Disusun Oleh:
Wenny Rinda Handani
13/PTK/357084/PTK/09256
METODOLOGI
PENDAHULUAN PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA
KESIMPULAN
HASIL DAN
PEMBAHASAN
LATAR BELAKANG
Limbah cangkang
udang dan kepiting
Penggunaan formalin
Menteri Kesehatan No
722/Menkes/Per/IX/198
8
LATAR BELAKANG
KITIN KITOSAN
PREPARASI NANO-KITOSAN
Metode
Penggabungan
Droplet Emulsi
Metode Polimerisasi
LATAR BELAKANG
Namun, nano-kitosan yang dipreparasi dengan metode gelasi
ionik ini pada umumnya memiliki tingkat stabilitas
rendah dan distribusi partikel yang sangat lebar ( indeks
polidipersitas yang tinggi)
Suptijah dkk (2014)
menambahkan tween 80
untuk menstabilkan emulsi
partikel dalam larutan dengan
cara mencegah timbulnya
penggumpalan (aglomerasi)
antar partikel
Kitosan tidak dapat larut dalam air dan beberapa pelarut organik
seperti dimetilsulfoksida (DMSO), dimetilformamida (DMF), pelarut
alkohol organik dan piridin. Kitosan larut dalam asam
organik/mineral encer melalui protonasi gugus amino (NH2
NH3+) pada pH kurang dari 6,5. Pelarut yang baik untuk kitosan
adalah asam format, asam asetat dan asam glutamat.
KITOSAN
Kitosan sebagai pengawet makanan
Larutan Nano-Kitosan
STABILITAS NANOPARTIKEL
Stabilitas adalah sifat suatu produk untuk bertahan dalam
batas yang telah ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan
sama dengan yang
penggunaan, sifat dan karakteristiknya
dimilikinya pada saat pertama kali dibuat
Penyimpanan pada suhu dingin ini menjadi salah satu alternatif lain
selain penggunaan formalin sebagai bahan pengawet. Penelitian
yang telah dilakukan oleh Fan et al (2012) mengenai
pengaruh suhu terhadap ukuran nano-kitosan memberikan hasil
bahwa untuk suhu yang rendah yaitu 10-25 oC ukuran partikel
masih kecil.
KARAKTERISASI
NANO-KITOSAN
keseragaman
Parameter yang digunakan untuk tingkat
ukuran adalah nilai indeks polidipersitas dari distribusi
ukuran partikel
LANDASAN TEORI
menentukan mekanisme pertumbuhan partikel nano-
kitosan yang sesuai dan mempelajari pengaruh suhu terhadap
kecepatan pertumbuhan partikel selama proses
penyimpanan
Massa monomer (A) masuk Massa monomer (A) keluar = Massa monomer (A) akumulasi
NERACA MASSA
Massa monomer (A) masuk Massa monomer (A) keluar = Massa monomer (A) akumulasi
(2.1)
PERSAMAAN UMUM
Dilakukan penyederhanaan sehingga didapat persamaan umum :
(2.15a)
D = Diffusivitas (nm2/hari)
= volume monomer (nm3/molekul)
R = Jari-jari partikel (nm)
k = Koefisien transfer massa (nm/hari)
(2.16a) kB = Konstanta Boltzman
(J/molekul.K)
T = Suhu (K)
= Tegangan muka (J/nm2)
(2.17a)
MEKANISME PERTUMBUHAN
(2.19)
Dimisalkan
:
(2.19a)
PROSES ADSORPSI
(adsorption controlling)
(2.21)
Dimisalkan :
(2.21a)
PROSES DIFUSI DAN ADSORPSI
Terjadi pada beberapa kasus di mana pertumbuhan partikel
dikendalikan oleh diffusi dan adsorpsi pada pertumbuhan partikel
(2.22)
Dimisalkan :
(2.22a)
ALGORITMA PEMOGRAMAN
(2.22)
Misal :
Model 3: (2.22a)
RINGKASAN HASIL PEMODELAN
2. Kontrol Diffusi (Diffusion Controlling)
(2.22)
Bentuk eksponensial :
(2.15a)
RINGKASAN HASIL PEMODELAN
(2.15a)
(2.19)
Dimisalkan :
Model 1: (2.19a)
RINGKASAN HASIL PEMODELAN
3. Kontrol Adsopsi (Adsorption Controlling)
(2.22)
Bentuk eksponensial :
(2.15a)
RINGKASAN HASIL PEMODELAN
(2.15a)
(2.21)
Dimisalkan :
Model 2:
(2.21a)
HIPOTESIS
1.Mekanisme pertumbuhan nanopartikel kitosan dapat didekati
dengan proses difusi, adsorpsi, ataupun keduanya.
Keterangan gambar :
1.Beaker Glass 2L
2.Magnetic Strirrer
Gambar 3.1 Rangkaian alat preparasi larutan kitosan, larutan TPP, larutan nano-kitosan
VARIABEL PENELITIAN
konsentrasi kitosan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu 0,2% dan
Variasi
0,4% sebagai variabel bebas. Pada konsentrasi kitosan 0,2% dan 0,6%
dilakukan pada suhu dingin (15 0C) dan suhu kamar (25 0C)
JALAN PENELITIAN
dua tahap
Penelitian nano-kitosan ini dilakukan preparasi menjadi
terlebih dahulu yaitu tahap pertama untuk melarutkan
kitosan dalam larutan asam asetat. Tahap kedua
melarutkan TPP ke dalam aquadest sebelum di
reaksikan dengan larutan nano-kitosan.
Larutan TPP
(sedikit demi
sedikit)
Larutan TPP
(sedikit demi
sedikit)
Particle Size
Data ukuran partikel rata-rata diperoleh dari analisis
Analyzer (PSA) HORIBA SZ-100. Selanjutnya data
ukuran partikel (dR/dt) yang diperoleh akan dipelajari
pengaruh konsentrasi dan suhunya terhadap mekanisme
pertumbuhan partikel nano-kitosan yang sesuai dengan
persamaan (2.19a), (2.21a), dan (2.22a) . Hingga dapat
ditentukan mekanisme yang sesuai dengan mekanisme pertumbuhan
partikel nano-kitosan yaitu diffusi, adsorpsi, atau keduanya .
HASIL dan PEMBAHASAN
Pada penelitian ini akan disajikan hasil
dan pembahasan berupa karakteristik
nanopartikel kitosan yaitu perubahan
ukuran jari-jari nanopartikel kitosan,
pengaruh suhu terhadap pertumbuhan
partikel nano-kitosan, pengaruh
konsentrasi kitosan terhadap pertumbuhan
partikel nano-kitosan, serta data
pelengkap yaitu pH dan turbiditas larutan
nano-kitosan selama proses penyimpanan.
PENGARUH SUHU
(suhu kamar dan dingin)
Tabel 4.1 Hasil Uji PSA Pengaruh Suhu
Konsentrasi dengan Kitosan 0,2%
Konsentrasi
Waktu Kitosan 0,2%
150C 250C
(Hari) R (nm) R (nm)
0 188,5 175,3
3 187,3 165,8
7 210,7 196,4
14 186,8 257,7
21 214,6 175,3 Gambar 4.1 Grafik hubungan pengaruh suhu terhadap jari-jari partikel
28 216,2 172,8 dengan konsentrasi kitosan 0,2%
Tabel 4.2 Hasil Uji PSA Pengaruh Suhu
dengan Konsentrasi Kitosan 0,6%
Konsentrasi
Waktu Kitosan 0,6%
150C 250C
(Hari) R (nm) R (nm)
0 719,7 643,3
3 661,4 734,7
7 726,5 672,0
14 765,7 598,5
21 663,0 538,0 Gambar 4.2 Grafik hubungan pengaruh suhu terhadap jari-jari
partikel dengan konsentrasi kitosan 0,6%
28 624,1 666,2
PENGARUH SUHU
(suhu kamar dan dingin)
konsentrasi Kitosan
Waktu
0,2% 0,4% 0,6%
(Hari) R (nm) R (nm) R (nm)
0 175,3 337,9 643,3
3 165,8 365,4 734,7
7 196,4 406,7 672,0
14 257,7 453,5 598,5
21 175,3 329,7 538,0
28 172,8 427,8 666,2
Tabel 4.9 Perbandingan nilai jari-jari (R) data percobaan dan simulasi model 1, 2, dan 3 terhadap
waktu dengan konsentrasi kitosan 0,6% pada suhu kamar (150C)
Gambar 4.8 Perbandingan nilai jari-jari (R) data percobaan dan simulasi model 1, 2, dan 3
terhadap waktu dengan konsentrasi kitosan 0,6% pada suhu dingin (150C)
Gambar 4.7 dan Gambar 4.8 memberikan hasil yang tidak jauh
berbeda dengan Gambar 4.4, Gambar 4.5 dan Gambar 4.6. Secara
visual hasil simulasi untuk model 1, 2, dan 3 mendekati data
percobaan. Jika ditinjau berdasarkan nilai D/k yang diperoleh model
1 lebih sesuai untuk mekanisme proses pertumbuhan nanopartikel
kitosan.
Waktu pH pH
(hari) T = 250C T = 150C
0 3,48 3,50
3 3,48 3,47
7 3,54 3,52
14 3,56 3,55
21 3,56 3,58
28 3,69 3,61
0 18,48 20,44
3 19,98 19,65
7 19,98 19,03
14 22,92 20,82
21 17,31 21,13
28 21,19 21,73 Gambar 4.7 Hubungan antara nilai turbiditas terhadap waktu dengan pengaruh (a) suhu dan
(b) konsentrasi kitosan
Tabel 4.9 Hasil analisa turbiditas larutan nano-kitosan
dengan pengaruh konsentrasi kitosan
Turbiditas Turbiditas Terlihat trend pada Gambar 4.7 bahwa selama proses
Waktu (Ntu) (Ntu) penyimpanan adanya kenaikan terhadap nilai turbiditas
(hari) 0,2% 0,4% larutan. Kenaikan ini menandakan adanya pertumbuhan
0 18,48 21,53 nanopartikel kitosan selama proses penyimpanan. Namun
3 19,98 26,93 kenaikan nilai turbiditas tidak terlalu signifikan yaitu sekitar
7 19,98 19,52 17-27 Ntu baik pada pengaruh suhu maupun pada
14 22,92 23,26 pengaruh konsentrasi kitosan.
21 17,31 24,36
28 21,19 24,56
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Mekanisme proses pertumbuhan nanopartikel kitosan selama proses penyimpanan
pada kosentrasi kitosan 0,2% dan 0,4% mengikuti model 2 atau persamaan
(2.21a) yaitu proses adsorpsi yang mengontrol (adsorption controlling). Sedangkan
pada kosentrasi kitosan 0,6% mengikuti model 1 atau persamaan (2.19a) yaitu
proses difusi yang mengontrol (diffusion controlling).
Variasi suhu yaitu suhu kamar (25 0C) dan suhu dingin (15 0C) tidak memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan nanopartikel kitosan selama
proses penyimpanan.
Variasi konsentrasi kitosan memberikan pengaruh yang besar terhadap pembentukan awal
nanopartikel kitosan. Ukuran awal nanopartikel kitosan pada konsentrasi kitosan 0,2% adalah
175,3 nm, pada konsentrasi kitosan 0,4% adalah 337,9 nm, dan pada konsentrasi kitosan
0,6% adalah 643,3 nm.