Radiasi ionik
Paparan dengan benzene kadar tinggi
Merokok sedikit meningkatkan resiko LLA pada usia
diatas 60 tahun.
Obat kemoterapi.
Infeksi virus Epstein Barr berhubungan kuat dengan LLA.
Pasien dengan sindrome down dan wiskott kldrich
mempunya resiko menigkat untuk menjadi LLA.3,4
PATOFISIOLOGI
Kelainan yang menjadi ciri khas leukemia diantaranya
termasuk asal mula gugus sel ( clonal), kelainan
proliferasi, kelainan sitogenetik dan morfologi, kegagalan
diferensiasi, petanda sel dan perbedaan biokimiawi
terhadap sel normal
Pada sebagian kasus, proses pertama terjadi di janin
dalam rahim, dengan proses kedua mungkin dipicu oleh
infeksi pada masa anak anak. Proses pertama adalah
translokasi/mutasi titik.proses kedua melibatkan
perubahan jumlah saliunan yang mengenai genum
keseluruhan, yang sebagian menyandi fungsi fungsi
yang relefan untuk leukemogenesis.2
Seperti disebutkan diatas sel sel leukemia adalah hasil
dari mutasi pada tahap perkembangan awal hemopoitik.
Klasifikasi imunofenotipe sangat berguna dalam
mengklasifikasikan leukemia sesuai tahap tahap
maturasi normal yang dikenal. Kebanyakan kelompokn
saat ini megklasifikasikan LLA dalam perkursor sel B atau
leukemia sel T. Prekursor sel B termasuk CD19, CD20,
CD22 dan CD79.1
MANIFESTASI KLINIS
1. Kegagalan sumsum tulang
Anemia (pucat, letargi dan dispnea)
Neutropenia (demam, malaise, gambaran
infeksi mulut, tenggorokan, kulit, saluran napas,
perianus atau bagian lain)
Trombositopenia (memar spontan, purpura,
gusi berdarah dan menoragi)
2. Infiltrasi organ
Nyeri tulang,
Limfadenopati,
Splenomegali moderat,
Hepatomegali
Demam
Pemeriksaan fundus mungkin menunjukkan
papil edema dan kadang perdarahan
DIAGNOSIS
Gejala klinis dan pemeriksaan darah lengkap dapat
dipakai untuk menegakkan diagnosis leukimia.
Namun untuk memastikannya harus dilakukan
pemeriksaan aspirasi sumsum tulang dan dilengkapi
dengan pemeriksaan radiografi dada, serebrospinal dan
beberapa pemeriksaan penunjang lainnya.
Cara ini dapat mendiagnosis sekitar 90% kasus,
sedangkan sisanya memerlukan pemeriksaan lebih lanjut,
yaitu sitokimia, imunologi, sitogenetika dan biologi
molekuler.1
Pemeriksaan darah lengkap :
Anemia
kelainan jumlah hitung jenis leukosit
Trombositopenia
Berdasarkan protokol WK ALL dan protokol Nasional (protokol
Jakarta) pasien LLA dimasukkan dalam kategori risiko tinggi bila
jumlah leukosit >50.000 il, ada massa mediastinum, ditemukan
leukemia susunan saraf pusat (SSP) serta jumlah sel blas total
setelah 1 minggu diterapi dengan dexametason lebih dari
1000/mm3.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan
Sumsum Biopsi Limpa
Tulang
Pemeriksaan Sumsum Tulang
Gambaran monoton yaitu hanya terdiri dari sel limfopoetik
patologis sedangkan sistem lain terdesak (aplasia
sekunder).
Cara memperoleh sumsum tulang
Bone marrow aspiration (Penyedotan sumsum tulang): Dokter
menggunakan sebuah jarum untuk mengangkat contoh-contoh dari
sumsum tulang.
Bone marrow biopsy (Biopsi Sumsum Tulang): Dokter
menggunakan suatu jarum yang sangat tebal untuk mengangkat
sepotong kecil dari tulang dan sumsum tulang.
Morfologi LLA (Limfositosis)
Imunoperoksidase peningkatan TdT (enzim nuklear yang mengatur kembali gen reseptor sel
T dan Ig
Flowcytometry precursor B: CD 10, 19, 79A, 22, cytoplasmic m-heavy chain, TdT
T: CD1a, 2, 3, 4, 5, 7, 8, TdT
klon maligna
h.12-39.
- TERIMA KASIH