PNEUMONIA
Oleh:
Nama : Mitha
Rinjani Putri
NIM
:201610401011012
Pembimbing:
Kelompok : F-26
dr. Lily Diah Farida Sp.A
dr. Dahsyat Wasis Setiadi Sp.A
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
SMF ILMU KESEHATAN ANAK
RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI
2017
Pneumonia merupakan penyebab utama kematian
balita di dunia20% dari akibatkan oleh pneumonia
melebihi kematian akibat AIDS, malaria dan
tuberkulosis
Sedangkan prevalensi
pada anak balita (1-4
tahun) adalah 1,00%.
prevalensi tertinggi adalah
provinsi Gorontalo (19,9%)
dan Bali (13,2%)
Setiap tahun di dunia diperkirakan lebih dari 2 juta
balita meninggal karena pneumonia (1 balita/20 detik)
dari 9 juta total kematian balita.
Diantara lima kematian balita, satu disebabkan oleh
pneumonia
Umur
Anak berumur 0-24 bulan lebih rentan
dibandingkan anak-anak yang berumur diatas
2 tahun imunitas yang belum sempurna dan
lubang pernapasan yang masih relatif sempit
Jenis Kelamin
Berdasarkan Pedoman rencana Kerja Jangka
Menengah Nasional Penanggulangan
Pneumonia Balita tahun 2005-2009 Laki laki
>> perempuan
Status gizi
Pada Balita dengan status gizi buruk
kekebalan tubuh yang rendah rentan
terhadap infeksi
Pemberian ASI
ASI mampu:
perlindungan terhadap infeksi merangsang
perkembangan sistem kekebalan bayi
imunisasi pasif melalui penyampaian
antibodi dan sel-sel imunokompeten ke
permukaan saluran pernafasan atas.
Status Imunisasi
balita yang status imunisasinya tidak lengkap
4,28 kali beresiko untuk terkena pnemonia.
WHO telah merekomendasikan penggunaan
vaksin pnemokokus konjugasi (PCV-7) disetiap
negara dalam program imunisasi nasional
khususnya pada negara dengan mortalitas anak
<5tahun mencapai 50 kematian per 1000
kelahiran.
Faktor Lingkungan
Kepadatan rumah
rumah padat dapat memberikan risiko
terjadinya penumonia sebesar 9 kali
dibandingkan dengan rumah tidak padat.
Ventilasi udara didalam rumah
balita yang tinggal pada rumah dengan
ventilasi yang tidak sehat akan memiliki
resiko 4,2 kali lebih besar untuk terkena
pnemonia
Suhu Ruangan
Suhu 18C-30C adalah suhu ideal yang
dimiliki oleh rumah sehat.
Balita yang tinggal dirumah dengan suhu
yang tidak ideal mamili resiko sebesar 4
kali lebih tinggi terkena ganguang
pernapasan
Patogenesis
Mekanisme pertahanan diri saluran pernapasan:
filtrasi partikel di hidung
pencegahan aspirasi dengan refleks epiglotis
ekspulsi benda asing melalui refleks batuk
pembersihan ke arah kranial oleh selimut mukosilier
fagositosis kuman oleh makrofag alveolar
netralisasi kuman oleh substansi imun lokal
drainase melalui sistem limfatik
Terjadinya Pnemonia
Stadium I
Hiperemi (4-12 pelepasan mediator-mediator
jam pertama) peradangan dari sel-sel mast setelah
pengaktifan sel imun dan cedera
jaringan
peningkatan permeabilitas
kapiler
Pada stadium
IV/resolusi
Kepala/Leher
Bentuk dan ukuran : Normocephali, UUB sudah
menutup, hematoma (-)
Mata : Anemis -/-, ikterus -/-, edema
palpebral (-) Cekung -/-, konjungtiva hiperemi (-/-)
Telinga : otorea
Hidung : rhinorea
Mulut : Pucat (-), sianosis (-), mukosa bibir basah,
faring
hiperemis (-), lidah kotor (-), tonsil dbn.
Leher : Kaku Kuduk (-), Pembesaran KGB (-)
Pemeriksaan Fisik
Thoraks
Inspeksi : Bentuk dada normal simetris, Gerak
nafas simetris, retraksi otot pernapasan (+)
Retraksi Subcostae +/+ Retraksi substernal +
Palpasi : Fremitus raba simetris (waktu menangis)
Perkusi : Sonor
Auskultasi : suara napas
Abdomen
Inspeksi: sedikit cembung, benjolan masa (-)
Auskultasi: Bising usus (+) normal
Palpasi: soefl, hepar dan lien tidak teraba,
turgor kulit cepat kembali, NT(-)
Perkusi: timpani seluruh lapangan abdomen
Genitalia
Tidak ada kelainan
Ekstremitas
Akral hangat, kering, merah, CRT < 2 detik,
edema -/-
Tulang Belakang
Tidak ada kelainan
Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah lengkap
DL (sudah dilakukan)
Foto thoraks (sudah
dilakukan)
Planning Terapi
MRS
Infus D5 1/4 NS 900 ml/24 jam 12 tpm
Inj. Amoxicilin 2 x 400 mg IV
Neb. Pulmicort 2 x amp inhalasi
Puyer Batuk (ambroxol 1/3, Tremenza 1/4) 3 x 1 pulv PO
Sannmol syrup 3 x 1 cth (bila panas)
Planing Monitoring
1. Monitoring keluhan (batuk, sesak, demam, nausea, vomitting,
kesadaran, makan-minum, pilek, suara parau, mencret)
2. Vital Sign (N, RR, S)
3. Pemeriksaan Fisik (Vesikuler, ronchi, wheezing, retraksi
subcostae, fisik abdomen, akral)
Planing Monitoring
1. Menjelaskan kepada keluarga tentang penyakit pasien, bahaya penyakit, pemeriksaan
penunjang yang akan dilakukan, terapi yang akan diberikan dan pencegahan penyakit.
2. Setelah KRS orang tua diminta kontrol, untuk mengetahui perkembangan kesembuhan
3. Langkah promotif/preventif: asupan nutrisi tetap diberikan sama seperti keadaan anak
polusi udara disekitar tempat tinggal. Mengajak anak untuk aktif berolahraga seperti
diagak berjalan saat pagi hari, untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak.
An. E berusia 19 bulan 13 BB: 10 kg datang dengan keluhan:
Panas badan dan gemetar seperti kejang.
Diagnosis Utama: Bronkopnemonia berat.
Anamnesis : Panas badan sejak 2 hari yang lalu, terus
menerus, berkurang sedikit ketika diberikan penurun panas.
badan pasien sempat bergetar seperti kejang dan posisi
mata tidak terfiksasi pada satu arah saja serta menangis
kencang. Batuk sejak 3 hari yang lalu dahak tidak bisa
dikelurkan. Pasien seperti kesulotan bernapas dan berbunyi
ngkrok-ngkrok. Mual muntah (+). Napsu makan minum
berkurang.
Tidak mempunyai riwayat batuk lama, tidak ada riwayat
aspirasi sebelumnya.
Di lingkungan rumah pasien, tidak ada keluarga atau
tetangga yang memiliki riwayat pengobtaan TB aktif atau
batuk lama. Bapak dari pasien tidak merokok, lingkungan
rumah baik.
Pemeriksaan Fisik
Genetalia
Tak tampak kelainan
Ekstremitas
Hangat Kering Merah CRT <2 detik
Pemeriksaan
Penunjang
b. Foto thoraks AP (21/02/2017)
Darah Lengkap
oLeukosit : 22.38 Cor: Tidak membesar
oHb : 13,09 Pulmo: tampak patchyinfiltrat di
oHct : 38,5 supra-parahiler dan paracardial kanan
oTrombosit : 456.000 kiri.
Sinus phrenicocostalis kanan kiri
tajam
Kesan:
Bronchopneumonia
Pemeriksaan Fisik
Bronkitis
Tata laksana
LAMPIRAN