B
AIV x100%
A
dimana:
AIV=AggregateImpactValue(%)
A=Beratawalbendauji(sebelum)
B=Beratlolossaringandiameter#2.36mm(setelah)
Diperlukan2sampeluntukmendapatkannilairatarataAggregateImpactValue
2.PENGUJIANINDEKSKEPIPIHAN(FLAKINESSINDEX)(BS812:PART1:1975)
a. Tujuan :
Untuk menyeragamkan cara memperoleh indeks kepipihan atau prosentase berat agregat kasar atau pipih
yangmasihdapatdigunakansebagaibahanperkerasanpadajalanraya.
b. Alat yang digunakan :
1. Alat pengukur tebal kepipihan terbuat dari logam, dengan bentuk dan ukuran seperti pada
gambardisampingini:
2.SaringanmenurutBritishStandarddengandiameter450mmatau300mmdenganukuran
saringan63.0mm;50.0mm;37.5mm;28.0mm;19.10mm;13.2mm;9.5mmdan6.30mm
lengkapdenganpenutupwadah(pan).
3.Timbangandengankapasitasyangsesuai
4.Alatpemisahbendaujidenganukuranyangsesuai
5.Bakidenganukuranyangsesuaidapatdimasukkankedalamoven
6.Ovendenganventilasi
7.Alatpengguncangsaringanbiladiperlukan.
c. Cara Melakukan :
1. Menyaringbendaujisesuaidenganketentuanfraksiagregat
2. Menyingkirkanseluruhagregatyangtertahansaringan63.0mmdanlolos6.30mm
3. Menimbangagregatyanglolossaringan63.0mmdantertahan6.30mmsebagaiM1.
4. Menimbang berat agregat di masing-masing fraksi dan hitung prosentasenya
terhadapM1.Mencatatberatmasing-masingfraksiagregatdanprosentasenyapada
lembarisianyangtersedia.
5. Menyimpanagregatpadabaki-bakisecaraterpisahsesuaidenganukuranfraksinya.
6. Mencatatjumlahseluruhagregatyangprosentaseperfraksinyalebihbesardari5%
dandinyatakansebagaiM2.
7. Mengukur fraksi-fraksi agregat yang memiliki prosentase lebih besar dari 5 %
denganmenggunakanpengukurkepipihan(flakiness)denganketentuan
d. Hasil Pengujian :
M F x100
Indeks Kepipihan (%) = 3
M
2
dimana:
M2 = jumlah fraksi yang mempunyai prosentase berat lebih besar dari 5 % terhadap
berattotal.
M3=jumlahberatpartikelagregatyanglolospadaalatkepipihan
BAB II
PENGUJIAN MATERIAL ASPAL
2.1. PEMERIKSAAN PENETRASI BAHAN-BAHAN BITUMEN
( AASHTO T-49-80 ) ( ASTM D-5-71 )
2.1.1 Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan penetrasi bitumen keras atau
lembek (solid
atau semi solid) dengan memasukkan jarum ukuran tertentu, beban, dan waktu
tertentu ke
dalam bitumen padasuhu tertentu
2.1.2 Peralatan
A Alat penetrasi yang dapat menggerakkan pemegang jarum naik turun tanpa gesekan dan dapat
mengukur penetrasi sampai 0.1 mm.
B Pemegang jarum seberat (47.5 0.05) gr yang dapat dilepas dengan mudah dari alat penetrasi
untuk
peneraan.
C Pemberat sebesar (50 0.05) gr dan (100 0.05) gr masing-masing dipergunakan untuk
pengukuran
penetrasi dengan beban 100 gr dan 200 gr.
D Jarum penetrasi dibuat dari stainless steel mutu 44 C, atau HRC 54 sampai 60. ujung jarum
harus
berbentuk kerucut terpancung.
E Cawan contoh terbuat dari logam atau gelas berbentuk silinder.
Tabel 2.1 : Ukuran Cawan Penetrasi
Terdiri dari bejana dengan isi tidak kurang dari 10 liter dan dapat
menahan suhu tertentu dengan ketelitian lebih kurang 0.1 C. Bejana
dilengkapi dengan pelat dasar berlubang-lubang, terletak 50 mm di atas
dasar bejana dan tidak kurang dari 100 mm di atas dasar bejana dan
tidak kurang dari 100 mm di bawah permukaan air dalam bejana.
G Tempat air untuk benda uji ditempatkan di bawah alat penetrasi.
Tempat tersebut mempunyai isi tidak kurang dari dari 350 ml dan tinggi
yang cukup untuk merendam benda uji tanpa bergerak.
H Pengukuran waktu.
Untuk pengukuran penetrasi dengan tangan diperlukan stop watch
dengan skala pembagian terkecil 0.1 detik atau kurang, dan kesalahan
tertinggi 0.1 detik per detik. Untuk pengukuran penetrasi dengan alat
otomatis, kesalahan alat tersebut tidak boleh melebihi 0.1 detik.
I Termometer.
2.1.3 Benda Uji
Panaskan contoh perlahan-lahan serta aduklah hingga cukup
cair untuk dapat dituangkan. Pemanasan contoh untuk ter
tidak lebih dari 60 C di atas titik lembek, dan untuk bitumen
tidak lebih dari 90C di atas titik lembek. Waktu pemanasan
tidak boleh melebihi 30 menit. Aduklah perlahan-lahan agar
udara tidak masuk ke dalam contoh.
Setelah contoh merata, tuangkan ke dalam tempat contoh
dan diamkan hingga dingin, tinggi contoh dalam tempat
tersebut tidak kurang dari angka penetrasi ditambah 10 mm.
Buatlah dua benda uji (duplo).
Tutup benda uji agar bebas dari debu dan diamkan pada
suhu ruang selama 1 sampai 1.5 jam untuk benda uji kecil dan
1.5 sampai 2 jam untuk yang besar.
Keterangan gambar :
1. Arloji pengukur
2. Beban
3. Pengunci
4.Tombol lepas
5. Pemegang jarum
6.Jarum Penetrasi
7. Thin Box (Cawan
Contoh)
8. Bejana Gelas
Gambar 2.1 : Alat Penetrasi
2.1.5 Hasil Pengujian
Nilai penetrasi dinyatakan sebagai rata-rata dari sekurang-
kurangnya 3 pembacaan dengan ketentuan bahwa hasil-hasil
pembacaan tidak melampaui ketentuan pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.2 : Toleransi Untuk Hasil Penetrasi
No. Hasil 0 49 50 150 200
penetrasi 149 199
1. Toleransi 2 4 6 8
Tabel 2.3 : Hasil pengujian penetrasi pada 25 0 dengan beban 100 gram , dalam
jangka waktu 5 detik sebelum kehilangan berat
Pengamat
1 2 3 4 5
an
Benda uji
67 69 70 73 73
I
Benda uji
86 86 87 90 95
Tabel 2.4 : Hasil II
pengujian
Rata-rata
penetrasi pada 2579,60
dengan beban 100 gram , dalam
0
Pengamat
1 2 3 4 5
an
Benda uji
79 80 80 82 82
I
Benda uji
70 70 70 71 71
II
2.1.6 Kesimpulan.
Dari hasil pengujian diatas di dapat rata rata pengujiaan penetrasi bahan-
bahan bitumen (AASHTO T-49-80) adalah 79,6% dengan toleransi perbedaan
masing-masing pengujiaan antara 2% 4%. Dimana persyaratan untuk aspal
keras dengan pengujiaan bahan-bahan bitumen penetrasi 60/70 minimal sebesar
60, sehingga hasil pengujian tersebut memenuhi persyaratan.
Dari tabel 2.3 hasil pengujian diatas di dapat rata-rata pengujiaan penetrasi
sebelum kehilangan berat pada suhu 250 C dengan beban 100 gram yang di
baca dalam jangka waktu 5 detik adalah 79,60 mm sedangkan pengujian
penetrasi setelah kehilangan berat pada suhu 250 C dengan beban 100 gram
adalah rata rata sebesar 75,5 mm. Dengan persyaratan aspal keras penetrasi
60/70 setelah kehilangan berat minimal 75% dari penetrasi semula, sehingga
hasil pengujian diatas memenuhi persyaratan karena lebih besar dari 75 % x
79,6 = 59,7%.
2.2. PEMERIKSAAN TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR ( AASHTO T 48-
81 ) ( ASTM D-92-52 )
2.2.1 Peralatan
A Termometer
B Cawan kuningan
C Pemanas, pembakaran gas atau tungku listrik atau pembakar alcohol yang
tidak menimbulkan
asap atau nyala di sekitar atas cawan.
D Stopwatch
A termometer
B. Cawan kuning
C alat pemanas
D stopwatch
2.2.2 Benda Uji
Memanaskan contoh aspal antara 148,9 C sampai 176 C sampai
cukup cair. Kemudian mengisikan pada cawan cleveland sampai
garis pembatas dan menghilangkan (memecahkan) gelembung
udara yang ada pada permukaan cairan.
2.2.5 Hasil Pengujian
Pemeriksaan yang tidak memenuhi syarat toleransi dianggap gagal dan harus
diulang.
Tabel 2.6 : Hasil Pengujian Nilai Toleransi Titik Nyala Benda Uji
o
C di bawah titik
Waktu o
C Titik/ kondisi
nyala
11
Catatan
1 : Titik nyala = 302 C, Titik bakar = 304 C
2.2.6 Kesimpulan.
Dari percobaan di atas dapat di simpulkan bahwa aspal memiliki titik nyala 302
C yaitu pada saat kondisi alat penguji menyala, sedangkan titik bakarnya 304C
dan dimana titik nyala tersebut telah memenuhi table persyaratan aspal keras
dengan penetrasi 60/70 yaitu minimal 232C.
2.3. PEMERIKSAAN TITIK LEMBEK ASPAL DAN TER
( AASHTO T-53-89 )
2.3.2 Peralatan
Termometer
Bejana gelas tahan pemanasan , dengan diameter dalam 8.5 cm, tinggi 12
cm
Cincin kuningan
Dudukan benda uji , lengkap dengan pengarah bola baja dan plat dasar yang
mempunyai jarak tertentu
Bola baja
Pemanas a. Termometer
Stopwacth b. bejana gelas tahan pemanas
c. cincin kuningan
d. dudukan benda uji
e. Pemanas
f. Stopwacth
Setelah dingin, ratakan permukaan contoh dalam cincin dengan pisau yang telah
dipanaskan.
2.3.5 Hasil Pengujian
Melaporkan suhu pada saat setiap bola menyentuh pelat dasar,
melaporkan suhu titik lembek bahan bersangkutan dari hasil pengamatan
rata-rata dan membulatkan sampai 0.5 C terdekat untuk tiap percobaan
ganda (duplo).
Apabila kecepatan pemanasan melebihi ketentuan, maka pekerjaan
diulangi. Apabila dari suatu pekerjaan duplo perbedaan suhu melebihi 1 C
, maka pekerjaan diulangi.
Tabel 2.7 : Hasil Pengujian
Suhu yang diamati Waktu Untuk Titik Lembek Aspal
Titik lembek C
o
o
C F
o
Benda Uji I Benda Uji II Benda Uji I Benda Uji II
0 12,43 12,43
5 12,52 12,52
10 12,54 12,54
15 12,56 12,56
20 12,57 12,57
25 12,58 12,58
30 12,58 12,58
35 12,59 12,59
40 13,00 13,00
45 13,01 13,01
50 13,02 13,02
2.3.6 Kesimpulan.
Berdasarkan hasil percobaan didapatkan data bahwa titik lembek yaitu pada
saat bola baja dengan berat tertentu mendesak turun aspal, menyentuh dasar plat.
Dari tabel 2.7 hasil pengujian diatas untuk pengujian titik lembek aspal diperoleh
titik lembek pada benda uji I pada waktu 13.03 WIB sebesar 55C dan selanjutnya
diperoleh titik lembek pada benda uji II pada waktu 13.03 WIB sebesar 55C.
Sehingga kedua benda uji tersebut memenuhi persyaratan pada pengujian titik
lembek dengan penetrasi 60/70 dan berada padakondisi titik lembek minimum dan
maksimum diantara 48C 58C.
2.4. PEMERIKSAAN DAKTILITAS BAHAN-BAHAN ASPAL
( AASHTO T-51-81 )
2.4.1 Peralatan
Termometer.
Cetakan daktilitas kuningan
Bak perendam isi 10 liter yang dapat menjaga suhu tertentu selama
pengujian dengan ketelitian 0.1 C dan benda uji dapat direndam sekurang-
kurangnya 10 cm di bawah permukaan air.
Mesin uji
Dapat menarik baja dengan kecepatan yang tetap
Dapat menjaga benda uji tetap terendam dan tidak menimbulkan getaran
selama pemeriksaan.
Methyl alkohol teknik dan sodium klorida teknik.
2.4.2 Benda Uji
Melapisi semua bagian dalam cetakan daktilitas dan bagian atas pelat dasar
dengan campuran glycerin dan dextrin atau glycerin dan kaolin atau amalgam.
Kemudian memasang cetakan daktilitas di atas pelat dasar. Memanaskan contoh
aspal kira-kira 100 gram sehingga cair dan dapat dituang. Untuk menghindari
pemanasan setempat, lakukan dengan hati-hati.
Bak
2.4.3 Hasil Pengujian
Laporkan hasil rata-rata dari tiga benda uji normal sebagai harga
daktilitas contoh tersebut. Apabila benda uji menyentuh dasar mesin uji
atau terapung pada permukaan air maka pengujian dianggap gagal dan
tidak normal. Untuk menghindari hal semacam ini maka berat jenis air
harus disesuaikan dengan berat jenis benda uji dengan menambah methyl
alkohol atau sodium klorida. Apabila pemeriksaan normal tidak berhasil
setelah dilakukan 3 kali, maka dilaporkan bahwa pengujian daktilitas
aspal tersebut gagal.
Dari pengujian bahan-bahan aspal diperoleh data sebagai berikut :
Pengamatan I : 100 cm
Pengamatan II : 100 cm
=100 100
Nilai pengamatan rata rata 100 cm
2
2.4.4 Kesimpulan
Dari hasil percobaan pengujian daktilitas bahan-bahan aspal sebelum
kehilangan berat pada suhu 25C dengan kecepatan mesin 5 cm per menit
diperoleh panjang rata-rata yang dapat ditarik antara dua cetakan yang berisi
bahan aspal keras adalah 100 cm dan setelah kehilangan berat panjang rata-rata
yang dapat ditarik antara dua cetakan yang berisi bahan aspal keras adalah 100
cm. Dimana syarat untuk pengujian daktilitas bahan-bahan aspal dengan penetrasi
60/70 minimal adalah 100 cm, sehingga pengujian tersebut memenuhi syarat dan
mutu aspal tersebut bagus dan baik untuk digunakan.
2.5. PEMERIKSAAN BERAT JENIS ASPAL KERAS ( AASHTO
T-226-79 )
2.5.1 Peralatan
Air
Pasir Hitam
Bejana gelas
Timbangan , dengan ketelitian 0.1 gram
a.Air c.Bejanagelas
b.Bitumenkeras
d.Timbangan
aTimbangan
c.Cawan
dimana :
A = berat cawan + contoh sebelum pemanasan (gram)
B = berat cawan + contoh setelah pemanasan (gram)
Pada sampel I dan II
1. A = 63,4 gram
2. B = 63,3 gram
3. Kehilangan berat = A B
= 63,4 63,3 = 0,1 gram
4. Kehilangan berat dalam % = 63,4 63,3 %
100% 0,158
63,4
Dengan cara yang sama diperoleh hasil pengujian untuk sampel II dan III sebesar
0,300 %
dan 0,139 %.
5. Rata rata = 0,158 0,300 0,139 % 0,199%
3
2.6.4 Kesimpulan
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai rata rata kehilangan berat minyak dan
aspal sebesar 0.199 %. Dengan demikian memenuhi syarat karena syarat
pengujian kehilangan berat minyak dan aspal dengan penetrasi 60/70 maksimum
adalah 0,4 %.
BAB III
PENGUJIAN AGREGAT
Keterangan
gambar :
1. Counter
2. Handle
pengangkat
3. Pelatuk pengait
4. Kepala
penumbuk
5. Palang
penahan
1. Berat total mesin tidak lebih dari 60 kg dan tidak kurang dari 40 kg. Dasar
mesin terbuat darbaja dengan diameter 300 mm dan memiliki berat antara 22
sampai 30 kg.
2. Cylindrical Steel Cup memiliki diameter dalam 102 mm dan kedalaman 50 mm.
Ketebalan cup
tidak kurang dari 5 mm.
3. Palu baja yang digunakan memiliki berat antara 13.5 13.2 kg dengan bagian
bawah (bidang kontak) merupakan lingkaran dan datar. Diameter bidang
kontak 100 mm dan ketebalan 50 mm, dengan chamfer 1.5 mm. Palu diatur
sedemikian rupa hingga dapat bergerak naik turun dengan mudah tanpa
gesekan berarti. Palu baja bergerak jatuh bebas dengan tinggi jatuh 380 5
mm, diukur dari bidang kontak palu sampai permukaan benda uji dalam cup.
4. Alat pengunci palu dapat diatur sedemikian rupa untuk memudahkan
penggantian benda uji dan pemasangan cup.
B. Timbangan dengan kapasitas minimal 3 kg dan dengan ketelitian minimal 0.1
gram.
C Saringan dengan diameter # 13.2 mm ; 9.5 mm ; 2.36 mm (British Standard).
Untuk ukuran agregat non-standar dapat dilihat pada tabel 3.1 di bawah ini.
Tabel 3.1 : Ukuran Agregat Standar dan Non Standar ( yang dapat digunakan dengan dasar ukuran
saringan dari British Standard )
Saringan Saringan
Jenis Ukuran lolos
tertahan pemisah
1. Non 28.0 Mm 19.10 mm 5.0 mm
19.10 Mm 13.2 mm 3.35 mm
Standar
2. Standar 13.2 Mm 9.5 mm 2.36 mm
9.5 Mm 6.3 mm 1.70 mm
3. Non 6.3 Mm 5.0 mm 1.18 mm
Standar 5.0 Mm 3.35 mm 850 mm
3.35 Mm 2.36 mm 600 mm
Catatan : Agregat dengan ukuran lebih besar dari 13.2 mm
kurang cocok dilakukan Impact Test.
B
AIV= x100%
A
dimana :
AIV = Aggregate Impact Value (%)
A = Berat awal benda uji (sebelum)
B = Berat lolos saringan diameter # 2.36 mm (setelah)
Pada sample I
A = 605,7 gram
B = 42,7 gram
Maka AIV =
605,7
100% 7 , 05%
Pada sample
42II, 7
A = 592,5 gram
B = 54,3 gram
Maka AIV =592,3
100 % 9,16%
54 ,3
3.1.4 Kesimpulan
Rata rata nilai AIV (Agregat Impact Value) hasil percobaan yang telah
dilakukan diperoleh sebesar 8,11 %, sehingga dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa agregat yang digunakan dalam percobaan telah
memenuhi persyaratan karena berada dibawah nilai AIV (Agregat Impact
Value) maksimum yang disyaratkan yaitu 30%.
3.2 PENGUJIAN INDEKS KEPIPIHAN ( FLAKINESS INDEX ) ( BS 812 : Part 1 :
1975 )
3.2.1 Peralatan
A. Alat pengukur tebal kepipihan terbuat dari logam, dengan bentuk dan ukuran
seperti pada gambar dibawah ini :
= 1245,40x100
2254,60
= 55,24 %
3.2.7 Kesimpulan.
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan maka diperoleh nilai flakiness
index sebesar 55,24 %. Sehingga tidak memenuhi sebagai agregat
perkerasan bahan jalan, atau flakiness indeks melebihi batas maksimal atau
lebih besar dari 25%.
3.3 ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR
( AASHTO T-27-82 )
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan
pembagian butir (gradasi) agregat halus dan agregat
kasar dengan menggunakan saringan.
Peralatan
Timbangan , dengan ketelitian 0.2 % dari berat benda uji
Saringan
Talam
Sikat kuningan
Oven , yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk
memanasi sampai (110 5) C
Alat pengayak
Alat pemisah contoh
Cara Melakukan
Benda uji
dikeringkan dalam oven dengan suhu (110 5) C,
sampai berat tetap.
Menyaring benda uji melewati susunan saringan dengan
ukuran lubang saringan paling besar ditempatkan paling
atas. Guncang susunan saringan tersebut dengan tangan
atau mesin pengguncang selama 15 menit.
Hasil Pengujian