Anda di halaman 1dari 16

Insomnia

Adrian Jonathan
10-2015-225
Insomnia
Definisi:
gejala kelainan dalam tidur berupa kesulitan
berulang untuk tidur atau mempertahankan tidur
walaupun ada kesempatan untuk itu

Insomnia jangka pendek berlangsung selama 1-6


bulan.
berhubungan dengan faktor-faktor stres yang
persisten, dapat situasional (seperti kematian atau
penyakit) atau lingkungan (seperti kebisingan)

Insomnia kronis adalah setiap insomnia yang


berlangsung lebih dari 6 bulan
Fisiologi Tidur
Bagian susunan saraf pusat yang mengadakan
kegiatan sinkronisasi terletak pada substansia
ventrikulo retikularis batang otak yang disebut
sebagai pusat tidur (sleep center)

Tidur dibagi menjadi 2 tipe yaitu:


1. Tipe Rapid Eye Movement (REM)
2. Tipe Non Rapid Eye Movement (NREM)

Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri


dari 4 stadium, lalu diikuti oleh fase REM. Keadaan
tidur normal antara fase NREM dan REM terjadi
secara bergantian antara 4-6 kali siklus semalam
Fisiologi Tidur
Stadium 1, berlangsung selama 5% dari keseluruhan waktu tidur.
Stadium ini dianggap stadium tidur paling ringan. EEG menggambarkan
gambaran kumparan tidur yang khas, bervoltase rendah, dengan frekuensi 3
sampai 7 siklus perdetik, yang disebut gelombang teta.

Stadium 2, berlangsung paling lama, yaitu 45% dari keseluruhan waktu tidur.
EEG menggambarkan gelombang yang berbentuk pilin (spindle shaped) yang
sering dengan frekuensi 12 sampai 14 siklus perdetik, lambat, dan trifasik yang
dikenal sebagai kompleks K. Pada stadium ini, orang dapat dibangunkan dengan
mudah.

Stadium 3, berlangsung 12% dari keseluruhan waktu tidur.


EEG menggambarkan gelombang bervoltase tinggi dengan frekuensi 0,5 hingga
2,5 siklus perdetik, yaitu gelombang delta. Orang tidur dengan sangat nyenyak,
sehingga sukar dibangunkan.

Stadium 4, berlangsung 13% dari keseluruhan waktu tidur.


EEG hampir sama dengan stadium 3 dengan perbedaan kuantitatif pada jumlah
gelombang delta. Stadium 3 dan 4 juga dikenal dengan nama tidur dalam, atau
delta sleep, atau Slow Wave Sleep (SWS).
Klasifikasi Insomnia
Insomnia Primer
Insomnia primer ini mempunyai faktor penyebab yang
jelas
Pola tidur, kebiasaan sebelum tidur dan lingkungan
tempat tidur

Insomnia Sekunder
Insomnia sekunder biasanya terjadi akibat efek dari hal
lain, misalnya perasaan, kondisi fisik dan efek obat
perasaan bersedih, depresi dan dementia
penyakit arthritis, diabetes dan rasa nyeri
efek samping dari obat-obatan yang diminum untuk
suatu penyakit tertentu, penggunaan obat-obatan yang
terlarang
Tanda dan Gejala Insomnia
Kesulitan untuk memulai tidur pada malam hari
Sering terbangun pada malam hari
Bangun tidur terlalu awal
Kelelahan atau mengantuk pada siang hari
Iritabilitas, depresi atau kecemasan
Konsentrasi dan perhatian berkurang
Peningkatan kesalahan dan kecelakaan
Ketegangan dan sakit kepala
Gejala gastrointestinal
Etiologi
Stres
Kecemasan dan depresi
Obat-obatan
Kondisi Medis
Perubahan lingkungan dan jadwal kerja
Belajar insomnia
Epidemiologi
Sekitar sepertiga orang dewasa mengalami
kesulitan memulai tidur dan/atau
mempertahankan tidur dalam setahun, dengan
17% di antaranya mengakibatkan gangguan
kualitas hidup. Sebanyak 95% orang Amerika
telah melaporkan sebuah episode dari insomnia
pada beberapa waktu selama hidup mereka. Di
Indonesia, pada tahun 2010 terdapat 11,7%
penduduk mengalami insomnia.
Faktor Resiko
Wanita
Usia lebih dari 60 tahun
Memiliki gangguan kesehatan mental
Stres
Perjalanan jauh atau perubahan jam kerja
Kriteria Diagnostik Insomnia
Non-Organik berdasarkan PPDGJ
Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur,
atau kualitas tidur yang buruk.
Gangguan minimal terjadi 3 kali dalam seminggu selama minimal 1
bulan.
Adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur dan peduli yang berlebihan
terhadap akibatnya pada malam hari dan sepanjang siang hari.
Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur
menyebabkan penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi
fungsi dalam sosial dan pekerjaan.
Adanya gangguan jiwa lain seperti depresi dan anxietas tidak
menyebabkan diagnosis insomnia diabaikan.
Kriteria lama tidur (kuantitas) tidak diguankan untuk menentukan
adanya gangguan, oleh karena luasnya variasi individual. Lama
gangguan yang tidak memenuhi kriteria di atas (seperti pada
transient insomnia) tidak didiagnosis di sini, dapat dimasukkan
dalam reaksi stres akut (F43.0) atau gangguan penyesuaian (F43.2)
Terapi Non-farmakologi
Terapi tingkah laku meliputi :
Edukasi tentang kebiasaan tidur yang baik
Teknik Relaksasi
Terapi kognitif
Kontrol stimulus
Restriksi Tidur
Terapi Non-farmakologi
Mengatur jadwal tidur yang konsisten termasuk pada hari libur
Tidak berada di tempat tidur ketika tidak tidur
Tidak memaksakan diri untuk tidur jika tidak bisa
Hanya menggunakan tempat tidur hanya untuk tidur
Relaksasi sebelum tidur, seperti mandi air hangat, membaca,
latihan pernapasan atau beribadah
Menghindari atau membatasi tidur siang karena akan
menyulitkan tidur pada malam hari
Menyiapkan suasana nyaman pada kamar untuk tidur, seperti
menghindari kebisingan
Olahraga dan tetap aktif, seperti olahraga selama 20 hingga 30
menit setiap hari sekitar lima hingga enam jam sebelum tidur
Menghindari kafein, alkohol, dan nikotin
Menghindari makan besar sebelum tidur
Cek kesehatan secara rutin
Jika terdapat nyeri dapat digunakan analgesik
Terapi Farmakologi
Benzodiazepine (Nitrazepam,Trizolam, dan Estazolam)
Non benzodiazepine (Chloral-hydrate, Phenobarbital)

Pemberian tunggal dosis anjuran 15 sampai 30 menit


sebelum pergi tidur.
Dosis awal dapat dinaikkan sampai mencapai dosis efektif
dan dipertahankan sampai 1-2 minggu, kemudian
secepatnya tapering off (untuk mencegah timbulnya
rebound dan toleransi obat).
Pada usia lanjut, dosis harus lebih kecil dan peningkatan
dosis lebih perlahan-lahan, untuk menghindari
oversedation dan intoksikasi.
Ada laporan yang menggunakan antidepresan sedatif
dosis kecil 2-3 kali seminggu (tidak setiap hari) untuk
mengatasi insomnia pada usia lanjut.
Terapi Farmakologi
Lama Pemberian
Pemakaian obat antiinsomnia sebaiknya sekitar 1-2 minggu saja,
tidak lebih dari 2 minggu, agar resiko ketergantungan kecil.
Penggunaan lebih dari 2 minggu dapat menimbulkan perubahan
Sleep EEG yang menetap sekitar 6 bulan lamanya.
Kesulitan pemberhetian obat seringkali oleh karena
Psychological Dependence (habiatuasi) sebagai akibat rasa
nyaman setelah gangguan tidur dapat ditanggulangi.

Kontraindikasi :
Sleep apneu syndrome
Congestive Heart Failure
Chronic Respiratory Disease
Penggunaan Benzodiazepine pada wanita hamil mempunyai risiko
menimbulkan teratogenic effect khususnya pada trimester
pertama. Juga benzodiazepine dieksresikan melalui ASI, berefek
pada bayi
Komplikasi
Gangguan dalam pekerjaan atau di sekolah.
Saat berkendara, reaksi reflex akan lebih lambat.
Sehingga meningkatkan reaksi kecelakaan.
Masalah kejiwaan, seperti kecemasan atau
depresi
Kelebihan berat badan atau kegemukan
Daya tahan tubuh yang rendah
Meningkatkan resiko dan keparahan penyakit
jangka panjang, contohnya tekanan darah yang
tinggi, sakit jantung, dan diabetes.
Kesimpulan
Insomnia merupakan kesulitan untuk masuk tidur,
kesulitan dalam mempertahankan tidur, atau tidak
cukup tidur. Dimana apabila tidak ditangani dengan
baik dapat mempengaruhi kinerja dan kehidupan
sehari-hari. Insomnia dapat disebabkan oleh berbagai
faktor seperti stres, kecemasan berlebihan, pengaruh
makanan dan obat-obatan, perubahan lingkungan, dan
kondisi medis. Insomnia dapat ditatalaksana dengan
cara farmakologi dan non farmakologi. Obat-obatan
yang biasanya digunakan untuk mengatasi insomnia
dapat berupa golongan benzodiazepin dan non
benzodiazepine. Tatalaksana insomnia secara non
farmakologis dapat berupa terapi tingkah laku dan
pengaturan gaya hidup dan pengobatan di rumah
seperti mengatur jadwal tidur.

Anda mungkin juga menyukai