Anda di halaman 1dari 34

S TR O K E

ID EN TITA S PA SIEN
Nama : Ny. E
Umur : 56 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat: Jl. Cirateun Setiabudi Atas, Bandung
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan terakhir : tidak lulus SD (kelas 3 SD)
No. RM: 10030xx
Tanggal : 13 Desember 2010
Bagian : Neurologi
Diagnosa pengirim : Stroke et causa Perdarahan Intra
Serebral sistem karotis kanan dengan faktor risiko
Hipertensi, DM tipe II, Asma Bronkiale
A N A M N ESA
Keluhan Utama: Kelemahan anggota gerak kiri

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pada sore hari sekitar 2 minggu yang lalu,
saat pasien sedang bekerja di dapur,
mendadak merasa pusing serta lengan dan
kaki kiri terasa lemah. Pasien tetap sadar,
riwayat bicara rero diakui pasien. Riwayat
kejang, pandangan ganda, pusing berputar
disangkal pasien.
Kemudian pasien dibawa berobat ke dokter
umum dan diberi obat, tetapi tidak disarankan
untuk dirawat. Karena keluhan anggota gerak
kiri dirasakan semakin parah, maka pasien
dibawa berobat lagi dan dirujuk ke RSHS dan
A N A M N ESA
Mobilitas: bed mobility (+), transitional move (-),
ambulation (-)
ADL: Feeding (+), namun perlu diawasi. Grooming (+),
Dressing (-), Bathing (-), Toileting (-).
Kegiatan rumah tangga (-), aktifitas komunitas (-).
Kognisi: mengenal orang, waktu, tempat (+). Memori
dan problem solving (+). Mendengar, membaca, dan
menulis (+). Dapat berbicara namun artikulasi kurang
jelas.
Psikososial: ketergantungan obat, alkohol, dan
kebiasaan merokok (-). Dukungan keluarga baik yaitu
oleh anak-anak pasien.
Saat ini pasien tinggal di rumah milik sendiri. Rumah
tidak bertingkat dengan kamar mandi yang terletak di
dalam rumah. Ukuran kamar mandi 2x4 m
A N A M N ESA
Sebelum sakit, pasien mudah marah dan banyak pikiran.
Setelah sakit, pasien awalnya gelisah namun sekarang
sudah tenang. Pasien tidak mengalami depresi, memiliki
motivasi untuk sembuh dan sikap kooperatif.
Avokasional: hobi olahraga, senang berekreasi (jalan-
jalan) dan memiliki interaksi sosial yang baik (memiliki
banyak teman).
Pasien sudah tidak memiliki kehidupan seksual yang aktif
dikarenakan suaminya telah meninggal.
Vokasional: pendidikan 3 SD, keahlian menjahit, sumber
pendapatan dari anaknya.
Diet: kesulitan saat menelan makanan, sehingga sehari-
hari pasien hanya mengkonsumsi nasi tim.
R iw ayat penyakit dahulu (R P D ):

Riwayat alergi dingin dan debu (+)


Riwayat hipertensi (+)
Riwayat asma bronkiale (+)
Riwayat DM (+)
Riwayat gastritis (+)
Riwayat asam urat (-)
P EM ER IK SA A N FISIK

KU : compos mentis, kontak adekuat


Tensi : 150/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : afebris
Komunikasi : Reseptif baik
Ekspresif disartria ringan
Mobilisasi : Berbaring miring independen
Berbaring dan duduk dependen parsial
Indeks Barthel : 1 (very severe disability)
MMSE : 20 (mild dementia)
a/r Kepala dan Leher

Deformitas : -/-
Tanda radang : -/-
Anemia : -/-
Ikterus : -/-
Parese CN VII kiri sentral
Parese CN XII kiri sentral
JVP :
KGB : (+)
a/r Thorax
Deformitas : -/-
Paru : sonor, VBS kanan = kiri, ronchi
-/-, wheezing -/-
Jantung : BJ S1, S2 normal reguler.
Murmur (-)

a/r Abdomen: datar, supel, bising usus


(+)
a/r Ekstrem itas Atas dan
Baw ah
a/r Ekstrem itas Atas dan Baw ah
DIAGNOSIS
Stroke et causa Perdarahan Intra Serebral
sistem karotis kanan, fase subakut, hemiparese
kiri dengan faktor risiko Hipertensi dan Diabetes
Mellitus

PROBLEM/DIAGNOSIS REHABILITASI
Impairment: hemiparesis sinistra, parese CN VII
kiri sentral, parese CN XII kiri sentral, disartria
ringan
Disability: mobilisasi, ADL, komunikasi
Handicap: tidak dapat berolahraga, berekreasi
(jalan-jalan)
PROGRAM
Edukasi: tentang stroke dan faktor risikonya
Proper bed positioning
Physiotherapist:
Miring kiri-kanan tiap 2 jam
AROM anggota gerak kanan
PROM anggota gerak kiri
Oromotor stimulation
Oral hygiene
Kontrol 2 minggu lagi
PROGNOSIS
Quo ad vitam: ad bonam
Quo ad sanationam: dubia ad bonam
Quo ad functionam: dubia ad bonam
A pa saja hendaya (im pairm ent) yang
terjadipada pasien ini?

Pasien ini mengalami hemiparesis sinistra yang ditunjukkan


oleh anamnesis (pasien mengalami kelemahan anggota
gerak kiri) serta hasil pemeriksaan ROM dan MMT

Pasien mengalami parese CN VII kiri sentral, karena pada


pemeriksaan upper facial muscle test keduanya normal,
sedangkan pada lower facial muscle test ditemukan
kelemahan otot muka kanan bawah. Pasien juga mengalami
parese CN XII kiri sentral, di mana ketika pasien diminta
menjulurkan lidah ditemukan lidah pasien berdeviasi ke kiri.

Pasien mengalami disarthria ringan, karena ditemukan


artikulasi bicara pasien yang kurang jelas.
A pa saja disabilitas yang terjadipada
pasien ini?

Mobilisasi, yang ditandai gangguan


transfer dan ambulasi. Hal ini disebabkan
impairment hemiparesis sinistra.
Gangguan ADL, di mana pasien tidak
dapat berpakaian, mandi, dan ke toilet
sendiri. Hal ini juga disebabkan
impairment hemiparesis sinistra. Pasien
juga mengalami kesulitan menelan
makanan yang disebabkan impairment
paresis CN VII kiri sentral, sehingga pasien
hanya dapat mengkonsumsi makanan
lunak.
Komunikasi, di mana artikulasi bicara
A pa saja kecacatan (handicap ) yang
terjadipada pasien ini?

Tidak dapat berolahraga


Sebelum mengalami stroke, pasien hobi
berolahraga terutama jogging. Hal ini
sudah tidak dapat dilakukan lagi, karena
pasien mengalami disabilitas mobilisasi.
Rekreasi (jalan-jalan)
Sebelum mengalami stroke, pasien juga
senang berekreasi (jalan-jalan) dan hal ini
juga sudah tidak dapat dilakukan karena
disabilitas mobilisasi dan komunikasi.
B agaim ana terapirehabilitasipada
pasien ini?

Edukasi: tentang stroke dan faktor risikonya


Program edukasi bagi pasien dan keluarga akan
sangat bermanfaat dalam meningkatkan
kemampuan gerak dan fungsi pada pasien pasca
stroke. Berikan kesadaran perlunya mengaktifkan
otot-otot postur karena merupakan stabilisator
utama dalam sistem gerak.
Menjaga kestabilan emosional pasien dengan
melakukan pendekatan kooperatif untuk mengurangi
tekanan psikologis karena pasien selalu merasa
putus asa akibat merasa kelumpuhannya seakan-
akan tidak dapat dipulihkan lagi.
Kontrol faktor risiko seperti:
Hipertensi, diabetes mellitus
Melakukan kontrol ke dokter untuk memeriksa
tekanan darah dan gula darah
Pola makan yang benar dan sehat, mengurani
Proper B ed P ositioning
Posisi tidur yang benar sangat penting untuk
mencegah terjadinya ulkus dekubitus. Hindari
posisi tidur terklentang sebab posisi tidur
terlentang akan membuat otot-otot postur tidak
bekerja dan berdampak semakin cepat terjadinya
penurunan kekuatan otot.

Berikan posisi tidur miring dengan cara (kelemahan


pada sisi kiri):
Jika posisi tidur miring ke kanan maka berikan
topangan pada lengan kiri dan tungkai kiri dengan
menggunakan bantal. Usahakan posisi kepala
sejajar dengan tulang belakang.
Jika posisi miring ke kiri maka posisikan lengan kiri
pasien dalam keadaan lurus dan geser tulang
belikat agak ke depan. Posisi kaki kiri lurus dan
Proper B ed P ositioning
Proper B ed P ositioning
Proper B ed P ositioning
P hysiotherapist

Latihan mobilisasi dapat dilakukan dengan


lingkup gerak sendi baik aktif maupun pasif
untuk mencegah terjadinya kontraktur.
Miring kiri-kanan tiap 2 jam
AROM anggota gerak kanan
Active Range of Motion untuk ekstremitas yang
tidak mengalami kelemahan (pasien melakukan
sendiri).
PROM anggota gerak kiri
Passive Range of Motion untuk ekstremitas
yang mengalami kelemahan (pasien dibantu
oleh operator).
O rom otor Stim ulation
Meniup harmonika.
Menggunakan sedotan untuk latihan
menghisap. Awali dengan minuman yang cair,
perlahan-lahan ganti dengan yang semakin
kental.
Tongue press: lidah dijulurkan, ditahan dengan
sendok, coba dorong sendok sekuatnya.
Buka-tutup rahang.
Mengoles es krim di sekeliling bibir, lalu coba
bersihkan dengan menggunakan lidah.
Tapping, dengan menggunakan jari tepuk-
tepuk daerah nasoblabial dan sekeliling mulut.
Oral Hygiene
Higienitas mulut perlu diperhatikan
karena pasien yang tidak dapat
menggosok gigi sendiri rentan untuk
memburuk higienitas mulutnya,
sehingga gigi dan mulut dapat menjadi
sumber penyakit.

Kontrol 2 minggu lagi


Untuk memantau kemajuan fungsional
pasien.
B agaim ana prognosis pada pasien ini?

Quo ad vitam: ad bonam, sebab tidak


ada kondisi yang mengancam jiwa
Quo ad sanationam: dubia ad bonam,
jika faktor risiko dikontrol maka dapat
mengurangi kemungkinan terjadinya
stroke kembali.
Quo ad functionam: dubia ad bonam,
karena dengan rehabilitasi fungsi tubuh
dapat ditingkatkan walau tidak
menjadiseperti sedia kala.
STR O K E

Stroke merupakan suatu kondisi


gangguan fungsi otak mendadak
akibat tersumbatnya aliran darah
otak atau pecahnya pembuluh darah
yang berlangsung lebih dari 24 jam.
Stroke merupakan penyebab
kecacatan nomor 1 dan penyebab
kematian no 3 setelah jantung
koroner dan kanker.
Epidem iologi

Prevalensi daerah urban (Jakarta) 0,5%,


sedangkan di daerah rural (Tasikmalaya)
insidensinya 50 per 100.000 penduduk.
Di Amerika Serikat 500.000 kasus/tahun.
Insidensi meningkat pada populasi tua.
Faktor-faktor risiko yaitu usia tua, tekanan
darah tinggi, riwayat stroke sebelumnya,
riwayat Transient Ischemic Attack (TIA),
kadar kolesterol darah tinggi, merokok,
diabetes, dan fibrilasi atrium.
Etiologi

Stroke dapat diklasifikasikan


berdasarkan penyebabnya yaitu:
a. Stroke Infark : akibat berkurangnya
aliran darah ke salah satu bagian
otak.
- Infark Aterotrombotik (80%)
- Infark Emboli (20%)
b. Stroke Perdarahan: akibat pecahnya
pembuluh darah.
P enatalaksanaan U m um Stroke diU G D

Stabilisasi jalan nafas dan


pernafasan
Stabilisasi hemodinamik (sirkulasi)
Pengelolaan keseimbangan cairan
dan elektrolit
Pengelolaan nutrisi
P enatalaksanaan K husus

Pengendalian tekanan darah


Terapi Trombolitik
Terapi Antikoagulan
Terapi Anti Agregasi Platelet
Neuroprotektan
Pencegahan dan Penanggulangan Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul: Aspirasi,
Pneumonia, Gangguan kardiovaskuler,
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit,
Infeksi saluran kencing, Deep vein thrombosis,
Emboli paru, Dekubitus, Kontraktur
Rehabilitasi
Peran rehabilitasi tidak kalah penting karena dapat meningkatkan
outcome maupun mencegah komplikasi. Rehabilitasi yang dapat
diberikan berupa dapat berupa rehabilitasi fungsional
(fisioterapi, terapi bicara) maupun psiko-sosial (social support).
Fisioterapi dilakukan dengan melatih otot-otot anggota gerak
terutama yang mengalami kelumpuhan. Hal ini dapat dilakukan
sejak dini untuk membantu pemulihan dan menghindari
komplikasi.
Terapi bicara dilakukan pada penderita yang mengalami
gangguan komunikasi, baik akibat gangguan pusat bicara
maupun gangguan otot-otot bicara.
Social support terutama dukungan keluarga terhadap penderita
sangat diperlukan. Penderita stroke sering mengalami depresi
akibat kondisi kecacatan yang dialaminya sehingga
mengganggu aktivitas sehari-hari dan pekerjaannya.
R ehabilitasi
Latihan
Dysphagia
Komunikasi
Kognisi
Bracing
Ambulatori
Subluksasi Bahu
Splints
Vocational Rehabilitation
TH A N K YO U

Anda mungkin juga menyukai

  • Gizi Seimbang
    Gizi Seimbang
    Dokumen2 halaman
    Gizi Seimbang
    drndroo
    Belum ada peringkat
  • Css Ivk
    Css Ivk
    Dokumen26 halaman
    Css Ivk
    drndroo
    Belum ada peringkat
  • Insufisiensi Vena Kronis Case
    Insufisiensi Vena Kronis Case
    Dokumen22 halaman
    Insufisiensi Vena Kronis Case
    drndroo
    Belum ada peringkat
  • Katarak CASE
    Katarak CASE
    Dokumen20 halaman
    Katarak CASE
    drndroo
    Belum ada peringkat
  • Css Ivk
    Css Ivk
    Dokumen26 halaman
    Css Ivk
    drndroo
    Belum ada peringkat
  • Report Case Katarak
    Report Case Katarak
    Dokumen22 halaman
    Report Case Katarak
    drndroo
    Belum ada peringkat
  • Css Ivk
    Css Ivk
    Dokumen26 halaman
    Css Ivk
    drndroo
    Belum ada peringkat
  • Report Case Katarak
    Report Case Katarak
    Dokumen22 halaman
    Report Case Katarak
    drndroo
    Belum ada peringkat
  • Report Case Katarak
    Report Case Katarak
    Dokumen22 halaman
    Report Case Katarak
    drndroo
    Belum ada peringkat
  • Css Ivk
    Css Ivk
    Dokumen26 halaman
    Css Ivk
    drndroo
    Belum ada peringkat
  • Css Ivk
    Css Ivk
    Dokumen26 halaman
    Css Ivk
    drndroo
    Belum ada peringkat
  • Insufisiensi Vena Kronis
    Insufisiensi Vena Kronis
    Dokumen8 halaman
    Insufisiensi Vena Kronis
    drndroo
    Belum ada peringkat
  • Css Ivk
    Css Ivk
    Dokumen26 halaman
    Css Ivk
    drndroo
    Belum ada peringkat
  • Crs Cataract
    Crs Cataract
    Dokumen23 halaman
    Crs Cataract
    drndroo
    Belum ada peringkat
  • Tes Bisik Modifikasi
    Tes Bisik Modifikasi
    Dokumen1 halaman
    Tes Bisik Modifikasi
    drndroo
    Belum ada peringkat
  • Otitis Media Efusi
    Otitis Media Efusi
    Dokumen1 halaman
    Otitis Media Efusi
    drndroo
    Belum ada peringkat
  • Oma
    Oma
    Dokumen11 halaman
    Oma
    drndroo
    Belum ada peringkat
  • Crs Cataract
    Crs Cataract
    Dokumen23 halaman
    Crs Cataract
    drndroo
    Belum ada peringkat
  • Cover THT M
    Cover THT M
    Dokumen2 halaman
    Cover THT M
    drndroo
    Belum ada peringkat
  • TONSILEKTOMI
    TONSILEKTOMI
    Dokumen2 halaman
    TONSILEKTOMI
    drndroo
    Belum ada peringkat
  • Bacaan Otitis
    Bacaan Otitis
    Dokumen3 halaman
    Bacaan Otitis
    drndroo
    Belum ada peringkat
  • Omsk Alis
    Omsk Alis
    Dokumen17 halaman
    Omsk Alis
    Saifan Abdurrohman
    Belum ada peringkat
  • Crs Ome 2008
    Crs Ome 2008
    Dokumen10 halaman
    Crs Ome 2008
    Muhammad Julpian
    Belum ada peringkat
  • Anatomi Kepala
    Anatomi Kepala
    Dokumen1 halaman
    Anatomi Kepala
    drndroo
    Belum ada peringkat
  • Pemeriksaan Saraf Otak
    Pemeriksaan Saraf Otak
    Dokumen3 halaman
    Pemeriksaan Saraf Otak
    drndroo
    Belum ada peringkat
  • CSS Hemangioma
    CSS Hemangioma
    Dokumen12 halaman
    CSS Hemangioma
    drndroo
    Belum ada peringkat
  • Identitas Pasien
    Identitas Pasien
    Dokumen2 halaman
    Identitas Pasien
    drndroo
    Belum ada peringkat
  • Anatomi Kepala
    Anatomi Kepala
    Dokumen1 halaman
    Anatomi Kepala
    drndroo
    Belum ada peringkat
  • TB Anak A
    TB Anak A
    Dokumen3 halaman
    TB Anak A
    drndroo
    Belum ada peringkat