << R, maka :

(2.19)

Dimisalkan :

Model 1: (2.19a)
RINGKASAN HASIL PEMODELAN
3. Kontrol Adsopsi (Adsorption Controlling)

(2.22)

Bentuk eksponensial :

Nilai x sangat kecil sehingga untuk suku kedua dan ketiga


diabaikan

(2.15a)
RINGKASAN HASIL PEMODELAN
(2.15a)

Jika nilai D/k >> R, maka :

(2.21)

Dimisalkan :

Model 2:
(2.21a)
HIPOTESIS
1.Mekanisme pertumbuhan nanopartikel kitosan dapat didekati
dengan proses difusi, adsorpsi, ataupun keduanya.

2.Semakin rendah suhu larutan nano-kitosan, maka semakin cepat


pertumbuhan nanopartikel kitosan.
METODOLOGI PENELITIAN
Bahan Penelitian

Bahan utama pada penelitian ini adalah kitosan


powdermedical grade yang diperoleh dari PT.
Biotech Surindo, Cirebon, Jawa Barat dengan derajat
deasetilasi di atas 90%. Asam asetat yang digunakan
untuk melarutkan kitosan yaitu asam asetat glasial dengan
merk EMSURE. Cross linker yang digunakan pada penelitian
adalahSodium Tripolphosphate (TPP) dengan
merk SIGMA-ALDRICH. Tween 80 sebagai surfaktan
dengan merk MEDIKA.
METODOLOGI PENELITIAN
Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian cukup sederhana yaitu


terdiri dari magnetic strirrer, beakerglass 2L, micropipet

Keterangan gambar :
1.Beaker Glass 2L
2.Magnetic Strirrer

Gambar 3.1 Rangkaian alat preparasi larutan kitosan, larutan TPP, larutan nano-kitosan
VARIABEL PENELITIAN

konsentrasi kitosan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu 0,2% dan
Variasi
0,4% sebagai variabel bebas. Pada konsentrasi kitosan 0,2% dan 0,6%
dilakukan pada suhu dingin (15 0C) dan suhu kamar (25 0C)
JALAN PENELITIAN
dua tahap
Penelitian nano-kitosan ini dilakukan preparasi menjadi
terlebih dahulu yaitu tahap pertama untuk melarutkan
kitosan dalam larutan asam asetat. Tahap kedua
melarutkan TPP ke dalam aquadest sebelum di
reaksikan dengan larutan nano-kitosan.

Larutan Asam Aquadest


Kitosan
TPP
(0,2% ,
(Tripolifosfat)
0,4% &
0,6&) Larutan Kitosan Larutan TPP
(0,2% dan 0,4%) (Tripolifosfat)
PEMBUATAN LARUTAN NANOKITOSAN
(Variasi Konsentrasi Kitosan)

Larutan TPP
(sedikit demi
sedikit)

Diaduk selama satu jam agar proses


cross-linking terjadi secara sempurna
Setelah proses gelasi ionik selesai,
mengambil larutan nano-kitosan dengan
konsentrasi 0,2% sebanyak 100 mL
untuk kemudian di analisa pH, turbiditas
dan ukuran partikel dengan waktu
0,7,14,21,28 hari.

Proses yang sama dilakukan juga


Larutan pada konsentrasi kitosan 0,4% dan
Kitosan (0,2%) 0,6%
PEMBUATAN LARUTAN NANOKITOSAN
(Variasi Suhu Dingin dan Suhu Ruang)

Larutan TPP
(sedikit demi
sedikit)

Diaduk selama satu jam agar proses cross-


linking terjadi secara sempurna
Setelah proses gelasi ionik selesai,
mengambil larutan nano-kitosan dengan
konsentrasi 0,2% sebanyak 100 mL
dengan didinginkan pada suhu (150C)
untuk kemudian di analisa pH, turbiditas
dan ukuran partikel dengan waktu
0,7,14,21,28 hari.

Larutan Pengambilan sampel sebanyak 100 mL


Kitosan (0,2%) juga dilakukan pada suhu kamar dengan
perlakuan yang sama.
ANALISIS

Particle Size
Data ukuran partikel rata-rata diperoleh dari analisis
Analyzer (PSA) HORIBA SZ-100. Selanjutnya data
ukuran partikel (dR/dt) yang diperoleh akan dipelajari
pengaruh konsentrasi dan suhunya terhadap mekanisme
pertumbuhan partikel nano-kitosan yang sesuai dengan
persamaan (2.19a), (2.21a), dan (2.22a) . Hingga dapat
ditentukan mekanisme yang sesuai dengan mekanisme pertumbuhan
partikel nano-kitosan yaitu diffusi, adsorpsi, atau keduanya .
HASIL dan PEMBAHASAN
Pada penelitian ini akan disajikan hasil
dan pembahasan berupa karakteristik
nanopartikel kitosan yaitu perubahan
ukuran jari-jari nanopartikel kitosan,
pengaruh suhu terhadap pertumbuhan
partikel nano-kitosan, pengaruh
konsentrasi kitosan terhadap pertumbuhan
partikel nano-kitosan, serta data
pelengkap yaitu pH dan turbiditas larutan
nano-kitosan selama proses penyimpanan.
PENGARUH SUHU
(suhu kamar dan dingin)
Tabel 4.1 Hasil Uji PSA Pengaruh Suhu
Konsentrasi dengan Kitosan 0,2%

Konsentrasi
Waktu Kitosan 0,2%
150C 250C
(Hari) R (nm) R (nm)
0 188,5 175,3
3 187,3 165,8
7 210,7 196,4
14 186,8 257,7
21 214,6 175,3 Gambar 4.1 Grafik hubungan pengaruh suhu terhadap jari-jari partikel
28 216,2 172,8 dengan konsentrasi kitosan 0,2%
Tabel 4.2 Hasil Uji PSA Pengaruh Suhu
dengan Konsentrasi Kitosan 0,6%

Konsentrasi
Waktu Kitosan 0,6%
150C 250C
(Hari) R (nm) R (nm)
0 719,7 643,3
3 661,4 734,7
7 726,5 672,0
14 765,7 598,5
21 663,0 538,0 Gambar 4.2 Grafik hubungan pengaruh suhu terhadap jari-jari
partikel dengan konsentrasi kitosan 0,6%
28 624,1 666,2
PENGARUH SUHU
(suhu kamar dan dingin)

Fenomena yang menarik dari Gambar 4.1 dan Gambar 4.2


adalah range pengaruh variasi suhu 15 0C dan 25 0C terhadap
ukuran jari-jari nanopartikel dengan variasi konsentrasi kitosan
hampir sama. Hal ini menunjukkan bahwa variasi suhu tidak
memberikan pengaruh yang besar terhadap
perubahan ukuran jari-jari partikel nano-kitosan, serta ukuran
pada partikel larutan kitosan ini masih dalam ukuran nanometer.
PENGARUH KONSENTRASI KITOSAN
(0,2% , 0,4% & 0,6%)
Tabel 4.3 Hasil Uji PSA Pengaruh Konsentrasi Kitosan

konsentrasi Kitosan
Waktu
0,2% 0,4% 0,6%
(Hari) R (nm) R (nm) R (nm)
0 175,3 337,9 643,3
3 165,8 365,4 734,7
7 196,4 406,7 672,0
14 257,7 453,5 598,5
21 175,3 329,7 538,0
28 172,8 427,8 666,2

Gambar 4.3 Grafik hubungan antara jari-jari partikel terhadap waktu


dengan pengaruh konsentrasi kitosan (0,2%, 0,4%, dan 0,6%)

Kemungkinan adanya perbedaan ukuran awal nanopartikel kitosan


yang terbentuk disebabkan karena pada konsentrasi kitosan yang lebih
besar yaitu 0,4%, dan 0,6% mengurangi jarak antar molekul
kitosan yang dapat mengurangi potensi reaksi ikat silang
dengan polianion dari TPP. Sehingga, pada pembuatan nano-kitosan
dengan kosentrasi 0,4%, dan 0,6% dengan penambahan TPP dalam
jumlah sedikit saja partikel berukuran mikro dengan cepat terbentuk,
yang ditandai dengan adanya kabut suspensi pada larutan nano-
kitosan.
MEKANISME PROSES PERTUMBUHAN
NANOPARTIKEL KITOSAN
Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mendapatkan mekanisme proses
pertumbuhan nanopartikel kitosan selama
proses penyimpanan, sehingga penyusunan
model matematis menjadi sangat penting.
Telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa
perhitungan perubahan jari-jari terhadap waktu
berdasarkan tiga proses yang mengontrol
yaitu proses difusi yang mengontrol,
proses adsorsi yang mengontrol, ataupun
proses kedua-duanya yang mengontrol.
MEKANISME PROSES PERTUMBUHAN
NANOPARTIKEL KITOSAN
Tabel 4.4 Hasil Nilai-nilai Parameter
Langkah-langkah dalam menentukan dan
Parameter Nilai Parameter
mengevaluasi nilai-nilai a, b, , , dan dengan cara
a 150000
b 300 minimasi SSE, mencari nilai kesalahan relatif minimum,
15000 method of average, hingga visual inspection. Nilai-nilai
10 a, b, , , dan hasil dari perhitungan ditunjukkan
500
pada Tabel 4.4.

Nilai-nilai , , dan yang diperoleh dengan cara Dari nilai a didapatkan


melakukan visual inspection, dari nilai , , maka nilai b, hubungan b
didapat nilai a. Hubungan a terhadap nilai , dan terhadap a dan adalah :
adalah :
Tabel 4.5 Perbandingan nilai jari-jari (R) data percobaan dan simulasi model 1, 2, dan
3 terhadap waktu dengan konsentrasi kitosan 0,2% pada suhu kamar (25 0C)

Waktu R data R model 1 R model 2 R model 3


(Hari) nm nm nm nm
0 175,3 175,3 175,3 175,3
3 165,8 179,5 176,8 176,4
7 196,4 185,0 178,8 177,9
14 257,7 194,2 182,3 180,5
21 175,3 203,0 185,8 183,1
28 172,8 211,4 189,2 185,6

Tabel 4.6 Perbandingan nilai jari-jari (R) data percobaan dan


simulasi model 1, 2, dan 3 terhadap waktu dengan konsentrasi
kitosan 0,2% pada suhu dingin (150C)

Waktu R data R model 1 R model 2 R model 3


(Hari) nm nm nm nm
0 188,5 188,5 188,5 188,5
Tabel 4.7 Perbandingan nilai jari-jari (R) data percobaan dan
3 187,3 192,6 190,0 189,6
simulasi model 1, 2, dan 3 terhadap waktu dengan konsentrasi
kitosan 0,4% pada suhu kamar (250C) 7 210,7 197,8 192,1 191,1
14 186,8 206,8 195,7 193,8
Waktu R data R model 1 R model 2 R model 3 21 214,6 215,3 199,3 196,4
(Hari) nm nm nm nm 28 216,2 223,5 202,9 199,0
0 337,9 350,0 350,0 350,0
3 365,4 352,1 351,5 350,9
7 406,7 355,0 353,5 352,1
14 453,5 359,9 357,0 354,1
21 329,7 364,7 360,5 356,2
28 427,8 369,5 364.0 358,3
Gambar 4.4 Perbandingan nilai jari-jari (R) data percobaan dan
simulasi model 1, 2, dan 3 terhadap waktu dengan konsentrasi kitosan
0,2% pada suhu kamar (250C)

Gambar 4.5 Perbandingan nilai jari-jari (R) data percobaan dan


simulasi model 1, 2, dan 3 terhadap waktu dengan konsentrasi
kitosan 0,2% pada suhu dingin (150C)
Gambar 4.6 Perbandingan nilai jari-jari (R) data percobaan dan
simulasi model 1, 2, dan 3 terhadap waktu dengan konsentrasi kitosan
0,4% pada suhu kamar (250C)
Berdasarkan Gambar 4.4, Gambar 4.5, dan Gambar 4.6 dapat
terlihat bahwa data simulasi hampir mendekati data percoban baik
pada model 1, model 2, maupun model 3 namun, jika diamati secara
visual model 2 dan model 3 sangat dekat, sedangkan model 1
sedikit lebih menyimpang dari model 2 maupun model 3.
Berdasarkan nilai D/k yang diperoleh, model 2 lebih sesuai untuk
mekanisme proses pertumbuhan nanopartikel kitosan.

Nilai O,2% 0,2% 0,4%


D/k (15 C) (25 C) (25 C)
(nm) (nm) (nm) (nm) proses
sehingga,
188,5 175,3 337,9 adsorpsi yang
187,3 165,8 365,4 mengontrol untuk proses
210,7 196,4 406,7 pertumbuhan nanopartikel
500
186,8 257,7 453,5 kitosan
214,6 175,3 329,7
216,2 172,8 427,8
Tabel 4.8 Perbandingan nilai jari-jari (R) data percobaan dan simulasi model 1, 2, dan 3 terhadap
waktu dengan konsentrasi kitosan 0,6% pada suhu kamar (250C)

Waktu R data R model 1 R model 2 R model 3


(Hari) nm nm nm nm
0 643,3 630,0 630,0 630,0
3 734,7 631,2 631,5 630,7
7 672,0 632,8 633,5 631,6
14 598,5 635,6 637,0 633,1
21 538,0 638,3 640,5 634,7
28 666,2 641,1 644,0 636,3

Tabel 4.9 Perbandingan nilai jari-jari (R) data percobaan dan simulasi model 1, 2, dan 3 terhadap
waktu dengan konsentrasi kitosan 0,6% pada suhu kamar (150C)

Waktu R data R model 1 R model 2 R model 3


(Hari) nm nm nm nm
0 719,7 680,0 680,0 680,0
3 661,4 681,1 681,6 680,7
7 726,5 682,7 683,6 681,6
14 765,7 685,3 687,3 683,1
21 663,0 688,0 690,9 684,7
28 624,1 690,6 694,5 686,2
Gambar 4.7 Perbandingan nilai jari-jari (R) data percobaan dan simulasi model 1, 2, dan 3
terhadap waktu dengan konsentrasi kitosan 0,6% pada suhu kamar (250C)

Gambar 4.8 Perbandingan nilai jari-jari (R) data percobaan dan simulasi model 1, 2, dan 3
terhadap waktu dengan konsentrasi kitosan 0,6% pada suhu dingin (150C)
Gambar 4.7 dan Gambar 4.8 memberikan hasil yang tidak jauh
berbeda dengan Gambar 4.4, Gambar 4.5 dan Gambar 4.6. Secara
visual hasil simulasi untuk model 1, 2, dan 3 mendekati data
percobaan. Jika ditinjau berdasarkan nilai D/k yang diperoleh model
1 lebih sesuai untuk mekanisme proses pertumbuhan nanopartikel
kitosan.

Nilai D/k O,6% (15 0,6% (25


(nm) C) C)
(nm) (nm) proses difusi
sehingga,

719,7 643,3 yang mengontrol untuk


proses pertumbuhan nanopartikel
661,4 734,7
kitosan
726,5 672,0
500
765,7 598,5
663,0 538,0
624,1 666,2
ANALISA pH
Tujuan analisa nilai pH ini sebagai data pendukung terhadap stabilitas larutan nano-kitosan selama proses
penyimpanan
Tabel 4.6 Hasil analisa pH larutan
nano-kitosan dengan pengaruh suhu

Waktu pH pH
(hari) T = 250C T = 150C
0 3,48 3,50
3 3,48 3,47
7 3,54 3,52
14 3,56 3,55
21 3,56 3,58
28 3,69 3,61

Tabel 4.7 Hasil analisa pH larutan nano- (s) (b)


kitosan dengan pengaruh konsentrasi kitosan
Gambar 4.6 Hubungan antara pH terhadap waktu dengan pengaruh (a)
Waktu pH pH suhu dan (b) konsentrasi kitosan
(hari) 0,2% 0,4%
0 3,48 3,72 Terlihat trend pada Gambar 4.6 bahwa adanya sedikit
3 3,48 3,73 kenaikan pH selama proses penyimpanan. Namun range pH
7 3,54 3,70 terhadap waktu dengan pengaruh suhu dan kosentrasi
14 3,56 3,72 kitosan masih sekitar pH 3, hal ini membuktikan bahwa
21 3,56 3,85 larutan nano-kitosan dapat dikatakan cukup stabil.
28 3,69 3,88
ANALISA TURBIDITAS
Pengujian turbiditas atau kekeruhan larutan dilakukan sebagai data pendukung selain pH
untuk melihat kestabilan larutan nano-kitosan selama proses penyimpanan. Nilai
kekeruhan pada larutan nano-kitosan mengindikasikan bahwa, semakin besar nilai
kekeruhannya
Tabel 4.8 Hasil analisa turbiditas larutan nano-maka semakin besar ukuran partikel nano-kitosan.
kitosan dengan pengaruh suhu
Turbiditas Turbiditas
Waktu (Ntu) (Ntu)
(hari) T = 25 C T = 150C
0

0 18,48 20,44
3 19,98 19,65
7 19,98 19,03
14 22,92 20,82
21 17,31 21,13
28 21,19 21,73 Gambar 4.7 Hubungan antara nilai turbiditas terhadap waktu dengan pengaruh (a) suhu dan
(b) konsentrasi kitosan
Tabel 4.9 Hasil analisa turbiditas larutan nano-kitosan
dengan pengaruh konsentrasi kitosan

Turbiditas Turbiditas Terlihat trend pada Gambar 4.7 bahwa selama proses
Waktu (Ntu) (Ntu) penyimpanan adanya kenaikan terhadap nilai turbiditas
(hari) 0,2% 0,4% larutan. Kenaikan ini menandakan adanya pertumbuhan
0 18,48 21,53 nanopartikel kitosan selama proses penyimpanan. Namun
3 19,98 26,93 kenaikan nilai turbiditas tidak terlalu signifikan yaitu sekitar
7 19,98 19,52 17-27 Ntu baik pada pengaruh suhu maupun pada
14 22,92 23,26 pengaruh konsentrasi kitosan.
21 17,31 24,36
28 21,19 24,56
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Mekanisme proses pertumbuhan nanopartikel kitosan selama proses penyimpanan
pada kosentrasi kitosan 0,2% dan 0,4% mengikuti model 2 atau persamaan
(2.21a) yaitu proses adsorpsi yang mengontrol (adsorption controlling). Sedangkan
pada kosentrasi kitosan 0,6% mengikuti model 1 atau persamaan (2.19a) yaitu
proses difusi yang mengontrol (diffusion controlling).

Variasi suhu yaitu suhu kamar (25 0C) dan suhu dingin (15 0C) tidak memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan nanopartikel kitosan selama
proses penyimpanan.

Variasi konsentrasi kitosan memberikan pengaruh yang besar terhadap pembentukan awal
nanopartikel kitosan. Ukuran awal nanopartikel kitosan pada konsentrasi kitosan 0,2% adalah
175,3 nm, pada konsentrasi kitosan 0,4% adalah 337,9 nm, dan pada konsentrasi kitosan
0,6% adalah 643,3 nm.

Hasil analisis pH larutan dan turbiditas (kekeruhan) larutan menunjukkan bahwa


larutan nano-kitosan selama proses penyimpanan cukup stabil. Hal ini ditandai
dengan nilai pH larutan masih sekitar pH 3, dan nilai turbiditas yang masih dalam
kisaran 17-27 Ntu.

Anda mungkin juga menyukai