Jatim 2017
DIVI SI 6
PERKERASAN ASP AL
SEKSI 6.1
LAPIS RESAP PENGIKAT (PRIME COAT) DAN LAPIS PEREKAT (TACK COAT)
6.1.1 UMUM
1) Uraian
Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan dan penghamparan bahan aspal pada
permukaan yang telah disiapkan sebelumnya untuk pemasangan lapisan beraspal
berikutnya. Lapis Resap Pengikat harus dihampar diatas permukaan pondasi tanpa
bahan pengikat Lapis Pondasi Agregat, sedangkan Lapis Perekat harus dihampar di
atas permukaan berbahan pengikat (seperti : Lapis Penetrasi Macadam, Laston (ATB
dan AC), Lataston (HRS) dan diatas Semen Tanah, RCC, CTB, Perkerasan Beton,
dll).
3) Standar Rujukan
AASHTO :
AASHTO M20-70 (2004) : Penetration Graded Asphalt Cement
AASHTO T59-01 (2005) : Testing Emulsified Asphalts
BritishStandards :
BS 3403 : Industrial Tachometers
Lapisan Resap Pengikat harus disemprot hanya pada permukaan yang kering atau
mendekati kering, dan Lapis Perekat harus disemprot hanya pada permukaan yang
benar-benar kering. Penyemprotan Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat tidak
boleh dilaksanakan waktu angin kencang, hujan atau akan turun hujan.
5) Mutu Pekerjaan dan Perbaikan dari Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan
Lapisan yang telah selesai harus menutup keseluruhan permukaan yang dilapisi dan
tampak merata, tanpa adanya bagian-bagian yang beralur atau kelebihan aspal.
Untuk Lapis Perekat, harus melekat dengan cukup kuat di atas permukaan yang
disemprot. Untuk penampilan yang kelihatan berbintik-bintik, sebagai akibat dari
bahan aspal yang didistribusikan sebagai butir-butir tersendiri dapat diterima asalkan
penampilannya kelihatan rata dan keseluruhan takaran pemakaiannya memenuhi
ketentuan.
Untuk Lapis Resap Pengikat, setelah proses pengeringan, bahan aspal harus sudah
meresap ke dalam lapis pondasi, meninggalkan sebagian bahan aspal yang dapat
ditunjukkan dengan permukaan berwarna hitam yang merata dan tidak berongga
(porous). Tekstur untuk permukaan lapis pondasi agregat harus rapi dan tidak boleh
ada genangan atau lapisan tipis aspal atau aspal tercampur agregat halus yang cukup
tebal sehingga mudah dikupas dengan pisau.
Perbaikan dari Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat yang tidak memenuhi
ketentuan harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, termasuk
pembuangan bahan yang berlebihan, penggunaan bahan penyerap (blotter material),
atau penyemprotan tambahan seperlunya. Setiap kerusakan kecil pada Lapis Resap
Pengikat harus segera diperbaiki menurut Seksi 8.1 dan Seksi 8.2 dari Spesifikasi
ini. Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan agar lubang yang besar atau kerusakan
lain yang terjadi dibongkar dan dipadatkan kembali atau penggantian lapisan
pondasi diikuti oleh pengerjaan kembali Lapis Resap Pengikat.
Penyedia Jasa harus mengajukan hal-hal berikut ini kepada Direksi Pekerjaan :
a) Lima liter contoh dari setiap bahan aspal yang diusulkan oleh Penyedia Jasa
untuk digunakan dalam pekerjaaan dilengkapi sertifikat dari pabrik
pembuat-nya dan hasil pengujian seperti yang disyaratkan dalam Pasal
1.11.1.(3).(c), diserahkan sebelum pelaksanaan dimulai. Sertifikat tersebut
harus menjelas-kan bahwa bahan aspal tersebut memenuhi ketentuan dari
Spesifikasi dan jenis yang sesuai untuk bahan Lapis Resap Pengikat atau
Lapis Perekat, seperti yang ditentukan pada Pasal 6.1.2 dari Spesifikasi ini.
6-2
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
b) Catatan kalibrasi dari semua instrumen dan meteran pengukur dan tongkat
celup ukur untuk distributor aspal, seperti diuraikan dalam Pasal 6.1.3.(3)
dan 6.1.3.(4) dari Spesifikasi ini, yang harus diserahkan paling lambat 30
hari sebelum pelaksanaan dimulai. Tongkat celup ukur, alat instrumen dan
meteran pengukur harus dikalibrasi sampai memenuhi akurasi, toleransi
ketelitian dan ketentuan seperti diuraikan dalam Pasal 6.1.3.(4) dari
Spesifikasi ini dan tanggal pelaksanaan kalibrasi harus tidak melebihi satu
tahun sebelum pelaksanaan dimulai.
d) Contoh-contoh bahan yang dipakai pada setiap hari kerja harus dilaksanakan
sesuai dengan Pasal 6.1.6 dari Spesifikasi ini. Laporan harian untuk
pekerjaan pelaburan yang telah dilakukan dan takaran pemakaian bahan
harus memenuhi ketentuan Pasal 6.1.6 dari Spesifikasi ini.
b) Penyedia Jasa harus bertanggung jawab terhadap dampak yang terjadi bila
lalu lintas yang dijinkan lewat di atas Lapis Resap Pengikat atau Lapis
Perekat yang baru dikerjakan,.
6.1.2 BAHAN
a) Bahan aspal untuk Lapis Resap Pengikat haruslah salah satu dari berikut ini:
6-3
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
iii) Bahan Aspal emulsi jenis sedang dan lambat waktu pengerasan yang
memenuhi ketentuan AASHTO M 140 atau M 208 dapat digunakan
sebagai lapis resap pengikat.
b) Pemilihan jenis aspal emulsi yang digunakan, kationik atau anionik, harus
sesuai dengan muatan batuan lapis pondasi. Gunakan aspal emulsi kationik
bila agregat untuk lapis pondasi adalah agregat basa (bermuatan negatif) dan
gunakan aspal emulsi anionik bila agregat untuk lapis pondasi adalah agregat
asam (bermuatan positif). Bila ada keraguan atau bila bila aspal emulsi
anionik sulit didapatkan, Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan untuk
menggunakan aspal emulsi kationik.
c) Bilamana lalu lintas diijinkan lewat di atas Lapis Resap Pengikat maka harus
digunakan bahan penyerap (blotter material) dari hasil pengayakan kerikil
atau batu pecah, terbebas dari butiran-butiran berminyak atau lunak, bahan
kohesif atau bahan organik. Tidak kurang dari 98 persen harus lolos ayakan
ASTM 3/8” (9,5 mm) dan tidak lebih dari 2 persen harus lolos ayakan ASTM
No.8 (2,36 mm).
d) Penyedia jasa tidak boleh memproduksi sendiri aspal emulsi tanpa persetujuan
Direksi Pekerjaan, dan dilarang mengencer-kan aspal emulsi dengan air.
a) Aspal emulsi reaksi cepat (rapid setting, CRS-1) yang memenuhi ketentuan
SNI 03- 6932-2002 atau SNI 03-4798-1998.
6-4
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
d) Aspal emulsi modifikasi reaksi cepat (rapid setting, CRS-1) harus bahan
styrene butadiene rubber latex atau polycholoprene latex sesuai dengan
AASHTO M316-99 (2003) Tabel 1 CRS-2L dengan kandungan karet kering
minimum 60%. Kadar bahan modifikasi (polymer padat) dalam aspal emulsi
haruslah min 2,5% terhadap berat residu aspal. Dalam kondisi apapun, aspal
emulsi modifikasi tidak boleh diencerkan di lapangan. Aspal emulsi
modifikasi reaksi cepat (rapid setting, CRS-1) yang digunakan harus
memenuhi Tabel 6.1.2.(1) dan 6.1.2.(1.a).
e) Bila lapis perekat dipasang di atas lapis beraspal atau berbahan pengikat aspal,
gunakan aspal emulsi kationik. Bila lapis perekat dipasang di atas perkerasan
beton atau berbahan pengikat semen, gunakan aspal emulsi anionik. Bila ada
keraguan atau bila bila aspal emulsi anionik sulit didapatkan, Direksi
Pekerjaan dapat memerintahkan untuk menggunakan aspal emulsi kationik.
6-5
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
Tipe
Mengikat
Mengikat lambat Mengikat Sedang Mengikat cepat
lebih cepat
Jenis Pengujian Satuan Metode Uji Kelas
CSS-1 CSS-1h CMS-2 CMS-2h CRS-1 CRS-2 CQS-1h
Min Maks Min Maks Min Maks Min Maks Min Maks Min Maks Min Maks
A. Aspal Emulsi
1. Viskositas Syaibolt Furol, 25ºC Detik 20 100 20 100 - - - - - - - - 20 100
SNI 03-6721
2. Viskositas Syaibolt Furol, 50ºC Detik - - - - 50 450 50 450 20 100 100 400 - -
3. Stabilitas penyimpanan 24 jam % SNI 03-6828 - 1 - 1 - 1 - 1 - 1 - 1 - -
4. Pemisahan, 35 mL; 0,8 % dioctyl sodium AASHTO T-59
% - - - - - - - - 40 - 40 - - -
sulfosucinat Butir 7
5. Kemampuan penyelimutan & ketahan thd
air
- Penyelimutan, agregat kering - - - - Baik Baik
- Penyelimutan, agregat kering, setelah
SNI 03-3645 - - - - Sedang Sedang
disemprot air
- Penyelimutan, agregat basah - - - - Sedang Sedang
- Penyelimutan, agregat basah, setelah
- - - - Sedang Sedang
disemprot air
6. Muatan partikel % SNI 03-3644 Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif
7. Analisa saringan % SNI 03-3643 - 0,1 - 0,1 - 0,1 - 0,1 - 0,1 - 0,1 - 0,1
8. Uji campuran semen % SNI 03-6830 - 2,0 - 2,0 - - - - - - - - - -
9. Penyulingan
% Volume
- Destilat minyak SNI 03-3642 - - - - - 12 - 12 - 3 - 3 - -
Emulsi
- Residu penyulingan % 57 - 57 - 65 - 65 - 60 - 65 - 57 -
B. Pengujian residu penyulingan
1. Penetrasi, 25ºC, 100 gram, 5 detik 0,1 mm SNI 06-2456 100 250 40 90 100 250 40 90 100 250 100 250 40 90
2. Daktilitas, 25ºC, 5 cm/ menit Cm SNI 06-2432 40 - 40 - 40 - 40 - 40 - 40 - 40 -
3. Kelarutan dalam trikoloroetilena % SNI 06-2438 97,5 - 97,5 - 97,5 - 97,5 - 97,5 - 97,5 - 97,5 -
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
6.1.3 PERALATAN
1) Ketentuan Umum
Penyedia Jasa harus melengkapi peralatannya terdiri dari penyapu mekanis dan atau
kompresor, distributor aspal, peralatan untuk memanaskan bahan aspal dan peralatan
yang sesuai untuk menyebarkan kelebihan bahan aspal.
a) Distributor aspal harus berupa kendaraan beroda ban angin yang bermesin
penggerak sendiri, memenuhi peraturan keamanan jalan. Bilamana dimuati
penuh maka tekanan ban pada pengoperasian dengan kecepatan penuh tidak
boleh melampaui tekanan yang direkomendasi pabrik pembuatnya.
3) Perlengkapan
Toleransi ketelitian dan ketentuan jarum baca yang dipasang pada distributor aspal
dengan batang semprot harus memenuhi ketentuan berikut ini :
6-6
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
Distributor aspal harus dilengkapi dengan Grafik Penyemprotan dan Buku Petunjuk
Pelaksanaan yang harus disertakan pada alat semprot, dalam keadaan baik, setiap saat.
Buku petunjuk pelaksanaan harus menunjukkan diagram aliran pipa dan semua
petunjuk untuk cara kerja alat distributor.
6-7
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
Perlengkapan utama peralatan penyemprot aspal tangan harus selalu dijaga dalam
kondisi baik, terdiri dari :
a) Tangki aspal dengan alat pemanas (apabila menggunakan aspal cair);
b) Pompa yang memberikan tekanan ke dalam tangki aspal sehingga aspal
dapat tersemprot keluar;
c) Batang semprot yang dilengkapi dengan lubang pengatur keluarnya aspal
(nosel).
d) Penyemprotan, ketelitian dan pengujian haruslah memenuhi ketentuan pada
pasal 6.1.3 6) dari Spesifikasi ini.
Agar diperoleh hasil penyemprotan yang merata maka Penyedia Jasa harus
menyediakan tenaga operator yang terampil dan diuji coba dahulu kemampuannya
sebelum disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
6-8
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
6-9
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
3) Pelaksanaan Penyemprotan
a) Batas permukaan yang akan disemprot oleh setiap lintasan penyemprotan
harus diukur dan ditandai. Khususnya untuk Lapis Resap Pengikat, batas-
batas lokasi yang disemprot harus ditandai dengan cat atau benang.
b) Agar bahan aspal dapat merata pada setiap titik maka bahan aspal harus
disemprotkan dengan batang penyemprot dengan kadar aspal yang
diperintahkan, kecuali jika penyemprotan dengan distributor tidaklah
praktis untuk lokasi yang sempit, Direksi Pekerjaan dapat menyetujui
pemakaian penyemprot aspal tangan (hand sprayer).
Alat penyemprot aspal harus dioperasikan sesuai grafik penyemprotan yang
telah disetujui. Kecepatan pompa, kecepatan kendaraan, ketinggian batang
semprot dan penempatan nosel harus disetel sesuai ketentuan grafik
tersebut sebelum dan selama pelaksanaan penyemprotan.
c) Bila diperintahkan, bahwa lintasan penyemprotan bahan aspal harus satu
lajur atau setengah lebar jalan dan harus ada bagian yang tumpang tindih
(overlap) selebar 20 cm sepanjang sisi-sisi lajur yang bersebelahan.
Sambungan memanjang selebar 20 cm ini harus dibiarkan terbuka dan
tidak boleh ditutup oleh lapisan berikutnya sampai lintasan penyemprotan
di lajur yang bersebelahan telah selesai dilaksanakan. Demikian pula
lebar yang telah disemprot harus lebih besar dari pada lebar yang
ditetapkan, hal ini dimaksudkan agar tepi permukaan yang ditetapkan
tetap mendapat semprotan dari tiga nosel, sama seperti permukaan yang
lain.
d) Lokasi awal dan akhir penyemprotan harus dilindungi dengan bahan yang
cukup kedap. Penyemprotan harus dimulai dan dihentikan sampai seluruh
batas bahan pelindung tersemprot, dengan demikian seluruh nosel bekerja
dengan benar pada sepanjang bidang jalan yang akan disemprot.
e) Sisa aspal dalam tangki distributor harus dijaga tidak boleh kurang dari 10
persen dari kapasitas tangki untuk mencegah udara yang terperangkap
(masuk angin) dalam sistem penyemprotan.
6 - 10
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
harus diratakan dengan menggunakan alat pemadat roda karet, sikat ijuk
atau alat penyapu dari karet.
k) Tempat-tempat bekas kertas resap untuk pengujian kadar bahan aspal harus
dilabur kembali dengan bahan aspal yang sejenis secara manual dengan
kadar yang hampir sama dengan kadar di sekitarnya.
a) Penyedia Jasa harus tetap memelihara permukaan yang telah diberi Lapis
Resap Pengikat atau Lapis Perekat sesuai standar yang ditetapkan dalam
Pasal 6.1.1.(5) dari Spesifikasi ini sampai lapisan berikutnya dihampar.
Lapisan berikutnya hanya dapat dihampar setelah bahan resap pengikat
telah meresap sepenuhnya ke dalam lapis pondasi dan telah mengeras
dalam waktu paling sedikit 48 jam setelah penyemprotan atau sebagaimana
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
6 - 11
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
Untuk Lapis Resap Pengikat yang akan dilapisi Burtu atau Burda, waktu
penundaan harus sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan
minimum dua hari dan tak boleh lebih dari empat belas hari, tergantung
dari lalu lintas, cuaca, bahan aspal dan bahan lapis pondasi yang
digunakan.
b) Lalu lintas tidak diijinkan lewat sampai bahan aspal telah meresap dan
mengering serta tidak akan terkelupas akibat dilewati roda lalu lintas.
Dalam keadaan khusus, lalu lintas dapat diijinkan lewat sebelum waktu
tersebut, tetapi tidak boleh kurang dari empat jam setelah penghamparan
Lapis Resap Pengikat tersebut. Agregat penutup (blotter material) yang
bersih, yang sesuai dengan ketentuan Pasal 6.1.2.(1).(b) dari Spesifikasi ini
harus dihampar sebelum lalu lintas diijinkan lewat. Agregat penutup harus
disebar dari truk sedemikian rupa sehingga roda tidak melindas bahan aspal
yang belum tertutup agregat. Bila penghamparan agregat penutup pada
lajur yang sedang dikerjakan yang bersebelahan dengan lajur yang belum
dikerjakan, sebuah alur (strip) yang lebarnya paling sedikit 20 cm
sepanjang tepi sambungan harus dibiarkan tanpa tertutup agregat, atau jika
sampai tertutup harus dibuat tidak tertutup agregat bila lajur kedua sedang
dipersiapkan untuk ditangani, agar memungkinkan tumpang tindih
(overlap) bahan aspal sesuai dengan Pasal 6.1.4.(3).(d) dari Spesifikasi ini.
Pemakaian agregat penutup harus dilaksanakan seminimum mungkin.
Pengeringan lapis perekat yang basah akibat hujan turun dengan tiba-tiba dengan
menggunakan udara bertekanan (compressor) dapat dilakukan sebelum lapis
beraspal dihampar hanya bila lamanya durasi hujan kurang dari 4 jam. Pemberian
kembali lapis perekat (retackcoating) harus dilakukan bila lapis perekat terkena
hujan lebih dari 4 jam.
b) Dua liter contoh bahan aspal yang akan dihampar harus diambil dari
distributor aspal, masing-masing pada saat awal penyemprotan dan pada
saat menjelang akhir penyemprotan.
6 - 12
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
c) Distributor aspal harus diperiksa dan diuji, sesuai dengan ketentuan Pasal
6.1.3.(6) dari Spesifikasi ini sebagai berikut :
6 - 13
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
d) Pembersihan dan persiapan akhir pada permukaan jalan sesuai dengan Pasal
6.1.4.(3).(d) sampai 6.1.4.(3).(g) dari Spesifikasi ini dan pemeliharaan
permukaan Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat yang telah selesai
menurut Pasal 6.1.5 dari Spesifikasi ini harus dianggap merupakan satu
kesatuan dengan pekerjaan Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat yang
memenuhi ketentuan dan tidak boleh diukur atau dibayar secara terpisah.
Bila perbaikan pekerjaan Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat yang tidak
memenuhi ketentuan telah dilaksanakan sesuai perintah Direksi Pekerjaan menurut
Pasal 6.1.1.(5) di atas, maka kuantitas yang diukur untuk pembayaran haruslah
merupakan pekerjaan yang seharusnya dibayar jika pekerjaan yang semula diterima.
Tidak ada pembayaran tambahan yang akan dilakukan untuk pekerjaan tambahan,
kuantitas maupun pengujian yang diperlukan oleh perbaikan ini.
3) Dasar Pembayaran
Kuantitas yang sebagaimana ditetapkan di atas harus dibayar menurut Harga Satuan
Kontrak per satuan pengukuran untuk Mata Pembayaran yang tercantum di bawah
ini dan dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana pembayaran tersebut harus
merupakan kompensasi penuh untuk pengadaan dan penyemprotan seluruh bahan,
termasuk bahan penyerap (blotter material), penyemprotan ulang, termasuk seluruh
pekerja, peralatan, perlengkapan, dan setiap kegiatan yang diperlukan untuk
menyelesaikan dan memelihara pekerjaan yang diuraikan dalam Seksi ini.
6 - 14
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
SEKSI 6.2
6.2.1 UMUM
1) Uraian
3) Standar Rujukan
6 - 15
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
ASTM :
Pelaburan aspal harus disemprot hanya pada permukaan yang kering dan bersih,
serta tidak boleh dilaksanakan waktu angin kencang, hujan atau akan turun hujan.
Pelaburan aspal harus dilaksanakan hanya selama musim kemarau dan bilamana
cuaca diperkirakan baik paling sedikit 24 jam setelah pengerjaan.
BURTU atau lapisan pertama BURDA tidak boleh lebih tebal dari satu batu dan
bebas dari bahan-bahan yang lepas setelah penggilasan yang dikuti oleh penyapuan.
Lapisan kedua BURDA tidak boleh lebih tebal dari satu batu dan bebas dari bahan-
bahan yang lepas setelah penggilasan yang dikuti oleh penyapuan. Lapisan kedua
BURDA tidak boleh dimulai sebelum mendapat persetujuan tertulis dari Direksi
Pekerjaan.
Pekerjaan BURTU dan BURDA yang telah selesai, permukaannya harus terlihat
seragam, dan bentuknya menerus, terkunci rapat, harus kedap air tanpa ada lubang-
lubang atau tanpa memperlihatkan adanya bagian yang kelebihan aspal. Permukaan
pekerjaan pelaburan aspal yang telah selesai harus dipelihara oleh Penyedia Jasa
paling sedikit selama 3 hari agar tidak terdapat agregat yang lepas.
Pekerjaan BURTU dan BURDA yang tidak memenuhi ketentuan, harus diperbaiki
sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dapat mencakup pembuangan
atau penambahan bahan, pembuangan seluruh bahan dan pekerjaan penggantian atau
pelaburan dengan BURTU atau BURDA untuk menghasilkan pekerjaan yang
memenuhi ketentuan.
6 - 16
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan hal berikut ini :
a) 5 liter contoh dari setiap bahan aspal yang diusulkan oleh Penyedia Jasa
untuk dipakai dalam pekerjaan dilampiri dengan sertifikat dari pabrik
pembuatnya, dan hasil pengujian seperti yang disyaratkan dalam Pasal
1.11.1.(3).(c), harus diserahkan sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai.
Sertifikat tersebut harus menyatakan bahwa bahan aspal tersebut sesuai
dengan Spesifikasi dan jenis yang disyaratkan untuk pelaburan aspal, seperti
diberikan dalam Pasal 6.2.2.(2) dari Spesifikasi ini;
b) Sertifikat Kalibrasi dari semua instrumen dan meteran pengukur dan tongkat
celup untuk distributor aspal, seperti diuraikan dalam Pasal 6.1.3.(3) dan
Pasal 6.1.3.(4) dari Spesifikasi ini harus diserahkan paling lambat 30 hari
sebelum pelaksanaan dimulai. Tongkat celup, instrumen dan meteran harus
dikalibrasi sampai toleransi ketelitian dan ketentuan seperti diuraikan dalam
Pasal 6.1.3.(4) dari Spesifikasi ini dan tanggal pelaksanaan kalibrasi harus
tidak boleh melebihi satu tahun sebelum pelaksanaan dimulai;
f) Contoh-contoh bahan yang telah digunakan pada setiap hari kerja dan
catatan harian pekerjaan pelaburan aspal yang telah dilaksanakan dan
takaran penggunaan bahan harus memenuhi Pasal 6.2.6 dari Spesifikasi ini
6 - 17
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
b) Aspal atau bahan lainnya yang boleh dibuang ke semua selokan, saluran
atau bangunan yang berdekatan.
b) Segala jenis lalu lintas tidak diperkenankan melewati permukaan yang baru
disemprot sampai permukaan tersebut telah terlapisi oleh agregat.
c) Lalu lintas umum tidak diijinkan melintasi permukaan yang baru diberi
agregat sampai seluruh lokasi telah digilas dengan alat pemadat yang cocok
(minimum 6 lintasan) dan bahan yang lepas telah disapu sampai bersih.
Rambu peringatan untuk membatasi kecepatan kendaraan sebesar 15
km/jam harus dipasang bila diperlukan. Barikade harus disediakan untuk
mencegah terbawanya agregat penutup yang belum dipadatkan atau
dilintasinya tempat yang belum tertutup aspal.
e) Selama periode tunggu yang ditentukan dalam (d) di atas, permukaan jalan
harus disapu bersih seluruhnya dari agregat yang lepas dan diawasi oleh
Direksi Pekerjaan. Jika Direksi Pekerjaan mendapatkan bahwa permukaan
tampak kokoh, seluruh rambu dan pemisah lalu lintas dapat disingkirkan.
Bilamana tidak, maka Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan untuk
melanjutkan pengendalian lalu lintas sampai permukaan jalan menjadi
kokoh dan seluruh perbaikan yang diperlukan telah dikerjakan.
6.2.2 BAHAN
1) Agregat Penutup
a) Agregat penutup harus terdiri dari butiran yang bersih, keras, kerikil pecah
atau batu pecah dari bahan yang awet, bebas dari kotoran, lempung, debu
atau benda lainnya yang dapat menghalangi penyelimutan yang
menyeluruh oleh aspal.
6 - 18
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
c) Agregat penutup harus dijaga agar tetap dalam keadaaan kering dan bebas
dari debu dan kotoran, dan harus memenuhi ketentuan berikut :
d) Batas ukuran partikel agregat untuk BURTU dan untuk lapisan pertama
BURDA ditentukan dalam ukuran agregat terkecil, menurut Tabel 6.2.2.(1)
di bawah ini.
Ukuran Ayakan
Persen Berat Yang Lolos
ASTM (mm)
9,5 100
6,35 95 – 100
No.8 2,36 0 – 15
No.200 0,075 0–8
f) Agregat lapis kedua untuk BURDA juga harus mempunyai ukuran yang
sesuai sehingga dapat saling mengunci ke dalam rongga-rongga permukaan
dalam agregat lapisan pertama yang telah dipadatkan.
2) Bahan Aspal
a) Aspal yang dapat digunakan adalah aspal keras, aspal cair, aspal emulsi dan
aspal modifiasi jenis emulsi. Setiap jenis aspal non modifikasi yang
digunakan harus memenuhi persyaratan sesuai dengan yang ditunjukkan
dalam Tabel 6.2.2.(3) atau aspal modifikasi jenis elastomer sesuai Tabel
6.3.2.(5). Pengambilan contoh aspal harus dilaksanakan sesuai dengan SNI
06-6399-2000.
6 - 19
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
Bahan tambah (additive) yang dipakai harus dari jenis yang telah disetujui
Direksi Pekerjaan dan proporsi yang diperlukan harus dicampur dalam
bahan aspal sampai merata sesuai dengan pabrik pembuatnya. Campuran ini
harus disirkulasikan dalam distributor minimum selama 30 menit pada
kecepatan penuh pompa untuk memperoleh campuran yang homogen.
6 - 20
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
Jenis pekerjaan pelaburan yang akan dipakai pada setiap ruas pekerjaan
diperlihatkan pada Gambar dan istilahnya disingkat dalam Tabel 6.2.3.(1) di bawah
ini.
6.2.4 PERALATAN
1) Ketentuan Umum
Peralatan yang akan digunakan haruslah distributor aspal yang mempunyai mesin
penggerak sendiri, dua alat pemadat roda karet, alat penebar agregat, paling sedikit 2
(dua) dump truck, sikat mekanis, sapu lidi, sikat dan perlengkapan untuk
menuangkan drum dan untuk memanaskan bahan aspal.
2) Distributor Aspal
Distributor aspal harus memenuhi ketentuan Pasal 6.1.3 dari Spesifikasi ini. Tangki
distributor harus benar-benar tersekat sempurna dalam menahan aliran panas, dengan
demikian apabila diisi penuh oleh bahan aspal, turunnya panas tidak boleh
melampaui 2,5 ºC per jam dalam kondisi tidak sirkulasi.
3) Alat Pemadat
Alat pemadat roda karet harus mempunyai lebar total tidak kurang dari 1,5 meter, dan
harus mempunyai mesin penggerak sendiri.
Peralatan penghampar agregat harus dilengkapi dengan ulir pembagi (auger) dan
harus mampu menghampar agregat secara merata dalam takaran yang terkendali
dengan lebar hamparan minimum 2,4 meter. Suatu perlengkapan khusus harus
dipasang pada sisi badan truk sehingga lebar hamparan dapat disetel. Rancangan alat
penghampar agregat dan kecepatan penghamparan harus sedemikian rupa sehingga
menjamin tidak terjadinya penumpukan agregat pada permukaan yang telah
disemprot aspal. Paling sedikit harus disiapkan 2 truk penghampar agregat atau
paling tidak disiapkan satu alat penghampar agregat berupa mesin penebar agregat
dengan penggerak empat roda (four wheel drive belt spreader). Penebaran agregat
secara manual hanya boleh dilakukan bilamana digunakan peralatan sikat baja
(garpu baja).
5) Sapu dan Sikat Mekanis
Sapu ijuk kasar untuk mendistribusi ulang agregat dan sebuah peralatan sikat baja
(garpu baja) atau mekanis untuk menyingkirkan kelebihan agregat harus disiapkan.
6 - 21
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
6) Peralatan Lain
Peralatan lain yang boleh dipakai oleh Penyedia Jasa untuk meningkatkan kinerja
dapat ditambahkan bilamana telah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi
Pekerjaan.
a) Takaran pemakaian bahan aspal, untuk setiap lapis pelaburan aspal dan
untuk setiap ruas jalan, harus ditentukan oleh Direksi Pekerjaan, tergantung
pada ukuran terkecil rata-rata agregat penutup, jenis atau komposisi aspal,
kondisi dan tekstur dari permukaan aspal lama dan jenis serta kepadatan dari
lalu lintas yang akan melewati jalan, sesuai dengan cara yang diuraikan
dalam Lampiran 6.2.C dari Spesifikasi ini. Selanjutnya Direksi Pekerjaan
dapat memodifikasi takaran pemakaian, tergantung pada hasil percobaan di
lapangan yang dilaksanakan oleh Penyedia Jasa sesuai petunjuk Direksi
Pekerjaan.
a) Sebelum permukaan aspal lama dilabur, maka semua kotoran dan bahan
tidak dikehendaki lainnya harus dibersihkan dengan alat penyapu mekanis
atau kompresor atau kedua-duanya. Bilamana hasil pembersihan tidak
memberikan hasil yang merata, maka bagian-bagian yang belum bersih
harus dibersihkan secara manual dengan sapu yang lebih kaku.
e) Permukaan jalan lama tanpa penutup aspal, sebelum dilapisi BURTU atau
BURDA harus terlebih dahulu diberi Lapis Resap Pengikat, sesuai ketentuan
dalam Seksi 6.1 dari Spesifikasi ini. Bagian permukaan jalan yang sudah
diberi Lapis Resap Pengikat, harus diperiksa kembali kesempurnaannya.
Bilamana ditemui adanya lokasi-lokasi yang belum tertutup Lapis Resap
Pengikat harus dilabur ulang sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan. Pekerjaan
semacam ini harus dilaksanakan dan dibayar sesuai dengan ketentuan Seksi
6.1 dari Spesifikasi ini. Lapis Resap Pengikat harus dibiarkan sampai kering
seluruhnya dengan waktu paling sedikit 48 jam atau lebih sesuai petunjuk
Direksi Pekerjaan sebelum pekerjaan pelaburan aspal dimulai.
6 - 22
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
d) Lokasi awal dan akhir penyemprotan harus dilindungi dengan bahan yang
cukup kedap (kertas kerja). Penyemprotan harus dimulai dan dihentikan
sampai seluruhbahan pelindung tersemprot, dengan demikian semua nosel
bekerja dengan benar pada seluruh panjang jalan yang akan dilabur.
i) Luas lokasi yang akan dilabur aspal dengan manual harus diukur dan
luasnya dihitung segera setelah penyemprotan selesai.
6 - 24
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
b) Dua liter contoh aspal yang akan dihampar harus diambil dari distributor,
masing-masing pada saat awal penyemprotan dan pada saat menjelang
akhir penyemprotan.
c) Jumlah data pendukung yang diperlukan untuk persetujuan awal atas mutu
sumber bahan agregat penutup harus meliputi semua pengujian seperti
disyaratkan dalam Pasal 6.2.2.(1).(b) dari Spesifikasi ini dengan minimum
tiga contoh yang mewakili sumber bahan yang diusulkan, dipilih
sedemikian hingga mewakili rentang mutu bahan yang mungkin diperoleh
dari sumber bahan tersebut. Setelah persetujuan mengenai mutu bahan
agregat penutup, selanjutnya pengujian ini harus diulangi lagi, sesuai
petunjuk Direksi Pekerjaan, bilamana menurut hasil pengamatan terdapat
perubahan mutu pada bahan atau sumbernya.
d) Distributor aspal harus diperiksa dan diuji sesuai dengan Pasal 6.1.3.(6) dari
Spesifikasi ini sebagai berikut :
e) Semua jenis pengujian dan analisa saringan agregat tercantum dalam tabel
Pasal 6.2.2.(1).(c), (d) dan (e) dari Spesifikasi ini harus dilakukan
pada setiap tumpukan persediaan bahan sebelum setiap bahan tersebut
dipakai. Minimum satu contoh harus diambil dan diuji untuk setiap 75
meter kubik agregat di dalam tumpukan persediaan bahan.
a) Untuk pembayaran, bahan aspal precoated harus diukur dalam satuan liter
sebagai volume nominal yang telah terpakai dan telah diterima, dikoreksi
sesuai dengan faktor yang terdapat dalam Lampiran 6.1 terhadap pemuaian
akibat temperatur dengan volume yang setara pada suhu 15ºC untuk aspal
cair dan pada suhu 15,6ºC untuk aspal emulsi.
b) Untuk pembayaran, bahan aspal pelaburan harus diukur dalam satuan liter
sebagai volume nominal yang telah terpakai dan telah diterima pada setiap
lintasan penyemprotan atau penyemprotan secara manual, dikoreksi sesuai
dengan faktor yang terdapat dalam Lampiran 6.1 terhadap pemuaian akibat
temperatur dengan volume yang setara pada suhu 15ºC untuk aspal cair dan
pada suhu 15,6ºC untuk aspal emulsi.
d) Bahan anti pengelupasan diukur dalam satuan liter bahan yang terpakai
Agregat BURTU yang diukur untuk pembayaran harus dalam satuan meter persegi
permukaan jalan yang telah diberi BURTU, dan telah selesai dan diterima sesuai
Spesifikasi ini dan Gambar dalam Dokumen Kontrak.
Agregat BURDA yang diukur untuk pembayaran harus dalam satuan meter persegi
permukaan jalan yang telah diberi BURDA dan telah selesai dan diterima sesuai
Spesifikasi ini dan Gambar dalam Dokumen Kontrak.
6 - 26
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
5) Dasar Pembayaran
6 - 27
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
SEKSI 6.3
6.3.1 UMUM
1) Uraian
Pekerjaan ini mencakup pengadaan lapisan padat yang awet berupa lapis perata
(levelling), lapis pondasi (ATB), lapis permukaan (AC), campuran beraspal panas
yang terdiri dari agregat dan bahan aspal yang dicampur secara panas di pusat
instalasi pencampuran, serta menghampar dan memadatkan campuran tersebut di
atas pondasi atau permukaan jalan yang telah disiapkan sesuai dengan Spesifikasi
ini dan memenuhi garis, ketinggian dan potongan memanjang yang ditunjukkan
dalam Gambar atau sesuai dengan yang diperintahkan Direksi Pekerjaan.
Semua campuran dirancang dalam Spesifikasi ini untuk menjamin bahwa asumsi
rancangan yang berkenaan dengan kadar aspal efektif minimum, rongga udara,
stabilitas, kelenturan, ketebalan film aspal benar-benar terpenuhi dan keawetan
sesuai dengan lalu-lintas rencana.
Jenis campuran dan ketebalan lapisan harus seperti yang ditentukan pada Gambar.
a) Lapis Tipis Aspal Pasir (Sand Sheet, SS) dan Lapis tipis Campuran Aspal
Abu-batu (Stone Sheet/STS)
Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) yang selanjutnya disebut SS, terdiri dari
dua jenis campuran, SS-A dan SS -B. Pemilihan SS-A dan SS-B tergantung
pada tebal nominal minimum.
Lapis tipis Campuran Aspal Abu-batu yang selanjutnya disebut (Stone
Sheet/STS), dan Lapis tipis Campuran Aspal abu batu dan batu pecah
semi-kasar yang selanjutnya disebut (Stone sheet Kasar/STK). Campuran
jenis ini ditujukan untuk pekerjaan pemeliharaan rutin perkerasan jalan,
tambal lubang, dan pelapisan ulang pada struktur yang mantap namun
tingkat kerataan permukaan perlu pembenahan. Pemilihan SS (Sand Sheet),
STS (Stone Sheet), dan STK (Stone sheet Kasar) terutama tergantung pada
gradasi pasir dan abu batu yang digunakan.
Campuran-campuran tersebut di atas biasanya memerlukan penambahan
filler agar memenuhi kebutuhan sifat-sifat yang disyaratkan.
Lapis Tipis Aspal Beton (Lataston) yang selanjutnya disebut HRS, terdiri
dari dua jenis campuran, HRS Pondasi (HRS-B) dan HRS Lapis
Permukaan (HRS A) dan ukuran maksimum agregat masing- masing
campuran adalah 19 mm. HRS-B mempunyai proporsi fraksi agregat kasar
lebih besar daripada HRS-A.
6 - 28
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
ii) Sisa rongga udara pada kepadatan membal (refusal density) harus
memenuhi ketentuan yang ditunjukkan dalam Spesifikasi ini.
c) Lapis Aspal Beton (Asphalt Concrete/ AC) Permukaan dan Lapis Aspal
Beton Pondasi (Asphalt Treated Base/ ATB)
a) Tebal setiap lapisan campuran beraspal bukan perata harus diperiksa dengan
benda uji "inti" (core) perkerasan yang diambil oleh Penyedia Jasa sesuai
petunjuk Direksi Pekerjaan. Benda uji inti (core) paling sedikit harus
diambil dua titik pengujian per penampang melintang per lajur dengan jarak
memanjang antar penampang melintang yang diperiksa tidak lebih dari
100m. Kecuali pada pekerjaan tambal sulam tidak diperlukan pengambilan
benda uji “inti” (core) untuk pengukuran dan pembayaran.
6 - 29
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
b) Segmen adalah panjang hamparan yang dilapis dalam satu hari produksi
AMP.
d) Tebal setiap titik dari masing-masing jenis campuran beraspal bukan perata
tidak boleh kurang dari tebal rancangan seperti yang ditunjukkan dalam
Gambar dengan toleransi masing-masing jenis campuran yang disyaratkan
dalam Pasal 6.3.1.(4).(g) Bilamana tebal lapisan beraspal dalam suatu
segmen terdapat benda uji inti yang tidak memenuhi persyaratan
sebagaimana yang disebutkan diatas maka sub- segmen yang tidak
memenuhi syarat harus dibongkar atau dilapis kembali dengan tebal nominal
minimum yang dipersyaratkan dalam Tabel 6.3.1.(1) dan harus memenuhi
ketentuan kerataan yang disyaratkan dalam Pasal 6.3.7.(1).(c).
e) Semua lapisan di atas lapis perkerasan lama (existing), dan di atas lapis
pondasi atas (CTB atau agregat Klas A) disebut sebagai lapis perata
(Levelling).
f) Tebal aktual hamparan campuran beraspal perata harus sama dengan atau
dalam rentang tebal yang ditunjukkan dalam Gambar.
Tebal Nominal
Jenis Campuran Simbol Minimum (cm)
Latasir Kelas A SS-A 1,5
Latasir Kelas B SS-B 2,0
Lap. Tipis Abu Batu STS 1,5
Lap. Tipis Abu Batu Kasar STK 2,0
Lataston Lapis Permukaan HRS-A 3,0
Lapis Pondasi HRS-B 3,5
Laston Lapis Permukaan AC 4,0
Lapis Pondasi ATB 5,0
6 - 30
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
i) Kerataan Melintang
6 - 31
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
2) Standar Rujukan
StandarNasionalIndonesia :
6 - 32
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
ASTM :
ASTM D2042-01 : Standard Test Method for Solubility of Asphalt
Materials in Trichloroethylene.
ASTM D2073-07 : Standard Test Methods for Total, Primary, Secondary,
and Tertiary Amine Values of Fatty Amines by
Alternative Indivator Method
6 - 33
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
BS 598 Part 104 (1989) : The Compaction Procedure Used in the Percentage
Refusal Density Test.
Sebelum dan selama pekerjaan, Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi
Pekerjaan :
a) Contoh dari seluruh bahan yang disetujui untuk digunakan, yang disimpan
oleh Direksi Pekerjaan selama periode Kontrak untuk keperluan rujukan;
b) Setiap bahan aspal yang diusulkan Penyedia Jasa untuk digunakan, berikut
keterangan asal sumbernya bersama dengan data pengujian sifat-sifatnya,
baik sebelum maupun sesudah Pengujian Penuaan Aspal (RTFOT sesuai
dengan SNI 03-6835-2002 atau TFOT sesuai dengan SNI 06-2440-1991)
meliputi :
f) Rumusan campuran kerja (Job Mix Formula, JMF) dan data pengujian yang
mendukungnya; seperti yang disyaratkan dalam Pasal 6.3.3, dalam bentuk
laporan tertulis;
6 - 34
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
j) Catatan harian dari seluruh muatan truk yang ditimbang di alat penimbang,
seperti yang disyaratkan dalam Pasal 6.3.7.(5);
Campuran hanya bisa dihampar bila permukaan yang telah disiapkan keadaan kering
dan diperkirakan tidak akan turun hujan.
Bilamana persyaratan kerataan hasil hamparan tidak terpenuhi atau bilamana benda
uji inti dari lapisan beraspal dalam satu sub-segmen tidak memenuhi persyaratan
tebal atau kepadatan sebagaimana ditetapkan dalam spesifikasi ini, maka panjang
yang tidak memenuhi syarat harus dibongkar atau dilapis kembali dengan tebal
lapisan nominal minimum yang di syaratkan dalam Tabel 6.3.1.(1) dengan jenis
campuran yang sama dan harus memenuhi ketentuan kerataan yang disyaratkan
dalam Pasal 6.3.7.(1).(c). Panjang yang tidak memenuhi syarat ditentukan dengan
benda uji tambahan sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dan selebar
satu hamparan.
Bila perbaikan telah diperintahkan maka jumlah volume yang diukur untuk
pembayaran haruslah volume yang seharusnya dibayar bila pekerjaan aslinya dapat
diterima. Tidak ada waktu dan atau pembayaran tambahan yang akan dilakukan
untuk pekerjaan atau volume tambahan yang diperlukan untuk perbaikan.
Seluruh lubang uji yang dibuat dengan mengambil benda uji inti (core) atau lainnya
harus segera ditutup kembali dengan bahan campuran beraspal oleh Penyedia Jasa
dan dipadatkan hingga kepadatan serta kerataan permukaan sesuai dengan toleransi
yang diperkenankan dalam Seksi ini.
7) Lapisan Perata
Atas persetujuan Direksi Pekerjaan, maka setiap jenis campuran dapat digunakan
sebagai lapisan perata. Semua ketentuan dari Spesifikasi ini harus berlaku kecuali :
Bahan harus disebut HRS-A (L), HRS-B (L), AC (L) atau ATB (L) dsb.
6 - 35
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
6.3.2 BAHAN
1) Agregat Umum
a) Agregat yang akan digunakan dalam pekerjaan harus sedemikian rupa agar
campuran beraspal, yang proporsinya dibuat sesuai dengan rumusan
campuran kerja (lihat Pasal 6.3.3), memenuhi semua ketentuan yang
disyaratkan dalam Tabel 6.3.3.(1), tergantung campuran mana yang
dipilih.
b) Batu belah / boulder yang akan diproses masuk mesin pemecah batu harus
lebih besar dari 3 inci (7,5 cm).
c) Agregat yang digunakan harus terdiri dari batu pecah yang dihasilkan dari
mesin pemecah batu yang dilengkapi dengan alat pencuci mekanis
(pemasangan penggetar/feeder).
i) Berat jenis (spesific gravity) agregat kasar dan halus (bukan pasir) tidak
boleh berbeda lebih dari 0,2.
2) Agregat Kasar
b) Fraksi agregat kasar harus dari batu pecah mesin dan disiapkan dalam
ukuran nominal sesuai dengan jenis campuran yang direncanakan seperti
ditunjukan pada Tabel 6.3.2.(1b).
d) Agregat kasar untuk Latasir kelas A dan B boleh dari kerikil yang bersih.
e) Fraksi agregat kasar harus ditumpuk terpisah dan harus dipasok ke instalasi
pencampur aspal dengan menggunakan pemasok penampung dingin (cold
bin feeds) sedemikian rupa sehingga gradasi gabungan agregat dapat
dikendalikan dengan baik.
ASTM D4791
Partikel Pipih dan Lonjong Maks. 10 %
Perbandingan 1 : 5
Material lolos Ayakan No.200 SNI 03-4142-1996 Maks. 1 %
Catatan :
*) 95/90 menunjukkan bahwa 95% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu atau lebih dan 90%
agregat kasar mmepunyai muka bidang pecah dua atau lebih.
**) Nilai abrasi adalah nilai maksimal dari masing-masing butir agregat, bukan dari gabungan antar agregat.
Tabel 6.3.2.(1b) Ukuran Nominal Agregat Kasar Penampung Dingin untuk Campuran Aspal
Ukuran nominal agregat kasar penampung dingin (cold
bin) minimum yang diperlukan (mm)
Jenis Campuran
5 - 10 10 - 14 14 - 22 22 - 30
Lataston Lapis Permukaan Ya Ya
Lataston Lapis Pondasi Ya Ya
Laston Lapis Permukaan Ya Ya
Laston Lapis Pondasi Ya Ya Ya Ya
3) Agregat Halus
a) Agregat halus dari sumber bahan manapun, harus terdiri dari pasir atau hasil
pengayakan batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos ayakan No.4 (4,75
mm).
b) Fraksi agregat halus pecah mesin dan pasir harus ditempatkan terpisah dari
agregat kasar.
6 - 37
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
c) Agregat pecah halus dan pasir harus ditumpuk terpisah dan harus dipasok ke
instalasi pencampur aspal dengan menggunakan pemasok penampung dingin
(cold bin feeds) yang terpisah sehingga gradasi gabungan dan presentase
pasir didalam campuran dapat dikendalikan dengan baik.
d) Pasir alam dapat digunakan dalam campuran AC sampai suatu batas yang
tidak melampaui 10 % terhadap berat total campuran.
e) Agregat halus harus merupakan bahan yang bersih, keras, bebas dari
lempung, atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Batu pecah halus harus
diperoleh dari batu yang memenuhi ketentuan mutu dalam Pasal 6.3.2.(1).
Untuk memperoleh agregat halus yang memenuhi ketentuan diatas :
i) bahan baku untuk agregat halus dicuci terlebih dahulu secara
mekanis sebelum dimasukkan kedalam mesin pemecah batu.
ii) digunakan scalping screen dengan proses berikut ini :
- fraksi agregat halus yang diperoleh dari hasil pemecah batu
tahap pertama (primary crusher) tidak boleh langsung
digunakan.
- agregat yang diperoleh dari hasil pemecah batu tahap pertama
(primary crusher) harus dipisahkan dengan vibro scalping
screen yang dipasang di antara primary crusher dan secondary
crusher.
- material tertahan vibro scalping screen akan dipecah oleh
secondary crusher, hasil pengayakannya dapat digunakan
sebagai agregat halus.
- material lolos vibro scalping screen hanya boleh digunakan
sebagai komponen material Lapis Pondasi Agregat.
a) Bahan pengisi yang ditambahkan (filler added) terdiri atas debu batu kapur
(limestone dust, Calcium Carbonate, CaCO3), atau debu kapur padam yang
sesuai dengan AASHTO M303-89 (2006), semen atau mineral yang berasal
dari Asbuton yang sumbernya disetujui oleh Direksi Pekerjaaan. Jika
digunakan Aspal Modifikasi dari jenis Asbuton yang diproses maka bahan
pengisi yang ditambahkan (filler added) sudah memperhitungkan kadar filler
yang terkandung dalam Asbuton tersebut.
b) Bahan pengisi yang ditambahkan harus kering dan bebas dari gumpalan-
gumpalan dan bila diuji dengan pengayakan sesuai SNI ASTM C136: 2012
harus mengandung bahan yang lolos ayakan No.200 (75 micron) tidak
kurang dari 75 % terhadap beratnya kecuali untuk mineral Asbuton. Mineral
Asbuton harus mengandung bahan yang lolos ayakan No.100 (150 micron)
tidak kurang dari 95% terhadap beratnya.
6 - 38
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
Ukuran
Persen Berat Lolos
Saringan
(mm) (ASTM) SS STS STK HRS-A HRS-B AC ATB
37,5 1,5" - - - - - - -
25,0 1" - - - - - - 100
19,0 3/4" - - - 100 100 100 90 - 100
12,7 ½" - - 100 80 – 100 75 – 100 90 – 100 65 – 90
9,5 3/8" 100 100 95 -100 60 – 85 57 – 80 60 – 85 55 – 80
4,75 #4 95 – 100 95 – 100 75 - 100 56 – 80 48 – 75 38 – 55 35 – 60
2,36 #8 70 - 95 80 – 95 55 - 90 53 - 78 38 - 70 27 – 40 24 – 45
1.18 # 16 45 – 80 60 - 85 44 – 80 40 – 70 29 – 60 17 - 30 15 - 34
0,600 # 30 30 - 65 45 – 74 32 - 70 25 - 60 19 - 47 14 – 24 9 – 25
0,300 # 50 22 – 50 30 - 62 20 – 60 13 – 48 12 – 35 9 – 18 5 – 17
0,150 # 100 19 – 34 16 – 40 12 – 50 8 – 30 6 – 25 5 – 12 3 – 12
0,075 # 200 6 – 18 6 – 18 6 – 12 5 – 10 5–9 2-8 2-9
Catatan:
1. Untuk semua jenis campuran, rujuk Tabel 6.3.2.(1).(b) untuk ukuran agregat nominal
maksimum pada tumpukan bahan pemasok dingin.
2. Apabila tidak ditetapkan dalam Gambar, penggunaan pemilihan gradasi sesuai dengan
petunjuk Direksi Pekerjaan dengan mengacu pada panduan Seksi 6.3 ini.
6 - 39
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
Aspal
No. Jenis Pengujian Metoda Pengujian
Pen.60- 70
Catatan :
1. Hasil pengujian adalah untuk bahan pengikat (bitumen) yang diektraksi dengan
menggunakan metoda SNI 2490 : 2008. Sedangkan untuk pengujian kelarutan dan
gradasi mineral dilaksanakan pada seluruh bahan pengikat termasuk kandungan
mineralnya.
2. Jika untuk pengujian viskositas tidak dilakukan sesuai dengan AASHTO T201-03 maka
hasil pengujian harus dikonversikan ke satuan cSt.
b) Contoh bahan aspal harus diekstraksi dari benda uji sesuai dengan cara SNI
03-3640-1994 (metoda soklet) atau SNI 03-6894-2002 (metoda sentrifus)
atau AASHTO T 164-06 (metoda tungku pengapian). Jika metoda sentrifitus
digunakan, setelah konsentrasi larutan aspal yang terekstraksi mencapai 200
mm, partikel mineral yang terkandung harus dipindahkan ke dalam suatu
alat sentrifugal.Pemindahan ini dianggap memenuhi bilamana kadar abu
dalam bahan aspal yang diperoleh kembali tidak melebihi 1 % (dengan
pengapian). Jika bahan aspal diperlukan untuk pengujian lebih lanjut maka
bahan aspal itu harus diperoleh kembali dari larutan sesuai dengan prosedur
SNI 03- 6894-2002.
7) Sumber Pasokan
Sumber pemasokan agregat, aspal dan bahan pengisi (filler) harus disetujui
terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjan sebelum pengiriman bahan. Setiap jenis
bahan harus diserahkan, seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, paling
sedikit 60 hari sebelum usulan dimulainya pekerjaan pengaspalan.
6 - 40
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
6.3.3 CAMPURAN
1) Komposisi Umum Campuran
Campuran beraspal dapat terdiri dari agregat, bahan pengisi, dan aspal.
2) Kadar Aspal dalam Campuran
6 - 41
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
Paling sedikit 30 hari sebelum dimulainya pekerjaan aspal, Penyedia Jasa harus
menyerahkan secara tertulis kepada Direksi Pekerjaan, usulan DMF untuk campuran
yang akan digunakan dalam pekerjaan. Rumus yang diserahkan harus menentukan
untuk campuran berikut ini:
a) Sumber-sumber agregat.
b) Ukuran nominal maksimum partikel.
c) Persentase setiap fraksi agregat yang cenderung akan digunakan Penyedia
Jasa, pada penampung dingin maupun penampung panas.
d) Gradasi agregat gabungan yang memenuhi gradasi yang disyaratkan dalam
Tabel 6.3.2.(3).
e) Kadar aspal optimum dan efektif terhadap berat total campuran .
f) Rentang temperatur pencampuran aspal dengan agregat dan temperatur saat
campuran beraspal dikeluarkan dari alat pengaduk (mixer).
6 - 42
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
Penyedia Jasa harus menyediakan data dan grafik hubungan sifat-sifat campuran
beraspal terhadap variasi kadar aspal hasil percobaan laboratorium untuk
menunjukkan bahwa campuran memenuhi semua kriteria dalam Tabel 6.3.3.(1)
tergantung campuran aspal mana yang dipilih.
Bilamana DMF yang diusulkan ditolak oleh Direksi Pekerjaan, maka Penyedia Jasa
harus melakukan percobaan campuran tambahan dengan biaya sendiri untuk
memperoleh suatu campuran rancangan yang memenuhi Spesifikasi. Direksi
Pekerjaan, menurut pendapatnya, dapat menyarankan Penyedia Jasa untuk
memodifikasi sebagian rumusan rancangannya atau mencoba agregat lainnya.
Percobaan campuran di instalasi pencampur aspal (Asphalt Mixing Plant, AMP) dan
penghamparan pertama yang memenuhi ketentuan akan menjadikan DMF dapat
disetujui sebagai JMF.
Segera setelah DMF disetujui oleh Direksi Pekerjaan, pada penghamparan pertama,
untuk setiap jenis campuran yang diproduksi dengan AMP harus bisa menghasilkan
kualitas maupun ketebalan yang dipersyaratkan. Agar dapat diperoleh ketebalan
sesuai tebal rancangan, Penyedia Jasa perlu mempertimbangkan penambahan nilai
tertentu terhadap tebal gembur dari yang diperkirakan.
Penyedia Jasa harus menunjukkan bahwa setiap alat penghampar (paver) mampu
menghampar bahan sesuai dengan tebal yang disyaratkan tanpa segregasi, tergores,
dsb. Kombinasi penggilas yang diusulkan harus mampu mencapai kepadatan yang
disyaratkan dalam rentang temperatur pemadatan sebagaimana yang dipersyaratkan
dalam Tabel 6.3.5.(1) dengan dibuktikan dengan hasil uji laboratorium. Apabila
tidak memenuhi, maka tidak dapat dilakukan pembayaran dan penghamparan tidak
boleh dilanjutkan.
Penyedia Jasa harus menyediakan JMF pengganti lainnya sampai JMF disetujui
Direksi Pekerjaan dan menjadi JMF definitif. Mutu campuran harus dikendalikan,
terutama dalam toleransi yang diijinkan, seperti yang diuraikan pada Tabel 6.3.3.(2)
di bawah ini.
Dua belas benda uji Marshall harus dibuat dari setiap penghamparan pertama.
Contoh campuran beraspal dapat diambil dari instalasi pencampur aspal atau dari
truk di AMP, dan dibawa ke laboratorium dalam kotak yang terbungkus rapi. Benda
uji Marshall harus dicetak dan dipadatkan pada temperatur yang disyaratkan dalam
Tabel 6.3.5.(1) dan menggunakan jumlah penumbukan yang disyaratkan dalam
Tabel 6.3.3.(1). Kepadatan rata-rata (Gmb) dari semua benda uji yang diambil dari
penghamparan pertama yang memenuhi ketentuan harus menjadi Kepadatan Standar
Kerja (Job Standard Density), yang harus dibandingkan dengan pemadatan
campuran beraspal terhampar dalam pekerjaan.
6 - 43
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
h) Setiap hari Direksi Pekerjaan akan mengambil benda uji baik bahan maupun
campurannya seperti yang digariskan dalam Pasal 6.3.7.(3) dan 6.3.7.(4)
dari Spesifikasi ini, atau benda uji tambahan yang dianggap perlu untuk
pemeriksaan keseragaman campuran. Setiap bahan yang gagal
memenuhi batas-batas yang diperoleh dari JMF dan Toleransi
Yang Diijinkan harus ditolak.
6 - 44
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
d) Harus dipasang di lokasi yang jauh dari pemukiman dan disetujui oleh
Direksi Pekerjaan sehingga tidak mengganggu ataupun mengundang protes
dari penduduk di sekitarnya;
e) Harus dilengkapi dengan alat pengumpul debu (dust collector) yang lengkap
yaitu sistem pusaran kering (dry cyclone) dan pusaran basah (wet cyclone)
sehingga tidak menimbulkan pencemaran debu. Bilamana salah satu sistem
di atas rusak atau tidak berfungsi maka AMPtersebut tidak boleh
dioperasikan;
f) Pencampur (Mixer).
Pencampur harus memiliki pengontrol waktu yang tepat untuk
mengendalikan operasi satu siklus (daur) pencampuran lengkap dengan
penguncian gerbang kotak timbangan setelah pengisian ke pencampuran
sampai penutupan gerbang pencampur pada saat selesainya siklus tersebut.
h) Termometer yang dilindungi yang dapat digunakan dari 100º C sampai 200º
C harus dipasang dalam saluran pemasukan aspal pada tempat yang tepat
dekat katup pengeluaran (discharge) pada unit pencampur.
i) Unit harus juga dilengkapi dengan skala cakram tipe air raksa (mercury-
actuated), pyrometer listrik atau perlengkapan pengukur panas lainnya yang
disetujui, yang dipasang pada corong pengeluaran dari alat pengering untuk
mencatat secara otomatis atau menunjukkan temperatur dari agregat yang
dipanaskan. Sebuah “thermo couple” (pengukur listrik yang mengukur
perbedaan temperatur) atau “tahanan lampu” (resisteance bulb) harus
dipasang dekat dasar penampung untuk mengukur temperatur agregat halus
sebelum memasuki pencampur.
6 - 45
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
Perlengkapan ini harus mencakup suatu cara untuk menimbang secara teliti,
masing-masing menampung ukuran agregat tertentu dalam kotak penimbang
atau penadah, yang digantung pada timbangan, berukuran cukup untuk
menampung campuran satu takaran penuh tanpa harus diratakan dengan
tangan atau tanpa tumpah. Lengan timbangan dan sudut (knife edge) harus
dibuat sedemikian rupa agar tidak mudah terlempar keluar dari
kedudukannya atau dari setelannya. Semua pinggiran-pinggiran, ujung-
ujung dan tepi-tepi dari penampung timbangan (weighing hoppers) harus
bebas dari sentuhan dengan batang-batang penahan dan tiang-tiang atau
perlengkapan lainnya yang akan mempengaruhi fungsi yang sebenarnya dari
penampung. Juga harus tersedia ruang bebas yang cukup antara penampung
dan perlengkapan pendukung untuk mencegah terkumpulnya material-
material yang tak dikehendaki. Pintu pengeluaran (discharge gate) dari kotak
penimbang harus digantung sedemikian rupa agar agregat tidak mengalami
segregasi sewaktu ditumpahkan kedalam pencampur dan harus tertutup rapat
bila penampung kosong, sehingga tidak ada material yang bocor kedalam
campuran didalam pencampur sewaktu proses penimbangan untuk
campuran berikutnya.
m) Agregat yang diambil dari pemasok panas (hot bin) atau pengering (dryer)
tidak boleh mengandung jelaga dan atau sisa minyak yang tidak habis
terbakar.
Tangki penyimpan bahan aspal harus dilengkapi dengan pemanas yang dapat
dikendalikan dengan efektif dan handal sampai suatu temperatur dalam rentang
yang disyaratkan. Pemanasan harus dilakukan melalui kumparan uap (steam coils),
listrik, atau cara lainnya sehingga api tidak langsung memanasi tangki aspal. Setiap
tangki harus dilengkapi dengan sebuah termometer termostatik otomatis yang
mampu mempertahankan temperatur campuran sebesar 140oC - 145oC yang terletak
sedemikian hingga temperatur aspal dapat dengan mudah dilihat. Sebuah keran
harus dipasang pada pipa keluar dari setiap tangki untuk pengambilan benda uji.
6 - 46
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
Sistem sirkulasi untuk bahan aspal harus mempunyai ukuran yang sesuai agar dapat
memastikan sirkulasi yang lancar dan terus menerus selama periode pengoperasian.
Perlengkapan yang sesuai harus disediakan, baik dengan selimut uap (steam jacket)
atau perlengkapan isolasi lainnya, untuk mempertahankan temperatur yang
disyaratkan dari seluruh bahan pengikat aspal dalam sistem sirkulasi.
Daya tampung tangki penyimpanan minimum adalah paling sedikit untuk kuantitas
dua hari produksi. Paling sedikit harus disediakan dua tangki yang berkapasitas
sama. Tangki-tangki tersebut harus dihubungkan ke sistem sirkulasi sedemikian
rupa agar masing-masing tangki dapat diisolasi secara terpisah tanpa mengganggu
sirkulasi aspal ke alat pencampur.
4) Ayakan Panas
Ukuran saringan panas yang disediakan harus sesuai dengan ukuran agregat untuk
setiap jenis campuran yang akan diproduksi dengan merujuk ke Tabel 6.3.2.(1b).
6 - 47
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
Silo atau tempat penyimpanan yang tahan cuaca untuk menyimpan dan memasok
bahan pengisi dengan sistem penakaran berat harus disediakan.
a) Tangga yang memadai dan aman untuk naik ke landasan (platform) alat
pencampur dan landasan berpagar yang digunakan sebagai jalan antar unit
perlengkapan harus dipasang. Untuk mencapai puncak bak truk,
perlengkapan untuk landasan atau perangkat lain yang sesuai harus
disediakan sehingga Direksi Pekerjaan dapat mengambil benda uji maupun
memeriksa temperatur campuran.
b) Lorong yang cukup lebar dan tidak terhalang harus disediakan di dan sekitar
tempat pengisian muatan truk. Tempat ini harus selalu dijaga agar bebas dari
benda yang jatuh dari alat pencampur.
9) Peralatan Pengangkut
a) Truk untuk mengangkut campuran aspal harus mempunyai bak terbuat dari
logam yang rapat, bersih dan rata, yang telah disemprot dengan sedikit air
sabun, atau larutan kapur untuk mencegah melekatnya campuran aspal pada
bak. Setiap genangan minyak pada lantai bak truk hasil penyemprotan
sebelumnya harus dibuang sebelum campuran aspal dimasukkan dalam truk.
b) Tiap muatan harus ditutup dengan kanvas/terpal atau bahan lainnya yang
cocok dengan ukuran yang sedemikian rupa agar dapat melindungi
campuran aspal terhadap cuaca dan proses oksidasi. Bilamana dianggap
perlu, bak truk hendaknya diisolasi dan seluruh penutup harus diikat
kencang agar campuran aspal yang tiba di lapangan pada temperatur yang
disyaratkan.
6 - 48
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
b) Alat penghampar harus dilengkapi dengan penampung dan dua ulir pembagi
dengan arah gerak yang berlawanan untuk menempatkan campuran aspal
secara merata di depan "screed" (sepatu) yang dapat disetel. Peralatan ini
harus dilengkapi dengan perangkat kemudi yang dapat digerakkan dengan
cepat dan efisien dan harus mempunyai kecepatan jalan mundur seperti
halnya maju. Penampung (hopper) harus mempunyai sayap-sayap yang
dapat dilipat pada saat setiap muatan campuran aspal hampir habis untuk
menghindari sisa bahan yang sudah mendingin di dalamnya.
c) Alat penghampar harus mempunyai perlengkapan elektronik
dan/atau mekanis pengendali kerataan seperti batang perata (leveling
beams), kawat dan sepatu pengarah kerataan (joint matching shoes) dan dan
peralatan bentuk penampang (cross fall devices) untuk mempertahankan
ketepatan kelandaian dan kelurusan garis tepi perkerasan tanpa perlu
menggunakan acuan tepi yang tetap (tidak bergerak).
6 - 49
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
d) Alat penghampar harus dilengkapi dengan "screed" (perata) baik dengan
jenis penumbuk (tamper) maupun jenis vibrasi dan perangkat untuk
memanasi "screed" (sepatu) pada temperatur yang diperlukan untuk
menghampar campuran aspal tanpa menggusur atau merusak permukaan
hasil hamparan.
e) Istilah "screed" (perata) mengacu pada pengambang mekanis standar
(standard floating mechanism) yang dihubungkan dengan lengan arah
samping (side arms) pada titik penambat yang dipasang pada unit pengerak
alat penghampar pada bagian belakang roda penggerak dan dirancang untuk
menghasilkan permukaan tektur lurus dan rata tanpa terbelah, tergeser atau
beralur.
f) Bilamana selama pelaksanaan, hasil hamparan peralatan penghampar dan
pembentuk meninggalkan bekas pada permukaan, segregasi atau cacat atau
ketidak-rataan permukaan lainnya yang tidak dapat diperbaiki dengan cara
modifikasi prosedur pelaksanaan, maka penggunaan peralatan tersebut harus
dihentikan dan peralatan penghampar dan pembentuk lainnya yang
memenuhi ketentuan harus disediakan oleh Penyedia Jasa.
11) Peralatan Pemadat
a) Setiap alat penghampar harus disertai paling sedikit satu dua alat pemadat
roda baja (steel wheel roller) dan satu alat pemadat roda karet (tyre roller).
Paling sedikit harus disediakan satu tambahan alat pemadat roda karet (tire
roller) untuk setiap kapasitas produksi yang melebihi 40 ton per jam.
Semua alat pemadat harus mempunyai tenaga penggerak sendiri.
b) Alat pemadat roda karet harus dari jenis yang disetujui dan memiliki tidak
kurang dari sembilan roda yang permukaannya halus dengan ukuran yang
sama dan mampu dioperasikan pada tekanan ban pompa (6,0 - 6,5) kg/cm2
atau (85 – 90) psipada jumlah lapis anyaman ban (ply) yang sama. Roda-
roda harus berjarak sama satu sama lain pada kedua sumbu dan diatur
sedemikian rupa sehingga tengah-tengah roda pada sumbu yang satu terletak
di antara roda-roda pada sumbu yang lainnya secara tumpang-tindih
(overlap). Setiap roda harus dipertahankan tekanan pompanya pada tekanan
operasi yang disyaratkan sehingga selisih tekanan pompa antara dua roda
tidak melebihi 0,35 kg/cm2 (5 psi). Suatu perangkat pengukur tekanan ban
harus disediakan untuk memeriksa dan menyetel tekanan ban pompa di
lapangan pada setiap saat. Untuk setiap ukuran dan jenis ban yang
digunakan, Penyedia Jasa harus memberikan kepada Direksi Pekerjaan
grafik atau tabel yang menunjukkan hubungan antara beban roda, tekanan
ban pompa, tekanan pada bidang kontak, lebar dan luas bidang kontak.
Setiap alat pemadat harus dilengkapi dengan suatu cara penyetelan berat
total dengan pengaturan beban (ballasting) sehingga beban per lebar roda
dapat diubah dalam rentang(300 600) kilogram per 0,1 meter. Tekanan dan
beban roda harus disetel sesuai dengan permintaan Direksi Pekerjaan, agar
dapat memenuhi ketentuan setiap aplikasi khusus. Pada umumnya
pemadatan dengan alat pemadat roda karet pada setiap lapis campuran aspal
harus dengan tekanan yang setinggi mungkin yang masih dapat dipikul
bahan.
c) Alat pemadat roda baja yang bermesin sendiri dapat dibagi atas dua jenis:
* Alat pemadat tandem statis
* Alat pemadat vibrator ganda (twin drum vibratory)
Alat pemadat statis minimum harus mempunyai berat statis tidak kurang
dari 8 ton. Alat pemadat vibrator ganda mempunyai berat statis tidak
kurang dari 6 ton. Roda gilas harus bebas dari permukaan yang datar,
penyok, robek-robek atau tonjolan yang merusak permukaan perkerasan.
6 - 50
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
Semua perlengkapan lapangan yang harus disedikan termasuk tidak terbatas pada :
Mesin Penumbuk (Petrol Driven Vibrating Plate).
Alat pemadat vibrator, 600 kg.
Mistar perata 3 meter.
Thermometer (jenis arloji) 200 C (minimum tiga unit).
Kompresor dan jack hammer.
Mistar perata 3 meter yang dilengkapi dengan waterpass dan dapat disesuaikan
untuk pembacaan 3% atau lereng melintang lainnya dan super-elevasi antara 0
sampai 6%.
Mesin potong dengan mata intan atau serat.
Penyapu Mekanis Berputar.
Pengukur kedalaman aspal yang telah dikalibrasi.
Pengukur tekanan ban.
1) Kemajuan Pekerjaan
Kecuali untuk pekerjaan manual atau penambalan, campuran beraspal tidak boleh
diproduksi bilamana tidak cukup tersedia peralatan pengangkutan, penghamparan
atau pembentukan, atau pekerja, yang dapat menjamin kemajuan pekerjaan dengan
tingkat kecepatan minimum 60 % kapasitas instalasi pencampuran.
Bahan aspal harus dipanaskan dengan temperatur antara 140oC - 145oC di dalam
suatu tangki yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mencegah terjadinya
pemanasan langsung setempat dan mampu mengalirkan bahan aspal secara
berkesinambungan ke alat pencampur secara terus menerus pada temperatur yang
merata setiap saat. Pada setiap hari sebelum proses pencampuran dimulai, kuantitas
aspal minimum harus mencukupi untuk perkerjaan yang direncanakan pada hari itu
yang siap untuk dialirkan ke alat pencampur.
3) Penyiapan Agregat
6 - 51
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
b) Bila agregat akan dicampur dengan bahan aspal, maka agregat harus kering
dan dipanaskan terlebih dahulu dengan temperatur dalam rentang yang
disyaratkan untuk bahan aspal, tetapi tidak melampaui 18ºC di atas
temperatur bahan aspal.
c) Bahan pengisi tambahan (filler added) harus ditakar secara terpisah dalam
penampung kecil yang dipasang tepat di atas alat pencampur. Bahan pengisi
tidak boleh ditabur di atas tumpukan agregat maupun dituang ke dalam
penampung instalasi pemecah batu. Hal ini dimaksudkan agar pengendalian
kadar filler dapat dijamin.
4) Penyiapan Pencampuran
a) Agregat kering yang telah disiapkan seperti yang dijelaskan di atas, harus
dicampur di instalasi pencampuran dengan proporsi tiap fraksi agregat yang
tepat agar memenuhi rumusan campuran kerja (JMF). Proporsi takaran ini
harus ditentukan dengan mencari gradasi secara basah dari contoh yang
diambil dari tumpukan agregat (stockpile) segera sebelum produksi
campuran dimulai dan pada interval waktu tertentu sesudahnya, sebagaimana
ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan, untuk menjamin pengendalian penakaran.
Bahan aspal harus ditimbang atau diukur dan dimasukkan ke dalam alat
pencampur dengan jumlah yang ditetapkan sesuai dengan JMF. Bilamana
digunakan instalasi pencampur sistem penakaran, di dalam unit pengaduk
seluruh agregat harus dicampur kering terlebih dahulu, kemudian baru aspal
dan aditif dengan jumlah yang tepat disemprotkan langsung ke dalam unit
pengaduk dan diaduk dengan waktu sesingkat mungkin yang telah
ditentukan untuk menghasilkan campuran yang homogen dan semua butiran
agregat terselimuti aspal dengan merata. Waktu pencampuran total harus
ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan dan diatur dengan perangkat pengendali
waktu yang handal. Lamanya waktu pencampuran harus ditentukan secara
berkala atas perintah Direksi Pekerjaan melalui “pengujian derajat
penyelimutan aspal terhadap butiran agregat kasar” sesuai dengan prosedur
AASHTO T195-67 (2007) (biasanya sekitar 45 detik).
6 - 52
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
Tabel 6.3.5.(1) Ketentuan Viskositas & Temperatur Aspal untuk Pencampuran &
Pemadatan
Viskositas Aspal Perkiraan Temperatur Aspal ( oC)
No. Prosedur Pelaksanaan (Pas) Pen 60/70
1 Pencampuran benda uji Marshall 0,2 Pen 60/70
2 Pemadatan benda uji Marshall 0,4 155 ± 1
3 Pencampuran, rentang temperatur 0,2 - 0,5 145 ± 1
sasaran
4 Menuangkan campuran aspal dari + 0,5 150 - 160
alat pencampur ke dalam truk
5 Pemasokan ke Alat Penghampar 0,5 - 1,0 150 - 155
6 Pemadatan Awal (roda baja) 1-2 130 150
7 Pemadatan Antara (roda karet) 2 - 20 125 145
8 Pemadatan Akhir (roda baja) < 20 100 125
Catatan :
1 Pas = 100 cSt = 100 mm2/s dimana :
Pas : Pascal seconds cSt : Centistokes
mm2/s : square millimeter per second
Penentuan temperatur pencampuran dan pemadatan aspal harus dilakukan
berdasarkan nilai viskositas seperti yang tertera dalam Tabel 6.3.5.(1).
6 - 53
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
yang akan dilapisi terdapat atau mengandung sejumlah bahan dengan rongga
dalam campuran yang tidak memadai, sebagimana yang ditunjukkan dengan
adanya kelelehan plastis dan/atau kegemukan (bleeding), seluruh lapisan
dengan bahan plastis ini harus dibongkar. Pembongkaran semacam ini harus
diteruskan ke bawah sampai diperoleh bahan yang keras (sound). Toleransi
permukaan setelah diperbaiki harus sama dengan yang disyaratkan untuk
pelaksanaan lapis pondasi agregat.
2) Acuan Tepi
Untuk menjamin sambungan memanjang vertikal maka harus digunakan besi profil
siku dengan ukuran tinggi 5 mm lebih kecil dari tebal rencana dan dipakukan pada
perkerasan dibawahnya.
b) Penghamparan harus dimulai dari lajur yang lebih rendah menuju lajur yang
lebih tinggi bilamana pekerjaan yang dilaksanakan lebih dari satu lajur.
c) Mesin vibrasi pada screed alat penghampar harus dijalankan selama
penghamparan dan pembentukan.
f) Bilamana terjadi segregasi, koyakan atau alur pada permukaan, maka alat
penghampar harus dihentikan dan tidak boleh dijalankan lagi sampai
penyebabnya telah ditemukan dan diperbaiki.
g) Proses perbaikan lubang-lubang yang timbul karena terlalu kasar atau bahan
yang tersegregasi karena penaburan material yang halus sedapat mungkin
harus dihindari sebelum pemadatan. Butiran yang kasar tidak boleh
ditebarkan diatas permukan yang telah padat dan bergradasi rapat.
h) Bilamana jalan akan dihampar hanya setengah lebar jalan atau hanya satu
lajur untuk setiap kali pengoperasian, maka urutan penghamparan harus
dilakukan sedemikian rupa sehingga perbedaan akhir antara panjang
penghamparan lajur yang satu dengan yang bersebelahan pada setiap hari
produksi dibuat seminimal mungkin.
6 - 54
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
4) Pemadatan
5) Sambungan
6 - 56
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
2) Ketentuan Kepadatan
b) Benda uji inti untuk pengujian kepadatan harus sama dengan benda uji
untuk pengukuran tebal lapisan. Cara pengambilan benda uji campuran
beraspal dan pemadatan benda uji di laboratorium masing-masing harus
sesuai dengan ASTM D6927-06 untuk ukuran butir maksimum 25 mm atau
ASTM D5581-07a untuk ukuran maksimum 50 mm.
c) Benda uji inti paling sedikit harus diambil dua titik pengujian per
penampang melintang per lajur dengan jarak memanjang antar penampang
melintang yang diperiksa tidak lebih dari 100 m.
6 - 61
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
b) Pengendalian Proses
6 - 62
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
Campuran :
- Suhu di AMP dan suhu saat sampai di lapangan Setiap batch dan pengiriman
- Gradasi dan kadar aspal Setiap 200 ton (min. 2 pengujian
per hari)
- Kepadatan, stabilitas, pelelehan, Marshall Quo- Setiap 200 ton (min. 2 pengujian
tient (untuk non AC), rongga dalam campuran per hari)
pada 75 tumbukan dan Stabilitas Marshall Sisa
atau Indirect Tensile Strength Ratio (ITSR)
- Rongga dalam campuran pd. Kepadatan Membal Setiap 3.000 ton
- Campuran Rancangan (Mix Design) Marshall Setiap perubahan agregat/rancangan
Lapisan yang dihampar :
- Benda uji inti (core) berdiameter 4” untuk Benda uji inti paling sedikit harus
partikel ukuran maksimum 1” dan 6” untuk diambil dua titik pengujian per
partikel ukuran di atas 1”, baik untuk penampang melintang per lajur
pemeriksaan pemadatan maupun tebal lapisan dengan jarak memanjang antar
bukan perata: penampang melintang yang
diperiksa tidak lebih dari 100 m.
Toleransi Pelaksanaan :
- Elevasi permukaan, untuk penampang melintang Paling sedikit 3 titik yang diukur
dari setiap jalur lalu lintas. melintang pada paling sedikit
setiap 12,5 meter memanjang
sepanjang jalan tersebut.
6 - 63
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
Penyedia Jasa harus menyediakan mesin bor pengambil benda uji inti (core)
lapisan beraspal yang telah selesai dikerjakan. Benda uji inti tidak boleh
digunakan untuk pengujian ekstraksi. Uji ektraksi harus dilakukan
menggunakan benda uji campuran beraspal gembur yang ambil di belakang
mesin penghampar.
Penutupan lubang hasil pengambilan benda uji inti, harus dilakukan dalam
kondisi bersih/ kering, dengan lapis perekat pada semua sisi, dan
menggunakan material sejenis yang memenuhi persyaratan temperatur dan
dipadatkan per-lapis.
6 - 64
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
1) Pengukuran Pekerjaan
ii) Untuk lapisan perata (misalnya HRS (L), AC (L) dan ATB (L), dsb)
adalah jumlah tonase dari campuran beraspal yang telah dihampar
dan diterima sesuai dengan ketentuan pada Pasal 6.3.8.(1)(c).
6 - 65
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
d) Kecuali yang disebutkan dalam (c) di atas, maka tebal campuran beraspal
yang diukur untuk pembayaran tidak boleh lebih besar dari tebal rancangan
yang ditentukan dalam Gambar.
e) Lebar hamparan campuran beraspal yang akan dibayar harus seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar dan harus diukur dengan pita ukur oleh Penyedia
Jasa di bawah pengawasan Direksi Pekerjaan. Pengukuran harus dilakukan
tegak lurus sumbu jalan per 25 meter atau lebih rapat sebagaimana yang
diperintahkan Direksi Pekerjaan dan tidak termasuk lokasi hamparan yang
tipis atau tidak memenuhi ketentuan sepanjang tepi hamparan. Interval jarak
pengukuran memanjang harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan tetapi harus selalu berjarak sama dan tidak lebih dari 25 meter.
Lebar yang akan digunakan dalam menghitung luas untuk pembayaran
setiap lokasi perkerasan yang diukur, harus merupakan lebar rata-rata yang
diukur dan disetujui.
6 - 66
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
j) Kadar aspal aktual (kadar aspal efektif + penyerapan aspal) yang digunakan
Penyedia Jasa dalam menghitung harga satuan untuk berbagai campuran
beraspal yang termasuk dalam penawarannya haruslah berdasarkan
perkiraannya sendiri. Tidak ada penyesuaian harga yang akan dibuat
sehubungan dengan perbedaan kadar aspal optimum yang ditetapkan dalam
JMF dan kadar aspal dalam analisa harga satuan dalam penawaran
2) Dasar Pembayaran
6 - 67
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
6 - 68
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
SEKSI 6.4
TIDAK DIGUNAKAN
6 - 69
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
SEKSI 6.5
6.5.1 UMUM
1) Uraian
Campuran dirancang agar sesuai dihampar dan dipadatkan secara dingin setelah
disimpan untuk suatu jangka waktu tertentu. Kelas C adalah campuran bergradasi
semi padat dengan menggunakan aspal cair (cut-back). Campuran kelas E adalah
bergradasi terbuka dan sesuai untuk digunakan dengan aspal emulsi.
Untuk setiap kelas tersedia dua amplop gradasi. Gradasi yang lebih halus (C/10 dan
E/10) harus digunakan juka tersedia agregat yang memenuhi syarat, karena
pengerjaannya lebih mudah dan tidak mudah tersegregasi.
3) Standar Rujukan
6 - 70
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
Campuran aspal dingin hanya boleh dihampar bilamana permukaan kering, tidak
turun hujan, dan permukaan yang disiapkan telah disetujui secara tertulis oleh
Direksi Pekerjaan.
Tempat kerja harus ditutup untuk lalu lintas pada saat pekerjaan sedang berlangsung
dan selanjutnya sampai waktu yang ditentukan dimana Direksi Pekerjaan menyetujui
permukaan akhir dapat dibuka untuk lalu lintas.
6.5.2 BAHAN
1) Agregat - Umum
a) Agregat kasar harus terdiri dari batu pecah atau kerikil pecah. Agregat kasar
yang kotor dan berdebu, yang mempunyai partikel lolos ayakan No.200
(0,075 mm) lebih besar dari 1 % tidak boleh digunakan.
b) Agregat kasar harus terdiri atas bahan yang bersih, keras, awet dan bebas
dari kotoran dan bahan-bahan lain yang tidak diinginkan dan harus
memenuhi ketentuan yang diberikan dalam Tabel 6.5.2.(1).
c) Agregat yang tertahan ayakan 4,75 mm dan mempunyai dua bidang pecah
harus tidak kurang dari 65 %. Persentase butiran agregat yang mempunyai
paling sedikit dua bidang pecah ditentukan dengan pemeriksan setiap butir
agregat pada agregat seberat sekitar 2 kg and ditunjukkan berat butiran
dengan 2 bidang pecah atau lebih sebagai persentase berat seluruh contoh.
Pengambilan contoh harus sesuai dengan ketentuan SNI 03-1975-1990
a) Agregat halus, dari setiap sumber, harus terdiri dari pasir atau batu pecah
halus atau kombinasi keduanya.
b) Agregat halus harus terdiri atas butiran yang bersih, keras dan bebas dari
gumpalan atau bola lempung, atau bahan lain yang tidak diinginkan. Batu
6 - 71
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
pecah halus yang dihasilkan dari pemecahan batu harus memenuhi ketentuan
yang disyaratkan dalam Tabel 6.5.2.(1). Dalam segala hal, pasir yang kotor
dan berdebu serta mempunyai partikel lolos ayakan No.200 (0,075 mm)
lebih dari 8 % atau pasir yang mempunyai nilai setara pasir (sand
equivalent) kurang dari 50 sesuai dengan SNI 03-4428-1997, tidak
diperkenankan untuk digunakan dalam campuran.
a) Bahan aspal boleh aspal cair atau aspal emulsi yang memenuhi ketentuan
yang disyaratkan dalam Tabel 6.5.2.(2).
d) Untuk pelapisan kembali diluar koreksi bentuk untuk luas kurang dari 50
m2, aspal emulsi harus digunakan.
6) Sumber Pasokan
a) Persetujuan atas sumber pasokan agregat dan filler harus diperoleh dari
Direksi Pekerjaan sebelum bahan tersebut didatangkan. Contoh masing-
masing bahan harus diserahkan sebagaimana diperintahkan.
6 - 72
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
6.5.3 CAMPURAN
1) Komposisi
(4) Untuk memperoleh kadar aspal emulsi, maka kalikan kadar aspal residu dengan :
100
------------------------------------------------
(100 - % air dalam aspal emulsi)
(5) Pengujian harus dilaksanakan untuk menentukan Kadar Aspal Residu dan Kadar Aspal Efekif.
Kadar aspal residu didefinisikan sebagai kadar aspal yang masih sisa setelah
penguapan semua air dan pelunak dari campuran. Kadar aspal efektif didefinisikan
sebagai kadar aspal residu dikurangi dengan kadar aspal yang terserap oleh agregat.
Untuk pekerjaan minor Kadar Aspal Residu Campuran menurut Resep dapat diambil
untuk memperoleh campuran dengan kelecakan (workability), penyelimutan butiran
agregat dan bahan aspal sisa yang cocok.
Untuk pekerjaan berskala besar termasuk perbaikan bentuk dan pelapisan kembali
dengan luas yang melebihi 100 m2 atau dalam hal dimana gradasi yang disyaratkan
tidak mungkin dipenuhi gradasi atau bilamana Kadar Aspal Residu Campuran
6 - 73
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
5) Percobaan Penghamparan
1) Alat Pencampur
Baik alat pencampur mekanis buatan untuk campuran dingin atau pengaduk beton
molen berkapasitas tidak kurang dari 200 liter dapat dipergunakan. Alat pencampur
harus mampu menghasilakn campuran yang homogen, penyelimutan aspal yang
merata pada seluruh agregat
2) Alat Pengangkutan
6 - 74
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
a) Pekerjaan Minor
4) Alat Pemadat
a) Pekerjaan Minor
Pemadat yang dibuat khusus, pemadat dorong yang mudah dipindahkan atau
timbris getar dapat digunakan. Timbris manual yang disediakan harus
mempu-nyai luas permukaan tidak kurang dari 15 x 15 cm dan beratnya
tidak kurang dari 4 kilogram.
Ketentuan dalam Pasal 6.3.4.(12) harus berlaku, kecuali alat pemadat roda
karet tidak perlu disediakan.
1) Penyiapan
a) Penyiapan Agregat
b) Penyiapan Campuran
6 - 75
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
1) Pemeraman
Campuran yang menggunakan aspal sebagai sebagai pengikat harus diperam dalam
jangka waktu yang cukup (minimum 3 hari) sebelum digunakan, sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
2) Penyimpanan
a) Penyimpanan Curah
Tempat penyimpanan harus kuat, berdranaise baik dan bebas dari tanaman.
Tinggi penyimpanan tidak kurang dari 1,5 meter dan tidak lebih dari 2,5
meter. Semua penyimpanan harus dilindungi dari sinar matahari langsung
dan hujan. Campuran dingin harus disimpan bangsal yang kedap air.
Campuran dingin yang menjadi kering dan terlalu kaku tidak boleh
digunakan.
1) Penyiapan
a) Pekerjaan Minor
6 - 76
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
Campuran dingin harus dipadatkan dalam lapisan tidak melebihi dua kali
tebal nominal (Tabel 6.5.3.(1)). Penambalan yang lebih dalam dapat
dilaksanakan lapis demi lapis.
3) Penaburan (Blinding)
a) Campuran Kelas C
Sedikit penaburan dengan batu kapur pecah (crushed limestone), batu pecah
halus atau pasir kasar harus dilakukan di atas semua permukaan yang akan
segera dipadatkan. Taburan ini akan tertanam oleh alat pemadat atau timbris.
Bahan taburan yang terdorong ke tepi jalan dapat disapu kembali selama
beberapa hari sedemikian hingga lalu lintas yang melintasinya diharapkan
dapat menanam bahan taburan tersebut ke dalam aspal dan memperkaku
campuran aspal.
b) Campuran Kelas E
Campuran dingin dengan aspal emulsi harus ditunggu sampai matang (fully
breaking) sebelum penaburan sedikit agregat. Selanjutnya batu pecah halus
atau pasir kasar harus ditebar di atas seluruh permukaan. Jumlah yang
ditebar harus cukup untuk mengisi seluruh rongga permukaan. Taburan ini
akan tertanam oleh alat pemadat atau timbris. Bahan taburan yang terdorong
ke tepi jalan dapat disapu kembali selama beberapa hari sedemikian hingga
lalu lintas yang melintasinya diharapkan dapat menanam bahan taburan
tersebut ke dalam aspal dan memperkaku campuran aspal.
1) Pengukuran Pekerjaan
a) Pekerjaan Minor
6 - 77
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
2) Dasar Pembayaran
Kuantitas, yang ditentukan dari perhitungan di atas, harus dibayar dengan harga
kontrak per satuan pengukuran untuk mata pembayaran di bawah dan dalam Daftar
Kuantitas dan Harga. Harga kontrak harus merupakan kompensasi penuh untuk
pemasokan, pengiriman, penghamparan dan pemadatan bahan campuran dingin dan
pemasokan serta penaburan lapisan agregat, pekerja, perkakas, peralatan, pengujian
dan hal-hal lain yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan pada Seksi ini.
6 - 78
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
SEKSI 6.6
6.6.1 UMUM
1) Uraian
Pekerjaan ini terdiri dari penyediaan lapis permukaan atau lapis pondasi terbuat dari
agregat yang distabilisasi oleh aspal. Pekerjaan ini dilaksanakan dimana biaya untuk
menggunakan campuran aspal panas tidak mencukupi dan/atau penyediaan instalasi
campuran aspal sulit dilaksanakan akibat situasi lingkungan.
3) Standar Rujukan
AASHTO :
BritishStandards :
Lapis Penetrasi Macadam tidak boleh dilaksanakan pada permukaan yang basah,
selama hujan atau hujan akan turun. Aspal emulsi tidak boleh disemprotkan setelah
jam 15.00. Bilamana digunakan aspal panas maka temperatur perkerasan saat aspal
disemprotkan tidak boleh kurang dari 25 C.
6 - 79
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
Tempat kerja harus ditutup untuk lalu lintas pada saat pekerjaan sedang berlangsung
dan selanjutnya sampai waktu yang ditentukan dimana Direksi Pekerjaan menyetujui
permukaan akhir dapat dibuka untuk lalu lintas.
6.6.2 BAHAN
1) Umum
Bahan harus terdiri dari agregat pokok, agregat pengunci, agregat penutup (hanya
digunakan untuk lapis permukaan) dan aspal.
Setiap fraksi agregat harus disimpan terpisah untuk mencegah tercampurnya antar
fraksi agregat dan harus dijaga agar bersih dari benda-benda asing lainnya.
2) Agregat
a) Agregat harus terdiri dari bahan yang bersih, kuat, awet, bebas dari lumpur
dan benda-benda yang tidak dikehendaki dan harus memenuhi ketentuan
yang diberikan dalam Tabel 6.6.2.(1).
6 - 80
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
3) Aspal
b) Aspal emulsi CRS1 atau CRS2 yang memenuhi ketentuan SNI 03-4798-
1998 atau RS1 atau RS2 yang memenuhi ketentuan AASHTO M140.
c) Aspal cair penguapan cepat (rapid curing) jenis RC250 atau RC800 yang
memenuhi ketentuan SNI 03-4800-1998, atau aspal cair penguapan sedang
(medium curing) jenis MC250 atau MC800 yang memenuhi ketentuan SNI
03-4799-1998.
Kuantitas agregat dan aspal harus diambil dari Tabel 6.6.3.(1) dan Tabel 6.6.3.(2)
serta harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan sebelum pekerjaan
dimulai. Penyesuaian takaran ini mungkin diperlukan selama Kontrak jika
dipandang perlu oleh Direksi Pekerjaan untuk memperoleh mutu pekerjaan yang
disyaratkan.
Tabel 6.6.3.(1) : Lapen Sebagai Lapis Permukaan
Tebal Agregat Pokok Aspal Agregat Aspal Agregat
Lapisan (kg/m2) Residu Pengunc Residu Penutup
(cm) (kg/m2) i (kg/m2) (kg/m2)
7 - 10 5-8 4-5
10 200 8,5 25 1,5 14
9 180 7,5 25 1,5 14
8 160 6,5 25 1,5 14
8 152 6,0 25 1,5 14
7 140 5,5 25 1,5 14
7 133 5,2 25 1,5 14
6 114 4,4 25 1,5 14
5 105 3,7 25 1,5 14
5 80 2,5 25 1,5 14
Catatan :
Aspal Residu adalah bitumen tertinggal setelah semua bahan pelarut atau pengemulsi telah menguap .
6 - 81
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
6.6.4 PERALATAN
a) Penumpukan Bahan
Dump Truck
Loader
b) Di Lapangan
i) Mekanis.
ii) Manual.
6.6.5 PELAKSANAAN
1) Persiapan Lapangan
b) Permukaan harus bebas dari benda-benda yang tidak diinginkan seperti debu
dan bahan lepas lainnya. Lubang-lubang dan retak-retak harus diperbaiki
sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 8.1.3.(2) dan 8.1.3.(3) dari Spesifikasi
Umum.
a) Umum
6 - 82
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
b) Metode Mekanis
6 - 83
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
c) Metode Manual
6 - 84
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
Bilamana terdapat keterlambatan antara pengerjaan lapis agregat pengunci dan lapis
berikutnya, Penyedia Jasa harus memelihara permukaan agregat pengunci dalam
kondisi baik sampai lapis berikutnya dihampar.
b) Penyimpanan aspal dalam drum harus dengan cara tertentu agar supaya
tidak terjadi kebocoran atau kemasukan air.
d) Tebal Lapisan.
Pada setiap tahap pemadatan, kerataan permukaan harus dijaga. Bahan harus
ditambah pada tiap tempat di mana terdapat penurunan.
6 - 85
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
2) Lalu Lintas
Lalu lintas dapat diijinkan melintasi permukaan yang telah selesai beberapa jam
setelah pekerjaan selesai, sebagaimana yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Periode tipikal ini antara 2 sampai 4 jam. Bilamana lalu lintas diijinkan melintasi
lapisan agregat pengunci ini, perhatian khusus harus diberikan untuk memelihara
kebersihan lapisan ini sebelum lapis berikutnya dihampar. Pengendalian lalu lintas
harus meme-nuhi ketentuan dalam Seksi 1.8 dari Spesifikasi umum.
1) Pengukuran
a) Pekerjaan Minor
iii) Lebar lokasi Penetrasi Macadam yang akan dibayar harus seperti
yang tercantum dalam Gambar atau yang telah disetujui Direksi
Pekerjaan dan harus ditentukan dengan survei pengukuran yang
dilakukan Penyedia Jasa di bawah pengawasan Direksi Pekerjaan.
Pengukuran harus dilakukan tegak lurus sumbu jalan dan tidak
boleh meliputi lapisan yang tipis atau tidak memenuhi ketentuan
sepanjang tepi Lapis Penetrasi Macadam yang dihampar. Jarak
antara pengukuran memanjang harus seperti yang diperintahkan
Direksi Pekerjaan tetapi harus berjarak sama dan tidak boleh kurang
dari 25 meter. Lebar yang digunakan untuk menghitung luas pada
setiap lokasi perkerasan yang diukur harus merupakan lebar rata-
rata dari pengukuran lebar yang diukur dan disetujui.
6 - 86
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
2) Dasar Pembayaran
6 - 87
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
SEKSI 6.7
6.7.1 UMUM
1) Uraian
Pekerjaan ini meliputi pelaburan aspal pada lokasi perkerasan yang luasnya kecil
menggunakan baik aspal panas maupun aspal emulsi untuk menutup retak,
mencegah pelepasan butiran agregat, memelihara tambalan atau menambal lubang
agar kedap air, memelihara perkerasan lama yang mengalami penuaan atau untuk
tujuan lainnya.
3) Standar Rujukan
ASTM :
ASTM D946/946M-09a : Specification for Penetration Graded Asphalt
Cement for Use in Pavement Construction
6 - 88
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
Tempat kerja harus ditutup untuk lalu lintas pada saat pekerjaan sedang berlangsung
dan selanjutnya sampai waktu yang ditentukan dimana Direksi Pekerjaan menyetujui
permukaan akhir dapat dibuka untuk lalu lintas.
6.7.2 BAHAN
Bahan harus terdiri dari agregat pokok, agregat pengunci, agregat penutup (hanya
untuk lapis permukaan) dan aspal.
1) Umum
2) Agregat Penutup
a) Agregat Penutup harus terdiri atas pasir atau batu pecah halus yang bersih,
keras, awet dan bebas dari kotoran, lempung atau benda lainnya yang dapat
menghalangi penyelimutan yang menyeluruh oleh aspal. Pengambilan
contoh agreat penutup yang akan digunakan harus sesuai SNI 03-6889-2002.
c) Bila diuji menurut SNI ASTM C136: 2012 maka agregat penutup harus
memenuhi gradasi sesuai dengan gradasi yang diberikan dalam Tabel
6.7.2.(2) di bawah. Tipe 1 digunakan diatas Lataston (HRS) dan Tipe 2
untuk Laston (AC).
6 - 89
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
9,5 100
No.4 4,75 100 85 - 100
No.8 2,36 80 - 100 0 40
No.30 0,600 0 - 30
No.200 0,075 0-5 0-5
3) Aspal
Takaran agregat dan aspal yang digunakan harus disetujui terlebih dahulu oleh
Direksi Pekerjaan sebelum pekerjaan dimulai dan harus sesuai dengan Tabel
6.7.3.(1). Penyesuaian takaran ini mungkin diperlukan selama Kontrak jika
dipandang perlu oleh Direksi Pekerjaan untuk memperoleh mutu pekerjaan yang
disyaratkan. Takaran aspal yang lebih tinggi harus digunakan bilamana gradasi
agregat mendekati batas atas dari amplop gradasi yang disyaratkan dan takaran yang
lebih rendah harus digunakan bilamana gradasi agregat mendekati batas bawah dari
amplop gradasi yang disyaratkan.
6.7.4 PERALATAN
6.7.5 PELAKSANAAN
2) Pemakaian Aspal
Cara pemakaian bahan aspal harus disetujui secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan
dan harus dilaksanakan dengan ketat. Mesin penyemprot harus mampu memberikan
distribusi aspal yang merata baik menggunakan batang penyemprot dari distributor
aspal maupun penyemprot tangan. Cara manual pada pelaburan dengan aspal emulsi
6 - 90
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
untuk lokasi yang kecil, mungkin dapat diperkenankan menurut pendapat Direksi
Pekerjaan. Cara manual harus menggunakan batang penyemprot manual atau cara
lain yang disetujui. Takaran aspal yang digunkan dan temperatur penyemprotan
harus sesuai masing-masing dengan Tabel 6.7.3.(1) dan 6.7.5.(1).
3) Pemakaian Agregat
Agregat harus ditebar segera setelah penyemprotan aspal. Agregat dapat ditebar de-
ngan setiap cara yang memadai (termasuk cara manual) sampai diperoleh lapisan
yang padat, merata, tanpa bopeng. Agregat harus digilas dengan menggunakan
pemadat roda karet yang sesuai atau pemadat roda baja dengan berat kotor tidak
kurang dari satu ton. Setelah pemadatan selesai dilaksanakan, kelebihan agregat
yang lepas harus disapu dari permukaan perkerasan.
1) Bahan
b) Penyimpanan aspal dalam drum harus dengan cara tertentu agar supaya
tidak terjadi kebocoran atau kemasukan air.
2) Kecakapan Kerja
Bilamana laburan aspal dilaksanakan setengah lebar jalan, suatu lajur semprotan
aspal selebar 20 cm harus dibiarkan terbuka dan tidak boleh diberi agregat penutup
agar dapat menyediakan bagian tumpang tindih (overlap) bahan aspal bilamana lajur
yang bersebelahan dilaksanakan.
3) Lalu Lintas
Lalu lintas diijinkan melewati permukaan laburan aspal setelah beberapa jam selesai
dikerjakan, seperti yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Periode tipikal berkisar
antara 2 sampai 4 jam. Pengendalian Lalu Lintas harus memenuhi ketentuan Seksi
1.8 dari Spesifikasi ini.
6 - 91
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
1) Metode Pengukuran
a) Pengukuran Material Aspal Pengikat.
i. Material aspal pengikat harus diukur untuk pembayaran dalam satuan
liter sebagai sejumlah nominal dari volume yang telah terpakai dan
telah diterima pada setiap lintasan semprotan atau daerah pekerjaan
semprotan memakai tangan telah diterima, telah dikoreksi untuk
penyesuaian akibat pemuaian karena panas dengan volume yang
setara pada suhu 15° C.
ii. Volume nominal harus didefinisikan sebagai luas permukaan yang
telah disemprot dengan aspal pengikat, diukur sesuai dengan Paragraf
6.7.5.(2) dan takaran pemakaian nominal aspal pengikat. Untuk tujuan
pembayaran, takaran pemakaian nominal aspal pengikat untuk setiap
lintasan penyemprotan atau bagian dari pekerjaan penyemprotan
tangan, harus dari hal berikut ini diambil mana yang lebih kecil:
Takaran pemakaian yang telah diperintahkan Direksi Pekerjaan,
ditambah toleransi relevan yang diperkenankan dalam Tabel
6.7.3.(1).
Takaran rata-rata pemakaian yang telah dipasang dan diukur
sesuai dengan Pasal 6.7.5 (2) dan 6.7.5 (3).
b) Pengukuran Agregat Laburan Aspal (Buras) untuk Pembayaran.
Agregat Laburan Aspal (Buras) yang diukur untuk pembayaran harus
dalam satuan meter persegi permukaan jalan yang telah tertutup pekerjaan
Laburan Aspal (Buras) yang telah diselesaikan dan diterima sesuai Seksi ini
dan Gambar Rencana.
c) Pengukuran dari Pekerjaan yang diperbaiki.
Bila telah diadakan pekerjaan perbaikan Laburan Aspal (Buras) sesuai
perintah Direksi Pekerjaan pada Pasal 6.7.5 diatas, maka kuantitas yang
diukur untuk pembayaran haruslah merupakan pekerjaan yang seharusnya
telah dibayar jika pekerjaan yang semula telah diterima. Tidak ada
pembayaran tambahan untuk suatu pekerjaan tambahan atau kuantitas
tambahan atau pengujian ulang karena pekerjaan perbaikan tersebut.
2) Dasar Pembayaran
Kuantitas yang ditentukan, sebagaimana diuraikan diatas, harus dibayar menurut
Harga Satuan per satuan pengukuran untuk masing-masing Mata Pembayaran yang
terdaftar dibawah dan tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Harga dan
pembayaran ini harus merupakan kompensasi penuh untuk pengadaan dan
pemasangan seluruh material, termasuk agregat penutup dan juga termasuk seluruh
buruh, perlengkapan dan perkakas, dan pelengkap lainnya yang diperlukan untuk
menyelesaikan dan memelihara pekerjaan yang diuraikan dalam Seksi ini.
6 - 92
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
SEKSI 6.8
6.8.1 UMUM
1) Uraian
Slurry Seal Aspal Emulsi adalah campuran agregat kasar dan halus, mineral pengisi,
air pencampur dan aspal emulsi yang dicampurkan secara merata untuk menghasilkan
suatu adonan dengan karakteristik pengeringan yang akan memungkinkan pengerjaan
yang mudah maupun gangguan yang minimal terhadap lalu lintas.
Pekerjaan akan terdiri atas pemasokan bahan dan pencampuran serta penghamparan
adonan aspal emulsi sebagai pengedap ke atas permukaan yang sebelumnya telah
disiapkan. Lapis pengedap harus digunakan untuk memulihkan daya pelayanan lapis
pengedap bitumen yang telah lama atau pada konstruksi yang baru untuk jalan-jalan
berlalu lintas ringan dan sedang, baik diberikan secara tersendiri atau keatas
permukaan pelaburan hingga membentuk penutup yang kedap.
3) Sumber Dokumen
ASTM D 2419 Metode pengujian untuk nilai setara pasir untuk tanah dan agregat
halus.
M 17 - 77 Mineral pengisi untuk campuran perkerasan berbitumen.
M 29 -70 (1982) Agregat halus untuk campuran perkerasan berbitumen
M 140 - 82 Aspal emulsi.
T 208 - 81 Aspal emulsi kationik.
T 84 - 81 Berat jenis dan penyerapan agregat halus.
T 27 - 78 Analisa ayakan untuk agregat halus dan kasar.
T 2 - 78 Pengambilan contoh batu, terak, kerikil, pasir dan bongkahan batu
untuk digunakan sebagai bahan pada jalan raya.
6 - 93
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
5) Pelaporan
b) Selama pelaksanaan
Selama pelaksanaan Penyedia harus memantau mutu campuran dan dia harus
memberikan laporan harian laboratorium kepada Direksi Teknik. Laporan tersebut
harus menunjukkan kadar bitumen sisa dari ekstraksi dan gradasi agregat maupun
takaran pemakaian agregat per meter persegi. Jumlah mula-mula contoh-contoh
yang harus diambil oleh Penyedia dan yang dianalisa setiap hari harus sama dengan
jumlah takaran campuran per hari (sekali penakaran ditentukan sebagai beban
penuh pada mesin pembuat Slurry Seal, yaitu 6 - 8 m3 atau lebih tergantung kepada
model mesin).
Jumlah contoh untuk pengujian dapat dikurangi sesudah beberapa hari pertama
pekerjaan berlangsung atas kebijaksanaan Direksi Pekerjaan. Tetapi, dalam
keadaan bagaimanapun jumlah contoh tidak akan dikurangi hingga kurang dari 2
buah per hari (biasanya 1 di pagi hari dan 1 di sore hari).
6 - 94
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
Slurry harus dihamparkan jika tidak akan ada hujan. Campuran tidak boleh digunakan
jika kelembaban relatif yang tinggi menyebabkan waktu pengeringan bertambah
panjang.
Permukaan lapisan slurry biasanya harus dibuka untuk menampung lalu lintas segera
sesudah emulsi pecah sepenuhnya. Tetapi merupakan tanggung jawab Penyedia untuk
menentukan kapan permukaan tersebut aman untuk lalu lintas.
c) Goresan yang ditimbulkan oleh agregat yang ukurannya terlampau besar tidak
diperkenankan diatas permukaan akhir.
d) Daerah aspal yang terlampau kurus ataupun terlampau gemuk tidak akan
diterima dan dalam kedua hal daerah tersebut harus diperbaiki oleh Penyedia.
Dalam hal telah terpasang campuran kurus, Penyedia harus memberikan lapisan
ekstra slurry pada penyelesaian proyek tersebut sebelum serah terima resmi.
Tidak ada biaya tambahan yang akan diajukan untuk bahan ekstra yang
digunakan ataupun waktu yang diperlukan untuk perbaikan itu. Dalam hal
terpasang lapisan gemuk dan tidak segera disingkirkan, Penyedia bertanggung
jawab untuk memberi bahan abu batu tanpa tambahan biaya dan dalam interval
yang rapat, berdasarkan perintah Direksi Pekerjaan.
6.8.2 BAHAN
1) Agregat
a) Agregat halus harus terdiri atas pasir galian alami bersudut yang memadai (pasir
sungai atau laut tidak diperkenankan), abu bubuk atau agregat mineral lainnya
yang memenuhi persyaratan mutu menurut Spesifikasi AASHTO M 29-70
(1982). Untuk jalan yang memikul LHR lebih dari 500 maka semua agregat
harus seluruhnya hasil pemecahan batu.
6 - 95
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
c) Pasir bertekstur halus tidak boleh melibihi 50 % dari agregat gabungan total
(untuk jalan yang memikul lalu lintas harian rata-rata tahunan lebih dari 3000,
maka harus digunakan bahan-bahan yang 100 % terdiri atas hasil pemecahan
batu).
d) Kemudian agregat gabungan yang halus, yang diuji dengan Metode Pengujian
menurut ASTM-D2419, sebelum penambahan suatu bahan mineral pengisi yang
secara kimiawi aktif, harus mempunyai nilai setara pasir tidak kurang dari 55.
e) Batuan induk untuk pasir hasil pemecahan batu tersebut harus mempunyai Nilai
Polesan Batu (NPB) lebih dari 50 dan Nilai Abrasi Agregat (NAA) kurang dari
12 jika lalu lintas harian rata-rata tahunan kurang dari 1000. Jika lalu lintas
harian rata-rata tahunan lebih dari 1000 maka NPB harus lebih besar dari 60 + 2
dan nilai NAA harus kurang dari 10 (NPB dan NAA ditentukan menurut SNI
1975-90 F).
g) Penyerapan air oleh pasir hasil pemecahan batu, atau pasir alam harus
ditentukan dan tidak boleh kurang dari 1,25 %. Namun, dalam hal Direksi
Direksi Pekerjaan menyetujui pemakaian suatu pasir yang tidak memenuhi
persyaratan ini, maka batas kandungan bitumen sisa yang ditentukan untuk
campuran ini harus dinaikkan sedemikian sehingga batas kandungan bitumen
efektif campuran itu sama dengan batas kandungan bitumen efektif suatu
campuran yang mengandung pasir yang memenuhi persyaratan.
a) Bahan mineral pengisi terdiri atas 2 macam, yang aktif secara kimiawi dan yang
tidak aktif secara kimiawi. Keduanya harus memenuhi Spesifikasi AASHTO M
17-77.
b) Bahan mineral pengisi yang secara kimiawi aktif mencakup semen portland,
kapur Tohor, amonium sulfat dan dipakai untuk meningkatkan kemudahan
pengerjaan, menyesuaikan waktu pematangan dan dalam beberapa keadaan,
untuk merubah gradasi agregat.
c) Bahan mineral pengisi yang secara kimiawi tidak aktif seperti abu batu kapur,
abu arang batu, dan abu batu digunakan terutama untuk mengubah gradasi
agregat.
3) Aspal Emulsi
Emulsi harus memenuhi mutu SS-1h pada Spesifikasi AASHTO M 140-80, untuk
aspal emulsi atau mutu CSS-1h pada Spesifikasi AASHTO M 208-81, untuk aspal
emulsi kationik. Pengujian campuran semen tidak diperlukan bagi emulsi CSS-1h.
Jenis emulsi lainnya dapat digunakan dengan persetujuan Direksi Direksi Pekerjaan
seperti aspal emulsi dengan reaksi cepat atau emulsi yang mengandung zat pengubah.
Penggunaan emulsi dengan reaksi cepat atau kationik lebih disukai. Sebaiknya zat
pengubah bitumen harus digunakan misalnya lateks alam atau karet sintetis.
6 - 96
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
6.8.3 CAMPURAN
a) Campuran lapangan akan dipilih yang memenuhi batas Spesifikasi, dan yang
cocok untuk kondisi lalu lintas, cuaca, jenis konstruksi dan penggunaan akhir.
b) Campuran harus salah satu diantara keempat jenis batas kadar bahan pengikat
berikut ini, agregat gabungan dan takaran pemakaiannya memenuhi persyaratan
pada Tabel 6.10.3 (1).
(i) Tipe 1 cocok untuk menutup retakan, mengisi rongga pada permukaan,
memperbaiki erosi permukaan dan kekurangan kecil lainya pada
permukaan. Jenis ini juga dapat digunakan untuk daerah dengan
kepadatan lalu lintas rendah seperti daerah parkir, perkerasan untuk
pejalan kaki, lapangan udara untuk pesawat terbang ringan, atau bahu
jalan pada jalan raya dengan tujuan utama untuk pelaburan permukaan
yang dapat tembus air.
(iv) Tipe 4 mempunyai manfaat yang serupa dengan tipe 3 tetapi juga
memberikan tekstur makro yang lebih besar.
6 - 97
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
(v) Tipe 2, 3 dan 4 dapat juga digunakan sebagai lapis aus sementara diatas
lapis dasar beraspal atau lapis dasar campuran semen dan tanah. Tipe 2
dapat digunakan sebagai pengedap diatas lapisan base yang distabilisasi.
2) Sifat Campuran
Sifat campuran harus dipilih sedemikian rupa hingga memenuhi nilai-nilai pada Tabel
6.10.3 (2).
Catatan :
Waktu reaksi dan pengeringan yang didapat di laboratorium mungkin berbeda dengan
nilai yang diperoleh di lapangan. Faktor yang paling penting adalah bahwa sesudah
pencampuran dan penghamparan yang semestinya maka lapisan slurry harus cepat
mengalami reaksi dan pengeringan sehingga memungkinkan dibukanya jalan untuk
lalu lintas.
1) Uji Konsistensi
b) Perlengkapan
c) Cetakan yang diuraikan pada Paragraf 6.10.4 (1)(b) diisi secara longgar dengan
campuran slurry dan disipat rata. Cetakan berikut isinya kemudian dibalik di
tengah-tengah plat logam sebagaimana diuraikan pada Paragraf 6.10.4 (1)(b)
dengan cara menempatkan permukaan bertanda pada plat logam itu diatas
kerucut yang berisi slurry, sambil menahan kerucut maupun plat dengan erat
menjadi satu, dan membaliknya dengan cepat.
6 - 98
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
e) Waktu pencampuran untuk masing-masing contoh tidak boleh kurang dari satu
menit dan tidak boleh lebih dari tiga menit. Pencampuran dilaksanakan pada
suhu 29 + 10 C.
2) Waktu Reaksi
3) Waktu Pengeringan
a) Pengeringan total hamparan slurry seal dicapai jika timbul kohesi penuh
diantara partikel-partikel agregat yang terlapis aspal. Alat uji kohesi digunakan
untuk mengukur waktu pengeringan.
b) Perlengkapan
Alat uji kohesi adalah suatu piranti berbobot ringan dan mudah dipindahkan
yang bisa disetel memakai tekanan yang bervariasi ke atas bantalan slurry.
Momen puntir diberikan dengan alat uji puntir. Alat uji puntir dapat digunakan
di laboratorium atau di lapangan dan dapat diberi tekanan dengan udara dalam
ruangan, atau dengan suatu kompresor portabel, atau pompa ban sepeda
sederhana.
6 - 99
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
a) Ringkasan Metode
Campuran slurry (yang memenuhi persyaratan uji konsistensi) yang terdiri atas
agregat bergradasi halus, aspal emulsi, dan air dibuat hingga memiliki
konsistensi aliran yang homogen. Slurry seal dibentuk dalam suatu piring
dengan menuangkannya ke dalam lubang bundar suatu model pembentuk dari
bahan polimatil metakrilat (PMMA) atau bahan lain yang sesuai dan yang
ditumpangkan diatas piring yang lebih besar dari bahan tripleks atau roofing felt
berbobot 13,62 kg.
Sesudah model pembentuk dilepas bahan slurry yang berbentuk piring
dikeringkan hingga mencapai bobot yang tetap pada suhu 600 C. Adonan yang
mengering ditempatkan ke dalam penangas air selama 1 jam, kemudian diabrasi
secara mekanik sambil disiram air selama 5 menit. Contoh yang telah terabrasi
dicuci bersih dari kotoran, dikeringkan pada suhu 600 C dan ditimbang.
Kehilangan berat dinyatakan dalam gram per meter persegi dan dilaporkan
sebagai nilai aus (kehilangan WTAT).
b) Peralatan
6 - 100
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
(i) Perbandingan yang tepat antara semen portland (atau kapur tohor atau zat
tambahan lainnya), air, dan emulsi aspal terhadap berat kering agregat
harus ditentukan sebelumnya di dalam laboratorium atau melalui
campuran rencana lapangan yang dapat diterapkan dan sebelumnya
disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
(ii) Agregat kering udara yang lewat ayakan No. 4 dibagi 4, secukupnya
untuk mendapatkan sekurang-kurangnya 800 gram agregat pada satu
bagian.
(iv) Lubang pada model pembentuk ditempatkan keatas piring bergaris tengah
286 mm, kemudian adonan segera dituangkan keatas bantalan tripleks.
(v) Adonan disapu rata dengan permukaan atas model pembentuk dengan
sapuan sedikit (penyapuan secara berlebih akan menimbulkan
pemisahan). Singkirkan kelebihan bahan dan buang.
d) Prosedur
(i) Contoh yang sudah dikeringkan dikeluarkan dari oven bersuhu 600 C
tersebut. Contoh dibiarkan mendingin pada suhu ruang dan ditimbang.
Selesai penimbangan, contoh ditempatkan kedalam penangas air bersuhu
290 C selama 60-75 menit.
6 - 101
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
(ii) Contoh dikeluarkan dari penangas air dan ditempatkan kedalam pinggan
beralas rata dengan garis tengah 330 mm. Contoh ditambatkan pada alas
pinggan dengan mengencangkan keempat mur kupu-kupu. Contoh
tergenang seluruhnya dalam air sedalam minimal 6 mm (suhu 250 C).
(iii) Pinggan yang memuat contoh tersebut dipasang diatas tatakan pada alat
selongsong poros. Ujung abrasi selang karet dikunci pada poros mesin.
Tatakan dinaikkan sampai selang karet tertekan pada permukaan contoh.
Gunakan blok penunjang untuk menunjang rakitan tatakan selama
pengujian.
(iv) Mesin dialihkan ke kecepatan rendah (putaran poros kira-kira 144 pada
putaran orbital 61). Mesin dijalankan selama tepat 5 menit + 2 detik.
(v) Contoh dikeluarkan dari pinggan sesudah siklus abrasi itu dan dicuci
bersih dari kotoran. Contoh uji yang telah dibilas ditempatkan ke dalam
oven bersuhu 600 C dan dikeringkan sampai bobotnya tetap.
(vi) Contoh yang telah dikeringkan dikeluarkan dari oven yang bersuhu 600 C
tersebut, dan dibiarkan hingga mencapai suhu ruang lalu ditimbang.
Perbedaan hasil penimbangan ini dikalikan dengan 32,9 dan hasil ini
menyatakan kehilangan dalam gram per meter persegi (nilai aus).
Nilai aus (kehilangan WTAT) dilaporkan dalan gram per m2 (atau gram kaki
persegi).
f) Prosedur perencanaan
Campuran optimum dipilih agar memenuhi persyaratan sifat uji konsistensi,
reaksi dan pengeringan.
Seringkali uji abrasi jalur basah dilakukan dengan kadar bitumen sisa yang
diubah secara merata. Uji konsistensi diulang untuk rangkaian campuran yang
sama.
Hasil uji konsistensi dan uji jalur basah digambar dalam grafik terhadap kadar
bitumen sisa. Campuran dipilih yang paling memenuhi persyaratan dan
mendekati komposisi campuran yang dipilih.
1) Peralatan (Umum)
Semua peralatan, perkakas dan mesin yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan
ini harus dijaga dalam kondisi kerja yang memadai untuk segala waktu.
6 - 102
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
Peralatan penyebar slurry yang terpasang pada mesin pencampur harus berupa alat
distributor penyapu jenis mekanik, yang dilengkapi dengan bahan yang flexibel untuk
menyentuh permukaan perkerasan guna mencegah kehilangan slurry pada gradien dan
puncak yang bervariasi lewat penyetelan untuk menjamin penyebaran yang merata.
Suatu alat pengemudi dan pencetak yang flexibel harus tersedia. Kotak penyebar
mempunyai lebar yang dapat distel. Kotak dijaga bersih dan penimbunan aspal serta
agregat pada kotak atau disudut-sudutnya tidak diperkenankan. Alat perata yang
ditarik dengan karung goni atau alat perata yang ditarik lainnya dapat digunakan asal
disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Jika digunakan campuran tipe 3 dan 4, kotak penyebar harus dilengkapi dengan gurdi
yang digerakkan secara hidrolik untuk mendistribusi campuran dalam kotak penyebar
tersebut tanpa menimbulkan pemisahan.
Peralatan harus dijaga dalam kondisi kerja yang baik di setiap waktu dan memenuhi
keinginan Direksi Pekerjaan. Khususnya, tangki emulsi, pompa-pompa, sistem pipa,
dan air serta zat pengisi emulsi harus diperiksa dan sering dibersihkan.
4) Perlengkapan Pembantu
Bila penyapu yang digerakkan dengan tangan, singkup, dan alat-alat lainnya harus
disediakan.
5) Peralatan Pembersih
6 - 103
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
6) Penyiapan Permukaan
b) Jika slurry dihamparkan keatas permukaan bata atau beton, permukaan aspal
berdaya serap tinggi atau keatas permukaan dengan agregat yang terbuka,
terpoles dan licin, maka lapis pengikat yang encer harus diberikan sebelum
penghamparan slurry seal. Bahan lapis pengikat harus berupa aspal emulsi yang
diencerkan yang juga digunakan pada slurry seal, pengenceran meliputi satu
bagian emulsi terhadap tiga bagian air. Lapis pengikat akan diberikan dengan
takaran pemakaian sekitar 0,2-0,4 liter/m2, dengan menggunakan alat distributor
aspal bertekanan yang memadai.
Lapis pengikat yang encer juga diperlukan jika slurry ditempatkan pada suatu
lereng yang lebih dari 4 % atau diatas landasan pacu, landasan penghubung,
atau permukaan yang berdebu. Lapis pengikat umumnya dapat ditiadakan pada
perkerasan aspal yang baru dan bersih.
a) Agregat
b) Emulsi
Aspal emulsi harus dipasok ke lokasi pekerjaan dalam tangki curah yang
dilengkapi seperlunya untuk mengangkut emulsi ini ke mesin slurry seal atau
dalam drum.
c) Air
Semua air yang digunakan untuk campuran slurry harus cocok dan bebas dari
senyawa garam yang merusak dan yang dapat larut. Semua sumber air harus
diperiksa kecocokannya dan harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebelum
pekerjaan dimulai.
6 - 104
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
Banyaknya aspal emulsi yang akan dicampur dengan agregat harus ditentukan
sedemikian melalui suatu rencana campuran dari laboratorium sesudah penyesuaian
akhir diadakan di lapangan. Sejumlah kecil air harus ditambahkan seperlunya untuk
mendapatkan campuran cair yang homogen.
Bahan tambahan kimiawi diencerkan ke dalam air, atau zat pengisi, dapat
ditambahkan untuk memperoleh campuran yang homogen yang pengerjaannya
mudah. Persentase bahan tambahan yang digunakan tergantung kepada jenis agregat,
kondisi cuaca dan tipe emulsi.
9) Penempatan
a) Tinjauan Umum
b) Sambungan
Apabila bilah penyapu yang telah disetujui Direksi Pekerjaan akan digunakan
untuk menyebar slurry pada daerah yang tidak terjangkau oleh mesin slurry.
Perhatian perlu dicurahkan agar pekerjaan dengan tangan tidak meninggalkan
penampilan yang kurang menarik.
d) Pengeringan
6 - 105
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
e) Penggilasan
Daerah berikut ataupun daerah lain yang dikehendaki oleh Direksi Pekerjaan
harus mendapat 5 lintasan gilasan dengan mesin gilas beroda pneumatik
memakai tekanan ban 345 + 20 kPa.
Daerah dengan lalu lintas padat, lereng-lereng, daerah dengan lalu lintas jarang,
landasan pacu, landasan penghubung, tikungan tajam atau tingkungan dengan
evelasi, lapangan terminal truk, persilangan dan daerah umum tempat
pengereman, percepatan atau bantingan stir cenderung terjadi, untuk daerah
tersebut menggunakan campuran tipe 3 dan 4.
Penggilasan harus segera dimulai sesudah air jernih muncul diatas permukaan
slurry seal (tidak menimbulkan noda diatas kertas uji). Jika penggilasan
diperlukan, penggilasan itu harus diselesaikan sebelum jalan dibuka untuk lalu
lintas.
Banyaknya slurry seal yang diukur untuk pembayaran harus merupakan jumlah meter
persegi pengendapan yang memenuhi persyaratan Seksi ini yang telah dihampar serta
disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Daerah yang diukur untuk pembayaran tidak akan
mencakup suatu daerah dengan takaran pemakaian yang lebih rendah dari batas-batas
yang telah ditentukan, daerah yang tidak memiliki ketahanan abrasi yang memadai
atau kohesi yang memadai atau yang tidak memuaskan dari segi lainnya.
2) Dasar pembayaran
Nomor Mata
Uraian Satuan Pengukuran
Pembayaran
6 - 106
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
SEKSI 6.9
( CAEBT ) / OGEM
1) Uraian
a) Ketebalan yang dipasang akan dipantau dengan lubang uji yang diambil oleh
Penyedia dibawah pengawasan Direksi Pekerjaan. Jarak dan lokasi lubang uji
harus sebagaimana ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan tetapi sekurang-
kurangnya harus ada dua lubang uji yang diambil secara melintang untuk setiap
setengah penampang perkerasan yang diperiksa dan jarak memanjang
penampang yang diperiksa tidak boleh lebih dari 200 meter.
Tetapi, dalam keadaan apapun, tebal campuran aspal yang dipadatkan tidak
boleh lebih dari 5 mm dan kurang dari tebal nominal rencana.
d) Variasi pada lapis akhir campuran lapisan aus dengan mistar sepanjang 3 meter
tidak boleh melebihi 5 mm dititik manapun. Variasi pada lapis akhir campuran
aspal yang digunakan sebagai lapisan base dengan mistar sepanjang 3 meter
tidak lebih dari 1 cm dititik manapun. Kelonggaran harus diadakan untuk
masing-masing keadaan mengingat perubahan bentuk akibat perubahan
punggung jalan yang telah direncanakan dan oleh lengkung vertikal pada profil
memanjang.
e) Dalam hal digunakan sebagai lapis perata atau penguat dan bukan sebagai lapis
aus jalan, maka tebal lapisan tidak boleh lebih dari dua setengah kali tebal
nominal rencana.
6 - 107
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
ASTM D2419 Metode pengujian untuk nilai setara pasir untuk tanah dan
agregat halus.
M 17 - 77 Mineral pengisi untuk campuran perkerasan berbitumen.
M 29 - 70 (1982) Agregat halus untuk campuran perkerasan bitumen
M 140 - 82 Aspal emulsi.
T 208 - 81 Aspal emulsi kationik.
T 84 - 81 Berat jenis dan penyerapan agregat halus dan kasar.
T 20 - 70 Pengambilan contoh batu, terak, kerikil, pasir dan bongkahan
batu untuk digunakan sebagai bahan pada jalan raya.
T 40 - 78 Pengambilan contoh bahan bitumen.
T 59 - 80 Pengujian aspal emulsi.
T 37 - 77 Analisa ayakan untuk mineral pengisi.
5) Pelaporan
(i) Suatu contoh 5 liter aspal emulsi yang digunakan oleh Penyedia untuk
pekerjaan ini, berikut sertifikat pabrik. Sertifikat tersebut harus
mencantumkan jenis emulsi, jenis bahan pengikat yang digunakan,
persentase aspal residu dan Spesifikasi yang dipenuhi emulsi tersebut.
(ii) Suatu contoh campuran agregat (kira-kira 10-15 kilo) yang akan
digunakan, dan jumlah yang memadai untuk agregat kasar ukuran 5-20
mm yang dipakai untuk campuran agregat diatas. Contoh-contoh itu
harus disampaikan berikut suatu sertifikat yang menunjukan nilai tara
pasir campuran tersebut, Nilai Los Angeles untuk kehilangan akibat
abrasi, Nilai Polesan Batu (NPB), Nilai Abrasi Agregat (NAA) dan Nilai
Kekuatan Batuan Induk tersebut. Penyerapan air oleh pasir juga harus
dicantumkan.
6 - 108
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
b) Selama Pelaksanaan
Daerah dengan ketebalan dan kepadatan kurang dari yang ditentukan atau kurang dari
nilai-nilai yang telah disetujui, maupun daerah yang mungkin tidak memuaskan dari
segi lain, tidak akan mendapat pembayaran sampai diperbaiki oleh Penyedia
sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Perbaikan mungkin mencakup
penyingkiran dan penggantian, penambahan lapisan pelengkap dari campuran aspal
dan/atau langkah lain yang dianggap perlu oleh Direksi Pekerjaan. Dalam hal
perbaikan telah diperintahkan, maka jumlah yang akan diukur untuk pembayaran
adalah jumlah yang sekiranya akan dibayarkan untuk pekerjaan asal seandainya
pekerjaan itu dapat diterima. Tidak akan dilakukan tambahan pembayaran untuk
pekerjaan ekstra atau untuk jumlah bahan yang diperlukan bagi perbaikan tersebut.
Seluruh lubang uji yang dibuat dengan mengambil benda uji inti atau lainnya harus
segera ditutup kembali dengan material Campuran Aspal oleh Penyedia dan
dipadatkan hingga kepadatan serta kerataan permukaan sesuai dengan toleransi yang
diperkenankan yang dipersyaratkan dalam Seksi ini.
8) Lapis Perata
Setiap campuran bisa digunakan sebagai lapis perata. Maka semua persyaratan pada
Seksi ini akan berlaku kecuali untuk ketebalan nominal.
6.9.2 MATERIAL
1) Agregat
2) Aspal Emulsi
Aspal Emulsi yang digunakan harus dari tipe CMS 2 atau CMS-2h yang memenuhi
Spesifikasi AASHTO M 208-81. Tipe Emulsi bitumen lainnya yang sesuai dapat
digunakan asal mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan.
6 - 109
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
3) Sumber Pemasokan
6.9.3 CAMPURAN
Kadar aspal emulsi yang digunakan haruslah nilai maksimum yang dapat diterima
oleh gradari agregat tanpa menunjukkan drainase yang nyata. Kadar aspal efektif
(yaitu sesudah kehilangan akibat penyerapan oleh agregat dan diluar air dan fraksi
minyak ringan dalam emulsi) tidak boleh kurang dari nilai yang diberikan pada Tabel
6.9.1.
6 - 110
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
4) Percobaan Lapangan
Semua campuran yang diberikan harus sesuai dengan rumus campuran lapangan yang
disetujui oleh Direksi Teknik dalam batas toleransi yang ditentukan dibawah ini :
Sebagai tambahan, bahkan dalam batas toleransi yang dinyatakan dalam hubungan
dengan rumus perbandingan campuran, campuran yang diberikan tidak boleh jatuh di
luar batas komposisi umum yang diberikan pada Tabel 6.9.1.
6 - 111
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
1) Instalasi Pencampuran
Suatu instalasi pencampuran dingin yang sengaja didirikan akan digunakan. Instalasi
itu harus mampu memproduksi campuran yang terselimuti secara penuh dan merata
serta homogen. Instalasi yang sengaja dibangun itu harus dilengkapi dengan mesin
remas adukan jenis menerus atau jenis takaran dan peralatan untuk mengontrol secara
tepat penghantaran masing-masing bahan pembentuk ke mesin remas adukan dalam
berat ataupun volume.
2) Peralatan Pengangkut
a) Truk untuk mengangkut campuran aspal harus mempunyai bak dari logam yang
rapat, bersih dan rata, telah disemprot dengan sedikit air sabun, minyak yang
telah diencerkan, minyak tanah, atau larutan kapur untuk mencegah melekatnya
campuran ke bak. Jika ada genangan minyak di bak truk setelah penyemprotan,
harus dibuang sebelum campuran dimasukkan dalam truk. Tiap muatan harus
ditutup dengan kanvas/terval atau bahan lainnya yang cocok dengan ukuran
yang sedemkian rupa agar dapat melindungi campuran terhadap cuaca.
b) Truk yang menyebabkan segregasi yang berlebihan akibat sistem pegasnya atau
faktor lain, atau yang menunjukkan kebocoran oil yang nyata, atau yang
menyebabkan kelambatan yang tidak perlu, atas perintah Direksi Teknik harus
dikeluarkan dari pekerjaan sampai kondisinya diperbaiki.
a) Peralatan penghampar dan pembentuk harus dari mesin mekanis yang telah
disetujui, mempunyai mesin sendiri yang mampu menghampar dan membentuk
campuran sampai sesuai dengan garis, permukaan serta penampang melintang
yang diperlukan.
b) Mesin penghampar harus dilengkapi dengan penadah serta ulir pembagi dari
tipe yang berlawanan untuk menempatkan campuran secara merata dimuka
“secreed” (sepatu) yang dapat disetel. Mesin ini harus dilengkapi dengan
perangkat kemudi yang cepat dan efisien dan harus dapat bergerak mundur dan
maju.
d) Mesin penghampar harus dilengkapi dengan “screed” (sepatu) atau yang dengan
tipe vibrator yang dapat digerakkan yang diperlukan untuk penghamparan
campuran tanpa menggusur atau merusak permukaan.
6 - 112
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
g) Motor grader dapat digunakan sebagai pengganti mesin penghampar aspal asal
disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Motor grader harus berada dalam kondisi yang
baik secara mekanik. Tepi pemotong pada pisau pembentuk gradien yang sudah
aus yang akan menghasilkan toleransi permukaan akhir yang buruk ataupun
yang cacat lain tidak akan diperkenankan pemakaiannya.
4) Peralatan Pemadat
a) Setiap mesin penghampar harus disertai mesin gilas baja (steel wheel roller) dan
mesin gilas ban bertekanan. Semua mesin gilas harus mempunyai tenaga
penggerak sendiri.
b) Mesin gilas ban bertekanan (pneumatic tired rollers) harus dari tipe yang
disetujui yang memiliki tidak kurang dari tujuh roda ban halus dengan ukuran
dan konstruksi yang sama yang mampu beroperasi pada tekanan 8,5 kg/cm2
(120 psi). Roda harus berjarak sama satu sama lain pada kedua garis sumbu dan
diatur sedemikian rupa sehingga roda pada sumbu yang satu jatuh diantara
tanda roda yang lainnya (tumpang-tindih). Masing-masing ban harus
dipertahankan tekanannya pada tekanan operasi yang dipersyaratkan sehingga
selisih antara dua ban harus tidak melebihi 350 gram/cm2 (5 psi). Suatu alat
harus disediakan untuk memeriksa dan menyetel tekanan ban dilapangan setiap
saat. Untuk setiap ukuran dan tipe ban yang digunakan, Penyedia harus
memberikan kepada Direksi Teknik grafik atau Tabel yang menunjukkan
hubungan antara beban roda, tekanan ban, dan tekanan ban pada bidang yang
penyentuh, lebar dan luas. Masing-masing mesin gilas harus dilengkapi dengan
suatu cara penyetelan berat keseluruhannya dengan pengaturan beban
(ballasting) sehingga beban per lebar roda dapat dirubah dari 1.500 sampai
2.500 kg. Dalam operasi, tekanan ban dan beban roda harus disetel sesuai
dengan permintaan Direksi Teknik, untuk memenuhi kebutuhan pemadatan
tertentu. Pada umumnya pemadatan dari setiap lapisan dengan mesin gilas ban
bertekanan harus dengan tekanan yang setinggi mungkin yang dapat dipikul
material.
c) Mesin gilas yang dapat bergerak sendiri dapat dibagi dalam tiga tipe :
Mesin gilas harus mampu menimbulkan beban tekanan pada roda belakang
tidak kurang dari 400 kg per 0,1 m kali lebar minimum roda 0,5 m. Paling
sedikit satu dari mesin gilasnya mampu menimbulkan tekanan gilas sebesar 600
kg per 0,1 m kali lebar. Mesin gilas harus bebas dari permukaan yang datar
(flat), penyok, robek-robek atau tonjolan yang akan merusak permukaan
perkerasan.
6 - 113
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
Agregat harus cukup basah untuk menjamin pelapisan optimum. Kadar air agregat
tidak boleh lebih dari 3 %.
2) Pembuatan Campuran
1) Penyiapan Permukaan
Mengingat bahwa bahan ini bersifat permeabel, maka penting bahwa permukaan yang
ada bebas dari pengaliran air (tidak boleh ada genangan air diatas permukaan) dan
harus kedap air. Penyiapan yang cermat atas permukaan yang ada dengan demikian
sangat penting. Setiap lekukan yang akan menampung air dan lubang-lubang harus
ditambal demikian juga retakan-retakan harus diisi sebelum pengerjaan pelapisan
ulang dimulai. Permukaan yang tidak tahan air (termasuk bagian perbaikan dengan
campuran dingin bergradasi terbuka, lapis base agregat yang diberi lapis resap
pengikat atau lapis air pengikat pengendap yang sudah ada dan dalam kondisi retak-
retak parah) harus dilabur dengan menggunakan aspal cair atau bahan pelabur emulsi.
Permukaan yang ada harus dibersihkan dengan baik bebas dari semua bahan yang
lepas dan yang dapat merusak. Lapis pengikat harus diberikan secara merata keatas
semua permukaan kecuali lapis resap pengikat yang masih baru.
2) Penghamparan
b) Mesin penghampar harus dioperasikan pada suatu kecepatan yang tidak akan
menyebabkan retak permukaan, belahan, atau bentuk ketidak teraturan lainnya
pada permukaan. Kecepatan penghamparan harus disetujui oleh Direksi
Pekerjaan dan ditaati.
c) Jika terjadi segregasi, belahan atau alur pada permukaan, mesin penghampar
harus dihentikan dan tidak dijalankan. Tempat-tempat yang kasar atau
tersegregasi dapat diperbaiki dengan menaburkan bahan yang halus (Fine) dan
perlahan-lahan diratakan. Perataan (Raking) kembali sebaiknya dihindari
sedapat mungkin. Butir-butir kasar tidak boleh ditaburkan diatas permukaan
yang dihampar dengan rapi.
d) Harus diperhatikan agar campuran tidak terkumpul pada tepi-tepi penadah atau
tempat lainnya di mesin.
e) Dimana jalan akan diaspal hanya separoh dari lebarnya untuk setiap operasi,
urutan pengaspalan itu harus dilakukan sedemikian rupa sehingga panjang
pengaspalan setengah lebar jalan itu pada akhir setiap hari kerja dibuat
sependek mungkin.
6 - 114
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
3) Pemadatan Awal
Segera sesudah emulsi mulai pecah (biasanya langsung sesudah penghamparan) maka
diberi penggilasan dengan mesin penggilas beroda baja sebanyak 2-4 lintasan dengan
kecepatan 5 km/jam. Penggilasan harus dimulai ditepi yang lebih bawah dan
berpindah kearah bagian tengah.
4) Penutupan
Abu batu atau pasir dapat diberikan secara merata dengan takaran 2-4 kg/m2.
5) Pemadatan Lanjutan
Lintasan tambahan dengan mesin penggilas beroda pneumatic sebanyak 2-10 lintasan.
6) Kepadatan Lapangan
Kepadatan yang dicapai tidak boleh kurang dari 98 % nilai kepadatan yang diperoleh
di laboratorium dengan memberi 25 tumbukan untuk pemadatan Marshall pada suhu
ruangan dan harus diukur dengan menggunakan alat kepadatan nuklir atau dengan
metode lain yang disetujui Direksi Teknik.
1) Metode Pengukuran
2) Dasar Pembayaran
6.9 (2) OGEM (Lapis Base atau Lapisan Perata Meter persegi
Campuran Aspal Emulsi Bergradasi
Terbuka)
6 - 115
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
SEKSI 6.10
(CAEBR) / DGEM
1) Uraian
d) Campuran Aspal Emulsi Bergradasi Rapat dapat dicampur dalam suatu instalasi
pencampuran yang stasioner atau di lokasi dengan menggunakan instalasi yang
dapat dipindah atau motor greder. Instalasi pencampur yang stasioner
memberikan pengontrolan atas perbandingan bahan dan pencampuran juga
penyelimutan agregat oleh bitumen lebih baik dan secara keseluruhan mutu
dengan lebih baik. Instalasi pencampuran harus selalu dipakai jika campuran
dingin bergradasi rapat akan digunakan sebagai lapis atas jalan atau pelapisan
ulang.
Tipe campuran ini terutama digunakan untuk pembuatan lapisan base terutama
untuk jalan-jalan berlalu lintas ringan atau sedang. Dalam hal apapun lapisan ini
harus diberi pengendapan.
6 - 116
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
Kelompok ini mengandung campuran emulsi dengan gradasi yang sama seperti
pada campuran aspal panas Seksi 6.5(4) – Campuran Beraspal (HRS) dan Seksi
6.5 (7) – Campuran Beraspal (ATBL). Campuran ini bisa digunakan untuk lapis
aus atau lapis dasar dan penggunaan serta karakteristiknya adalah sama seperti
pada campuran dengan pemanasan.
d) Variasi permukaan akhir campuran untuk lapisan aus terhadap mistar sepanjang
3 meter tidak boleh lebih dari 5 mm di titik manapun. Variasi permukaan
CAEBR akhir yag digunakan sebagai lapisan base terhadap mistar sepanjang 3
meter tidak boleh melebihi 1 cm di titik manapun.
6) Pelaporan
Penyedia harus menyampaikan hal-hal berikut kepada Direksi Pekerjaan :
a) Sebelum pelaksanaan dimulai
(i) Contoh sebanyak 25 liter aspal emulsi yang digunakan oleh Penyedia
untuk pekerjaan ini, berikut sertifikat pabrik. Sertifikat harus
mencantumkan tipe emulsi, tipe bahan pengikat yang digunakan,
persentase bitumen sisa, stabilitas penyimpanan sesudah 24 jam,
viskositas, dan Spesifikasi yang dipenuhi oleh emulsi tersebut.
(ii) Jumlah secukupnya campuran agregat (kira-kira 30 kg) yang akan
digunakan dan jumlah yang sesuai agregat kasar dan sedang dan jenis
pasir yang dipakai untuk pembuatan campuran agregat. Contoh harus
disampaikan berikut sertifikat yang menunjukkan nilai keausan agregat
untuk kehilangan akibat abrasi, nilai setara pasir (NSP) dan indeks plastik
(IP). NSP dan IP harus ditentukan dari contoh-contoh yang diambil dari
campuran agregat. Penyerapan air oleh agregat kasar dan sedang serta
pasir juga harus dicantumkan.
(iii) Agregat tambahan akan dipasok atas permintaan Direksi Pekerjaan
6 - 118
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
7) Penyimpanan Bahan
a) Penyimpanan material agregat harus sedemikian rupa sehingga mutunya
terjamin dan terpelihara setiap saat untuk dipergunakan dalam pekerjaan
sewaktu-waktu dan mudah untuk diperiksa oleh Direksi Pekerjaan.
Air akan ditambahkan kepada emulsi pada suhu yang sama seperti suhu
emulsi (atau agak lebih tinggi). Jangan sekali-kali menambahkan emulsi
kepada air.
c) Penyimpanan campuran
Campuran tidak boleh dipasang dalam keadaan hujan atau jika akan hujan.
Kelembaban yang tinggi, angin dan suhu akan mempengaruhi tingkat penguapan air
dari campuran dan kecepatan pengeringan.
9) Penyiapan Permukaan
a) Penyiapan permukaan yang baik adalah penting. Jika campuran emulsi rapat
yang dingin digunakan sebagai lapisan base atau lapis pondasi bawah maka
permukaan yang ada harus diberi lapis resap pengikat.
b) Jika campuran dipakai sebagai lapisan aus jalan atau untuk perbaikan bentuk
atau untuk pelapisan ulang diatas permukaan aspal yang lama, setiap cekungan
atau lubang harus dibersihkan dan ditambal dengan campuran pemeliharaan
panas atau dingin. Sebelum diberi lapisan CAEBR (DGEM) lapis perekat harus
diberikan seperlunya.
c) Jika terdapat retakan permukaan, maka retakan harus diisi sebelum pemberian
lapis rekat. Pemberian lapis pengikat harus selalu dilaksanakan dengan emulsi.
Daerah dengan ketebalan dan kepadatan kurang dari nilai yang telah ditentukan atau
disetujui, maupun daerah dengan penyelimutan agregat yang tidak memenuhi nilai
yang telah ditetapkan, tidak akan dibayar sampai diadakan perbaikan oleh Penyedia
sebagaimana diperintahkan Direksi Pekerjaan. Perbaikan dapat meliputi penyingkiran
dan penggantian, penambahan lapisan pelengkap campuran emulsi rapat yang dingin,
pelaburan, campuran aspal panas, atau langkah lainnya yang dianggap perlu oleh
Direksi Pekerjaan. Tidak akan diberikan pembayaran tambahan untuk pekerjaan
tambahan atau jumlah bahan yang diperlukan untuk perbaikan tersebut. Jumlah
pembayaran adalah jumlah yang akan dibayarkan sesudah pengukuran pekerjaan
seandainya pekerjaan semula dapat diterima.
6 - 120
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
Seluruh lubang uji yang dibuat dengan mengambil benda uji inti atau lainnya harus
segera ditutup kembali dengan material Campuran Aspal oleh Penyedia dan
dipadatkan hingga kepadatan serta kerataan permukaan sesuai dengan toleransi yang
diperkenankan yang dipersyaratkan dalam Seksi ini. Bahan pengisi dapat berupa
CAEBR (DGEM).
Jika campuran digunakan sebagai lapis perata, semua persyaratan pada Seksi ini akan
berlaku kecuali persyaratan untuk ketebalan nominal.
6.10.2 MATERIAL
1) Agregat – Umum
a) Agregat untuk CAEBR dapat berupa batu pecah, batu atau kerikil, kerikil
bercampur pasir, pasir pecah atau abu batu, atau kerak yang memenuhi
persyaratan dan menghasilkan campuran yang mantap, mudah pengerjaannya,
fleksibel dan awet. Jika campuran digunakan untuk lapis aus jalan maka agregat
juga harus memenuhi persyaratan umum untuk menghasilkan permukaan anti-
slip yang baik dan awet.
b) Agregat tidak akan digunakan sampai agregat itu telah mendapat persetujuan
Direksi Pekerjaan terlebih dahulu dan telah ditimbun sesuai dengan persyaratan.
6 - 121
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
2) Agregat Kasar
(a) Agregat kasar harus terdiri atas bahan baik hasil pemecahan atau bukan, yang
bersih, ulet, awet dan bebas dari kotoran atau bahan lain yang tidak
diperkenankan. Nilai abrasi Los Angeles untuk semua tipe campuran tidak
boleh lebih dari 40 % kecuali CAEBR yang digunakan sebagai lapis aus yang
harus mempunyai nilai abrasi Los Angeles tidak kurang dari 35 % pada 500
putaran.
(b) Agregat kasar pada umumnya harus memenuhi persyaratan gradasi dibawah ini:
3) Agregat Halus
a) Agregat halus harus terdiri salah satu atau lebih pasir hasil pecahan batu atau
pasir alam, yang bebas dari gumpalan atau butiran lempung atau tanah.
b) Pasir hasil pecahan batu harus dihasilkan dari batu yang memenuhi persyaratan
mutu yang diberikan Pasal 6.10.2 (2)(a).
a) Bahan pengisi harus terdiri dari abu batu, kapur (limestone dust), semen
portland, abu terbang, abu tanur semen atau bahan mineral non plastis lainnya
dari sumber yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Bahan tersebut harus bebas
dari bahan lain yang tidak dikehendaki.
b) Harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan dan bila diuji dengan
pengayakan basah harus mengandung bahan yang lolos saringan 75 mikron
tidak kurang dari 75 % beratnya.
c) Penggunaan kapur tohor sebagai bahan pengisi dapat memperbaiki daya tahan
campuran, membantu penyelaputan dari partikel agregat dan membantu
mencegah pengelupasan. Akan tetapi banyaknya variasi kualitas dari sumber-
6 - 122
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
a) Campuran agregat gabungan harus mempunyai nilai setara pasir lebih besar dari
45 %.
6) Aspal Emulsi
Aspal emulsi harus kationik dengan reaksi lambat atau sedang (CSR atau CMS) atau
anionik SS atau MS sesuai dengan AASHTO M 140 dan M 208 atau jenis lain dapat
digunakan asal mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan.
7) Air
6.10.3 CAMPURAN
1) Tinjauan Umum
a) CAEBR harus tersusun atas mineral agregat, aspal emulsi, air tambahan (jika
diperlukan) dan bahan pengisi (jika diperlukan).
b) Campuran harus direncanakan untuk unjuk kerja jangka panjang yang optimum
dengan mengunakan prosedur pengujian Marshall yang dimodifikasi dan harus
memenuhi batas komposisi dan persyaratan sifat yang masing-masing diberikan
dalam Tabel 6.10.3 (1) dan 6.10.3 (3). Campuran juga harus mudah
pengerjaannya, mudah dimanfaatkan dan tidak peka terhadap pengaruh
kelembaban.
6 - 123
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
Kadar bitumen dalam campuran harus ditetapkan agar kadar bitumen efektif (yaitu
sesudah kehilangan akibat terserap agregat) tidak boleh kurang dari nilai minimum
yang ditentukan dalam Tabel 6.10.3 (3). Oleh karena itu, persentase bitumen yang
sesungguhnya akan ditambahkan kepada campuran tergantung kepada daya serap
agregat yang digunakan dan akan ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan ketika dia
menyetujui rumus perbandingan campuran. Nilai yang ditetapkan tersebut didasarkan
atas data uji yang tidak boleh melebihi batas yang ditentukan dalam Tabel 6.10.3 (3).
c) Fraksi rencana untuk campuran umumnya harus berada dalam komposisi yang
diberikan pada Tabel 6.10.3 (1). Tetapi, Direksi Pekerjaan dapat menyetujui
atau memerintahkan penggunaan campuran yang melampaui pembatasan ini
asalkan sifat campuran yang ditentukan dalam Pasal 6.10.3 (8) dipenuhi.
6 - 124
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
b) Pengujian aspal emulsi akan mencakup segala yang ditentukan oleh AASHTO
M 208-86 atau M 140-86 dan khususnya kadar bahan pengikat, viskositas,
kemantapan dalam penyimpanan, uji ayakan, penentuan minyak suling, dan
penetrasi serta duktilitas residu bitumen. Semua pengujian ini dilaksanakan
menurut AASHTO T 59-80.
c) Pengujian atas agregat halus dan kasar yang akan digunakan akan mencakup uji
gradasi, kerapatan menyeluruh, kerapatan kering permukaan jenuh dan
kerapatan menyeluruh yang tampak untuk permukaan jenuh dan penyerapan air
maupun pengujian sifat agregat lainnya yang mungkin diminta oleh Direksi
Teknik.
6 - 125
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
Catatan : Untuk batas nilai ’b” (persentase bitumen terhadap berat total
campuran) dengan mengacu kepada Tabel 6.10.3 (3).
6 - 126
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
6 - 127
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
j) (i) Untuk setiap variasi pencampuran agregat yang akan diuji, kadar air
optimum pada penempatan harus ditentukan. Ini didapat dengan pemadatan
2 briket contoh Marshall dengan kadar air yang berlainan dan dengan
menggambarkan hasilnya pada grafik untuk berat jenis kering curah
campuran terhadap kadar air pada suhu ruang dengan menggunakan 50
tumbukan diatas kedua permukaan contoh. Perhitungan kadar air optimum
pada pemadatan harus dicatat dalam formulir yang disediakan.
(ii) Kadar air optimum pada pemadatan yang ditentukan di laboratorium adalah
kadar air yang dituju pada pemadatan di lapangan selama pelaksanaan.
Variasi terhadap nilai ini harus mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
k) (i) Sesudah kadar air optimum pada pemadatan ditentukan, maka untuk setiap
variasi campuran yang akan diuji sekurang-kurangnya disiapkan 4 contoh
briket Marshall, yang kemudian diuji. Sifat campuran harus dihitung dengan
menggunakan formulir yang disediakan. Sifat campuran yang diperoleh
harus digambarkan pada grafik dengan menggunakan formulir yang
disediakan. Resep campuran optimum harus ditentukan dengan
memperbandingkan data yang tercantum pada grafik terhadap batas-batas
sifat campuran yang ditentukan yang tercantum pada Tabel 6.10.3 (3) dan
dengan memperbandingkan fraksi komponen campuran yang dihitung
terhadap batasan yang diberikan pada Tabel 6.10.3 (1).
6 - 128
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
lolos ayakan 2,36 mm (ayakan No. 8) dan ayakan 75 mikron (ayakan No. 200),
kadar bitumen total dan efektif yang dinyatakan sebagai persentase terhadap
berat total campuran dan sifat campuran lapangan, yang keseluruhannya harus
berada pada batas-batas yang telah ditentukan. Pada resep perbandingan
campuran yang diusulkan, Penyedia harus juga menetapkan kadar air agregat
sebelum pencampuran dan kadar air campuran pada pemadatan.
6 - 129
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
b) Setiap hari Direksi Pekerjaan harus mengambil contoh bahan dan campuran
sebagaimana diterangkan dalam Pasal 6.10.7 (4), atau setiap contoh lainnya
yang dianggap perlu untuk pemeriksaan keseragaman campuran yang
dibutuhkan.
c) Jika dibutuhkan penggantian bahan (agregat atau aspal emulsi), maka suatu
Rumus Perbandingan Campuran yang baru harus disampaikan dan disetujui
sebelum campuran yang mengandung bahan baru tersebut digunakan dalam
pekerjaan sesungguhnya.
a) CAEBR harus memenuhi persyaratan yang diberikan pada Tabel 6.10.3 (3).
c) Penentuan semua sifat bitumen yang diperlukan harus dilaksanakan pada residu
yang didapat sesudah diadakan penyulingan aspal emulsi sesuai dengan
AASTHO T 59-80.
6 - 130
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
1) Tinjauan Umum
2) Instalasi Pencampuran
(a) Instalasi pencampuran dingin yang sengaja dibuat atau instalasi pencampuran
panas yang dimodifikasi akan digunakan. Instalasi pencampuran dingin harus
mampu memberikan campuran yang terselimuti secara merata dan homogen.
Instalasi harus dilengkapi dengan mesin remas adukan jenis takaran atau yang
menerus dan dengan suatu sistem yang cocok untuk mengontrol secara tepat
pengantaran masing-masing komponen bahan ke mesin giling (dalam berat atau
dalam volume).
(i) Penyimpanan agregat dingin
(ii) Perbandingan
6 - 131
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
(c) CAEBR dingin dapat dikeluarkan langsung ke dalam truk atau dapat
di timbun selama beberapa jam.
3) Tangki Penyimpanan
Tangki air dan tangki bahan tambahan juga harus disediakan dan juga harus dilindungi
dari penyinaran matahari langsung, tidak diperlukan sistem pemanas untuk tangki
penyimpan.
b) Alat pengukur harus disediakan untuk aspal emulsi dan air. Alat tersebut harus
berupa pompa putar yang dilengkapi alat ukur perpindahan atau alat ukur aliran
elektronik yang cocok untuk penggunaan ini. Perlengkapan harus disediakan
untuk mengecek banyaknya dan takaran aliran emulsi bitumen dan air yang
dihantarkan ke mesin pencampur.
Peralatan memadai harus disediakan untuk memasok dalam perbandingan yang tepat
bahan pengisi ke tempat pencampuran. Alat pengukur harus dipasang terpadu dengan
aliran agregat yang menuju mesin pencampur dan alat tersebut harus dapat disetel
dengan mudah dan tepat. Bin penyimpan bahan pengisi harus dijaga agar senantiasa
kering.
Instalasi harus dilengkapi dengan alat yang dapat mengatur waktu pencampuran dan
mempertahankannya pada suatu nilai yang tetap.
6 - 132
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
7) Persyaratan Keselamatan
a) Tangga yang memadai dan aman yang menuju ke pelataran tempat mesin
pencampur dan tangga ember yang terlindung yang menuju unit instalasi
lainnya harus ditempatkan disemua tempat yang dibutuhkan uantuk
memudahkan pencapaian ke semua operasi instalasi. Kemudahan untuk
mencapai bagian atas badan truk harus didapat dengan perantaraan suatu
panggung atau alat lain yang sesuai untuk memungkinkan Direksi Pekerjaan
mengambil contoh dan mendapatkan data suhu campuran. Untuk memudahkan
penanganan peralatan kalibrasi berskala, peralatan pengambilan contoh dan
sebagainya, maka harus disediakan alat pengerek atau suatu sistem katrol untuk
mengangkat atau menurunkan peralatan dari permukaan tanah keatas pelantaran
ataupun sebaliknya. Semua perlengkapan penggerak, katrol, rantai, “spocket”,
dan bagian-bagian bergerak lainnya yang membahayakan harus dijaga dan
dilindungi sepenuhnya.
b) Lintasan yang leluasa dan tidak terhalang harus senantiasa tersedia didalam dan
disekitar tempat pengisian truk yang juga harus bebas dari tetesan yang berasal
dari pelantaran tempat pencampuran.
8) Peralatan Pengangkut
a) Truk untuk mengangkut campuran bitumen harus mempunyai alas logam yang
rapat, bersih dan rata. Badan truk dapat disemprot dengan sedikit air, minyak
bakar yang encer, minyak parafin atau larutan kapur untuk mencegah campuran
melekat pada alas truk. Setiap genangan minyak yang sesudah penyemprotan
berada diatas lantai kendaraan harus disingkirkan sebelum campuran dimuat
kedalam truk. Setiap pemuatan harus ditutupi dengan kanvas atau bahan lain
yang cocok dengan ukuran secukupnya untuk melindungi campuran dari hujan
selama pengangkutan.
6 - 133
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
a) Bersama setiap mesin penghampar, dibutuhkan suatu mesin gilas beroda baja
dan satu mesin gilas beroda pneumatik. Semua mesin gilas harus dapat
digerakkan sendiri.
b) Mesin gilas beroda pneumatik harus dari jenis yang telah disetujui dan
mempunyai tidak kurang dari tujuh roda berukuran dan berkontruksi sama
dengan ban pemadat beralur halus yang mampu beroperasi pada tekanan
pemompaan 8,5 kg/cm2 (120 pound/inci persegi). Roda harus terpisah pada
jarak yang sama disepanjang kedua garis poros dan disusun sedemikian
sehingga ban diatas salah satu garis poros berada ditengah-tengah diantara ban-
ban pada poros lainnya disertai suatu kedudukan yang bertumpang tindih.
Masing-masing ban harus dipompa dengan tekanan sama dengan tekanan
operasi yang telah ditentukan secara sedemikian sehingga perbedaan tekanan
diantara dua buah ban tidak akan melampaui 350 gram/cm2 (5 pound/inci
persegi). Peralatan untuk memeriksa dan menyesuaikan tekanan ban harus
senantiasa tersedia ditempat pekerjaan. Untuk setiap jenis dan ukuran ban yang
digunakan, Penyedia harus memberikan grafik atau Tabel yang menunjukkan
hubungan antara beban roda, tekanan pemompaan, tekanan kontak ban, lebar
dan luas permukaan kepada Direksi Pekerjaan. Masing-masing mesin gilas
harus dilengkapi dengan sarana untuk menyesuaikan berat totalnya dengan
pengaturan pemberat sehingga beban per lebar roda dapat dirubah antara 1500
sampai 2500 kg. Dalam operasi, tekanan pemompaan dan beban roda harus
disesuaikan sebagaimana disyaratkan oleh Direksi Pekerjaan, untuk memenuhi
persyaratan pada setiap penggunaan khusus. Pada umumnya pemadatan setiap
lapisan dengan mesin gilas roda pneumatik harus dicapai dengan menggunakan
tekanan kontak setinggi mungkin yang masih dapat dipikul oleh bahan lapisan.
c) Mesin gilas beroda baja dapat digerakkan sendiri dapat terdiri dari 3 tipe:
Mesin gilas harus mampu memberikan beban tekanan dibawah roda belakang
tidak kurang dari 400 kg per 0,1 meter disepanjang lebar mesin gilas minimum
sebesar 0,5 meter. Sekurang-kurangnya salah satu mesin gilas harus mampu
memberikan tekanan gilas sebesar 600 kg per 0,1 meter lebar. Roda mesin gilas
harus bebas dari bagian yang datar, lekukan, lubang-lubang atau tonjolan yang
akan merusak permukaan perkerasan.
6 - 134
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
(iv) Kadar air agregat dalam gundukan bahan harus diukur untuk menentukan
apakah pemberian penguapan diperlukan. Jika pemberian penguapan
dibutuhkan maka hal tersebut biasanya dilaksanakan dengan pengerjaan
tambahan untuk agregat itu dengan mobil perata jalan.
Aspal emulsi dapat dimasukkan dengan dua cara, dengan batang penyemprot
yang menjulur diatas ruang penyampuran atau dengan suatu distributor bitumen
biasa yang menyemprotkan emulsi keatas agregat disebelah depan mesin
pencampur yang dapat dipindahkan.
b) Jika agregat terlampau basah maka diadakan sirkulasi udara pada agregat. Hal
ini dilakukan dengan pengeringan dibawah sinar matahari atau dengan
menjalankan mesin pemuat timbunan agregat tersebut sebelum agregat dituang
kedalam wadah penyimpan agregat. Timbunan harus selalu dilindungi terhadap
hujan dengan memberikan penutup kedap air pada atap yang tetap.
Pemanasan atau penyiapan secara khusus aspal emulsi bitumen tidak diperlukan.
Sebelum pencampuran dimulai, persediaan emulsi secukupnya harus tersedia ditempat
instalasi untuk memungkinkan operasi berjalan secara menerus.
3) Pembuatan Campuran
Mineral agregat harus digabungkan pada instalasi dalam perbandingan yang akan
menghasilkan fraksi agregat rencana yang telah ditentukan pada Rumus Perbandingan
Campuran.
6 - 136
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
Perbandingan takaran ini harus ditentukan dengan pengayakan basah pada contoh-
contoh yang diambil dari alat penghantar sebelum agregat masuk ke mesin pencampur
dan pada interval waktu tertentu sesudahnya, sebagaimana diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan, guna tetap mengontrol pencampuran maupun pembuatan takaran. Aspal
emulsi harus diukur dan dimasukkan ke dalam mesin pencampur pada takaran yang
telah ditentukan oleh Direksi Pekerjaan. Waktu pencampuran harus diatur dan
diperiksa oleh Direksi Pekerjaan dan hanya akan diubah dengan Persetujuannya.
4) Pengangkutan dan Penyampaian ke Lokasi
a) Campuran harus disampaikan ke mesin penghampar pada kadar air yang sudah
diketahui (kadar air dapat diukur secara cepat dengan menggunakan alat
pengukur kadar air).
b) Direksi Teknik akan menyetujui atau memerintahkan suatu langkah yang
diperlukan untuk memasang atau memampatkan campuran secara sedemikian
agar campuran dapat dipadatkan pada kadar air optimum atau yang mendekati
optimum yang didapat dari hasil laboratorium.
c) Setiap muatan akan ditimbang dan catatan tentang berat kotor, berat wadah dan
berat bersih masing-masing muatan disimpan. Muatan tidak boleh dikirim
terlalu siang karena akan menghalangi tercapainya penyelesaian pekerjaan
penyebaran dan pemadatan di siang hari kecuali jika penerangan yang memadai
tersedia.
Kayu atau bentuk acuan lainnya dapat dipasang pada batas yang disyaratkan dan
diratakan dengan tepi daerah tempat CAEBR akan dipasang.
a) Sebelum operasi pelapisan jalan dimulai, batang pengarah pada mesin lapis
jalan dilumasi sedikit dengan minyak diesel. Campuran akan disebarkan dan
diratakan hingga mencapai gradien, elevasi dan bentuk penampang yang
disyaratkan.
6 - 137
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
e) Dalam hal jalan akan dilapis separuh lebar sekali jalan, urutan pelapisan harus
diatur secara sedemikian rupa sehingga panjang setengah lebar lapis jalan yang
tersisa diakhir setiap hari kerja adalah sesedikit mungkin.
4) Pemadatan
b) Penggilasan campuran terdiri atas 3 operasi terpisah yaitu penggilasan awal atau
penggilasan lanjutan (penggilasan kedua), penggilasan akhir. Pada waktu
apapun selama pemadatan jika campuran tersebut menunjukkan pergeseran
tapak roda atau bekas dorongan yang tak terduga, penggilasan harus dihentikan.
Pemadatan akan dimulai kembali hanya sesudah pengurangan kadar air terjadi.
Hal ini bisa dicapai dengan hembusan udara alami atau mekanik.
6 - 138
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
g) Penggilasan harus dimulai secara memanjang pada sambungan dan pada tepi
sebelah luar dan dilanjutkan sejajar dengan garis tengah jalan menuju kearah
perkerasan, kecuali untuk tikungan super elevasi penggilasan harus dimulai
pada sisi yang rendah dan selanjutnya bergeser kearah sisi yang tinggi. Lintasan
mesin gilas secara berurutan harus bertumpang tindih sekurang-kurangnya
separuh lebar mesin gilas tersebut dan lintasan tidak boleh dihentikan pada
tempat yang berjarak 1 meter dari ujung lintasan sebelumnya.
i) Kecepatan mesin gilas tidak boleh melampaui 4 km/jam untuk mesin gilas
beroda baja dan 15 km/jam untuk mesin gilas beroda pneumatik dan pada waktu
apapun harus cukup lambat untuk mencegah pergeseran campuran. Arah
lintasan tidak boleh diubah atau dibalik secara mendadak karena akan
mengakibatkan tergesernya campuran.
k) Jika dibutuhkan guna mencegah melekatnya campuran ke mesin gilas, abu batu
atau pasir dapat digunakan dengan takaran pemberian yang merata sebanyak 0,5
sampai 1,0 kg/m2. Penggunaan air untuk membasahi roda mesin gilas tidak
diperkenankan.
l) Setiap produk minyak bumi yang menetes atau tumpah dari kendaraan atau
peralatan yang digunakan oleh Penyedia keatas suatu bagian perkerasan selama
pelaksanaan dapat menjadi alasan untuk penyingkiran dan penggantian bagian
perkerasan yang telah tercemar itu oleh Penyedia.
6 - 139
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
5) Sambungan
6 - 140
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
b) Tambahan, jika rumus perbandingan campuran diubah atau dalam hal apapun
dari waktu ke waktu sebagaimana ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan, contoh
tambahan untuk (i), (ii) dan (iii) akan diambil untuk memungkinkan penentuan
berat jenis curah agregat bin dingin dan kepadatan maksimum teoritis campuran
bitumen (AASHTO T 209-74).
b) Penyedia harus memberikan kepada Direksi Pekerjaan hasil dan laporan berikut
atas pengujian yang dilaksanakan untuk setiap produksi harian tersebut pada
pekerjaan jadi.
(iii) Kadar air contoh campuran di instalasi pencampur dan selama pemadatan
(sekali setiap 2 jam, jika operasi tidak terputus).
(vii) Kadar bitumen dan gradasi agregat pada campuran seperti yang
ditentukan dengan uji ekstraksi bitumen untuk sekurang-kurangnya 2
contoh. Ekstraksi bitumen harus dilakukan menurut AASHTO T164
sesudah CAEBR dikeringkan hingga beratnya tidak berubah (dikeringkan
dalam oven pada suhu 110 20 C). Jika metode ekstraksi sentrifugal
digunakan maka koreksi abu harus dilakukan sebagaimana disyaratkan
oleh AASHTO T164. Penentuan kadar air harus dilakukan menurut
AASHTO T55-78.
(viii) Bitumen yang terserap oleh agregat harus dihitung berdasarkan berat
jenis maksimum campuran perkerasan bitumen (AASHTO T 209-74).
6 - 141
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
1) Metode Pengukuran
a) Mutu lapisan yang akan diukur untuk pembayaran CAEBR harus sebagai
berikut :
(i) Untuk semua lapisan, kecuali seperti ditetapkan pada Pasal 6.10.8
(1)(a)(ii), jumlah meter persegi bahan yang dipasang dan diterima
dihitung sebagai hasil kali panjang bagian yang diukur dan lebar yang
diterima.
(ii) Untuk lapisan perbaikan bentuk yang dipasang diatas permukaaan asli
dan tidak dipasang berdasarkan Kontrak yang sama, banyaknya m3 bahan
yang dipasang dan diterima dihitung sebagai hasil kali luas daerah yang
diterima dan diukur dengan tebal nominal rencana.
b) Jumlah yang diterima untuk pengukuran tidak boleh mencakup daerah dengan
CAEBR yang lebih tipis dari ketebalan minimum yang diterima atau tidak boleh
mencakup setiap bagian yang butirannya lepas, pecah, retak atau bagian
meruncing disepanjang tepi perkerasan ataupun ditempat lainnya. Daerah
dengan bahan yang mempunyai kadar bitumen kurang dari persyaratan yang
disepakati juga tidak akan diterima untuk pembayaran.
c) CAEBR dibayar berdasarkan meter persegi dan dipasang langsung diatas
perkerasan yang sudah ada dan yang tidak tercakup dalam Kontrak yang sama,
dan yang menurut pendapat Direksi Pekerjaan memerlukan perbaikan bentuk
yang nyata, harus dibayar berdasarkan tebal nominal yang diterima dan dihitung
berdasarkan kepadatan hasil laboratorium untuk CAEBR padat yang ditentukan
berdasarkan AASHTO T 245-78, daerah yang diukur dan berat campuran
sesungguhnya yang dibutuhkan dan dipakai untuk pekerjaan sesungguhnya. Jika
menurut pendapat Direksi Pekerjaan tebal campuran aspal dingin rata-rata yang
digunakan melebihi tebal sesungguhnya yang dibutuhkan (dengan
memperhitungkan perbaikan bentuk, maka kekurangan ketebalan nominal yang
diterima harus ditentukan berdasarkan perhitungan wajar tebal rata-rata yang
dibutuhkan).
d) Kecuali seperti yang dinyatakan pada Pasal 6.10.8 (1)(c) diatas, tebal CAEBR
yang diukur untuk pembayaran umumnya tidak akan lebih besar dari tebal
nominal rencana yang ditunjukkan pada Gambar Rencana. Dalam hal Direksi
Teknik menyetujui dan menerima ketebalan yang lebih kecil dan dianggap
memadai berdasarkan alasan teknik atau ketebalan yang lebih besar
sebagaimana diperkenankan menurut Pasal 6.10.8 (1)(c) maka pembayaran
CAEBR akan dilakukan dengan menggunakan perubahan luas daerah terukur
sebagai berikut :
Luas terukur sesungguhnya x Tebal nominal yang diterima = Luas yang disahkan
Tebal nominal rencana untuk pembayaran
Tidak ada penyesuaian luas terukur yang akan digunakan untuk tebal yang
diterima yang melebihi tebal yang melebihi tebal nominal rencana yang
tercantum dalam Gambar Rencana, kecuali jika ada tambahan ketebalan
memang ditetapkan atau disetujui secara khusus oleh Direksi Pekerjaan.
6 - 142
Spesifikasi Umum DPU Bina Marga Prov. Jatim 2017
e) Lebar daerah CAEBR yang akan dibayar harus sama seperti yang diperlihatkan
pada Gambar Rencana atau seperti yang disetujui Direksi Pekerjaan dan akan
ditentukan pengukurannya dengan meteran oleh Penyedia dibawah pengawasan
Direksi Pekerjaan. Pengukuran harus dilakukan tegak lurus garis tengah jalan
dan harus menyisihkan setiap bahan tipis atau bahan yang tidak diperkenankan
di sepanjang tepi CAEBR yang terpasang. Jarak antara memanjang untuk
pengukuran tersebut harus sebagaimana ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan tetapi
harus teratur dan pengukuran tidak boleh kurang dari satu setiap 20 m. Lebar
yang digunakan untuk menghitung luas pembayaran bagi setiap bagian
perkerasan yang diukur harus merupakan nilai rata-rata pengukuran lebar yang
diadakan dan disetujui.
g) Dalam hal perbaikan CAEBR yang sudah memuaskan telah diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan berdasarkan Pasal 6.10.1 (9), maka jumlah yang diukur untuk
pembayaran adalah jumlah yang dibayar untuk pekerjaan semula, seandainya
pekerjaan itu diterima. Tidak ada pembayaran tambahan untuk pekerjaan
tambahan atau jumlah bahan tambahan yang dibutuhkan untuk perbaikan itu.
2) Dasar Pembayaran
Nomor Mata
Uraian Satuan Pengukuran
Pembayaran
6.10.(1) DGEM Tipe I/CAEBR Meter kubik
6.10.(2) DGEM Tipe II/CAEBR Meter kubik
6.10.(3) DGEM Tipe III/CAEBR Meter kubik
atau
6.10.(4) DGEM Tipe IV/CAEBR Meter persegi
6.10.(5) DGEM Tipe V/CAEBR Meter persegi
6.10.(6) DGEM Tipe VI/CAEBR Meter kubik
atau
6.10.(7) DGEM Tipe CRS-A/CAEBR Meter persegi
6.10.(8) DGEM Tipe CRS-B/CAEBR Meter persegi
6.10.(9) DGEM Tipe CATB/CAEBR Meter persegi
6 - 143