tubuhnya tidak seperti kawan-kawan pri semuanya. Misalnya kulitnya halus, suaranya
seperti wanita, kelaminnya kurang berkembang (mikropenis) dan akhir2 ini dadanya
terasa makin montok. Perawakannya cukup tinggi (178cm) dengan intelegensia normal.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan kelainan kelamin berupa micropenis dan micro testis,
kulit halus, body hair tidak ada, gynecomasti, dan suara halus seperti wanita. Disarankan
Istilah Keterangan
Oligozoospermia (poor count) Konsentrasi sperma <20x106/ml
Asthenozoospermia (poor motility) Kurang sperma dengan gerak progresif
Non medikamentosa
Terapi bicara dan terapi fisik
Dukungan pendidikan
Konseling psikologis
Terapi bedah
KOMPLIKASI
Penderita Sindrom Klinefelter mungkin beresiko tinggi terkena diabetes, masalah-
masalah kulit (eksim dan borok pada kaki), penyakit serebrovaskular ( penyakit-penyakit
pembuluh darah di otak seperti stroke), penyakit paru-paru kronik, osteoporosis,
pelebaran pembuluh darah (varises) dan kanker payudara.
Meskipun kanker payudara pada pria tidak umum, tapi dapat terjadi pada para pria
dengan sindrom Klinefelter 20 kali lebih besar dibandingkan pria-pria lainnya.
PROGNOSIS
Diagnosis dini dan pengobatan yang cepat dapat membantu seorang lak-laki sindroma
klinefelter untuk hidup seperti laki-laki normal juga dengan tehnik-tehnik tertentu pasien
ini dapat mempunyai anak. Walaupun banyak penyakit dan komplikasi yang berisiko
untuk didapat, namun dengan pengobatan yang teratur resiko ini dapat dikurangkan dan
prognosis akan lebih baik.
KESIMPULAN
Sindrom Kinefelter merupakan kelainan kromosom seks yang sering ditemukan. Kelainan
ini didapatkan pada laki-laki yang membawa kromosom X tambahan yang menyebabkan
hipogonadisme, defisiensi androgen, dan kerusakan spermatogenesis. Sebagian pasien
menunjukkan semua gejala klasik kelainan ini yakni ginekomastia, testis yang kecil,
rambut tubuh yang jarang, postur tinggi, dan infertil. Sedangkan pasien lainnya tidak
menunjukkan semua gejala ini. Penanganannya terdiri atas terapi sulih testosteron untuk
mengoreksi defisiensi androgen agar pasien mengalami virilisasi yang sesuai. Terapi ini
juga memberi efek yang positif pada perbaikan mood, citra diri, dan terbukti melindungi
pasien dari osteoporosis, walaupun tidak bisa mengembalikan kesuburan. Selain itu
pananganan dari aspek dukungan moral, terapi bicara dan fisik, serta konseling juga
sangat penting untuk pasien seperti ini.