Anda di halaman 1dari 122

BIOETIKA

Empat kaidah dasar moral


bioetika
Beneficence
Kewajiban berbuat baik terhadap manusia dan masyarakat
Nonmaleficence
Kewajiban tidak menimbulkan mudarat ( first do no harm)
Menghormati otonomi pasien
Otonomi : menghormati hak orang untuk mengambil keputusan dan
tentang dirinya sendiri
Berkata jujur(truth telling)
Menjaga kerahasiaan (konfidensialitas)
Menjaga kepercayaan, memenuhi kewajiban, menepati janji , dsb
Berlaku adil (justice)
Keadilan sosial : tdk membedakan latar belakang orang
Keadilan distributif : didistributifkan sumberdaya kesehatan secara adil
Berlaku fair
Beneficence
Kewajiban untuk melakukan yang
baik terhadap manusia. Asas ini
adalah substansi pertama dalam
Sumpah Hipokrates (460-377 SM).
Saya akan menerapkan aturan
tentang makanan untuk kebaikan
orang sakit menurut kemampuan
dan penilaian saya; saya akan
menjauhkan mereka dari cidera dan
ketidakadilan.
Beauchamp & Childress (filsuf-filsuf
kontemporer) menerjemahkan asas
beneficence ini utk pelayanan pasien
sebagai :
Kewajiban mencegah hal yang buruk
(evil) atau cidera (harm)
Kewajiban menghilangkan hal yang
buruk atau cidera
Kewajiban melakukan atau
meningkatkan yang baik pada pasien
Beneficence

Kriteria
1. Mengutamakan altruism (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk
kepentingan orang lain)
2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
3. Memandang pasien/keluarga sebagai sesuatu yang tak hanya menguntungkan
dokter
4. Mengusahakan agar kebaikan lebih banyak dibandingkan keburukannya
5. Paternalisme bertanggungjawab/berkasih sayang
6. Menjamin kehidupan baik minimal manusia
7. Pembatasan goal based (sesuai tujuan/kebutuhan pasien)
8. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien
9. Minimalisasi akibat buruk
10. Kewajiban menolong pasien gawat darurat
11. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan
12. Tidak menarik honorarium di luar kewajaran
13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan
14. Mengembangkan profesi secara terus menerus
15. Memberikan obat berkhasiat namun murah
Nonmaleficence
Kewajiban untuk tidak melakukan hal-hal yang
buruk atau merugikan terhadap manusia. Asas ini
juga sudah ada dalam Sumpah Hippokrates, Saya
akan menjaga mereka terhadap bahaya dan
ketidakadilan.
Asas ini adalah pelengkap asas pertama tadi
(beneficence).
Nonmaleficence adalah kewajiban untuk tidak
menimbulkan mudarat.
Asas ini diungkapkan juga dalam bahasa latin
sebagai primum non nocere (pertama-tama tidak
berbuat salah).
Beauchamp & Childress menerjemahkan asas nonmaleficence
ini untuk pelayanan pasien sebagai : kewajiban untuk tidak
menimbulkan cidera atau hal yang buruk pada pasien.
Jika diperhatikan, terjemahan Beauchamp & Childress di atas
tentang asas beneficence & nonmaleficence untuk pelayanan
pasien, sebenarnya 2 hal yang tidak dapat dipisahkan.
Keduanya bertujuan melakukan yang baik yang sekaligus
tentu berarti mencegah atau menghilangkan yang buruk dan
cidera pada pasien.
Seakan-akan 2 asas itu adalah 2 sisi dari mata uang yang
sama, yang tidak dapat dipisahkan 1 dari yang lain.
Dalam ajaran Islam, 2 asas itu selalu disebut dalam 1
kalimat : Amar maruf (beneficence) nahi mungkar
(nonmaleficence)
Non-maleficence
Kriteria
1. Menolong pasien emergensi :
Dengan gambaran sbb :
- pasien dalam keadaan sangat berbahaya (darurat) / berisiko
kehilangan sesuatu yang penting (gawat)
- dokter sanggup mencegah bahaya/kehilangan tersebut
- tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
- manfaat bagi pasien > kerugian
2. Mengobati pasien yang luka
3. Tidak membunuh pasien ( euthanasia )
4. Tidak menghina/mencaci maki/ memanfaatkan pasien
5. Tidak memandang pasien hanya sebagai objek
6. Mengobati secara proporsional
7. Mencegah pasien dari bahaya
8. Menghindari misrepresentasi dari pasien
9. Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
10. Memberikan semangat hidup
11. Melindungi pasien dari serangan
Menghormati Otonomi
Pasien
Otonomi = hak untuk memutuskan sendiri
dalam hal-hal yang menyangkut diri sendiri
Hak otonomi pasien adalah hak pasien untuk
mengambil keputusan dan menentukan
sendiri tentang kesehatan, kehidupan, dan
malahan secara ekstrim tentang kematiannya.
Ini berlawanan dengan budaya tradisional
Hippokrates, di mana umumnya dokterlah
yang menentukan apa yg dianggapnya paling
baik untuk pasien.
Autonomy
Kriteria
1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat
pasien
2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (kondisi elektif)
3. Berterus terang
4. Menghargai privasi
5. Menjaga rahasia pasien
6. Menghargai rasionalitas pasien
7. Melaksanakan informed consent
8. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan
sendiri
9. Tidak mengintervensi atau menghalangi otonomi pasien
10. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam mengambil
keputusan termasuk keluarga pasien sendiri
11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non
emergensi
12. Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan pasien
13. Menjaga hubungan (kontrak)
Keadilan (Justice)
Asas keadilan lahir dari hak asasi
manusia; setiap orang berhak untuk
mendapat pelayanan kesehatan yang adil,
karena kesehatan adalah hak yang sama
bagi setiap warga negara. Hak ini dijamin
dalam amandemen UUD 1945.
Keadilan dalam pelayanan kesehatan
berarti perlakuan yang sama pada kasus
yang sama, tanpa melihat latar belakang
seseorang.
Dalam Lafal Sumpah Dokter Indonesia, asas
keadilan terungkap sbb : Saya akan berikhtiar
dengan sungguh-sungguh supaya saya tidak
terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan,
kebangsaan, kesukuan, politik kepartaian, atau
kedudukan sosial dalam menunaikan kewajiban
terhadap penderita.
Keadilan dalam lafal sumpah di atas adalah
bersikap fair dalam hubungan dokter pasien.
Keadilan dapat juga berarti keadilan distributif,
yaitu keadilan dalam distribusi sumber daya
kesehatan antara 1 daerah dan daerah lain.
Justice
Kriteria
1. Memberlakukan sesuatu secara universal
2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama
4. Menghargai hak sehat pasien
5. Menghargai hak hukum pasien
6. Menghargai hak orang lain
7. Menjaga kelompok yang rentan
8. Tidak melakukan penyalahgunaan
9. Bijak dalam makro alokasi
10. Memberikan kontribusi yang relative sama dengan kebutuhan pasien
11. Meminta partisipasi pasien sesuai kemampuannya
12. Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian (biaya, beban,
sanksi) secara adil
13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan
kompeten
14. Tidak member beban berat secara tidak merata tanpa alas an tepat/sah
15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan
kesehatan
PRINSIP TERJADINYA
PRIMA FACIE
Prima Facie
Sebagai dokter kita mempunyai
kewajiban prima facie yang
terdiri atas empat kaidah dasar
moral
Dalam kondisi atau konteks
tertentu, seorang dokter harus
melakukan pemilihan 1 kaidah
dasar etik ter-absah sesuai
konteksnya berdasarkan data
atau situasi konkrit terabsah.
The Prima Facie
The four principles referred to here are non-hierarchical,
meaning no one principle routinely trumps another
Yet, when two or more principles apply, we may find that
they are in conflict
In other words, in the face of no other competing claims,
we have a duty to uphold each of these principles
(aprima facieduty).
However, in theactual situation, we must balance the
demands of these principles by determining which carries
more weight in the particular case
A moral person'sactual dutyis determined by weighing
and balancing all competingprima facieduties in any
particular case (Frankena, 1973)
KODEKI
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN
Pasal 14
Seorang dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan seluruh keilmuan
dan ketrampilannya untuk kepentingan pasien, yang ketika ia tidak mampu
melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, atas persetujuan pasien/
keluarganya, ia wajib merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian
untuk itu.
Pasal 15
Setiap dokter wajib memberikan kesempatan pasiennya agar senantiasa dapat
berinteraksi dengan keluarga dan penasihatnya, termasuk dalam beribadat dan
atau penyelesaian masalah pribadi lainnya.
Pasal 16
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang
seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.
Pasal 17
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu wujud tugas
perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu
memberikannya
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP
TEMAN SEJAWAT
Pasal 18
Setiap dokter memperlakukan teman
sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin
diperlakukan.
Pasal 19
Setiap dokter tidak boleh mengambil
alih pasien dari teman sejawat, kecuali
dengan persetujuan keduanya atau
berdasarkan prosedur yang etis.
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP
DIRI SENDIRI
Pasal 20
Setiap dokter wajib selalu memelihara
kesehatannya, supaya dapat bekerja
dengan baik.
Pasal 21
Setiap dokter wajib senantiasa
mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi kedokteran/
kesehatan.
SUMPAH DOKTER
Sumpah Dokter
Sumpah dokter pernyataan yang
diucapkan secara resmi oleh seorang
dokter baru dengan bersaksi kepada
Tuhan atau sesuatu yang dianggap
suci, bahwa ia bertekad teguh akan
menjalankan profesi dokter sebaik-
baiknya sesuai dengan hakikat,
martabat, dan tujuan luhur profesi itu

Sumpah dokter juga bisa diartikan


Pengambilan Sumpah
Dokter
Pengambilan sumpah dokter merupakan saat yang sangat
penting artinya bagi seorang dokter berikrar bahwa dalam
mengamalkan profesinya, ia akan selalu mendasarkannya
dengan kesanggupan yang telah diucapkannya sebagai sumpah.
Suasana hikmat dapat diwujudkan bila upacara pengambilan
sumpah dilaksanakan secara khusus, mendahului acara
pelantikan dokter.
Untuk yang beragama Islam, "Demi Allah saya bersumpah".
Untuk penganut agama lain mengucapkan lafal yang diharuskan
sesuai yang ditentukan oleh agama masing-masing. Sesudah itu
lafal sumpah di ucapkan secara bersama-sama oleh semua
peserta pengambilan sumpah.
Bagi mereka yang tidak mengucapkan sumpah, perkataan
sumpah di ganti dengan janji.
Yang wajib mengambil
sumpah
Semua dokter Indonesia lulusan
pendidikan dalam negeri maupun
luar negeri wajib mengambil sumpah
dokter.
Mahasiswa asing yang belajar di
Perguruan Tinggi Kedokteran
Indonesia juga diharuskan
mengambil sumpah dokter
Indonesia.
Dokter asing tidak harus diambil
Sumpah Dokter Indonesia
Lafal sumpah dokter Indonesia sesuai
dengan PP No. 26 tahun 1960
diperbaharui dengan SK Menkes RI
No. 434/Menkes/SK/X/1983
Sumpah dokter Indonesia
berdasarkan Sumpah Hippocrates
dan Deklarasi Jenewa dari WMA
1948
Sumpah Dokter Indonesia
DEMI ALLAH SAYA BERSUMPAH BAHWA:
1. Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan
perikemanusiaan.
2. Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang terhormat
dan bersusila, sesuai dengan martabat pekerjaan saya sebagai
dokter.
3. Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi
luhur profesi kedokteran.
4. Saya akan merahasiakan segala sessuatu yang saya ketahui
karena keprofesiaan saya.
5. Saya tidak akan mempergunakan pengetahuan dokter saya untuk
sesuatu yang bertentangan dengan perikemanusiaan, sekalipun
diancam.
6. Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat
pembuahan.

(Berdasarkan SK Menkes No. 434/SK/X/198


7. Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan pasien,
dengan memperhatikan kepentingan masyarakat.
8. Saya akan berikhtiar dengan sungguh sungguh supaya saya
tidak terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan,
kebangsaan, kesukuan, gender, politik, kedudukan sosial dan
jenis penyakit dalam menunaikan kewajiban terhadap pasien.
9. Saya akan memberi kepada guru guru saya penghormatan
dan pernyataan terima kasih yang selayaknya.
10.Saya akan perlakukan teman sejawat saya seperti saudara
sekandung.
11.Saya akan mentaati dan mengamalkan Kode Etik Kedokteran
Indonesia.
12.Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh sungguh dan
dengan mempertaruhkan kehormatan diri saya..

(Berdasarkan SK Menkes No. 434/SK/X/198


Sumpah Hippokrates
Dibagi menjadi 2 bagian
1. Bagian pertama sumpah demi dewa-dewa dan dewi
dewi dari mitologi yunani kuno tentang kewajiban
seorang (mantan) murid terhadap guru (yang dianggap
orang tua sendiri) dan keluarga gurunya. Serta kewajiban
seorang (mantan) murid tentang pengalihan ilmu
pengobatan tanpa bayaran atau janji apapun jika
mereka kehendaki kepada putera-putera gurunya dan
putera-puteranya sendiri, serta kepada murid-murid laki
laki yang sudah menandatangani perjanjian dan telah
mengucapkan sumpah, dan tidak kepada siapapun juga
diluar itu
2. Bagian kedua berisikan tentang etika medisnya sendiri
Sumpah Hippokrates
Sumpah Hippokrates
NASKAH SUMPAH HIPPOKRATES ASAS ETIKA MEDIS
Saya akan menetapkan peraturan diet untuk orang yang Asas berbuat baik
sakit sesuai dengan dan penilaian saya; saya akan (beneficence)
menjaga mereka terhadap cidera dan ketidakadilan - Asas tidak menimbulkan
mudharat (non
maleficence)
Saya tidak akan memberikan obat yang mematikan Asas menghormati hidup
kepada siapapun jika diminta, saya juga tidak akan manusia
mengajukan saran tentang itu.
Demikian juga sya tidak akan memberikan kepada
perempuan obat untuk terjadinya keguguran. Dalam
kemurnian dan kesucian saya akan menjaga hidup dan
seni saya
Saya tidak akan menggunakan pisau, juga tidak pada Asas menyadari
penderita batu, tapi saya menarik diri dan menyerahkan keterbatasan diri sendiri
pekerjaan kepada orang orang yang memang biasa
melakukannya
Dirumah manapun saya berkunjung, saya datang untuk Asas beneficence,
kebaikan yang sakit, menjauhkan diri dari semua berakhlak dan berbudi
ketidakadilan yang disengaja, dari semua perbuatan jahat luhur
dan khusus hubungan kelamin dengan perempuan
maupun laki laki, apakah mereka orang orang bebas atau
budak belian
Apapun yang saya lihat atau dengar selama menjalankan Asas menjaga
pengobatan malahan di itu berhubungan dengan hidup kerahasiaan pasien (asas
orang yang dengan alasan apapun tidak boleh konfidensialitas)
SURAT TANDA REGISTRASI
Surat Tanda Registrasi (STR)
Untuk memperoleh STR, dokter dan dokter gigi
wajib mengajukan permohonan kepada KKI dengan
melampirkan:
1. Fotokopi ijasah dokter, dokter spesialis, dokter
gigi atau dokter gigi spesialis.
2. Surat pernyataan telah mengucapkan
sumpah/janji dokter atau dokter gigi.
3. Surat keterangan sehat fisik dan mental dari
dokter yang telah memiliki SIP.
4. Fotokopi sertifikasi kompetensi.
5. Surat pernyataan akan mematuhi dan
melaksanakan ketentuan etika profesi
PRINSIP REGISTRASI
DOKTER/DOKTER GIGI (pasal 29)
Dr/drg yg praktik harus memiliki S.T.R.
S.T.R. Diterbitkan K.K.I
Syarat memperoleh S.T.R.:
Ijazah
Surat bukti sumpah/janji
Keterangan sehat fisik & mental
Sertifikat kompetensi
Pernyataan akan mematuhi etika profesi
Re-registrasi : 5 tahun,
Pertimbangan: div registrasi & div pembinaan
Surat Tanda Registrasi (STR)
STR ini akan berlaku selama 5 tahun dan
harus melakukan registrasi ulang 6 bulan
sebelum masa STR yang digunakan habis.
Sebelum STR diperpanjang, dokter harus
melakukan uji kompetensi untuk
mengetahui apakah mengalami penurunan
kompetensi atau tidak.
Jika ada dokter yang berpraktik tapi tidak
memiliki STR, maka akan dikenakan sanksi
5 tahun penjara
Form 1a dan 1b dan 1c dan Surat Ket Sehat (SKS)
SURAT IJIN PRAKTEK
Surat Izin Praktek (SIP)
Surat Izin Praktik selanjutnya disebut SIP adaiah bukti
tertulis yang diberikan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
kepada dokter dan dokter gigi yang telah memenuhi
persyaratan untuk menjalankan praktik kedokteran.

Syarat- syarat yang diminta:


1. SIP lama
2. STR yang dilegalisir
3. Fotocopy ijazah
4.REKOMENDASI IDI
5.Pas foto 4x6 = 4 lbr 2x3 = 1 lbr
6.Mengisi formulir permohonan.
7.Biaya administrasi.
Registrasi Baru Dokter dan Dokter
Gigi

Ket : 1a,b alur surat


masuk
2 alur surat keluar
Alur Permohonan
Pemohon mengajukan permohonan ke KKI melalui
FK/FKG/Kolegium/Langsung dengan melengkapi persyaratanyang
diperlukan;
FK/FKG/Kolegium mengirimkan berkas pemohon ke KKI dengan
melampirkan semua persyaratan
KKI meneliti seluruh berkas persyaratan dan apabila disetujui
diterbitkan STR selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah
permohonan diterima oleh KKI;
STR asli dan 3 (tiga) lembar fotokopi STR yang dilegalisir oleh KKI
dikirimkan ke pemohon, dengan tembusan ke Biro Kepegawaian
Depkes RI, Dinkes Propinsi dan PB IDI atau PB PDGI;
Permohonan STR yang tidak disetujui, akan dikembalikan kepada
pemohon selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sejak berkas
diterima KKI;
Persyaratan
Mengisi surat permohonan untuk memperoleh STR
sebagaimana terlampir pada formulir 1a;
Melampirkan persyaratan sebagai berikut :
Fotokopi Ijazah dokter/dokter gigi yang dilegalisir oleh
Dekan/Wadek I Institusi Pendidikan yang bersangkutan;
Fotokopi sertifikat kompetensi yang dilegalisir oleh Kolegium terkait;
Surat keterangan sehat fisik dan mental (asli) dari dokter yang
memiliki SIP (dengan mencantumkan nomor SIPnya);
Fotokopi bukti sumpah/janji dokter/dokter gigi;
Surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan
etika profesi (bermaterai), formulir 1b;
Pas foto terbaru berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 4 (empat)
lembar dan ukuran 2 x 3 cm sebanyak 2 (dua) lembar;
Bukti bayar registrasi dari Bank
ALUR
SERTIFIKASI
KOMPETENSI
(dikeluarkan o/
Kolegium setempat)

STR

REKOMENDASI IDI

SIP
SERTIFIKASI KOMPETENSI
SURAT IZIN PRAKTIK
Adalah bukti tertulis yang diberikan pemerintah
kepada dokter atau dokter gigi yang akan
menjalankan praktik kedokteran setelah
memenuhi persyaratan
Pasal 1 butir 7
Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan
praktik kedokteran di Indonesia wajib memiliki SIP
Pasal 36
SIP dikeluarkan oleh pejabat kesehatan yang
berwenang di Kabupaten/Kota tempat praktik
kedokteran atau kedokteran gigi dilaksanakan
Pasal 37 ayat 1
SURAT IZIN PRAKTIK
SIP dokter atau dokter gigi hanya
diberikan untuk paling banyak tiga tempat
Pasal 37 ayat 2
Satu SIP hanya berlaku untuk satu tempat
praktik
Pasal 37 ayat 3
Syarat mendapatkan SIP
STR dokter atau dokter gigi yang masih
berlaku
Mempunyai tempat praktik
Memiliki rekomendasi dari organisasi profesi
Pasal 38 ayat 1
SURAT IZIN PRAKTIK
SIP masih berlaku sepanjang
Surat tanda registrasi dokter atau dokter
gigi masih berlaku
Tempat prakti masih sesuai dengan
yang tercantum dalam SIP
Pasal 38 ayat 2
UU NO.29 TAHUN 2004
UU no 29 tahun 2004
Bab VI: Registrasi Dokter dan Dokter
Gigi
Pasal 29
(1) Setiap dokter dan dokter gigi
yang melakukan praktik kedokteran
di Indonesia wajib memiliki surat
tanda registrasi dokter dan surat
tanda registrasi dokter gigi
(2) Surat tanda registrasi dokter dan
surat tanda registrasi dokter gigi
sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diterbitkan oleh Konsil Kedokteran
Indonesia
(3) Untuk memperoleh surat tanda registrasi
dokter dan surat tanda registrasi dokter gigi
harus memenuhi persyaratan :
a. memiliki ijazah dokter, dokter spesialis, dokter
gigi, atau dokter gigi spesialis;
b. mempunyai surat pernyataan telah
mengucapkan sumpah/janji dokter atau dokter gigi;
c. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental;
d. memiliki sertifikat kompetensi; dan
e. membuat pernyataan akan mematuhi dan
melaksanakan ketentuan etika profesi
(4) Surat tanda registrasi dokter dan surat tanda
registrasi dokter gigi berlaku selama 5 (lima) tahun
dan diregistrasi ulang setiap 5 (lima) tahun sekali
dengan tetap memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf c dan huruf d
(5) Ketua konsil kedokteran dan ketua konsil
kedokteran gigi dalam melakukan registrasi ulang
harus mendengar pertimbangan ketua divisi
registrasi dan ketua divisi pembinaan
(6) Ketua konsil kedokteran dan ketua konsil
kedokteran gigi berkewajiban untuk memelihara
dan menjaga registrasi dokter dan dokter gigi
Pasal 30
(1) Dokter dan dokter gigi lulusan luar negeri yang akan
melaksanakan praktik kedokteran di Indonesia harus
dilakukan evaluasi
(2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. kesahan ijazah;
b. kemampuan untuk melakukan praktik kedokteran yang
dinyatakan dengan surat keterangan telah mengikuti program
adaptasi dan sertifikat kompetensi;
c. mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan
sumpah/janji dokter atau dokter gigi;
d. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental; dan
e. membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan
ketentuan etika profesi
(3) Dokter dan dokter gigi warga negara
asing selain memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) juga
harus melengkapi surat izin kerja sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan kemampuan berbahasa
Indonesia
(4) Dokter dan dokter gigi yang telah
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dan ayat (3) diberikan surat
tanda registrasi dokter atau surat tanda
registrasi dokter gigi oleh Konsil Kedokteran
Indonesia
Pasal 31
(1) Surat tanda registrasi sementara dapat diberikan
kepada dokter dan dokter gigi warga negara asing
yang melakukan kegiatan dalam rangka pendidikan,
pelatihan, penelitian, pelayanan kesehatan di
bidang kedokteran atau kedokteran gigi yang
bersifat sementara di Indonesia
(2) Surat tanda registrasi sementara berlaku selama
1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang untuk 1
(satu) tahun berikutnya
(3) Surat tanda registrasi sementara diberikan
apabila telah memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2)
Pasal 32
(1) Surat tanda registrasi bersyarat diberikan kepada peserta
program pendidikan dokter spesialis atau dokter gigi
spesialis warga negara asing yang mengikuti pendidikan dan
pelatihan di Indonesia
(2) Dokter atau dokter gigi warga negara asing yang akan
memberikan pendidikan dan pelatihan dalam rangka alih
ilmu pengetahuan dan teknologi untuk waktu tertentu, tidak
memerlukan surat tanda registrasi bersyarat
(3) Dokter atau dokter gigi warga negara asing sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) harus mendapat persetujuan dari
Konsil Kedokteran Indonesia
(4) Surat tanda registrasi dan persetujuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) diberikan melalui
penyelenggara pendidikan dan pelatihan
Pasal 33
Surat tanda registrasi tidak berlaku
karena
a. dicabut atas dasar ketentuan
peraturan perundang-undangan;
b. habis masa berlakunya dan yang
bersangkutan tidak mendaftar ulang;
c. atas permintaan yang bersangkutan;
d. yang bersangkutan meninggal dunia;
atau
e. dicabut Konsil Kedokteran Indonesia
Pasal 34
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata
cara registrasi, registrasi ulang,
registrasi sementara, dan registrasi
bersyarat diatur dengan Peraturan
Konsil Kedokteran Indonesia
Pasal 35
(1) Dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda
registrasi mempunyai wewenang melakukan praktik
kedokteran sesuai dengan pendidikan dan kompetensi yang
dimiliki, yang terdiri atas:
a. mewawancarai pasien;
b. memeriksa fisik dan mental pasien;
c. menentukan pemeriksaan penunjang;
d. menegakkan diagnosis;
e. menentukan penatalaksanaan dan pengobatan pasien;
f. melakukan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi;
g. menulis resep obat dan alat kesehatan;
h. menerbitkan surat keterangan dokter atau dokter gigi;
i. menyimpan obat dalam jumlah dan jenis yang diizinkan; dan
j. meracik dan menyerahkan obat kepada pasien, bagi yang praktik
di daerah terpencil yang tidak ada apotek
(2) Selain kewenangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) kewenangan
lainnya diatur dengan Peraturan
Konsil Kedokteran Indonesia
UU no 29 tahun 2004
Bab VII: Penyelenggaraan Praktik
Kedokteran

Bagian Kesatu: Surat Izin


Praktik
Pasal 36
Setiap dokter dan dokter gigi yang
melakukan praktik kedokteran di
Indonesia wajib memiliki surat izin
praktik
Pasal 37
(1) Surat izin praktik sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 36 dikeluarkan oleh pejabat
kesehatan yang berwenang di
kabupaten/kota tempat praktik kedokteran
atau kedokteran gigi dilaksanakan
(2) Surat izin praktik dokter atau dokter gigi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya
diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat
(3) Satu surat izin praktik hanya berlaku
untuk 1 (satu) tempat praktik
Pasal 38
(1) Untuk mendapatkan surat izin
praktik sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 36, dokter atau dokter
gigi harus :
a. memiliki surat tanda registrasi dokter
atau surat tanda registrasi dokter gigi
yang masih berlaku sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 29, Pasal 31, dan
Pasal 32;
b. mempunyai tempat praktik; dan
c. memiliki rekomendasi dari organisasi
(2) Surat izin praktik masih tetap
berlaku sepanjang :
a. surat tanda registrasi dokter atau
surat tanda registrasi dokter gigi masih
berlaku; dan
b. tempat praktik masih sesuai dengan
yang tercantum dalam surat izin praktik
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai
surat izin praktik diatur dengan
Peraturan Menteri
UU no 29 tahun 2004
Bab VII: Penyelenggaraan Praktik
Kedokteran

Bagian ketiga ,Paragraf 3:


Rekam Medis
Pasal 46
(1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam
menjalankan praktik kedokteran wajib
membuat rekam medis.
(2) Rekam medis sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus segera dilengkapi setelah
pasien selesai menerima pelayanan
kesehatan.
(3) Setiap catatan rekam medis harus dibubuhi
nama, waktu, dan tanda tangan petugas yang
memberikan pelayanan atau tindakan.
Pasal 47
(1) Dokumen rekam medis sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 46 merupakan milik dokter,
dokter gigi, atau sarana pelayanan kesehatan,
sedangkan isi rekam medis merupakan milik
pasien.
(2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus disimpan dan dijaga
kerahasiaannya oleh dokter atau dokter gigi dan
pimpinan sarana pelayanan kesehatan.
(3) Ketentuan mengenai rekam medis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) diatur dengan Peraturan Menteri.
REKAM MEDIS

PERMENKES NO.269
TAHUN 2008
Bab I: Ketentuan Umum
Bab II: Jenis dan isi rekam
medis
Pasal 2
(1) Rekam medis harus dibuat secara
tertulis, lengkap dan jelas atau secara
elektronik
(2) Penyelenggaraan rekam medis
dengan menggunakan teknologi
informatika diatur lebih lanjut dengan
peraturan tersendiri
Bab III: Tata Cara
penyelenggaraan
Bab IV: Penyimpanan, pemusnahan,
dan kerahasiaan
Bab V: Kepemilikan, pemanfaatan,
dan tanggung jawab
Bab VI: Pengorganisasian
Pasal 15
Pengelolaan rekam medis dilaksanakan
sesuai dengan organisasi & tata kerja
sarana pelayanan kesehatan
Bab VII: Pembinaan dan
pengawasan
Bab VIII: Ketentuan
Peralihan
Pasal 18
Dokter, dokter gigi, dan sarana
pelayanan kesehatan harus
menyesuaikan dengan ketentuan
sebagaimana diatur dalam Peraturan ini
paling lambat 1 (satu) tahun terhitung
sejak tanggal ditetapkan
Bab IX: Ketentuan Penutup
HAK DAN KEWAJIBAN
DOKTER PASIEN
UU no 29 tahun 2004
Bab VII: Penyelenggaraan Praktik
Kedokteran

Bagian Ketiga, Paragraf 6:


Hak dan Kewajiban Dokter
atau Dokter Gigi
Pasal 50
Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan
praktik kedokteran mempunyai hak :
a. memperoleh perlindungan hukum sepanjang
melaksanakan tugas sesuai dengan standar
profesi dan standar prosedur operasional
b. memberikan pelayanan medis menurut standar
profesi dan standar prosedur operasional
c. memperoleh informasi yang lengkap dan jujur
dari pasien atau keluarganya; dan
d. menerima imbalan jasa
Pasal 51
Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik
kedokteran mempunyai kewajiban :
a. memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi
dan standar prosedur operasional serta kebutuhan medis
pasien;
b. merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang
mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila
tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan;
c. merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang
pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia;
d. melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan,
kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu
melakukannya; dan
e. menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan
ilmu kedokteran atau kedokteran gigi
UU no 29 tahun 2004
Bab VII: Penyelenggaraan Praktik
Kedokteran

Bagian Ketiga, Paragraf 7:


Hak dan Kewajiban Pasien
Pasal 52
Pasien, dalam menerima pelayanan pada
praktik kedokteran, mempunyai hak:
a. mendapatkan penjelasan secara lengkap
tentang tindakan medis sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 45 ayat (3);
b. meminta pendapat dokter atau dokter gigi
lain;
c. mendapatkan pelayanan sesuai dengan
kebutuhan medis;
d. menolak tindakan medis; dan
e. mendapatkan isi rekam medis.
Pasal 53
Pasien, dalam menerima pelayanan pada
praktik kedokteran, mempunyai kewajiban
:
a. memberikan informasi yang lengkap dan jujur
tentang masalah kesehatannya;
b. mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau
dokter gigi;
c. mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana
pelayanan kesehatan; dan
d. memberikan imbalan jasa atas pelayanan
yang diterima.
SURAT KETERANGAN
DOKTER
Surat Keterangan Dokter
Dalam menjalankan tugas profesinya, seorang
dokter kadang kalanya harus menerbitkan
surat-surat keterangan dokter.
Pedomannya antara lain:
1. Bab I Pasal 7 KODEKI, Setiap dokter hanya
memberikan keterangan dan pendapat yang
telah diperiksa sendiri kebenarannya.
2. Bab II Pasal 12 KODEKI, Setiap dokter wajib
merahasiakan segala sesuatu yang
diketahuinya tentang seorang pasien bahkan
juga setelah pasien meninggal dunia.
3. Paragraph 4, pasal 48 UU No.29/2004
tentang praktik Kedokteran.
Jenis Surat Keterangan Dokter
1. Surat Keterangan lahir
2. Surat Keterangan Meninggal
3. Surat Keterangan Sehat
4. Surat Keterangan Sakit
5. Surat Keterangan Cacat
6. Surat Keterangan Pelayanan Medis untuk penggantian biaya
dari asuransi kesehatan
7. Surat Keterangan Cuti Hamil
8. Surat Keterangan Ibu hamil, bepergian dengann pesawat
udara
9. Visum et Repertum
10.Laporan Penyakit Menular
11.Kuitansi
Surat Keterangan Lahir
SK kelahiran berisikan tentang waktu (tanggal dan jam)
lahirnya bayi, kelamin, BB dan nama orang tua.
Diisi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya oleh karena
sering adanya permintaan khusus dari pasien.
Hal yang sering menjadi masalah:
1.Anak yang lahir dari inseminasi buatan dari semen donor
(Arteficial Insemination by Donor = AID)
2.Anak yang lahir hasil bayi tabung yang sel telur dan/atau
sel maninya berasal dari donor (In vitro Fertilization by Donor)
3.Anak yang lahir hasil konsepsi dari saudara kandung suami
Ketiga hal diatas bertentangan dengan hukum yang berlaku
di Indonesia.
Surat Keterangan Meninggal
Surat keterangan untuk keperluan penguburan,
perlu dicantumkan identitas jenazah, tempat, dan
waktu meninggalnya.
Surat Keterangan (Laporan) Kematian
Mengenai hal ini perlu diisi:
- Sebab kematian sesuai dengan pengetahuan
dokter.
- Lamanya menderita sakit hingga meninggal
dunia.
- Jika jenazah dibawa ke luar daerah atau luar
negeri maka adanya kematian karena penyakit
menular harus diperhatikan.
Surat Keterangan Sehat
A. Untuk Asuransi Jiwa
Dalam menulis laporan pengujian kesehatan untuk asuransi jiwa, perlu
diperhatikan agar:
Laporan dokter harus objektif.
Sebaliknya jangan menguji kesehatan seorang calon yang masih atau pernah
menjadi pasien sendiri untuk menghindari timbulnya kesukaran.
Jangan memberitahukan kesimpulan hasil pemeriksaan medik kepada pasien,
langsung kepada perusahaan asuransi itu sendiri.
Dokter selaku ahli, bukan orang kepercayaan perusahaan asuransi
kesehatan.
Pemeriksaan oleh dokter yang dipilih pasien pada dasarnya untuk
kepentingan pihak asuransi oleh karena sebagai dokter penguji
kesehatan tersebut, dokter wajib memberitahukan kepada perusahaan
tentang segala sesuatu yang ia ketahui dari orang yang kesehatannya
diuji. Dapat terjebak melanggar wajib simpan rahasia jabatan.
Seharusnya dokter keluarga menolak untuk menguji kesehatan
pasiennya
B. Untuk memperoleh Surat Izin Mengemudi (SIM)
Perlu diperhatikan oleh karena pengendara atau faktor
manusia merupakan faktor utama penyebab kecelakaan
lalu lintas.
C. Untuk Nikah
Selain pemeriksaan medis, dokter juga harus
memberikan edukasi reproduksi dan pendidikan seks
kepada pasangan calon suami-istri.
Yang sering menjadi dilema adalah apakah dokter harus
memberitahukan kepada salah satu calon suami-istri
tersebut apabila menemukan kelainan-kelainan atau
penyakit-penyakit yang diderita salah satu calon
pasangannya?
Surat Keterangan Sakit untuk
Istirahat
Seorang dokter harus waspada terhadap
kemungkinan simulasi atau agravasi pada waktu
memberikan keterangan mengenai cuti sakit
seorang karyawan. Ada kalanya cuti sakit
disalahgunakan untuk tujuan lain.
Surat keterangan cuti sakit palsu dapat
menyebabkan seorang dokter dituntut menurut
pasal 263 dan 267 KUHP.
SURAT KETERANGAN SURAT KETERANGAN
CACAT CUTI HAMIL
Sangat erat
Hak cuti hamil seorang ibu
hubungannya adalah 3 bulan, yaitu
dengan besarnya sekitar 1 bulan sebelum
tunjangan atau dan 2 bulan setelah
persalinan.
pensiun yang akan
Tujuan : agar si ibu cukup
diterima oleh istirahat dan
pekerja, yang mempersiapkan dirinya
tergantung kepada dalam menghadapi proses
keterangan dokter persalinan, dan mulai
kerja kembali setelah
tentang sifat masa nifas.
cacatnya.
Surat Keterangan Penggantian Biaya
dari Asuransi Kesehatan
Informasi Dasar: Identitas pasien dan
perwalian (bila diperlukan), hasil
rekam medik oleh dokter
Diisi dan digabungkan dengan
formulir claim asuransi
Surat Keterangan Ibu Hamil bepergian
dengan Pesawat Udara
Sesuai dengan ketentuan internasional
Aviation, Ibu hamil tidak dibenarkan
bepergian dengan pesawat udara, jika
mengalami :
1. hiperemesis atau emesis gravidarum
2. hamil dengan komplikasi ( perdarahan,
preeklamsi dsb )
3. hamil >36 minggu
4. hamil dengan penyakit-penyakit lain yang
beresiko.
VISUM et REPERTUM
Visum et repertum (VeR) adalah
surat keterangan yang dikeluarkan
oleh dokter untuk penyidik dan
pengadilan.
VeR mempunyai daya bukti dan alat
bukti yang sah dalam perkara
pidana.
Kasus Pemerkosaan
Kesulitan jika korban dikirim terlambat karena hasil
pemeriksaan tidak menunjukkan keadaan
sebenarnya
Bedah mayat kedokteran kehakiman
Harus objektif tanpa pengaruh dari mereka yang
berkepentingan dalam perkara. Keterangan dibuat
dengan istilah yang mudah dipahami, berdasarkan
apa yang dilihat dan ditemukan, sehingga tidak
berulang kali dipanggil ke pengadilan untuk
dimintakan keterangan tambahan.
Laporan penyakit menular
Diatur dalam UU No. 6 tahun 1962
tentang wabah.
Kepentingan umum yang
diutamakan.
Pasal 50 KUHP : Tiada boleh
dihukum barang siapa melakukan
perbuatan untuk menjalankan aturan
undang-undang.
Kuitansi
Sering diminta sebagai bukti pembayaran, tidak menimbulkan
masalah apabila sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Berhubungan dengan penggantian biaya berobat dari
perusahaan tepat pasien atau pasangannya bekerja.
Contoh :
perusahaan hanya mengganti 50% biaya pengobatan, pasien minta
dibuatkan kuitansi sebesar 2 kali imbalan jasa yang diterima dokter,
pasien meminta agar imbalan jasa dokter dinaikkan dengan sisa
imbalan dibagi 50-50% antara dokter dan pasien,
Pasien meminta agar biaya pengangkutan pulang pergi dari luar kota
ke tempat berobat dimasukkan dalam kuitansi berobat (built in),
sedangkan dokter tidak menerima bagian dari biaya pengangkutan
tersebut.
Ketiga contoh di atas jelas malpraktik etik dan malpraktik
kriminil.
Sanksi Hukum
Penyimpangan Pembuatan Surat
Keterangan
Pasal 267 KUHP: Pasal 179 KUHAP:
1.Seorang dokter yang dengan sengaja 1.Setiap orang yang diminta
memberikan surat keterangan palsu pendapatnya sebagai ahli
tentang ada atau tidaknya penyakit,
kedokteran kehakiman atau dokter
kelemahan, atau cacat diancam dengan
hukuman penjara paling lama empat
atau ahli alinnya wajib memberikan
tahun. keterangan ahli demi keadilan.
2.Jika keterangan diberikan dengan 2.Semua ketentuan tersebut di atas
maksud untuk memasukkan seseorang untuk saksi berlaku juga bagi
dalam rumah sakit gila atau untuk mereka yang memberikan
menahannya disitu, dijatuhkan hukuman keterangan ahli, dengan ketentuan
penjara paling lama delapan tahun bahwa mereka mengucapkan
enam bulan.
sumpah atau janji akan
3.Diancam dengan pidana yang sama,
memberikan keterangan yang
barang siapa dengann sengaja
memberikan surat keterangan palsu itu sebaik-baiknya dan sebenar-
seolah-olah isinya sesuai dengan benarnya menurut pengetahuan
kebenaran. dalam bidang keahliannya.

Anda mungkin juga menyukai