Anda di halaman 1dari 29

Asma bronkiale

elemennya. Inflamasi kronik


menyebabkan peningkatan
hiperesponsif jalan napas yang
menimbulkan gejala episodik
berulang berupa mengi, sesak
napas, dada terasa berat dan batuk-
batuk terutama malam dan atau dini
hari. Episodik tersebut berhubungan
dengan obstruksi jalan napas yang
luas, bervariasi dan seringkali
bersifat reversibel dengan atau
tanpa pengobatan. (Perhimpunan
Definisi
Dokter Paruasma
Indonesia)
hiperresponsiveness yang menyebabkan
episode wheezing berulang, sesak napas,
rasa dada tertekan, batuk terutama
malam hari & dini hari (global initiative
for asthma)
Wheezing dan atau batuk dengan
karakteristik sebagai berikut : timbul
secara episodik dan atau kronik,
cenderung pada malam / dini hari
(nokturnal), musiman, adanya faktor
pencetus diantaranya aktifitas fisis, dan
bersifat reversibel baik secara spontan
maupun dengan pengobatan, serta
adanya riwayat asma atau atopi lain pada
Definisi asma
pasien/ keluarganya, sedangkan sebab
lain sudah disingkirkan (pedoman
Alarm Simptomps
Batuk
Klasifikasi Asma
Parameter Klinis Asma episodik Asma
Menurut PNAA
Asma persisten
Kebutuhan obat jarang episodik
Dan faal paru sering
Frekuensi <1x/bl >1x/bl sering
serangan
Lama serangan < 1 mgg > 1 mgg Hampir sepanjang
thn tdk ada remisi
Intensitas Biasanya Biasanya Biasanya berat
serangan ringan tanpa sedang ada gejala siang &
gejala gejala malam
Tidur & aktivitas Tidak Sering Sangat terganggu
terganggu terganggu
Pemeriksaan fisis normal Mungkin Tidak pernah
diluar serangan terganggu normal
Obat pengendali Tidak perlu Perlu Perlu
Uji faal paru >80% 60-80% <60%
Variabilitas 15% >30% >50%
Sumber : GINA 2002
Klasifikasi asma menurut GINA
Parameter intermittent Mild Moderate Severe
klinis gejala persistent persistent persistend
nokturnal
faal paru

Gejala klinis <1x/mgg <1x/mgg Setiap hari


Setiap hari 1x/hr
serangan singkat Mengganggu Mengganggu sering
tidur/ tidur/
aktifitas aktifitas
Gejala asma < 2x/bl >2x/bl > 1x/mgg Sering
malam hari
Uji faal paru > 80% > 80% 60-80% < 60%
(FEV1/PEVR) < 20% 20-30% >30% > 30%
variabilitas
Sumber : GINA 2002
Klasifikasi derajat serangan Asma
Parameter Ringan Sedang Berat Ancaman
klinis faal henti
paru nafas
laboratorium
sesak Berjalan, bisa Berbicara, enak Istirahat
tidur enak duduk membungkuk
kedepan
posisi Bisa Lebih suka Duduk
berbaring duduk bertopang
lengan
bicara kalimat Penggal kalimat Kata kata

kesadaran Mungkin Biasanya Biasanya


irritable irritable irritable
sianosis Tidak ada Tidak ada ada Nyata
wheezing Sedang, akhir Nyaring Sangat nyaring Tidak
ekspirasi sepanjang tanpa terdengar
ekspirasi & stetoskop
inspirasi
Penggunaan Biasanya Biasanya ya ya Paradoks
otot bantu tidak torakoabd
respiratorik ominal
PEVR/FEV1 Ringan Sedang Berat Ancaman
henti
nafas
Pre >60% 40-60% <40%
bronkodilator
Post >80% 60-80% <60%
bronkodilator
Sat O2 >95% 91-95% <90%

Pa O2 normal >60 mmHg <60 mmHg

Pa CO2 <45 mmHg <45 mmHg >45 mmHg


Sumber : GINA 2002
Etiologi Konsensus Perhimpunan Dokter Indonesia

Faktor
Sebelum tahun 80an,
Patofisiologi
Terjadi
Dapat timbul
Akibat bronkospasme,
hipoksia/
hipoksemia/hipoksia
sesak
hiperkarbia
ringan, hiperreaktivitas
timbunan
berat
jaringan
serangan
sekret
atau
dengan
akut
hanya
kental
asma
atau bronkial
batuk
dalam
berat
tanpa
dianggap sebagai kelainan
saja
lumen,
hiperkarbia
edema, infilt

primer, namun sekarang


diketahui terjadinya sekunder
akibat inflamasi
Kriteria Diagnosis
Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang

riwayat sesak napas yg episodik sesak respon thd bronkodilator


wheezing wheezing uji provokasi bronkus
rasa dada tertekan hiperinflasi uji faal paru
adanya variabilitas musim Umumnya ditemukan pada Reversibiltas pada PEFR atau
riwayat asma / atopi pd periode serangan akut FEV1 > 15%
keluarga pemeriksaan status alergi
batuk malam hari foto toraks
batuk / wheezing pasca aktivitas kadar IgE serum
batuk / wheezing / dada
tertekan setelah terpapan alergen
udara
menderita common cold sampai
dada tertekan atau perlu wakti >
10 hr untuk sembuh
gejala membaik setelah diberi
obat anti asma
Alur Diagnosis Berikan obat anti asma. Bila
Patut diduga asma: tdk berhasil, nilai ulang
episodik dan / kronik Periksa peak diagnosis dan ketaatan obat
Nokturnal / morning flow meter/
dip spirometer
musiman utk nilai : Berikan Diagnosis
reversiibilitas bronkodilator kerja asma
riw. pajanan thd
(=15%),
pencetus
Batuk & Penyakit, riw atopi pasien variabilitas
wheezing pemfis, uji (=15%)
tuberkulin Tdk berhasil
Pertimbangkan : foto Tdk mendukung
toraks, uji faal paru, diagnosis lain
Tidak jelas asma:
uji respon
timbul masa
bronkodilator mendukung
neonatus
&steroid selama 5 diagnosis lain
gagal tumbuh
hari, uji provokasi
infeksi kronik
bronkus, uji keringat, Diagnosis &
muntah/tersedak
uji imunologis, pengobatan peny lain
kelainan fokal paru
pemeriksaan
kelainan sist KDV
motilitas silia,
pemeriksaan refluks Bukan
GE asma
Pertimbangkan
asma disertai
peny lain
Diagnosis Banding
Diagnosis Banding
hapan tatalaksana Asma di UG
Serangan asma Serangan asma Serangan asma
ringan - sedang berat dengan ancaman
henti napas
Nebulasi B agonis Nebulasi awal Harus langsung
dilakukan 2x langsung dgn dirawat di ruang
berturut turut. Jarak kombinasi B agonis intensif anak
nebu 1 dan 2 adalah & antikolinergik (pediatric intensive
20 menit lalu nilai disertai O2 2-4 care unit)
selama 20 menit. L/mnt diberikan
Tindakan sejak awal masuk.
berikutnya : Pasang jalur
jika dgn nebu 1 dan parenteral & lakukan
atau 2 serangan foto toraks.
mereda, penderita Penderita langsung
diobservasi selama 1 dialih ke ruang rawat
jam di UGD. Jika inap
selama observasi
pasien membaik
boleh pulang
alaksana di Ruang Rawat Sehari
indakan nya sbb :
nebulasi
alaksana di Ruang Rawat Inap
Oksigen teruskan Aminofilin dosis inisial
Rehidrasi & koreksi 6-8 mg/kgbb
asidosis. Jika terdapat dilarutkan dalam
dehidrasi rehidrasi; dextrosa atau NaCl
asidosis koreksi sebanyak 20 ml
asidosis diberikan 20-30 menit.
Steroid diberikan iv Dosis rumatan 0,5-1
bolus tiap 6-8 jam mg/kgbb/jam
dosis 0,5-1 Bila terjadi perbaikan
klinis :
mg/kgbb/hr Nebulasi diteruskan tiap
Nebulisasi kombinasi 6 jam hingga 24 jam
B agonis & Steroid, amphofilin iv
antikolinergik. Jarak diganti oral
nebu tiap 1-2 jam, jika Dalam 24 jam stabil
dalam 4-6 kali dipulangkan
Tidak membaik : PICU
atalaksana di PICU
Kriteria pasien yg memerlukan PICU

Tidak ada respon Ancaman henti


sama sekali nafas: hipoksemia
terhadap tetap terjadi
tatalaksana awal walaupun sudah
UGD dan / diberi oksigen
perburukan asma (kadar PaO2 <60
yg cepat mmHg dan/ PaO2
Adanya >45 mmHg
kebingungan, walaupun tentu
disorientasi & saja gagal napas
tanda lain ancaman dapat terjadi dalam
henti napas atau kadar PaO2 yg
mberian Obat saat dipulangkan
Penderita dpt dipulangkan dgn kriteria :

untuk serangan ringan/ sedang yg dgn satu atau


Obat tersebut adalah :
dua nebulisasi terjadi respons baik/ perbaikan yg
Obat B Agonis (hirupan /
sempurna (complete respons) dan setelah obs 1 jam
oral) diberikan tiap 4-6 jam
di UGD tidak timbul serangan ulang
Steroid oral diberikan jika
penderita yg dirawat di RRS krn tdk mengalami
respons dgn dua kali nebulisasi di UGD, tetapi
pencetus serangan adalah
mengalami perbaikan sempurna setelah perawatan
infeksi virus, namun hanya
selama 12 jam di RRS
diberikan utk jangka waktu
penderita dgn derajat serangan berat, yg
pendek
mengalami perbaikan yg sempurna setelah di obs
pengobatan selama 24 jam di RRI
Pasien dianjurkan utk
obat yg digunakan pada waktu dipulangkan sama
kontrol ke klinik rawat jalan
utk semua penderita baik yg tdk mengalami dalam waktu 24-48 jam utk
perawatan maupun yg sempat di RRS atau di RRI evaluasi tatalaksananya
alaksana Asma jangka panjang
Asma episodik Asma episodik Asma persisten
jarang sering
pemberian Disamping Terdapat 2 alternatif :
obat hanya menggunakan B steroid hirupan tetap dlm
jika ada Agonis atau dosis rendah & dikombinasi
gejala/seranga teofilin, perlu dgn salah satu obat : LABA
n ditambahkan anti (long acting B2 Agonist) atau
Obat yg inflamasi berupa teofilin lepas lambat atau anti
diberikan obat steroid hirupan leucotriene receptor (ALTR).
pereda berupa dosis rendah. Gol LABA : prokaterol,
bronkodilator B Obat steroid bambuterol, salmeterol,
Agonis hirupan hirupan yg sudah klenbuterol. Gol ALTR :
kerja pendek sering digunakan zafirlukas, muntelukas.
dapat juga pd anak adalah Meningkatkan dosis steroid
digunakan budesonid, shg hirupan menjadi dosis medium
teofilin digunakan sbg yaitu
selama standar Usia <12 th >400 mcg/hr
pemakaian Usia <12 th : 100- budesonid (>200 mcg/hr
obat dipantau 200 mcg/hr flutikason)
munculnya budesonide (50- Usia >12 th >600 mcg/hr
Tatalaksana Asma anak jangka pan
Obat pereda B3-4mgg, obat dosis/mgg Tambahkan obat
Agonis / teofilin >3x pengendali :
(hirupan oral) bila <3x kortikosteroid hirupan
perlu dosis rendahPertimbangkan
*
asma episodik jarang
Kortikosteroid dosis (-) (+) alternatif
6-8mgg respons
medium penambahan salah
ditambahkan salah satu obat : B Agonis
satu obat : B Agonis (-) kerja panjang
kerja panjang, (+) (LABA), teofilin lepas
teofilin lepas lambat, lambat,
antileukotrien, dosis antileukotrien, dosis
kortikosteroid 6-8mgg respons kortikosteroid
tingkatkan
6-8mgg respons (-) (+) (tinggi) ditingkatkan
(medium)
* ketofein dpt digunakan pd pasien balita dan atau
asma tipe rinitis
Obat diganti oral
steroid
Terapi Selama Kehamilan
B agonis (subkutan, peroral, inhalasi)
loading dose 4 6 mg/BB dilanjutkan
dengan dosis 0,8 1 mg/BB/jam
sampai kadar terapeutik dalam
plasma 10 20 g/ml
Metilprednisolon 40 60 mg iv tiap 6
jam
Penangan asma pada
kehamilan
Sebelum Konseling mengenai pengaruh kehamilan dengan asma, serta
pengobatan.
kehamilan
Penyesuaian terapi untuk mengoptimalkan fungsi respirasi.
Hindari faktor pencetus, alergen. Rujuk dini pada pemeriksaan antenatal.

Selama Penyesuaian terapi untuk mengatasi gejala.


Pemantauan kadar teofilin daklam darah, karena selama hamil terjadi
kehamilan
hemodilusi sehingga memerlukan dosis yang lebih tinggi.
Pengobatan untuk mencegah serangan dan penanganan dini bila terjadi
serangan.
Pemberian obat sebaiknya inhalasi, untuk menghindari efek sistemik
pada janin.
Pemeriksaan fungsi paru ibu. Pada pasien yang stabil, NST dilakukan
pada akhir trimester II atau awal trimester III.
Konsultasi anastesi untuk persiapan persalinan.
Penangan asma pada
kehamilan
Saat Pemeriksaan FEV1, PEFR saat masuk rumah sakit dan

persalinan diulang bila timbul gejala. Pemberian oksigen adekuat.


Kortikosteroid sistemik (hidrokortison 100 mg iv tiap 8
jam ) diberikan 4 minggu sebelum persalinan dan terapi
maintenance diberikan selama persalinan.

Pasca Fisioterapi untuk membantu pengeluaran mukus paru,


latihan pernapasan untuk mencegah atau
persalinan
meminimalisasi atelektasis, mulai pemberian terapi
maintenance.
Pemberian ASI tidak merupakan kontraindikasi
meskipun ibu mendapatkan obat antiasma termasuk
prednison.
Penatalaksanaan Persalinan
Persalinan pervaginam adalah yang
terbaik untuk pasien asma kecuali ada
indikasi obstetrik yang memerlukan
tindakan sectio cesaria. Selama persalinan
normal, ventilasi permenit dapat melebihi
20L/menit, tujuan utama persalinan pada
pasien asma adalah funngsi paru yang
normal tanpa bronkospasme selama
persalinan.
Pencegahan
Menjauhi alergen, bila perlu
desensitisasi
Menghindari kelelahan
Menghindari stress psikis
Mencegah/mengobati ISPA sedini
mungkin
Olahraga
Komplikasi
Pneumotoraks
Pneumodiastinum dan
emfisema subcutis
Atelektasis
Gagal nafas
Referensi
Konsensus Perhimpunan Dokter Spesialis Paru
Indonesia tahun 2003
Behrman Kliegman, Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan
Anak Nelson volume 2. Jakarta. EGC
Ikatan Dokter Anak Indonesia.2004. Standar
Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Jakarta:Badan
Penerbit IDAI
Ikatan Dokter Anak Indonesia.2008. Penyakit
Respirasi pada Anak. Jakarta:Badan Penerbit IDAI
Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2, th 1991. FKUI
Asma Bronkhial.2009. di unduh dari
www.doctorology_net.htm
Referensi
Penatalaksanaan Asma pada Anak.
diunduh dari www.pediatrik.com
Tatalaksana Asma. diunduh dari
www.cpddokter.com
Ama Bronkhial. diunduh dari
www.depkes.co.id
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai