Anda di halaman 1dari 17

TEORI KRITIS

SYALOM M. SUPIT
ROULINA
SITANGGANG
TEORI KRITIS
Teori kritis sendiri merupakan teori yang tidak berkaitan

dengan prinsip-prinsip umum, tidak membentuk sistem

ide. Teori ini berusaha memberikan kesadaran untuk

membebaskan manusia dari irasionalisme. Dengan

demikian fungsi teori ini adalah emansipatoris.

Ciri teori ini adalah:


Kritis terhadap masyarakat

Teori kritis berpikir secara historis

Teori kritis tidak menutup diri

Teori kritis tidak memisahkan teori dari praktek


MAZHAB FRANKFURT
Aliran Frankfurt atau dikenal dengan Madzhab
Frankfurt merupakan sekelompok pemikir
sosial yang muncul dari lingkungan Institute Of
Social Research Universitas Frankfurt, yang
dipelopori oleh Felix Weil pada tahun 1923.
Cara berpikir aliran Frankfurt dapat dikatakan
sebagai teori kritis masyarakat.
Pada dasarnya Teori Kritis Aliran Frankfurt ingin

memperjelas struktur yang dimiliki oleh masyarakat pasca

industri serta melihat akibat-akibat struktur tersebut

dalam kehidupan manusia dan kebudayaan secara

rasional. Teori Kritis ingin menjelaskan hubungan manusia

dengan bertolak dari pemahaman rasio instrumental. Teori

Kritis ingin membangun teori yang mengkritik struktur dan

konfigurasi masyarakat aktual sebagai akibat dari suatu

pemahaman yang keliru tentang rasionalitas.


Frankfurt School merupakan aliran atau mazhab
yang secara sederhana sering dipahami sebagai
aliran kritis. Teori-teori kritis banyak
dikembangkan oleh akademisi dengan
meninggalkan ajaran asli Marxisme, namun
perlawanan terhadap dominasi dan penindasan
tetap menjadi ciri khas. Teori-teori kritis ini sering
disebut neo marxist (amarxisme baru) atau
marxist .
Cara pemikiran Frankfurt School mereka sebut
sendiri sebagai Teori Kritik Masyarakat.

Teori Kritis tidak hanya menjelaskan tetapi mengubah


pemberangusan manusia.

Maksud teori itu adalah membebaskan manusia dari


pemanipulasian para teknokrat modern. (Sindhunata,
1983 : xiii). Teori Kritik Masyarakat pada hakekatnya
mau menjadi Aufklarung. Aufklarung berarti : mau
membuat cerah, mau mengungkap segala tabir yang
menutup tabir, yang menutup kenyataan yang tak
manusiawi terhadap kesadaran kita. Teori Kritik
Masyarakat mengungkapkan apa yang dirasakan
oleh kelas-kelas tertindas, sehingga kelas-kelas ini
menyadari ketertindasannya dan memberontak.
MARXISME
Marxisme dianggap sebagai dasar pemikiran dari
semua teori-teori yang ada dalam tradisi kritis.
Marx ingin membangun suatu filsafat praxis yang
benar-benar dapat menghasilkan kesadaran untuk
merubah realitas, pada saat Marx hidup, yakni
masyarakat kapitalis berkelas dan bercirikan
penghisapan. Teori Marx meletakkan filsafat dalam
konteks yang historis, sosiologis dan ekonomis. Teori
Marx bukan sekedar analisa terhadap masyarakat.
Teori Marx tidak bicara ekonomi semata tetapi
usahanya untuk membuka pembebasan manusia dari
penindasan kekuatan-kekutan ekonomis.
TEORI MARXIS (MARXISME) KARL MARX
Secara filosofis teori kritis diadaptasi dari pemikiran Karl Marx (Marxisme)

yang berhubungan dengan perasaan yang kuat mengenai struktur atau kelas

sosial dalam masyarakat

Bermula dari pemikiran marxis yang cenderung melihat masyarakat sebagai

dasar perjuangan antar kepentingan melalui dominasi sebuah ideologi

terhadap ideologi lainnya kemudian bermuara kepada hegemoni yang

merupakan sebuah proses dimana sekumpulan pemikiran merongrong atau

menekan kepentingan yang lain dan melihat masyarakat sebagai wilayah

pertarungan kepentingan kelas.

Bahwa proses hegemoni bisa terjadi dengan banyak cara dan banyak

kerangka. Pada dasarnya, hegemoni terjadi bila peristiwa-peristiwa atau teks

diinterprestasi dengan suatu cara yang menaikkan kepentingan suatu

kelompok di atas kepentingan kelompok lain. Teori Marxis tersebut melihat

proses konstruksi menuju dominasi ideologi dan terbentuknya perbedaan


JURGEN HABERMAS

Titik tolak pemikiran J. Habermas adalah pada faham


Horkheimer dan Adrono. Dalam pemikiran Habermas, Teori Kritis
dirumuskan sebagai sebuah filsafat empiris sejarah dengan
maksud praktis. Empiris dan ilmiah, tetapi tidak dikembalikan
kepada ilmu-ilmu empiris-analitis; filsafat di sini berarti refleksi
kritis bukan dalam arti menetapkan prinsip-prinsip dasar;
historis tanpa jatuh ke dalam historisistik; kemudian praktis,
dalam arti terarah pada tindakan politis emansipatoris.
Menurut Habermas setiap penelitian ilmiah diarahkan
oleh kapentingan-kepentingan vital umat manusia (baik
dalam ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial). Oleh karena
itu postulat tentang kebebasan nilai merupakan ilusi
tidak hanya bagi ilmu-ilmu sosial, melainkan juga bagi
ilmu-ilmu alam. Melepaskan nilai-nilai dari fakta-fakta
sama artinya dengan mempertentangan Sein (Ada) yang
murni dengan Sollen (seharusnya) yang abstrak.
Di dalam bagian akhir esainya tentang Dogmatism,

Reason and Decision, Habermas mengemukakan

bahwa, hanya rasio yang sepenuhnya sadar akan

kepentingan dalam kemajuan refleksi ke arah otonomi

dan tanggungjawab, yang tak henti-hentinya berpikir

dalam setiap diskusi rasional, akan mampu meraih

kekuatan transenden dari kesadaran akan keterlibatan-

keterlibatan matrialistisnya sendiri. Yang dimaksud di

sini adalah rasio yang melakukan refleksi-diri (kritis)

dengan didorong oleh kepentingan untuk

membebaskan diri dari kendala-kendala dari luar


Empat Taraf Rasionalisasi
1. Rasionalisasi membuka kemungkinan aplikasi metodologi ilmu-ilmu

empiris dalam tingkah laku rasional untuk mewujudkan sasaran-sasaran.

2. Rasionalisasi mencakup pilihan pilihan atas teknik-teknik untuk

penerapan. Pertimbangan-pertimbangan teknis diterjemahkan ke dalam

praksis, yaitu teknologi dan industri sistem sosial. Dalam kedua taraf ini,

nilai-nilai normatif disingkirkan sebagai irrasional, tetapi untuk

mengadakan pilihan teknik yang sesuai dengan rasionalitas teknologis,

duperlukan teori keputusan dan di sini ada nilai implisit, yaitu:

ekonomis dan efisiensi.

3. Rasionalisasi sebagai usaha-usaha untuk memenangkan kontrol atas

proses-proses tertentu dengan prediksi ilmiah. Pada taraf ketiga ini,

menurut Habermas, nilai-nilai bukannya disingkirkan, melainkan justru

ditetapkan.

4. Rasionalisasi mencakup penerjemahan pengambilan keputusan ke dalam


Masyarakat komunikatif bukanlah masyarakat yang melakukan kritik lewat

revolusi dengan kekerasan, akan tetapi dengan memberikan argumentasi.

Habermas lalu membedakan dua macam argumentasi:

1.Perbincangan atau diskursus (discourse) : Dilakukan perbincangan jika

mengandaikan kemungkinan untuk mencapai konsensus. Meskipun

dimaksudkan untuk konsensus, komunikasi juga bisa terganggu,

sehingga tak perlu mengandaikan konsesnsus.

2. Kritik:

Kritik estetis : Kritik estetis, kalau yang dipersoalkan adalah norma-

norma sosial yang dianggap objektif. Kalau diskursus praktis

mengandaikan objektivitas norma-norma, kritik dalam arti ini adalah

mempersoalkan kesesuaiannya dengan penghayatan dunia batiniah.

Kritik terapeutis : Kritik terapeutis adalah kalau itu dimaksudkan untuk

menyingkapkan penipuan-diri masing-masing pihak yang berkomunikasi.


FILSAFAT TEORI KRITIS
Dalam filsafat, Teori Kritis menyatakan
bahwaideologi adalah kendala utama untuk
pembebasan manusia.

Pengertian Teori Kritis :


Istilah teori kritis pertama kali ditemukan Max
Hokheimer pada tahun 30-an. Awalnya teori kritis
berarti pemaknaan kembali gagasan-gagasan ideal
modernitas berkaitan dengan nalar dan kebebasan.
Untuk memahami pendekatan teori kritis,
tidak bisa tidak, harus menempatkannya
dalam konteks Idealisme Jerman dan
kelanjutannya. Karl Marx dan generasinya
menganggap Hegel sebagai orang terakhir
dalam tradisi besar pemikiran filosofis
yang mampu mengamankan
pengetahuan tentang manusia dan
sejarah.
Teori kritis menolak skeptisisme dengan
tetap mengaitkan antara nalar dan
kehidupan sosial.
teori kritis menghubungkan ilmu-ilmu
sosial yang bersifat empiris dan
Tujuan dan Karakteristik Teori Kritis

TujuanTeori Kristisadalah menghilangkan berbagai


bentuk dominasi dan mendorong kebebasan,
keadilan dan persamaan. Teori ini menggunakan
metode reflektif dengan cara mengkritik secara
terus menerus terhadap tatanan atau institusi
sosial, politik atau ekonomi yang ada, yang
cenderung tidak kondusif bagi pencapaian
kebebasan, keadilan, dan persamaan.
KESIMPULAN
Teori kritis menolak skeptisisme dengan tetap mengaitkan
antara nalar dan kehidupan sosial. Dengan demikian, teori
kritis menghubungkan ilmu-ilmu sosial yang bersifat empiris
dan interpretatif dengan klaim-klaim normatif tentang
kebenaran, moralitas, dankeadilanyang secara tradisional
merupakan bahasan filsafat. Dengan tetap memertahankan
penekanan terhadap normativitas dalam tradisi filsafat, teori
kritis mendasarkan cara bacanya dalam konteks jenis
penelitian sosial empiris tertentu, yang digunakan untuk
memahami klaim normatif itu dalam konteks kekinian.
Dalam perkembangannya, terdapat banyak tokoh dengan
karakteristik pola teori kritis yang berbeda-beda, yang
masing-masing dipengaruhi oleh keadaan zamannya seperti
yang telah di jelaskan di atas.

Anda mungkin juga menyukai