Anda di halaman 1dari 45

PERATURAN PEMERINTAH

REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 20 TAHUN 2006
TENTANG
IRIGASI

BAHAN TOT PELATIHAN DESAIN IRIGASI PARTISIPATIF


PARTISIPATORY IRRIGATION SECTOR PROJECT
(PISP)

APRIL 2008
SISTEMATIKA PP IRIGASI

I. KETENTUAN UMUM
II. PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI
III. KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI
IV. WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB
V. PARTISIPASI MASYARAKAT PETANI DALAM PENGEMBANGAN DAN
PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI
VI. PEMBERDAYAAN
VII. PENGELOLAAN AIR IRIGASI
VIII. PENGEMBANGAN JARINGAN IRIGASI
IX. PENGELOLAAN JARINGAN IRIGASI
X. PENGELOLAAN ASET IRIGASI
XI. PEMBIAYAAN
XII. ALIH FUNGSI LAHAN BERIRIGASI
XIII. KOORDINASI PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI
XIV. PENGAWASAN
XV. KETENTUAN PERALIHAN
XVI. KETENTUAN PENUTUP
I:
BAB I BAB VI
I. KETENTUAN UMUM
II. PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM
IRIGASI
III. KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI
IV WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB
V. PARISIPASI MASYARAKAT PETANI DALAM
PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM
IRIGASI
VI. PEMBERDAYAAN
Bab I. KETENTUAN UMUM

1. IRIGASI berfungsi mendukung produktifitas usaha tani guna


meningkatkan produksi pertanian dalam rangka ketahanan
pangan nasional dan kesejahteraan masyarakat, khususnya
petani, yang diwujudkan melalui keberlanjutan sistem irigasi.

2. Keberlanjutan sistem irigasi Pengembangan dan Pengelolaan


Sistem Irigasi (PPSI).

3. Keberlanjutan sistem irigasi ditentukan oleh:


Keandalan air irigasi kegiatan membangun (waduk, bendung,
bendungan, pompa dll.)
Keandalan prasarana irigasi kegiatan peningkatan dan
pengelolaan jaringan irigasi
Pendapatan masyarakat petani dari usaha tani meningkat
kegiatan PPSI yang mendorong keterpaduan dgn kegiatan
diversifikasi & modernisasi usaha tani.
Bab II. PENGEMBANGAN & PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI

Tujuan :
Mewujudkan kemanfaatan air dalam bidang pertanian secara
partisipatif, terpadu, berwawasan lingkungan, transparan,
akuntabel, dan berkeadilan.

1. PPSI Melibatkan semua pihak yang berkepentingan dengan


mengutamakan kepentingan dan peran serta masyarakat petani.

2. Air hujan

Air permukaan Terpadu, mengutamakan pendayagunaan


Air tanah air permukaan.

3. PPSI - Satu sistem satu pengembangan & pengelolaan.


- Keselarasan kepentingan hulu, tengah dan hilir.
Bab III. KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI

1. Kelembagaan pengelola irigasi, meliputi :


a. Instansi pemerintah yang membidangi irigasi
b. Perkumpulan petani pemakai air
c. Komisi irigasi

2. P3A GP3A IP3A

3. Komisi irigasi :
Kabupaten/kota
Provinsi
Antarprovinsi
TATA LAKSANA DAN FUNGSI KOMISI IRIGASI

BUPATI LSM P3A Pemerhati


Dinas yang
Pengguna Membidangi
Jaringan irigasi
irigasi

Pemilihan
KEBIJAK- Jenis
SANAAN Sumber
Tanaman
air

Faktor Ekonomi
TEHNOLOGI O&P
& Sosial
AGRONOMI
(B/C Ratio)
DOMESTIK
PERTANIAN
PERKEBUNAN
INDUSTRI, DLL.
AIR TERSEDIA
KOMISI IRIGASI
KABUPATEN

Debit Air Rincian Sistem Biaya Prioritas Rencana


RTT
Tersedia Pembagian & Golongan/ Pemeliharaan Pemeliharaan Pengeringan
Pemberian Tidak Primer/Sekunder
Air irigasi
Bab IV. WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB (1)

1. Pemerintah :
Menetapkan Kebijakan nasional PPSI
Menetapkan status DI
Melaksanakan pengembangan sistem irigasi primer & sekunder DI
Lintas provinsi, lintas negara & strategis nasional
Melaksanakan pengelolaan sistem irigasi primer & sekunder DI > 3000
ha atau DI Lintas provinsi, lintas negara & strategis nasional
Fasilitasi penyelesaian sengketa antarprovinsi PPSI
Menetapkan norma, standar, kriteria, dan pedoman PPSI
Menjaga afektivitas, efisiensi & ketertiban pelaksanaan pengembangan
sistem irigasi primer dan sekunder DI Lintas provinsi, lintas negara &
strategis nasional
Menjaga efektivitas, efisiensi & ketertiban pelaksanaan pengelolaan sistem
irigasi primer dan sekunder DI > 3000 ha atau DI Lintas provinsi, lintas
negara & strategis nasional
Rekomendasi teknis pemerintah kab./kota : penggunaan &
pengusahaan air tanah untuk irigasi dari cekungan air tanah lintas provinsi
dan lintas negara
Bantuan teknis pemerintah provinsi & kabupaten/kota
Bantuan teknis masyarakat petani, berdasarkan prinsip kemandirian
Pemberian izin pembangunan, pemanfaatan, pengubahan, pembongkaran
bangunan/saluran irigasi primer & sekunder DI Lintas provinsi, lintas
negara & strategis nasional.
WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB (2)

2. PROVINSI :
Menetapkan kebijakan provinsi PPSI
Pengembangan sistem irigasi primer & sekunder DI Lintas
kabupaten/kota
Pengelolaan sistem irigasi primer & sekunder DI 1000 ha s.d.
3000 ha atau DI lintas kabupaten/kota
Rekomendasi teknis irigasi air tanah dari cekungan air tanah
lintas kab./kota
Fasilitasi penyelesaian sengketa antar kab./kota PPSI
Bantuan teknis pemerintah kab./kota
Membentuk komisi irigasi provinsi
Membentuk komisi irigasi antarprovinsi bersama dengan
pemerintah terkait
Memberikan izin pembangunan, pemanfaatan, pengubahan atau
pembongkaran bangunan/saluran irigasi jaringan irigasi
primer & sekunder pada DI lintas kab./kota
Menjaga efektivitas, efisiensi, dan ketertiban pelaksanaan
pengembangan sistem irigasi primer & sekunder DI Lintas
kab./kota
Menjaga efektivitas, efisiensi, dan ketertiban pelaksanaan
pengelolaan sistem irigasi primer & sekunder DI 1000 ha s.d.
3000 ha atauDI Lintas kab./kota
WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB (3)
3. KABUPATEN/KOTA :
Menetapkan kebijakan Kabupaten/kota PPSI
Pengembangan sistem irigasi primer & sekunder DI dalam satu
kabupaten/kota
Pengelolaan sistem irigasi primer & sekunder DI < 1000 ha
Pemberian izin penggunaan & pengusahaan air tanah
Fasilitasi penyelesaian sengketa antar daerah irigasi PPSI
Bantuan teknis pemerintah kab./kota
Membentuk komisi irigasi kabupaten/kota
Pemberdayaan P3A
Memberikan izin pembangunan, pemanfaatan, pengubahan atau
pembongkaran bangunan/saluran irigasi jaringan irigasi primer &
sekunder dalam satu kab./kota
Menjaga efektivitas, efisiensi, dan ketertiban pelaksanaan
pengembangan sistem irigasi primer & sekunder DI yang utuh dalam
satu kab./kota
Menjaga efektivitas, efisiensi, dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan
sistem irigasi primer & sekunder DI < 1000 ha
WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB (4)

4. Pemerintah Desa :
Peningkatan & pengelolaan sistem irigasi yg dibangun
pemerintah desa
Menjaga efektivitas, efisiensi & ketertiban pelaksanaan
peningkatan sistem irigasi yang dibangun pemerintah desa
Menjaga efektivitas, efisiensi & ketertiban pelaksanaan
pengelolaan sistem irigasi yang dibangun pemerintah desa

5. Masyarakat Petani :
Pengembangan & pengelolaan sistem irigasi tersier
Menjaga efektivitas, efisiensi, & ketertiban pelaksanaan
pengembangan & pengelolaan sistem irigasi tersier yg menjadi
tanggung jawabnya
Memberikan persetujuan pembangunan, pemanfaatan,
pengubahan atau pembongkaran bangunan/saluran irigasi pada
jaringan irigasi tersier pendekatan partisipatif.
WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB (5)

6. Pemerintah kabupaten/kota, pemerintah provinsi, dan/atau


pemerintah dapat saling bekerja sama atas dasar kesepakatan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (pasal 21)

7. Kewenangan pemerintah dapat didelegasikan ke bawah (pasal 22)

8. Kewenangan bisa diserahkan ke atas (pasal 23-24)

9. Sebagian kewenangan yang wajib diambil oleh pemerintah di


atasnya dalam hal :
- Pemerintah provinsi atau pemerintah kab./kota tidak
melaksanakan sebagian kewenanganya sehingga dapat
membahayakan kepentingan umum;
- Adanya sengketa antarprovinsi atau antarkabupaten/kota.
Pasal 23 (penyerahan kewenangan) Provinsi
Dalam hal pemerintah provinsi belum dapat melaksanakan
sebagian kewenangannya pemprov dapat menyerahkan
wewenang tsb kepada pemerintah.

Wewenang yang diserahkan pembangunan, peningkatan &


rehabilitasi sistem irigasi ( O&P tidak boleh).

Pelaksanaan penyerahan berdasarkan usulan penyerahan dari


pemprov kpd pemerintah disertai alasan ketidakmampuan teknis
dan/atau finansial.

Pemerintah melakukan evaluasi atas usulan tersebut.

Berdasarkan evaluasi pemerintah dapat menerima, baik


sebagian maupun seluruhnya usulan tersebut.

Pemerintah & pemerintah provinsi membuat kesepakatan


Pasal 24 (penyerahan kewenangan) Kabupaten/Kota

Dalam hal pemerintah kabupaten/kota belum dapat melaksanakan


sebagian kewenangannya pemerintah kab./kota dapat
menyerahkan wewenang tsb kepada pemerintah provinsi.
Wewenang yang diserahkan pembangunan, peningkatan &
rehabilitasi sistem irigasi ( O&P tidak boleh).
Pelaksanaan penyerahan berdasarkan usulan penyerahan dari
pemerintah kab./kota kpd pemprov disertai alasan
ketidakmampuan teknis dan/atau finansial.
Pemprov melakukan evaluasi atas usulan tersebut.
Berdasarkan evaluasi pemprov dapat menerima, baik sebagian
maupun seluruhnya usulan tersebut.
Pemerintah kab./kota & pemerintah provinsi membuat
kesepakatan
Bila pemprov tidak menerima meneruskan usulan kpd
pemerintah
Pemerintah+pemrov+pemerintah kab./kota membuat
kesepakatan
Bab V. PARTSIPASI MASYARAKAT PETANI DALAM
PENGEMBANGAN & PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI

Partisipasi masyarakat petani :


- Pemikiran awal
- Pengambilan keputusan
- Pelaksanaan kegiatan

Diwujudkan dalam bentuk sumbangan pemikiran, gagasan, waktu,


tenaga, material dan dana.

Partisipasi dilakukan secara perseorangan atau P3A.

Didasarkan atas kemauan dan kemampuan masyarakat petani serta


semangat kemitraan dan kemandirian.

Partisipasi dapat disalurkan melalui P3A

Pemerintah & pemerintah daerah mendorong partisiapsi masyarakat petani


meningkatkan rasa memiliki & tanggung jawab guna keberlanjutan
sistem irigasi.
Bab VI. PEMBERDAYAAN

Pemerintah kabupaten/kota pemberdayaan P3A.

Pemerintah kabupaten/kota menetapkan strategi & program.

Pemerintah provinsi memberikan bantuan teknis kpd pemerintah kab./kota


:
- Pemberdayaan dinas atau instansi terkait dibidang irigasi & P3A
- Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi

Pemerintah memberikan bantuan teknis pemerintah provinsi &


kab./kota.

Pemerintah, pemrov & perintah kab./kota memberikan bantuan kepada


P3A.

Ketentuan mengenai pemberdayaan kelembagaan pengelolaan irigasi


diatur dengan peraturan menteri berkoordinasi dgn Mendagri & Menteri
Pertanian.
PEMBERDAYAAN ( lanjutan)
Pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten/kota sesuai
dengan kewenangannya:

melakukan penyuluhan dan penyebarluasan teknologi bidang irigasi


hasil penelitian dan pengembangan kepada masyarakat petani;

mendorong masyarakat petani untuk menerapkan teknologi tepat guna


yang sesuai dengan kebutuhan, sumber daya, dan kearifan lokal;

memfasilitasi dan meningkatkan pelaksanaan penelitian dan


pengembangan teknologi di bidang irigasi; dan

memfasilitasi perlindungan hak penemu dan temuan teknologi dalam


bidang irigasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
II :
Bab VII Bab IX

VII. PENGELOLAAN AIR IRIGASI


VIII. PENGEMBANGAN JARINGAN IRIGASI
IX. PENGELOLAAN JARINGAN IRIGASI
LINGKUP PEMBAHASAN BAB VII - IX

BAB VII. Pengelolaan Air Irigasi


- Pengakuan atas Hak Ulayat
- Hak Guna Air untuk Irigasi
- Penyediaan Air Irigasi
- Pengaturan Air Irigasi
- Drainase
- Penggunaan Air Irigasi langsung dari Sumber

BAB VIII. Pengembangan Jaringan irigasi


- Pembangunan Jaringan Irigasi
- Peningkatan Jaringan Irigasi

BAB IX. Pengelolaan Jaringan irigasi


- Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi
- Rehabilitasi Jaringan Irigasi
Bab VII. PENGELOLAAN AIR IRIGASI
Bagian Kesatu : Pengakuan atas Hak Ulayat

Pasal 30

Pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten/kota


sesuai dengan kewenangannya dalam PSDA :
Mengakui hak ulayat masyarakat hukum adat setempat
Mengakui hak yang serupa dengan itu yang berkaitan
dengan penggunaan air & sumber air untuk irigasi sebatas
kebutuhannya sepanjang tidak bertentangan dengan
kepentingan nasional dan peraturan perundang-undangan

Masyarakat hukum adat masyarakat yang kenyataannya masih


ada & keberadaanya dikukuhkan dengan peraturan daerah
Bagian Kedua : Hak Guna Air untuk Irigasi (pasal 31 35)

Hak guna air irigasi Hak guna pakai & Hak guna usaha
- Hak guna pakai Pertanian rakyat
- Hak guna usaha Pengusahaan dibidang pertanian
Pengembang yang akan melaksanakan pembangunan sistem irigasi baru,
atau peningkatan sistem irigasi yang sudah ada harus mengajukan
permohonan izin prinsip alokasi air Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota dapat menyetujui atau menolak
permohonan izin prinsip alokasi air berdasarkan hasil pengkajian
dengan memperhatikan ketersediaan air, kebutuhan air irigasi, aspek
lingkungan, dan kepentingan lainnya.
Dalam hal permohonan izin prinsip alokasi air pengembang dapat
melaksanakan pembangunan sistem irigasi baru atau peningkatan sistem
irigasi yang sudah ada.
Izin prinsip alokasi air ditetapkan menjadi hak guna air untuk irigasi oleh
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangan
dengan memperhatikan ketersediaan air, kebutuhan air irigasi, aspek
lingkungan, dan kepentingan lainnya berdasarkan permintaan:
a. P3A, untuk jaringan irigasi yang telah selesai dibangun oleh
pemerintah atau P3A;
b. badan usaha/ sosial, atau perseorangan, untuk jaringan
irigasi yang telah selesai dibangun.
Bagian Kedua : Hak Guna Pakai Air untuk Irigasi (lanjutan)

Hak guna pakai diberikan kpd masyarakat petani melalui P3A dan
bagi pertanian rakyat yg berada di dalam sistem irigasi yg sudah ada
tanpa izin.
HGP diberikan pada setiap DI di pintu pengambilan pada bangunan
utama.
HGP diberikan dlm bentuk keputusan dari Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya yang dilengkapi dengan
rincian daftar petak primer,sekunder & tersier yg mendapatkan air.
HGP bagi pertanian rakyat pada sistem irigasi baru dan sistem irigasi
yg ditingkatkan diberikan kpd masyarakat petani melalui P3A
berdasarkan permohonan izin pemakaian air untuk irigasi.
HGP diberikan pada setiap DI di pintu pengambilan pada bangunan
utama.
HGP keputusan dari Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya yang dilengkapi dengan rincian daftar petak
primer,sekunder & tersier yg mendapatkan air.
HGP diberikan pada suatu sistem irigasi sesuai dengan luas DI yang
dimanfaatkan.
HGP dievaluasi setiap 5 tahun
Hasil evaluasi digunakan Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sebagai dasar utk melanjutkan, menyesuaikan, atau mencabut HGP air
untuk irigasi.
Bagian Kedua : Hak Guna Usaha Air untuk Irigasi (lanjutan)

Hak guna usaha kepada badan usaha, badan sosial, atau


perseorangan berdasarkan izin

HGU diberikan dalam bentuk keputusan oleh Menteri, gubernur, dan


bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dlm pengelolaan sumber
daya air berdasarkan permohonan izin pengusahaan air untuk irigasi.

Persetujuan diberikan secara selektif dengan tetap mengutamakan


penggunaan air untuk pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari & irigasi
pertanian rakyat.

HGU diberikan untuk daerah pelayanan tertentu di pintu pengambilan


pd bangunan utama.

HGU diberikan untuk daerah pelayanan tertentu paling lama 10 tahun &
dapat diperpanjang.

HGU dievaluasi setiap 5 tahun

Hasil evaluasi digunakan Menteri, gubernur, atau bupati/walikota


sebagai dasar untuk melanjutkan, menyesuaikan, atau mencabut hak
guna usaha air untuk irigasi.

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian hak guna air untuk
irigasi diatur dengan peraturan Menteri.
Bagian Ketiga : Penyediaan Air Irigasi
(Pasal 36)
Tujuan mendukung produktivitas lahan untuk meningkatkan produksi
pertanian yg maksimal.
Dalam hal tertentu dapat diberikan dalam batas tertentu untuk
pemenuhan kebutuhan lainnya.
Direncanakan berdasarkan pd prakiraan ketersediaan air pd sumbernya
& digunakan sbg dasar penyusunan RTT.
Pemerintah, & pemda mengupayakan:
a. optimalisasi pemanfaatan air irigasi pada DI atau antar DI
b. keandalan ketersediaan air irigasi serta pengendalian & perbaikan
mutu air irigasi dlm rangka penyediaan air irigasi.

(Pasal 37)
Penyusunan RTT dinas kab./kota atau dinas provinsi usulan P3A.
Penyusunan RTT pada DI kewenangan Pemerintah, kecuali DI lintas
provinsi dilimpahkan kpd gubernur.
Penyusunan RTT DI lintas provinsi dilakukan bersama oleh dinas provinsi
yg terkait & dibahas melalui komisi irigasi antarprovinsi.
RTT pd DI yang terletak dlm suatu kab./kota, baik yang disusun oleh
dinas kab./kota maupun yg disusun oleh dinas provinsi dibahas &
disepakati dalam komisi irigasi kab./kota ditetapkan oleh
bupati/walikota.
Ketentuan penyusunan RTT diatur dgn peraturan Menteri setelah
berkoordinasi dgn menteri yang membidangi pertanian.
Bagian Ketiga : Penyediaan Air Irigasi
(Pasal 38)
Penyediaan air irigasi disusun dlm rencana tahunan penyediaan
air irigasi pd setiap daerah irigasi.
Rancangan rencana tahunan penyediaan air irigasi disusun
oleh dinas kab./kota atau dinas provinsi usulan P3A
Rancangan rencana tahunan penyediaan air irigasi dibahas
dan disepakati dalam komisi irigasi
RTT penyediaan air irigasi disampaikan oleh komisi irigasi
dalam rapat dewan SDA guna mendapatkan alokasi air untuk
irigasi.
RTT penyediaan air irigasi ditetapkan oleh bupati/walikota
atau gubernur .
Dalam hal ketersediaan air dari sumber air tidak mencukupi
sehingga menyebabkan perubahan rencana penyediaan air yang
mengakibatkan perubahan alokasi air untuk irigasi P3A
menyesuaikan kembali rancangan RTT di daerah irigasi yang
bersangkutan.
Bagian Ketiga : Penyediaan Air Irigasi
(Pasal 39)

(1) Penyusunan rencana tahunan penyediaan air irigasi yang menjadi


kewenangan Pemerintah yang dilimpahkan kepada gubernur
berdasarkan asas dekonsentrasi, berlaku ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 38 ayat (2) sampai dengan ayat (6).
(2) Rancangan rencana tahunan penyediaan air irigasi yang menjadi
kewenangan Pemerintah yang belum dilimpahkan kepada gubernur
berdasarkan asas dekonsentrasi disusun oleh instansi pusat yang
membidangi irigasi dan disepakati bersama dalam Komir antarprovinsi.
(3) Rancangan rencana tahunan penyediaan air irigasi yang telah disepakati
disampaikan oleh Komir antarprovinsi dlm rapat dewan SDA guna
mendapatkan alokasi air untuk irigasi.
(4) Dalam hal Komir antarprovinsi belum terbentuk, rancangan rencana
tahunan penyediaan air irigasi disusun oleh instansi pusat yang
membidangi irigasi & disepakati bersama dlm Komir provinsi serta
disampaikan oleh Komir provinsi dlm rapat dewan SDA guna
mendapatkan alokasi air untuk irigasi.
(5) Rancangan rencana tahunan penyediaan air irigasi ditetapkan oleh
Menteri sebagai rencana tahunan penyediaan air irigasi.
Bagian Keempat : Pengaturan Air Irigasi

Pembagian air irigasi :


adalah kegiatan membagi air di bangunan bagi dalam
jaringan primer dan/atau jaringan sekunder.

Pemberian air irigasi :


adalah kegiatan menyalurkan air dalam jumlah tertentu
dari jaringan primer atau jaringan sekunder ke petak
tersier.

Penggunaan air irigasi :


adalah kegiatan memanfaatkan air dari petak tersier untuk
mengairi lahan pertanian pada saat diperlukan.
Bagian Keempat : Pengaturan Air Irigasi (lanjutan)
(Pasal 41)
(1) Pengaturan air irigasi didasarkan atas rencana tahunan
pengaturan air irigasi yg memuat rencana tahunan pembagian
& pemberian air irigasi.
(2) Rancangan rencana tahunan pembagian & pemberian air irigasi
disusun oleh dinas kab./kota atau dinas provinsi berdasarkan
rencana tahunan penyediaan air irigasi & usulan P3A mengenai
kebutuhan air & rencana tata tanam.
(3) Rancangan rencana tahunan pembagian dan pemberian air
irigasi dibahas dan disepakati oleh komisi irigasi dengan
memperhatikan kebutuhan air untuk irigasi yg disepakati P3A.
(4) Rancangan rencana tahunan pembagian dan pemberian air
irigasi ditetapkan oleh bupati/walikota atau gubernur .
(5) Pembagian dan pemberian air irigasi dimulai dari petak
primer, sekunder sampai dengan tersier dilakukan oleh
pelaksana pengelolaan irigasi .
Bagian Keempat : Pengaturan Air Irigasi (lanjutan)
(Pasal 42)

(1) Rancangan rencana tahunan pembagian dan pemberian air irigasi


pada daerah irigasi lintas provinsi dan strategis nasional yg belum
ditugaskan kepada pemerintah kab ./kota atau pemrov disusun
oleh instansi pusat usulan P3A / pemakai air lainnya.
(2) Rancangan rencana tahunan pembagian dan pemberian air irigasi
dibahas dan disepakati oleh komisi irigasi antarprovinsi.
(3) Dalam hal komisi irigasi antarprovinsi belum terbentuk, rancangan
rencana tahunan pembagian dan pemberian air irigasi dibahas
dan disepakati oleh komisi irigasi provinsi.
(4) Rancangan rencana tahunan pembagian dan pemberian air irigasi
yang telah disepakati ditetapkan oleh Menteri.
(5) Rencana tahunan pembagian dan pemberian air irigasi yang telah
ditetapkan dilaksanakan oleh instansi pusat, dinas provinsi atau
dinas kab./kota dalam rangka pelaksanaan tugas pembantuan.
(6) Pembagian dan pemberian air irigasi dimulai dari petak primer,
sekunder sampai dengan tersier oleh pelaksana pengelolaan
irigasi sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Bagian Keempat : Pengaturan Air Irigasi (lanjutan)

Pasal 43
(1) Pembagian air irigasi dalam jaringan primer dan/atau jaringan sekunder
dilakukan melalui bangunan bagi atau bangunan bagi-sadap yang telah
ditentukan.
(2) Pemberian air irigasi ke petak tersier dilakukan melalui bangunan sadap
atau bangunan bagi-sadap yang telah ditentukan.

Pasal 44
(1) Penggunaan air irigasi di tingkat tersier hak dan tanggung jawab P3A.
(2) Penggunaan air irigasi dilakukan dari saluran tersier atau saluran
kuarter pada tempat pengambilan yg telah ditetapkan oleh P3A.
(3) Penggunaan air di luar ketentuan ayat (2), dilakukan dengan izin dari
Pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah kab./kota sesuai
dengan kewenangannya.

Pasal 45
Dalam hal penyediaan air irigasi tidak mencukupi pengaturan air irigasi
dilakukan secara bergilir ditetapkan oleh bupati/walikota atau gubernur
sesuai dengan tanggung jawabnya.
Bagian Kelima : Drainase

Adalah pengaliran kelebihan air yang sudah tidak dipergunakan lagi


Pada suatu daerah irigasi tertentu

(Pasal 46)

Setiap pembangunan jaringan irigasi dilengkapi pembangunan


jaringan drainase
Berfungsi mengalirkan kelebihan air agar tidak mengganggu
produktivtas lahan.
Kelebihan air irigasi yang dialirkan melalui jaringan drainase
harus dijaga mutunya.
Pemerintah, pemda, P3A dan masyarakat berkewajiban
menjaga kelangsungan fungsi drainase.
Setiap orang dilarang melakukan tindakan yang dapat
mengganggu fungsi drainase.
Bagian Keenam : Penggunaan Air untuk Irigasi Langsung dari Sumber Air

Pasal 47

Penggunaan air untuk irigasi yang diambil langsung dari sumber


air permukaan harus mendapat izin dari Pemerintah,
pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten/kota sesuai
dengan kewenangannya dalam pengelolaan sumber daya air.

Penggunaan air untuk irigasi yang diambil langsung dari cekungan


air tanah harus mendapat izin dari pemerintah kabupaten/kota
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Bab VIII. PENGEMBANGAN JARINGAN IRIGASI

Bagian Kesatu : Pembangunan Jaringan Irigasi

Adalah seluruh kegiatan penyediaan jaringan irigasi di


wilayah tertentu yang belum ada jaringan irigasinya.

Pasal 48

Pembangunan jaringan irigasi berdasarkan rencana induk


pengelolaan SDA di wilayah sungai memperhatikan rencana
pembangunan pertanian, dan sesuai dengan norma, standar,
pedoman, dan manual yang ditetapkan oleh Menteri.

Pembangunan jaringan irigasi harus mendapat izin dan


persetujuan desain dari Pemerintah, pemerintah provinsi, atau
pemerintah kabupaten/kota.

Pengawasan pembangunan jaringan irigasi oleh Pemerintah,


pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten/kota.
Bagian Satu : Pembangunan Jaringan Irigasi (lanjutan)

Pasal 49

Pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten/kota


bertanggung jawab dlm pembangunan jaringan irigasi primer &
sekunder.

Pembangunan jaringan irigasi primer dan sekunder dapat dilakukan oleh


P3A sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya berdasarkan izin
dari Pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah kab/kota .

Pembangunan jaringan irigasi tersier menjadi hak dan tanggung jawab


P3A.

Dalam hal P3A tidak mampu melaksanakan pembangunan jaringan


irigasi tersier yang menjadi hak dan tanggung jawabnya Pemerintah,
pemerintah provinsi, atau pemerintah kab ./kota dapat membantu
pembangunan jaringan irigasi tersier berdasarkan permintaan P3A
dengan memperhatikan prinsip kemandirian.

Badan usaha, badan sosial, atau perseorangan yang memanfaatkan air


dari sumber air melalui jaringan irigasi yang dibangun pemerintah dapat
membangun jaringannya sendiri setelah memperoleh izin dan
persetujuan desain dari Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya.
Bagian Kedua : Peningkatan Jaringan Irigasi
Pasal 51

(1) Peningkatan jaringan irigasi rencana induk pengelolaan SDA di wilayah sungai
dengan memperhatikan rencana pembangunan pertanian .
(2) Peningkatan jaringan irigasi harus mendapat izin dan persetujuan desain dari
Pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah kab/kota.
(3) Pengawasan peningkatan jaringan irigasi dilaksanakan oleh Pemerintah,
pemerintah provinsi, atau pemerintah kab ./kota .

Pasal 52
(1) Pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah kab/kota bertanggung jawab
dalam peningkatan jaringan irigasi primer & sekunder.
(2) Peningkatan jaringan irigasi primer & sekunder dapat dilakukan oleh P3A sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuannya berdasarkan izin dari Pemerintah,
pemerintah provinsi, atau pemerintah kab/kota .
(3) Peningkatan jaringan irigasi tersier menjadi hak dan tanggung jawab P3A.
(4) Dalam hal P3A tidak mampu melaksanakan peningkatan jaringan irigasi tersier
Pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah kab/kota dapat membantu
peningkatan jaringan irigasi berdasarkan permintaan dari P3A dengan
memperhatikan prinsip kemandirian.
(5) Badan usaha, badan sosial, atau perseorangan yang memanfaatkan air dari sumber
air melalui jaringan irigasi yang dibangun pemerintah dapat meningkatkan
jaringannya sendiri setelah memperoleh izin dan persetujuan desain dari Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota.
Bagian Kedua : Peningkatan Jaringan Irigasi

Pasal 53
Pengubahan dan/atau pembongkaran jaringan irigasi primer dan sekunder
yang mengakibatkan perubahan bentuk dan fungsi jaringan irigasi primer
dan sekunder harus mendapat izin dari Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

Pengubahan dan/atau pembongkaran jaringan irigasi tersier persetujuan


dari P3A

Pasal 54
Pembangunan dan/atau peningkatan jaringan irigasi dilakukan bersamaan
dengan kegiatan pengembangan lahan pertanian beririgasi sesuai dengan
rencana dan program pengembangan pertanian mempertimbangkan
kesiapan petani setempat.

Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pengembangan lahan


pertanian beririgasi diatur dengan peraturan menteri yang membidangi
pertanian setelah berkoordinasi dengan Menteri.
PENGELOLAAN JARINGAN IRIGASI

Operasi & Pemeliharaan Jaringan Irigasi

Pengelolaan
Jaringan
Irigasi

Rehabilitasi Jaringan Irigasi


BAB IX. PENGELOLAAN JARINGAN IRIGASI

Bagian Kesatu : O & P Jaringan Irigasi

O & P jaringan irigasi primer dan sekunder wewenang dan tanggung


jawab Pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah kab./kota
sesuai dengan kewenangannya.

P3A dapat berperan serta dalam O & P jaringan irigasi primer dan
sekunder sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.

P3A dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan O & P jaringan


irigasi primer dan sekunder.

O & P jaringan irigasi primer dan sekunder dilaksanakan atas dasar


rencana tahunan O & P yang disepakati bersama secara tertulis antara
pemerintah, P3A, dan pengguna jaringan irigasi di setiap daerah irigasi.

O & P jaringan irigasi tersier hak dan tanggung jawab P3A.

O & P jaringan irigasi milik badan usaha, badan sosial, atau


perseorangan tanggung jawab pihak yang bersangkutan.
BAB IX. PENGELOLAAN JARINGAN IRIGASI

Bagian Kedua : Rehabilitasi Jaringan Irigasi

Rehabilitasi Jaringan Irigasi dalah kegiatan perbaikan


jaringan irigasi guna mengembalikan fungsi dan pelayanan
irigasi seperti semula

Rehabilitasi jaringan irigasi dilaksanakan berdasarkan urutan prioritas


kebutuhan perbaikan irigasi .

Rehabilitasi jaringan irigasi harus mendapat izin dan persetujuan


desain dari Pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah
kab./kota.

Pengawasan rehabilitasi jaringan irigasi oleh Pemerintah, pemerintah


provinsi, atau pemerintah kab./kota .
Bagian Kedua : Rehabilitasi Jaringan Irigasi (lanjutan)

Pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah kab./kota


bertanggung jawab dalam rehabilitasi jaringan irigasi primer
dan sekunder.

P3A dapat berperan serta dalam rehabilitasi jaringan irigasi


primer dan sekunder berdasarkan persetujuan dari
Pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah kab./kota.
Rehabilitasi jaringan irigasi tersier menjadi hak dan tanggung
jawab P3A.

Dalam hal P3A tidak mampu melaksanakan rehabilitasi jaringan


irigasi tersier Pemerintah, pemerintah provinsi, atau
pemerintah kab./kota dapat membantu permintaan dari P3A
dengan memperhatikan prinsip kemandirian.

Badan usaha, badan sosial, perseorangan, atau P3A


bertanggung jawab dalam rehabilitasi jaringan irigasi yang
dibangunnya.
Bagian Kedua ; Rehabilitasi Jaringan Irigasi (lanjutan)

Rehabilitasi jaringan irigasi yang mengakibatkan pengubahan


dan/atau pembongkaran jaringan irigasi primer dan sekunder
mendapatkan izin dari Menteri, gubernur, atau bupati/walikota.
Pengubahan dan/atau pembongkaran jaringan irigasi tersier
persetujuan dari P3A.
Waktu pengeringan yang diperlukan untuk kegiatan rehabilitasi
dan peningkatan jaringan irigasi harus dijadwalkan dalam rencana
tata tanam.
Waktu pengeringan yang diperlukan untuk kegiatan rehabilitasi
yang direncanakan, rehabilitasi akibat keadaan darurat, atau
peningkatan jaringan irigasi dapat dilakukan paling lama 6 (enam)
bulan.
Pengeringan yang memerlukan waktu lebih lama dari ketentuan
ditetapkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya.
Sesi III :
Bab X Bab XVI

X. PENGELOLAAN ASET IRIGASI


XI. PEMBIAYAAN
XII. KOORDINASI PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI
XIV. PENGAWASAN
XV. KETENTUAN PERALIHAN
XVI. KETENTUAN PENUTUP
Bab X. PENGELOLAAN ASET IRIGASI

1. Pengelolaan Aset Irigasi, meliputi :


Inventarisasi
Perencanaan Pengelolaan
Pelaksanaan Pengelolaan
Evaluasi Pelaksanaan pengelolaan
Pemutakhiran Hasil Inventarisasi Aset Irigasi.

Pedoman Pengelolaan Aset irigasi ditetapkan


Dengan Peraturan Menteri (Pasal 73)
2. Inventarisasi Aset Irigasi

(Pasal 66)

Aset irigasi jaringan irigasi dan pendukung pengelolaan irigasi.


Inventarisasi jaringan irigasi bertujuan mendapatkan data jumlah, dimensi, jenis,
kondisi, dan fungsi seluruh aset irigasi serta data ketersediaan air, nilai aset, dan
areal pelayanan pada setiap daerah irigasi dalam rangka keberlanjutan sistem irigasi.
Inventarisasi pendukung pengelolaan irigasi bertujuan untuk mendapatkan data
jumlah, spesifikasi, kondisi, dan fungsi pendukung pengelolaan irigasi.
Pemerintah & Pemda melaksanakan inventarisasi aset irigasi sesuai dengan
kewenangannya dalam pengelolaan sistem irigasi.
Pemerintah kab./kota melakukan kompilasi atas hasil inventarisasi aset irigasi yang
dilakukan oleh pemerintah desa dan yang dilakukan oleh pemerintah
kabupaten/kota.
Pemerintah provinsi melakukan kompilasi atas hasil inventarisasi aset irigasi yang
dilakukan oleh pemerintah kab./kota dan yg dilakukan oleh pemerintah provinsi.
Pemerintah melakukan kompilasi atas hasil inventarisasi aset irigasi sebagaimana
dimaksud pada point di atas dan hasil inventarisasi aset irigasi yang dilakukan oleh
Pemerintah.
Badan usaha, badan sosial, perseorangan, P3A, dan pem. desa melakukan
inventarisasi aset irigasi yang menjadi tanggung jawabnya secara berkelanjutan
untuk membantu Pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah kab ./kota
melakukan kompilasi atas hasil inventarisasi.
Pemerintah melakukan kompilasi atas hasil inventarisasi sebagai dokumen
inventarisasi aset irigasi nasional.

Anda mungkin juga menyukai